You are on page 1of 24

model ARCS keller

salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam
menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. pembelajaran
konvensional yang selama ini berpusat pada guru terkesan merugikan siswa terutama siswa yang
berkemampuan rendah. siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurangnya
motivasi untuk belajar. untuk itu, maka perlu kiranya sekolah mengembangkan suatu model
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa.
saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para filosof pendidikan.
salah satunya model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction).
Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk
merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan
motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan
motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi sangat penting
dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar.
Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi
peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut.
Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa guna meningkatkan prestasi/hasil belajar
siswa khususnya dalam mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka
penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model
pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan ataupun minat siswa.
ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention (perhatian), relevance
(relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan). Jadi, penulis menyimpulkan
bahwa model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan
perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa,
menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa
tersebut. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan
pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara
optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut
Awoniyi, dkk (1997:30) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai
berikut:
1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh
siswa
2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang
penerapannya kurang menarik
3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa

4. Penerapan model ARCS meningkatkan motivasi untuk mengulang kembali materi


lainnya yang pada hakekatnya kurang menarik
5. Penilaian menyeluruh terhadap kemampuan-kemampuan yang lebih dari karakteristik
siswa-siswa agar strategi pembelajaran lebih efektif
Selanjutnya Awoniyi, dkk (1997:31) menjelaskan bahwa selain mempunyai kelebihan, model
pembelajaran ARCS ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan model pembelajaran ARCS
ini yaitu:
1. Hasil afektif siswa sulit dinilai secara kuantitatif
2. Perkembangan secara berkesinambungan melalui model ARCS ini sulit dijadikan
penilaian
2.3.2 Komponen Model Pembelajaran ARCS
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, model pembelajaran ARCS terdiri dari empat
komponen. Keempat komponen model pembelajaran ARCS tersebut yaitu sebagai berikut:
A. Attention (perhatian)
Perhatian adalah bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi/ pemusatan pikiran dalam
menghadapi siswa dalam peristiwa proses belajar mengajar di kelas.
Perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula menunjuk pada minat momentain
yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang dipelajari (WS. Winkel, 100).
Konsentrasi/perasaan siswa dan minat dalam belajar bisa dilihat dari siswa yang perasaannya
senang akan membantu dalam konsentrasi belajarnya dan sebaliknya siswa dalam kondisi tidak
senang maka akan kurang berminat dalam belajarnya dan mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.
Gangguan belajar siswa ini biasanya bersumber dari dua faktor yaitu faktor eksternel dan faktor
internal. Faktor internal yaitu faktor dari luar diri siswa dan faktor internal yaitu faktor yang
timbul dari dalam diri siswa. Perhatian diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan
subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran/pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar
mengajar selanjutnya.
Menurut Keller (1987) strategi untuk menjaga dan meningkatkan perhatian siswa yaitu sebagai
berikut:
1)
Gunakan metode penyampaian dalam proes pembelajaran yang bervariasi (kelas, diskusi
kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus).

2)
Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi
pembelajaran.
3)

Bila merasa tepat gunakan humor dalam proses pembelajaran.

4)

Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan.

5)

Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

B. Relevance (relevan)
Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara
materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau
kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa
merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka
merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai
dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya.suciati dan udin syarifuddin winatasyaputra (R.
Angkowo dan A. Kosasi, 2007:40-41) mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi
adalah sebagai berikut:
1)
Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari
materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan intruksional.
2)
Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan
bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti.
3)

Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa.
1. Confidence (percaya diri)

Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama
ini lebih banyak dikuasai guru (teachers centered) dan lebih memproduk penghafal kata-kata
bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat
apa-apa dan tidak ada kemampuan problem solving di tengah masyarakat yang plural
heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif.
Menurut Keller (1987) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa adalah sebagai berikut:
1)
Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa,
misal dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di urutkan dari
materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa merasa mengalami keberhasilan sejak
awal proses pembelajaran.

2)
Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa
tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus.
3)
Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa
mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
4)
Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan
kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.
5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami
konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu
dikembangkan.
6)
Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui
pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini
1. Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif
yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat
meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat
belajar diantaranya dengan:
1)
Mengucapkan baik, bagus dan seterusnya bila peserta didik menjawab /mengajukan
pertanyaan.
2)
Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang
simanatik atas partisipasi siswa.
3)

Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.

4)

Memberi pengarahan sederhana agar siswa memberi jawaban yang benar.

(Keller, 1987)
2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran ARCS
Adapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS adalah sebagai berikut:
1)

Mengingatkan kembali siswa pada konsep yang telah dipelajari

Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang kembali pelajaran atau
materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang
akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh
pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan.

2)

Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R)

Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan.
Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi
tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa
dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui
hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar
siswa tersebut.
3)

Menyampaikan materi pelajaran (R)

Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci.
Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi siswa yaitu
dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan
atau menjaga perhatian siswa; memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang
disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
siswa; menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan; dan menciptakan rasa
puas di dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja
siswa.
4)

Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R)

Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah
memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan
contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention)
dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar
siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).
5)

Memberi bimbingan belajar (R)

Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami
materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun
mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga
bermanfaat bagi siswa-siswa yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga
siswa-siswa tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.
6)

Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S)

Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi,
ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini, siswa akan berkompetensi secara
sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk

berparisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa
percaya diri siswa dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena
merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
7)

Memberi umpan balik (S)

Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola
berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapi feedback dari
guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan
menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.
8)

Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S)

Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas
dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang
baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung,
langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa.

OTIVATION MODEL KELLER (ARCS)


21 May
Attention
Attention merupakan perhatian dalam bentuk pengarahan untuk dapat berkonsultasi antara
guru dengan siswa dalam menghadapi peristiwa proses belajar mengajar di kelas.

Incongruity and Conflict

Seorang guru memberikan sebuah contoh permasalahan yang ada di luar, murid dituntut untuk
dapat memecahkan masalah tersebut.

Concreteness

Seorang guru menerangkan tentang proses perakitan laptop.

Variability

Seorang guru menggunakan lebih dari satu media dalam mengajar. Sebagai contoh seorang guru
menggunakan modul dan setelah itu powerpoint untuk menyampaikan sebuah materi.

Humor

Seorang guru di dalam proses pembelajaran memberikan sedikit candaan dalam sebuah materi.

Inquiry

Participation

Relevance
Relevance merupakan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman
belajar siswa. Dari keterkaitan dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena
siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara
pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Experience

Present Worth

Pada saat pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa apabila mereka bisa memahami dan
mampu menjelaskan materi di didepan kelas maka siswa tersebut akan mendapatkan nilai plus
serta guru tersebut menjelaskan tujuan intruksional dari pemeblajaran tersebut.

Future Use Fulness

Guru menjelaskan materi dan pengetahuan yang akan dipelajari sehingga materi dan
pengetahuan tersebut bisa diaplikasikan di kehidupan yang akan datang bagi siswa tersebut.

Need Matching

Guru di dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap materi mengenai interaksi
sosial.Guru menjelakan contoh-contoh di dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita menyapa
orang dan berbicara dengan teman kita,saling membantu antar teman di kehidupan sehari-hari
berarti salah satu dari interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan saling bertemunya orang
satu dengan orang lain yang saling berhubungan secara langsung.Dari contoh tersebut maka
siswa bisa membandingkan dan mengaitkan dengan kehidupan nyata yang mereka
alami.Sehingga siswa bisa termotivasi karena mereka merasa bermanfaat bagi kehidupan
mereka.

Modelling

Penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
model untuk membangkitkan motivasi siswa karena model pembelajaran ini mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan nyata.Pada pemodelan ini misalnya pada
pembelajaran keterampilan guru memberi contoh tentang bekerja sesuatu,sebelum siswa
melaksanakan tugas.Dalam pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) guru bukan
satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Seorang siswa bisa ditunjuk
untuk member contoh temannya cara menggunakan suatu alat misalnya thermometer.

Choice

Guru memberikan contoh latihan soal atau tes dalam bentuk pilihan yang berhubungan dengan
kondisi siswa tersebut.

Convidence
Convidence merupakan percaya diri dengan kata lain mampu membangkitkan kesadaran diri
didalam proses belajar mengajar sehingga siswa mampu memiliki rasa percaya diri untuk
mencapai keberhasilan.

Learning Requirements

Dalam mata pelajaran ipa kelas 1 dengan materi menyebutkan semua anggota tubuh dengan
penggunanya.

Difficulty

Guru member penjelasan khusus dengan menggunakan suatu media yang kongkrit untuk
mempermudah peserta didik menerima materi,misalnya pelajaran matematika kelas 1 masalah
penjumlahan sederhana,guru menyediakan stik warna merah dan hijau kemudian diberikan soal
contoh 5+6=karena siswanya mengalami kesulitan maka siswa disuruh mengambil stik es
krim warna hijau sejumlah 5 kemudian mengambil stik warna merah sejumlah 6setelah itu stik
yang sudah diambil tersebut dikumpulkan menjadi satu dan setelah itu disuruh menghitung
semuanya stik yang terkumpul dengan bilangan terakhir itu lah hasil penjumlahannya.Begitulah
seterusnya dengan menggunakan media lain sampai siswa tidak mengalami kesulitan dalam
menghitung penjumlahan.

Expectations

Setiap selesai proses pembelajaran guru memberikan latihan soal-soal yang dikerjakan dirumah
walaupun soal tersebut berisi hanya tiga butir.Harapannya agar siswa tetap mempelajari materi
yang telah diajarkan oleh guru dengan begitu bisa menunjukkan keberhasilan didalam proses
pembelajaran.

Attribution

Pada saat proses pembelajaran antara guru dengan siswanya diharapkan terdapat adanya interaksi
didalam pembelajaran apabila ada kesulitan dalam mengerjakan soal guru bisa dijadikan sebagai
tempat konsultasi untuk meningkatkan rasa kepercayaan pada siswanya.

Self Confidence

Ketika guru sedang menjelaskan suatu materi pembelajaran dengan semangat dan penuh percaya
diri kalau peserta didiknya akan mampu menguasai materi yang sudah ia ajarkan, misalnya
pelajaran matematika tentang bab integral, dimana peserta didik sudah menguasai tentang
penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian. Dengan menjelaskan secara detail rumus
dan contoh soal maka peserta didik akan mampu menyelesaikan soal soal yang di berikan
gurunya kepada mereka. Dengan mempunyai pegangan maka siswa lebih percaya diri untuk bisa
mengrjakan soal soal tersebut. Setelah berhasil mengerjakan maka guru akan menuju ke tahap
selanjutnya masih dengan bab integral, maka dari itu akan membangun rasa percaya diri peserta
didik untuk mendapatkan nilai yang bagus sesuai dengan keinginan mereka.

Satisfaction
Satisfaction merupakan kepuasaan,perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu
timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat
kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar

Natural Consequences

Ketika guru sudah menerangkan materi, maka dalam diri peserta didik akan timbul aku harus
bisa mengerjakan soal soal yang diberikan oleh guru karena aku membutuhkan materi tersebut
untuk bisa mengerjakan soal ketika ujian. Dan setelah mengerjakannya ternyata bisa maka guru
memberikan pengarahan terhadap siswa yang sudah bisa untuk mengajari temannya yang belum
paham akan materinya. Dengan begitu penyampaian materi akan berhasil sesuai dengan
keberhasilan yang diinginkan dengan begitu kuensekunsi yang harus dijalankan juga berhasil.

Unexpected Rewards

Ketika seorang guru sedang mengadakan ujian matematika secara lesan dengan bertanya tentang
hasil perkalian dan penjumlahan. Tanpa sepengetahuan dari peserta didik guru menyiapkan
hadiah yang berbagai macam bentuknya, hadiah tersebut akan diberikan kepada peserta didik
yang berhasil atau bisa menjawab pertanyaan dari guru.

Positive Outcomes

Pada saat sesudah proses pembelajaran siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan guru
benar semua sesuai target.Seorang guru mengucapkan selamat atau mengucapkan bagus
sehingga bisa memunculkan rasa kepuasaan tersendiri dan merasa bahagia karena memurut
siswa sendiri itu merupakan suatu penghargaan bagi dirinya.

Avoidance Of Negative Influences

Guru sebelum memberi materi guru terlebih dahulu memberi tuntunan pada siswa dan
menjelaskan materi tersebut agar siswa dapat menjawab soal setelah dijelaskan materimaterinya.Sehingga siswa bisa menjawab dengan benar.

Schedulling

Ketika guru memberikan tugas sebelumnya guru menjelaskan tugas maupun jadwal
pengumpulan tugas disetiap minggunya kita harus melakukan kegiatan serta mengerjakan tugas
apa saja sehingga terlihat secara terjadwal serta di setiap minggunya ada konsultasi sehingga
pada hasil akhirnya siswa merasa puas bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Model Motivasi ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp
(1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan
yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen
tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS
(Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Models ARCS adalah model yang terkenal dlm model rekabentuk instruksi yang digunakan secara
meluas. Model ARCS berakar umbi pada banyak teori dan konsep motivasi, khasnya teori jangkaannilai atau expectancy-value (contohnya Vroom, 1964; Porter dan Lawler, 1968).
Dalam teori jangkaan, "usaha" dikenalpastikan sebagai hasilan utama yang boleh diukur. Supaya
"usaha' boleh berlaku, dua prasyarat mesti ditetapkan - (1) orang berkenaan mesti menghargai
tugas, dan (2) orang tersebut mesti percaya ia boleh berjaya melakukan tugas. Justeru itu, dalam
situasi instruksi, tugasan pembelajaran mesti disembahkan dalam cara yang melibatkan dan bererti
kepada pelajar; dan dapat menggalakkan jangkaan positif akan kejayaan pencapaian objektifobjektif pembelajaran.
Models ARCS mengenalpasti empat komponen strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:

[A]ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu
dan minat

[R]elevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.

[C]onfidence / Keyakinan - strategi untuk membantu pelajar membangunkan jangkaan positif


untuk kejayaan pencapaian pembelajaran; dan

[S]atisfaction / Kepuasan - strategi untuk membekalkan pengukuhan ekstrinsik dan


instrinsik. (Keller, 1983)

Keller (1987) membahagikan keempat-empat komponen ARCS kepada tiga sub-komponen stragegik.
Penerangan sub-komponen strategik dan contoh yang releven dengan instruksi adalah seperti
berikut.

Attention / Perhatian

Perangsangan Persepsi: menyediakan novelti, kehairanan, ketakkongruenan (incongruity) atau


ketidakpastian. Contoh: Guru menunjukkan gambar yang tidak lengkap atau kotak yang
tertutup dan dihiaskan dengan tanda soal kepada murid-murid.

Perangsangan Inkuiri: stimulasikan rasa ingin tahu dengan mengajukan soalan atau masalah
untuk diselesaikan. Contoh: Guru menyampaikan satu senario tentang seseuatu masalah dan
mengarahkan murid melukan percambahan idea (brainstorm) penyelesaian yang munasabah
berasaskan apa yang telah dipelajari dalam kelas.

Kepelbagaian: memasukkan beraneka jenis kaedah dan media untuk memenuhi kehendakkehendak pelajar yang berbeza-beza. Contoh: Selepas menyampai dan meneliti isi pelajaran
di OHP, murid-murid menjalankan perbincangan dan latihan dalam kumpulan koperatif.

Relevance / Perkatian

Orientasi Matlamat: menerangkan objektif dan tujuan berkaitan dengan instruksi dan
kaedah-kaedah spesifik untuk pencapaian berjaya. Contoh: Guru menjelaskan objektif dan
kepentingan objektif pelajaran.

Pemadanan Motif: memadankan objektif dengan keperluan dan motif pelajar. Contoh: Guru
membenarkan pelajar menyampaikan hasil projek dalam bentuk bertulis, lisan atau grafik
demi menyesuaikan gaya dan keperluan pembelajaran yang berbeza-beza di kalangan
muridnya.

Kebiasaan: menyampaikan isi kandungan dengan cara yang mudah difaham dan boleh
berkatian dengan pengalaman dan nilai pelajar. Contoh: Murid-murid diminta memberi contoh
tentang pengalaman diri sendiri yang berkaitan dengan konsep yang telah diterima dalam
kelas.

Confidence / Keyakinan

Prasyarat Pembelajaran: memaklumkan pelajar tentang prasyarat pembelajaran dan


prestasi serta kriteria taksiran. Contoh: Guru menyediakan pelajar dengan senarai kriteria
taksiran tentang projek penyelidikan yang ditugaskan. Selain itu, juga diedarkan contohcontoh baik projek-projek yang lalu.

Kesempatan Berjaya: menyediakan kesempatan mencabar dan bererti untuk pembelajaran


berjaya. Contoh: Sebelum memulakan projek penyelidikan, murid-murid dibenarkan untuk
berlatih mencungkil dan merumuskan maklumat dari berbagai-bagai sumber. Usaha murid
diberi maklumbalas agar murid berasa yakin tentang tugasan yang akan dilakukannya.

Tanggungjawapan Kendiri: mengaitkan kejayaan pembelajaran kepada usaha dan kebolehan


peribadi pelajar. Contohnya: Guru menulis maklum balas tentang kualiti prestasi pelajar dan
memperakukan dedikasi dan kesungguhan pelajar.

Satisfaction / Kepuasan

Pengukuhan Intrinsik: menyokong dan menggalakkan nikmat intrinsik akibat pengalaman


pembelajaran. Contoh: Guru menjemput bekas pelajar untuk memberi perakuan tentang
kepentingan kemahiran belajar dalam kerja rumah dan projek kelas.

Gangaran Eksrintik: memberi pengukuhan positif dan maklum balas bermotivasi. Contoh:
Guru menganugerahkan sijil kepada murid apbila murid telah menguasai satu set kemahiran
yang lengkap.

Equiti: memastikan piawaian dan akibat yang konsisten untuk kejayaan. Contoh: Selepas
tamatnya projek kumpulan, guru memberi maklum balas berdasarkan kriteria yang telah
diedarkan terlebih dahulu.

Rumusan

Model ARCS dalam rekabentuk instruksi adalah pendekatan yang mudah digunakan untuk
meningkatkan tarikan motivasi dalam instruksi. ARCS menyediakan kerangka yang kuat untuk mereka
bentuk dan meningkatkan mutu motivasi dalam berbagai-bagai entiti seperti pengajaran di bilik
darjah, penyediaan bahan di internet, dan bahan pengajaran dan pembelajaran.

Buku: Motivational Design For Learning And Performance:


The ARCS Model Approach
Posted on Juni 15, 2013 by zulrahmattogala
(John M. Keller)
ARCS merupakan akronim dari: Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction. ARCS sebagai
model pendekatan dalam pembelajaran dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai
jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi dan hasil belajar. Model ARCS berakar pada banyak teori dan konsep motivasi,
khasnya adalah teori harapan-nilai (expectancy-value).

1.

Langkah-langkah Desain Model ARCS

Langkah 1: Obtain Course Information/Memperoleh Informasi Kursus


Langkah ini dilakukan untuk memilih dan membangkan taktik motivasi yang sesuai dalam
pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah karakteristik peserta
didik, tujuan yang ingin di capai, serta kesesuaian waktu dan biaya. Untuk menghindari efek
yang kontraproduktif dari pengaruh diatas maka perlu untuk mengumpulkan informasi tentang
tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan. Langkah 1 berfokus pada karakteristik belajar
dan bagaimana mengim-plementasikannya, gambaran kegiatan dan tujuan pembelajarannya,
perencanaan waktu, perencanaan pelajaran dan desain sebelum mengajarkannya. Ini akan
membantu memutuskan berapa banyak usaha dalam merancang strategi motivasi yang akan
dilakukan. Demikian halnya dengan Karakteristik dari pembelajar harus dipertimbangan ketika
merancang dan mengembangkan materi pembelajaran, seperti gaya kepribadian, pengetahuan,
dan pengalaman memiliki pengaruh yang kuat di lapangan dan penentuan strategi motivasi yang
akan dikembangkan. Tidak ada satu cara terbaik untuk meningkatkan motivasi siswa, pendekatan
terbaik adalah untuk memahami kepribadian dan preferensi individu pembelajar dan untuk
mengembangkan metode dan gaya yang nyaman sebagai pembelajar.
Langkah 2 : Obtain Audience Information/Memperoleh Informasi Pemelajar.
Langkah ini berfokus pada beberapa faktor yang memiliki pengaruh kuat pada motivasi awal
pemelajar dan bagaimana mereka akan menanggapi isi dan strategi pembelajaran yang akan
diterapkan, misalnya, karakteristik pemelajar, sejauh mana kesamaan dan perbedaan kemampuan

akademik mereka, memilih metode dengan menugaskan pemelajar untuk membantu


mengantisipasi entry-level motivasi peserta didik. Informasi dari langkah pertama dan kedua ini
akan memberikan dasar untuk menganalisis pemelajar yang akan dilakukan pada Langkah 3.
Langkah 3: Analyze Audience/Analisis Pemelajar
Analisis pemelajar merupakan langkah penting dalam proses mendesain model ARCS.
Keputusan yang diambil akan memiliki pengaruh langsung dalam mendefinisikan tujuan dan
memilih strategi motivasi dalam pembelajaran. Tujuan dari langkah ini adalah untuk
memperkirakan strategi motivasi apa yang cocok untuk seluruh kelas atau sub-kelompok atau
individu dalam kelas. Salah satu tantangan dalam memecahkan masalah motivasi adalah bahwa
motivasi awal peserta didik bisa terlalu tinggi serta terlalu rendah. Jika terlalu rendah, prestasi
mereka akan rendah karena mereka memiliki sedikit motivasi berpresatasi dan mereka tidak akan
mengerahkan usaha yang cukup. Jika tingkat motivasi mereka terlalu tinggi, maka kualitas
kinerja mereka menurun karena stres yang berlebihan yang menyebabkan mereka tidak dapat
mengingat informasi. Dengan melakukan analisis pemelajar dapat ditentukan secara spesifik
jenis masalah motivasi yang ada. Hal ini juga membantu menghindari masalah yang timbul
karena memiliki terlalu sedikit atau terlalu banyak strategi motivasi.
Langkah 4: Analyze Existing Materials/Menganalisis Bahan yang Ada
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menganalisis materi pembelajaran saat ini, yang bisa
menjadi sebuah unit, modul, program pembelajaran, atau apapun segmen instruksi yang
ditujukan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan strategi motivasi. Hal yang penting
untuk dipertimbangkan adalah memeriksa bahan-bahan instruksi untuk menentukan strategi
motivasi apa yang diperlukan, termasuk karakteristik pemelajar, materi pembelajaran yang
sedang digunakan, atau dipertimbangkan untuk diadopsi.
Di sisi lain, perlu juga dipertimbangkan apakah bahan yang ada memiliki kekurangan yang akan
menyebabkan demotivasi. Pertama, jika materi yang ada tidak relevan, maka perlu dilakukan
penambahan, bagian mana yang perlu. Kedua, jika materi mengandung elemen motivasional
terlalu banyak atau kegiatan yang tidak pantas, seperti permainan yang tidak cocok untuk
pemelajar, maka perlu perbaikan seperlunya. Dalam situasi di mana siswa sangat termotivasi
untuk siap mengikuti pembelajaran termasuk penilaian dalam waktu yang sempit, diupayakan
untuk tidak menyisipkan kegiatan yang tidak perlu seperti, game atau simulasi.
Langkah 5 :

List Objectives and Assessments / Daftar Tujuan Motivasi dan Penilaian

Langkah ini dilakukan untuk menulis tujuan desain motivasi dan penilaian. Dalam tujuan akan
digambarkan perilaku motivasi yang ingin diamati dalam pemelajar. Saat menulis tujuan,
pertimbangkan perbedaan antara menutup kesenjangan motivasi dan menjaga motivasi. Dalam
beberapa pengaturan, seperti yang ditunjukkan oleh analisis audiens, akan ada masalah motivasi
tertentu yang memerlukan perhatian. Upayakan menyertakan strategi motivasi yang cukup untuk
menghindari pembelajaran menjadi membosankan, seperti meningkatkan kepercayaan pemelajar
dengan kegiatan yang menantang.

Langkah 6: List Potential Tactics/Daftar Strategi Potensial


Langkah ini dibutuhgkan kemampuan pembelajar untuk menganalisis melalui
diskusi/brainstorming, bukan hanya yang berhubungan dengan tujuan pada Langkah 5, tetapi
juga termasuk strategi yang akan membantu mempertahankan motivasi pemelajar pada kegiatan
pembelajaran. Hasil langkah ini adalah adanya daftar sebanyak mungkin strategi motivasi sesuai
dengan pemikiran kreatif pembelajar. Selanjutnya pada langkah berikutnya akan diinjau kembali
kemungkinan strategi yang paling sesuai yang akan digunakan.
Langkah dalam memilih strategi. Dapat dilakukan dengan seleksi awal dengan menyiapkan
daftar rencana atau solusi strategi motivasi yang akan dikembangkan, yang berkaitan dengan
tujuan spesifik dan situasi umum. Kemudian, pada Langkah 7, akan diterapkan satu set kriteria
seleksi untuk memilih, menggabungkan, dan mengatur strategi yang benar-benar akan
digunakan.
Langkah 7: Select and Design Tactics/Memilih dan Mendesain Strategi
Dalam langkah ini pembelajar akan memilih strategi motivasi untuk benar-benar dimasukkan ke
dalam bahan ajar. Selain beragam strategi potensial yang baru saja di buat, juga pembelajar telah
memiliki informasi tentang lingkungan instruksional, karakteristik pemelajar, analisis bahan, dan
tujuan motivasi , termasuk kriteria yang akan membantu memilih strategi yang paling
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Biasanya, dalam memilih dan mendesain strategi yang
akan dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya memilih salah satu strategi yang ada
tetapi dilakukan dengan menggabungkan satu atau lebih strategi menjadi sebuah strategi tunggal
yang memenuhi beberapa kebutuhan pembelajaran.
Langkah 8 : Integrate with Instructional Design Overview/ Mengintegrasikan Strategi
Motivasi dengan Desain Pembelajaran
Langkah ini dilakukan untuk mengintegrasikan strategi motivasi yang sudah dirancang kedalam
unsur-unsur utama pengajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, isi, dan kegiatan belajar.
Saran pertama adalah meninjau unit instruksi yang sedang dikembangkan dan daftar semua
unsur-unsurnya. Kemudian, meninjau strategi motivasi yang dipilih dan dan menempatkannya
dalam situasi pembelajaran dengan tepat. Hal ini dibutuhkan kesiapan dalam membuat
keputusan. LAngkah ini sangat berguna karena merupakan kompinasi dari keseluruhan langkah
sebelumnyayang dilakukan secara bersama-sama. Pengajar yang telah memiliki banyak
pengalaman akan sangat mempertimbangkan langkah ini secara lebih serius. Mereka biasanya
akan lebih mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal lingkungan belajarnya secara
komprehensif.
Langkah 9 : Select and Develop Materials/Memilih dan Mengembangkan Bahan
Dalam langkah ini, akan dilakukan identifikasi jenis strategi motuivasi yang akan dimasukkan
kedalam bahan pembelajaran. Beberapa strategi mungkin tidak akan memerlukan mencari
strategi karena dapat diterapkan secara langsung, atau hanya memerlukan modifikasi pada
konten pembelajaran yang ada. Tapi, jika Anda ingin menggunakan permainan, simulasi, atau

kegiatan pengalaman belajar dan belum memiliki strategi tertentu dalam pikiran, maka dapat
dilakukan dengan mencari strategi bisa disesuaikan atau, setidaknya dapat berfungsi sebagai
model untuk dikembangkan. Dalam langkah ini jangan lupa untuk mencatat (sebagai
dokumentasi) hasil keputusan yang sudah diambil yakni strategi yang sebenarnya akan
dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam pelajaran.
Langkah 10: Evaluation and Revision/Evaluasi dan Revisi
Dalam merancang desain pembelajaran formal, langkah ini bagian dari proses yang tujuannya
untuk mengevaluasi materi seberapa baik strategi motivasional yang dilakukan memiliki
pengaruh terhasdap pemelajar. Tetapi kadang-kadang, evaluasi yang berkaitan dengan aktifitas
mungkin tidak diperlukan. Jika sedang mengembangkan sebuah pembelajaran yang akan
digunakan di kelas, maka pembelajar akan mengetahui seberapa baik berimplikasi kepada
pemelajar, untuk itu bisa dilakukan diskusi dengan mereka. Jika Rancangan kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh orang lain, atau ingin bukti konkret dari reaksi hasil desain
motivasional yang telah dirancang maka evaluasi formal perlu dilakukan.
2.

Konsep Penting Dalam Desain Model ARCS.

Model ARCS mengidentifikasi ada empat Kondep Penting untuk memotivasi pembelajaran:
a. Attention (perhatian): adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan tenaga dan energi
psikis dalam menghadapi suatu obyek. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu. Rasa
ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain
dengan yang sudah ada, dan kontradiktif. Peserta didik diharap dapat menimbulkan minat yaitu
kecenderungan untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok pelajaran tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu melahirkan semangat yang baru dan dapat berperan positif dalam
proses belajar mengajar selanjutnya.
b. Relevance (relevansi): yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran,
kebutuhan dan kondisi pesrta didik. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan
relevansi dalam pembelajaran, yaitu:

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari materi pembelajaran.

Jelaskan manfaat pengetahuan/ketermpilan yang akan dipelajari.

Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau
profesi tertentu.

Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang dipelajari dengan kebutuhan
kondisi peserta didik. Peserta didik akan termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang akan
dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat bagi mereka.
c. Confidence (kepercayaan diri): yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan
diri, yaitu sebagai berikut:

Meningkatkan harapan peserta didik untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman.

Menyusun pembelajaran menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak di
tuntut mempelajari banyak konsep sekaligus.

Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil.

Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan peserta didik.

Tumbuh kembangkan kepercayaan diri peserta didik dengan pernyataan-pernyataan yang


membangun.

Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui
sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.

d. Satisfaction (kepuasan): adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu timbul
kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat kepada perasaan
harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar di antaranya dengan:

Mengucapkan baik, bagus dan memberikan senyum bila peserta didik menjawab atau
mengajukan pertanyaan.

Menunjukkan sikap non verbal positif pada saat menanggapi pertanyaan atau jawaban
peserta didik.

Memuji dan memberi dorongan dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang
simpatik atas prestasi peserta didik.

Memberi tuntunan pada peserta didik agar dapat memberi jawaban yang benar.

Memberi pengarahan sederhana agar peserta didik memberi jawaban yang benar.

1. 3. Kesulitan yang dihadapi untuk menerapkan ARCS di tempat kerja


Kesulitan yang dihadapi dalam menerapkan model ARCS di tempat kerja yaitu:
1. Penilaian perilaku peserta didik sulit dinilai secara kuantitatif
2. Model ARCS ditujukan bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini akan
membutuhkan waktu tersendiri untuk menilai prestasi belajar siswa dari segi
pengetahuannya, jika bisa dilakukan secara beriringan akan sulit karena membutuhkan

konsentrasi yang lebih tinggi dalam menilai prestasi belajar dan mengstabilkan kondisi
pembelajaran tetap berada dalam situasi yang diinginkan.
3. Akan sangat sulit menemukan dan menentukan startegi motivasi yang tepat
diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran jika motivasi individu dari setiap peserta
didik sangat bervariasi.

A. Urgensi Motivasi
Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan
menggunakan berbagai teori belajar sebagaimana dibahas dalam
bagian terdahulu. Di samping itu proses tersebut dapat pula
dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu
motivasi mahasiswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa
yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedangsedang
saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu,
sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan
yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri
dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah
dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa
kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
berasal dari dalam dan luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal
dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar,
cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya.
Faktorfaktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi
belajar, motivasi dan sebagainya.
B. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti
menggerakan. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi
menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan

(persistence pada tingkah laku tersebut.


Ames dan Ames (1984) didefinisikan motivasi sebagai perspektif
yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri dan lingkunganya.
Sebagai contoh, seorang siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas, akan
termotivasi untuk melakukan tugas tersebut. Konsep diri yang positif
ini menjadi motor penggerak bagi kemaunnya.
Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai tujuan yang ingin dicapai
melalui perilaku tertentu(Cropley, 1985 ). Dalam konsep ini, siswa
akan berusaha mencapai suatu tujuan karena dirangsang oleh
manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh. Motivasi siswa
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk
mencapai sukses, meskipun dihadang berbagai kesulitan. Motivasi
juga ditunjukan melalui intensitas untuk kerja dalam melakukan
suatu tugas.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan
motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar siswa. Tokohtokoh pendidikan seperti Mc Clelland
(1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan
Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan
motivasi belajar, dan menemukan hasil yang menarik.
Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987)
diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks
sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor
yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983)
menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi anatra 11
sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan
Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36
persen, sedangkan McClelland menunjukan bahwa motivasi
berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi sampai
64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas
guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam
hal meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller (1983) telah
menyusun seperangkat prinsipprinsip motivasi yang dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model


ARCS
Guru sering berasumsi bahwa motivasi belajar siswa merupakan
masalah siswa itu sendiri dan siswalah yang bertanggungjawab
untuk mengusahakan agar mempunyai motivasi yang tinggi. Namun
sebenarnya guru dapat berusaha untuk menetapkan prinsip prinsip
motivasi dalam proses dan cara mengajar, untuk merangsang,
meningkatkan dan memelihara motivasi siswa dalam belajar. ARCS
model dapat membantu guru untuk melakukan hal tersebut.
Ada empat kategori kondisi motivasional yang harus diperhatikan
oleh guru dalam usaha menghasilkan perkuliahan yang menarik,
bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa. Keempat kondisi
motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Perhatian (Attention)
b. Relevansi (Relevance)
c. Kepercayaan diri (Confidence),dan
d. Kepuasan (Satisfaction).
C. Perhatian
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu
rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan
memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama
pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat
dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh,
lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemenelemen seperti ini dimasukan dalam rencana
perkuliahan, hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun
perlu diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak
berlebihan, akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan
efektifitasnya hilang.
Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :
1. Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi
(ceramah, kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah
pendapat, demonstrasi, studi kasus dan lainlain).
2. Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video,
dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.

3. Bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi pembelajaran.


4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contohcontoh untuk
memperjelas konsep.
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
D. Relevansi
Relevansi menunjukan adanya hubungan materi perkuliahan dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara
apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi
kebutuhan pribadi, atau bermanfaat atau sesuai dengan nilai yang
dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokan ke dalam
3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural.
Yang pertama, nilai motif pribadi (personal motive value) mencakup
tiga hal, yaitu :
Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment),
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).
Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana
keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai
langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten
atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu
siswa, seperti orang tua, teman, dsb.
Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan
setelah mempelajari materi perkuliahan. Ini berarti guru harus
menjelaskan tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang
ingin dicapai.
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan
dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam
pekerjaan nanti.
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan
dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.
E. Percaya Diri
Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat
berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977)

mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan


konsep self-efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan
keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk
melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan.
Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan
meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil.
Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa
yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara
pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan
ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya
pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk
mengerjakan tugas berikutnya.
Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan
diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan
memperbanyak pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan
mendesain pembelajaran agar dengan mudah dipahami, diurutkan
dari materi yang mudah ke yang sukar. Dengan demikian siswa
merasa mengalami keberhasilan sejak awal perkuliahan.
2. Organisasikan pembelajaran ke dalam bagianbagian yang lebih
kecil, sehingga mahasiswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu
banyak konsep baru sekaligus
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan
menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau
ujian pada awal pembelajaran. Hal tersebut akan membantu siswa
mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
4. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan
strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa
sendiri. Kontrak belajar (learning contract) merupakan hal yang
harus dilakukan oleh guru dengan siswa. Kontrak belajar hendaknya
dengan jelas mencantumkan strategi perkuliahan dan kriteria untuk
menentukan berhasil atau tidaknya siswa.
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan
Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik, serta

menyebut kelemahan siswa sebagai hal -hal yang masih perlu


dikembangkan.
6. Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar
siswa mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka
sejauh ini.
F. Kepuasan
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan
kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha
mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan
dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari
dalam maupun dari luar diri siswa. Sebagai contoh, dalam kelas
Komunikasi, siswa diuji kemampuanya berpidato. Setelah selesai
berpidato, iswa merasa puas dan lega karena ternyata dia tidak
pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa saat
kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa
malu dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya
hampir tidak terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih
sebelumnya. Dalam hal ini terjadi konflik dalam diri siswa tersebut,
dan membuat kepuasaannya hilang.
Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar
siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru
dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) barupa
pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya.
Strategi untuk meningkatakan kepuasan :
1. Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif,
bukan ancaman atau sejenisnya.
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan
atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan
atau pengetahuan untuk membantu temantemannya yang belum
berhasil.
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa
lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.

You might also like