Professional Documents
Culture Documents
salah satu permasalahan pokok dalam proses pembelajaran saat ini yaitu kesulitan siswa dalam
menerima, merespon, serta mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. pembelajaran
konvensional yang selama ini berpusat pada guru terkesan merugikan siswa terutama siswa yang
berkemampuan rendah. siswa terlihat cenderung jenuh dalam pembelajaran dan kurangnya
motivasi untuk belajar. untuk itu, maka perlu kiranya sekolah mengembangkan suatu model
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa.
saat ini telah banyak muncul model-model pembelajaran hasil karya para filosof pendidikan.
salah satunya model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, dan satisfaction).
Model pembelajaran ARCS merupakan suatu bentuk pendekatan pemecahan masalah untuk
merancang aspek motivasi serta lingkungan belajar dalam mendorong dan mempertahankan
motivasi siswa untuk belajar (Keller, 1987). Model pembelajaran ini berkaitan erat dengan
motivasi siswa terutama motivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008:28) motivasi sangat penting
dalam belajar karena motivasi dapat mendorong siswa mempersepsi informasi dalam bahan ajar.
Sebagus apa pun rancangan bahan ajar, jika siswa tidak termotivasi maka tidak akan terjadi
peristiwa belajar karena siswa tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut.
Sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa guna meningkatkan prestasi/hasil belajar
siswa khususnya dalam mata pelajaran akuntansi dengan pokok bahasan jurnal umum, maka
penerapan model pembelajaran ARCS ini sangat efektif dipergunakan karena model
pembelajaran ARCS ini disesuaikan dengan kebutuhan ataupun minat siswa.
ARCS sendiri adalah akronim dari bentuk sikap siswa yakni attention (perhatian), relevance
(relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction (kepuasan). Jadi, penulis menyimpulkan
bahwa model pembelajaran ARCS adalah suatu bentuk pembelajaran yang mengutamakan
perhatian siswa, menyesuaikan materi pembelajaran dengan pengalaman belajar siswa,
menciptakan rasa percaya diri dalam diri siswa, dan menimbulkan rasa puas dalam diri siswa
tersebut. Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori dan
pengalaman nyata intsruktur sehinga mampu membangkitkan semangat belajar siswa secara
optimal dengan memotivasi diri siswa sehingga didapatkan hasil belajar yang optimal. Menurut
Awoniyi, dkk (1997:30) model pembelajaran ARCS ini mempunyai kelebihan yaitu sebagai
berikut:
1. Memberikan petunjuk: aktif dan memberi arahan tentang apa yang harus dilakukan oleh
siswa
2. Cara penyajian materi dengan model ARCS ini bukan hanya dengan teori yang
penerapannya kurang menarik
3. Model motivasi yang diperkuat oleh rancangan bentuk pembelajaran berpusat pada siswa
2)
Gunakan media (media pandang, audio, dan visual) untuk melengkapi penyampaian materi
pembelajaran.
3)
4)
Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan.
5)
B. Relevance (relevan)
Relevance yang dimaksud di sini dapat diartikan sebagai keterkaitan atau kesesuaian antara
materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar siswa. Dari keterkaitan atau
kesesuaian ini otomatis dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena siswa
merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara pribadi
dalam kehidupan sehari-hari siswa. Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka
merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai
dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya.suciati dan udin syarifuddin winatasyaputra (R.
Angkowo dan A. Kosasi, 2007:40-41) mengemukaan bahwa strategi untuk menunjukan relevensi
adalah sebagai berikut:
1)
Sampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari
materi pembelajaran ini bearti guru harus menjelaskan tujuan intruksional.
2)
Jelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan atau sikap serta nilai yang akan dipelajari dan
bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti.
3)
Berikan contoh, latiha atau tes yang lansung berhubungan dengan kondisi siswa.
1. Confidence (percaya diri)
Demi membangkitkan kesadaran yang kuat di dalam proses belajar mengajar siswa yang selama
ini lebih banyak dikuasai guru (teachers centered) dan lebih memproduk penghafal kata-kata
bukan pada kemampuan bagaimana belajar dan akhirnya setelah siswa tamat tidak bisa berbuat
apa-apa dan tidak ada kemampuan problem solving di tengah masyarakat yang plural
heterogen dan banyak masalah, maka guru harus menggunakan strategi yang efektif.
Menurut Keller (1987) strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa adalah sebagai berikut:
1)
Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman siswa,
misal dengan menyusun materi pembelajaran agar dengan mudah difahami, di urutkan dari
materi yang mudah ke sukar. Dengan demikian, siswa merasa mengalami keberhasilan sejak
awal proses pembelajaran.
2)
Susunlah kegiatan pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa
tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru dengan sekaligus.
3)
Meningkatkan harapan untuk berhasil, hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan
tujuan pembelajaran dan kriteria tes pada awal pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa
mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
4)
Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan
kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri.
5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan menganggap siswa telah memahami
konsep ini dengan baik serta menyebut kelemahan siswa sebagai hal-hal yang masih perlu
dikembangkan.
6)
Berilah umpan balik yang relevan selama proses pembelajaran agar siswa mengetahui
pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini
1. Satisfaction (kepuasan)
Kepuasan yang dimaksud di sini adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif
yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat
meningkat kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat
belajar diantaranya dengan:
1)
Mengucapkan baik, bagus dan seterusnya bila peserta didik menjawab /mengajukan
pertanyaan.
2)
Memuji dan memberi dorongan, dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang
simanatik atas partisipasi siswa.
3)
Memberi tuntunan pada siswa agar dapat memberi jawaban yang benar.
4)
(Keller, 1987)
2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran ARCS
Adapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS adalah sebagai berikut:
1)
Pada langkah ini, guru menarik perhatian siswa dengan cara mengulang kembali pelajaran atau
materi yang telah dipelajari siswa dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang
akan disajikan. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh
pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan.
2)
Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan.
Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi
tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual siswa sehingga keseluruhan siswa
dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan serta dapat mengetahui
hubungan atau keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar
siswa tersebut.
3)
Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci.
Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi siswa yaitu
dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan
atau menjaga perhatian siswa; memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang
disajikan dengan pengalaman belajar siswa ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
siswa; menumbuhkan rasa percaya diri siswa dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan; dan menciptakan rasa
puas di dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja
siswa.
4)
Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah siswa mudah
memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan
contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian siswa (attention)
dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar
siswa ataupun kehidupan sehari-hari siswa (relevance).
5)
Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan siswa agar lebih mudah dalam memahami
materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa
percaya diri siswa sehingga siswa tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun
mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga
bermanfaat bagi siswa-siswa yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga
siswa-siswa tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.
6)
Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi,
ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi ini, siswa akan berkompetensi secara
sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
berparisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa
percaya diri siswa dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri siswa karena
merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
7)
Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola
berfikir siswa. Setelah pemberian umpan balik ini, siswa secara aktif menanggapi feedback dari
guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan
menimbulkan rasa puas dalam diri siswa.
8)
Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas
dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk membuat kesimpulan tentang materi yang
baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung,
langkah ini dapat menciptakan rasa puas di dalam diri siswa.
Seorang guru memberikan sebuah contoh permasalahan yang ada di luar, murid dituntut untuk
dapat memecahkan masalah tersebut.
Concreteness
Variability
Seorang guru menggunakan lebih dari satu media dalam mengajar. Sebagai contoh seorang guru
menggunakan modul dan setelah itu powerpoint untuk menyampaikan sebuah materi.
Humor
Seorang guru di dalam proses pembelajaran memberikan sedikit candaan dalam sebuah materi.
Inquiry
Participation
Relevance
Relevance merupakan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman
belajar siswa. Dari keterkaitan dapat menumbuhkan motivasi belajar di dalam diri siswa karena
siswa merasa bahwa materi pelajaran yang disajikan mempunyaai manfaat langsung secara
pribadi dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Experience
Present Worth
Pada saat pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa apabila mereka bisa memahami dan
mampu menjelaskan materi di didepan kelas maka siswa tersebut akan mendapatkan nilai plus
serta guru tersebut menjelaskan tujuan intruksional dari pemeblajaran tersebut.
Guru menjelaskan materi dan pengetahuan yang akan dipelajari sehingga materi dan
pengetahuan tersebut bisa diaplikasikan di kehidupan yang akan datang bagi siswa tersebut.
Need Matching
Guru di dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di setiap materi mengenai interaksi
sosial.Guru menjelakan contoh-contoh di dalam kehidupan sehari-hari misalnya kita menyapa
orang dan berbicara dengan teman kita,saling membantu antar teman di kehidupan sehari-hari
berarti salah satu dari interaksi sosial karena interaksi sosial merupakan saling bertemunya orang
satu dengan orang lain yang saling berhubungan secara langsung.Dari contoh tersebut maka
siswa bisa membandingkan dan mengaitkan dengan kehidupan nyata yang mereka
alami.Sehingga siswa bisa termotivasi karena mereka merasa bermanfaat bagi kehidupan
mereka.
Modelling
Penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
model untuk membangkitkan motivasi siswa karena model pembelajaran ini mengaitkan konten
mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapan dalam kehidupan nyata.Pada pemodelan ini misalnya pada
pembelajaran keterampilan guru memberi contoh tentang bekerja sesuatu,sebelum siswa
melaksanakan tugas.Dalam pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) guru bukan
satu-satunya model.Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.Seorang siswa bisa ditunjuk
untuk member contoh temannya cara menggunakan suatu alat misalnya thermometer.
Choice
Guru memberikan contoh latihan soal atau tes dalam bentuk pilihan yang berhubungan dengan
kondisi siswa tersebut.
Convidence
Convidence merupakan percaya diri dengan kata lain mampu membangkitkan kesadaran diri
didalam proses belajar mengajar sehingga siswa mampu memiliki rasa percaya diri untuk
mencapai keberhasilan.
Learning Requirements
Dalam mata pelajaran ipa kelas 1 dengan materi menyebutkan semua anggota tubuh dengan
penggunanya.
Difficulty
Guru member penjelasan khusus dengan menggunakan suatu media yang kongkrit untuk
mempermudah peserta didik menerima materi,misalnya pelajaran matematika kelas 1 masalah
penjumlahan sederhana,guru menyediakan stik warna merah dan hijau kemudian diberikan soal
contoh 5+6=karena siswanya mengalami kesulitan maka siswa disuruh mengambil stik es
krim warna hijau sejumlah 5 kemudian mengambil stik warna merah sejumlah 6setelah itu stik
yang sudah diambil tersebut dikumpulkan menjadi satu dan setelah itu disuruh menghitung
semuanya stik yang terkumpul dengan bilangan terakhir itu lah hasil penjumlahannya.Begitulah
seterusnya dengan menggunakan media lain sampai siswa tidak mengalami kesulitan dalam
menghitung penjumlahan.
Expectations
Setiap selesai proses pembelajaran guru memberikan latihan soal-soal yang dikerjakan dirumah
walaupun soal tersebut berisi hanya tiga butir.Harapannya agar siswa tetap mempelajari materi
yang telah diajarkan oleh guru dengan begitu bisa menunjukkan keberhasilan didalam proses
pembelajaran.
Attribution
Pada saat proses pembelajaran antara guru dengan siswanya diharapkan terdapat adanya interaksi
didalam pembelajaran apabila ada kesulitan dalam mengerjakan soal guru bisa dijadikan sebagai
tempat konsultasi untuk meningkatkan rasa kepercayaan pada siswanya.
Self Confidence
Ketika guru sedang menjelaskan suatu materi pembelajaran dengan semangat dan penuh percaya
diri kalau peserta didiknya akan mampu menguasai materi yang sudah ia ajarkan, misalnya
pelajaran matematika tentang bab integral, dimana peserta didik sudah menguasai tentang
penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian. Dengan menjelaskan secara detail rumus
dan contoh soal maka peserta didik akan mampu menyelesaikan soal soal yang di berikan
gurunya kepada mereka. Dengan mempunyai pegangan maka siswa lebih percaya diri untuk bisa
mengrjakan soal soal tersebut. Setelah berhasil mengerjakan maka guru akan menuju ke tahap
selanjutnya masih dengan bab integral, maka dari itu akan membangun rasa percaya diri peserta
didik untuk mendapatkan nilai yang bagus sesuai dengan keinginan mereka.
Satisfaction
Satisfaction merupakan kepuasaan,perasaan gembira, perasaan ini dapat menjadi positif yaitu
timbul kalau orang mendapatkan penghargaan terhadap dirinya. Perasaan ini dapat meningkat
kepada perasaan percaya diri siswa nantinya dengan membangkitkan semangat belajar
Natural Consequences
Ketika guru sudah menerangkan materi, maka dalam diri peserta didik akan timbul aku harus
bisa mengerjakan soal soal yang diberikan oleh guru karena aku membutuhkan materi tersebut
untuk bisa mengerjakan soal ketika ujian. Dan setelah mengerjakannya ternyata bisa maka guru
memberikan pengarahan terhadap siswa yang sudah bisa untuk mengajari temannya yang belum
paham akan materinya. Dengan begitu penyampaian materi akan berhasil sesuai dengan
keberhasilan yang diinginkan dengan begitu kuensekunsi yang harus dijalankan juga berhasil.
Unexpected Rewards
Ketika seorang guru sedang mengadakan ujian matematika secara lesan dengan bertanya tentang
hasil perkalian dan penjumlahan. Tanpa sepengetahuan dari peserta didik guru menyiapkan
hadiah yang berbagai macam bentuknya, hadiah tersebut akan diberikan kepada peserta didik
yang berhasil atau bisa menjawab pertanyaan dari guru.
Positive Outcomes
Pada saat sesudah proses pembelajaran siswa mampu mengerjakan soal yang diberikan guru
benar semua sesuai target.Seorang guru mengucapkan selamat atau mengucapkan bagus
sehingga bisa memunculkan rasa kepuasaan tersendiri dan merasa bahagia karena memurut
siswa sendiri itu merupakan suatu penghargaan bagi dirinya.
Guru sebelum memberi materi guru terlebih dahulu memberi tuntunan pada siswa dan
menjelaskan materi tersebut agar siswa dapat menjawab soal setelah dijelaskan materimaterinya.Sehingga siswa bisa menjawab dengan benar.
Schedulling
Ketika guru memberikan tugas sebelumnya guru menjelaskan tugas maupun jadwal
pengumpulan tugas disetiap minggunya kita harus melakukan kegiatan serta mengerjakan tugas
apa saja sehingga terlihat secara terjadwal serta di setiap minggunya ada konsultasi sehingga
pada hasil akhirnya siswa merasa puas bisa mendapatkan nilai yang bagus.
Model Motivasi ARCS
Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp
(1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai
harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan
yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen
tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model
pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS
(Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Models ARCS adalah model yang terkenal dlm model rekabentuk instruksi yang digunakan secara
meluas. Model ARCS berakar umbi pada banyak teori dan konsep motivasi, khasnya teori jangkaannilai atau expectancy-value (contohnya Vroom, 1964; Porter dan Lawler, 1968).
Dalam teori jangkaan, "usaha" dikenalpastikan sebagai hasilan utama yang boleh diukur. Supaya
"usaha' boleh berlaku, dua prasyarat mesti ditetapkan - (1) orang berkenaan mesti menghargai
tugas, dan (2) orang tersebut mesti percaya ia boleh berjaya melakukan tugas. Justeru itu, dalam
situasi instruksi, tugasan pembelajaran mesti disembahkan dalam cara yang melibatkan dan bererti
kepada pelajar; dan dapat menggalakkan jangkaan positif akan kejayaan pencapaian objektifobjektif pembelajaran.
Models ARCS mengenalpasti empat komponen strategi yang penting untuk memotivasikan instruksi:
[A]ttention / Perhatian - strategi untuk memberangsang dan mengekalkan rasa ingin tahu
dan minat
[R]elevance / Perkaitan - strategi untuk menghubungkan keperluan, minat dan motif pelajar.
Keller (1987) membahagikan keempat-empat komponen ARCS kepada tiga sub-komponen stragegik.
Penerangan sub-komponen strategik dan contoh yang releven dengan instruksi adalah seperti
berikut.
Attention / Perhatian
Perangsangan Inkuiri: stimulasikan rasa ingin tahu dengan mengajukan soalan atau masalah
untuk diselesaikan. Contoh: Guru menyampaikan satu senario tentang seseuatu masalah dan
mengarahkan murid melukan percambahan idea (brainstorm) penyelesaian yang munasabah
berasaskan apa yang telah dipelajari dalam kelas.
Kepelbagaian: memasukkan beraneka jenis kaedah dan media untuk memenuhi kehendakkehendak pelajar yang berbeza-beza. Contoh: Selepas menyampai dan meneliti isi pelajaran
di OHP, murid-murid menjalankan perbincangan dan latihan dalam kumpulan koperatif.
Relevance / Perkatian
Orientasi Matlamat: menerangkan objektif dan tujuan berkaitan dengan instruksi dan
kaedah-kaedah spesifik untuk pencapaian berjaya. Contoh: Guru menjelaskan objektif dan
kepentingan objektif pelajaran.
Pemadanan Motif: memadankan objektif dengan keperluan dan motif pelajar. Contoh: Guru
membenarkan pelajar menyampaikan hasil projek dalam bentuk bertulis, lisan atau grafik
demi menyesuaikan gaya dan keperluan pembelajaran yang berbeza-beza di kalangan
muridnya.
Kebiasaan: menyampaikan isi kandungan dengan cara yang mudah difaham dan boleh
berkatian dengan pengalaman dan nilai pelajar. Contoh: Murid-murid diminta memberi contoh
tentang pengalaman diri sendiri yang berkaitan dengan konsep yang telah diterima dalam
kelas.
Confidence / Keyakinan
Satisfaction / Kepuasan
Gangaran Eksrintik: memberi pengukuhan positif dan maklum balas bermotivasi. Contoh:
Guru menganugerahkan sijil kepada murid apbila murid telah menguasai satu set kemahiran
yang lengkap.
Equiti: memastikan piawaian dan akibat yang konsisten untuk kejayaan. Contoh: Selepas
tamatnya projek kumpulan, guru memberi maklum balas berdasarkan kriteria yang telah
diedarkan terlebih dahulu.
Rumusan
Model ARCS dalam rekabentuk instruksi adalah pendekatan yang mudah digunakan untuk
meningkatkan tarikan motivasi dalam instruksi. ARCS menyediakan kerangka yang kuat untuk mereka
bentuk dan meningkatkan mutu motivasi dalam berbagai-bagai entiti seperti pengajaran di bilik
darjah, penyediaan bahan di internet, dan bahan pengajaran dan pembelajaran.
1.
Langkah ini dilakukan untuk menulis tujuan desain motivasi dan penilaian. Dalam tujuan akan
digambarkan perilaku motivasi yang ingin diamati dalam pemelajar. Saat menulis tujuan,
pertimbangkan perbedaan antara menutup kesenjangan motivasi dan menjaga motivasi. Dalam
beberapa pengaturan, seperti yang ditunjukkan oleh analisis audiens, akan ada masalah motivasi
tertentu yang memerlukan perhatian. Upayakan menyertakan strategi motivasi yang cukup untuk
menghindari pembelajaran menjadi membosankan, seperti meningkatkan kepercayaan pemelajar
dengan kegiatan yang menantang.
kegiatan pengalaman belajar dan belum memiliki strategi tertentu dalam pikiran, maka dapat
dilakukan dengan mencari strategi bisa disesuaikan atau, setidaknya dapat berfungsi sebagai
model untuk dikembangkan. Dalam langkah ini jangan lupa untuk mencatat (sebagai
dokumentasi) hasil keputusan yang sudah diambil yakni strategi yang sebenarnya akan
dikembangkan dan diintegrasikan ke dalam pelajaran.
Langkah 10: Evaluation and Revision/Evaluasi dan Revisi
Dalam merancang desain pembelajaran formal, langkah ini bagian dari proses yang tujuannya
untuk mengevaluasi materi seberapa baik strategi motivasional yang dilakukan memiliki
pengaruh terhasdap pemelajar. Tetapi kadang-kadang, evaluasi yang berkaitan dengan aktifitas
mungkin tidak diperlukan. Jika sedang mengembangkan sebuah pembelajaran yang akan
digunakan di kelas, maka pembelajar akan mengetahui seberapa baik berimplikasi kepada
pemelajar, untuk itu bisa dilakukan diskusi dengan mereka. Jika Rancangan kegiatan
pembelajaran dilakukan oleh orang lain, atau ingin bukti konkret dari reaksi hasil desain
motivasional yang telah dirancang maka evaluasi formal perlu dilakukan.
2.
Model ARCS mengidentifikasi ada empat Kondep Penting untuk memotivasi pembelajaran:
a. Attention (perhatian): adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan tenaga dan energi
psikis dalam menghadapi suatu obyek. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu. Rasa
ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain
dengan yang sudah ada, dan kontradiktif. Peserta didik diharap dapat menimbulkan minat yaitu
kecenderungan untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok pelajaran tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu melahirkan semangat yang baru dan dapat berperan positif dalam
proses belajar mengajar selanjutnya.
b. Relevance (relevansi): yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran,
kebutuhan dan kondisi pesrta didik. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan
relevansi dalam pembelajaran, yaitu:
Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau
profesi tertentu.
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang dipelajari dengan kebutuhan
kondisi peserta didik. Peserta didik akan termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang akan
dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat bagi mereka.
c. Confidence (kepercayaan diri): yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan
meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan
diri, yaitu sebagai berikut:
Menyusun pembelajaran menjadi bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak di
tuntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui
sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
d. Satisfaction (kepuasan): adalah perasaan gembira, perasan ini dapat positif yaitu timbul
kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat kepada perasaan
harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar di antaranya dengan:
Mengucapkan baik, bagus dan memberikan senyum bila peserta didik menjawab atau
mengajukan pertanyaan.
Menunjukkan sikap non verbal positif pada saat menanggapi pertanyaan atau jawaban
peserta didik.
Memuji dan memberi dorongan dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang
simpatik atas prestasi peserta didik.
Memberi tuntunan pada peserta didik agar dapat memberi jawaban yang benar.
Memberi pengarahan sederhana agar peserta didik memberi jawaban yang benar.
konsentrasi yang lebih tinggi dalam menilai prestasi belajar dan mengstabilkan kondisi
pembelajaran tetap berada dalam situasi yang diinginkan.
3. Akan sangat sulit menemukan dan menentukan startegi motivasi yang tepat
diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran jika motivasi individu dari setiap peserta
didik sangat bervariasi.
A. Urgensi Motivasi
Proses pembelajaran dapat dipahami atau dijelaskan dengan
menggunakan berbagai teori belajar sebagaimana dibahas dalam
bagian terdahulu. Di samping itu proses tersebut dapat pula
dijelaskan dengan memperhatikan satu aspek yang penting, yaitu
motivasi mahasiswa. Guru sering dirisaukan dengan adanya siswa
yang dinilai cerdas tetapi mempunyai prestasi yang sedangsedang
saja. Dalam pembelajaran siswa tersebut kelihatan bosan dan lesu,
sedikit sekali menggunakan pikiran untuk memecahkan persoalan
yang dikemukakan di kelas, apalagi secara aktif melibatkan diri
dalam proses pembelajaran. Salah satu cara memahaminya adalah
dengan anlisis yang dikemukakan oleh Romiszowski (1984), bahwa
kinerja yang rendah dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
berasal dari dalam dan luar diri siswa.
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang berasal
dari dalam dan luar diri siswa. Faktor luar misalnya fasilitas belajar,
cara mengajar guru, sistem pemberian umpan balik, dan sebaginya.
Faktorfaktor dari dalam diri siswa mencakup kecerdasan, strategi
belajar, motivasi dan sebagainya.
B. Definisi Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti
menggerakan. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi
menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu dan yang memberi arah dan ketahanan