Professional Documents
Culture Documents
A. KONDISI UMUM
Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara
garis 2008 LU - 3002 LS serta di antara 108030 BT dan 114010 BT pada peta
bumi. Beberapa kehususan yang dimiliki Provinsi Kalimantan Barat, yakni:
-
Dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 00) tepatnya di atas Kota
Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalimantan Barat adalah
salah satu daerah tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi
kelembaban yang tinggi.
Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara dari Pontianak Entikong
Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh
sekitar enam sampai delapan jam perjalanan.
-
Hulu (29.842 km2 atau 20,33 persen), dan Kabupaten Sintang (21.635 km2 atau
14,74 persen), sedangkan sisanya tersebar pada 11 (sebelas) kabupaten/kota
lainnya.
Memiliki ratusan sungai besar dan kecil, penduduk Kalimantan Barat masih
mengandalkan sungai besar sebagai jalur penghubung, terutama menuju daerah
pedalaman.
Meski sebagian besar hutan telah berubah fungsi menjadi area pertambangan dan
perkebunan, Pemerintah daerah Kalimantan Barat mengaku masih memiliki
kawasan hutan sebesar 67,96% dari total daratannya. Areal hutan terluas terletak
di Kabupaten Kapuas Hulu seluas 2.636.785 ha, kemudian diikuti oleh Kabupaten
Ketapang yaitu seluas 1.927.057 ha. Sedangkan areal perkebunan mencapai
2.640.199 ha.
Luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Barat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.259/KPTS-II/2000
tanggal 31 Agustus 2001 adalah sebesar 9.178.760 ha yang terbagi atas kawasan lindung dan kawasan budidaya (tabel 5.5.1).
Dalam kawasan lindung, hutan lindung memiliki luas terbesar yaitu 2.307.045 ha, setelah itu adalah hutan taman nasional seluas
1.252.895 ha. Selanjutnya dalam kawasan budidaya sebagian besar adalah untuk hutan produksi terbatas sebesar 2.445.985 ha
dan 2.265.800 ha merupakan hutan produksi biasa. Sedangkan hutan produksi konversi hanya mencapai 514.350 ha.
Tahun 2013 Luas lahan kritis terbesar terjadi pada kabupaten Ketapang yaitu
sebesar 77,47 persen dari luas lahan kritis di Kalimantan Barat. Dimana lahan kritis
di dalam kawasan maupun diluar kawasn hampir sama besarnya yaitu masingmasing 50 persen dari lahan kritis.
Dari 14,68 juta ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman hanya berkisar
0,31 persen. Adapun areal pemukiman terluas berada di Kabupaten Sintang diikuti
kemudian oleh Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang. Tahun 2014, jumlah
penduduk Kalimantan Barat mencapai 4.716.093 orang.
B. KONDISI EKONOMI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat atas dasar harga berlaku
tahun 2013 mencapai Rp 84,96 triliun dengan kontribusi terbesar pada sektor
pertanian (23,08%), sektor perdagangan hotel dan restoran (22,34%), dan sektor
industri pengolahan (16,27%). Struktur ekonomi ini masih menempatkan sektor
pertanian sebagai leading sector. Bila ditinjau dari penggunaannya, PDRB Kalbar
2013 masih didominasi dengan konsumsi
persen.
Bila dibedah lagi untuk sektor pertanian, maka komposisi PDRB tanaman bahan
makanan dan tanaman perkebunan merupakan penyumbang terbesar yakni
masing-masing 35%, sementara ketiga sektor lainnya seperti kehutanan, perikanan
dan peternakan menyumbang kurang atau sama dengan 10%.
Warga Kalbar baik penduduk asli maupun pendatang pernah merasakan masa
kejayaan dari hasil penebangan kayu. Bukan saja perusahaan-perusahaan yang
mengantongi ijin HPH menangguk kekayaan hingga triliunan rupiah, masyarakat
umum pun merasakan mudahnya mendapatkan uang dari bisnis kayu.
Pada awal 90 an, lowongan menjadi pegawai negeri sipil di berbagai kantor dinas
baik tingkat provinsi maupun kabupaten / kota terbuka lebar. Namun peluang ini
tidak dilirik karena gaji bulanan yang nilainya jauh dari
penghasilan sebagai
karyawan perusahaan HPH. Ketika honor yang didapat PNS berkisar Rp 500 ribu,
karyawan HPH bisa mendapatkan gaji pokok Rp 1,2 juta belum ditambah dengan
penghasilan sampingan dari bisnis kayu illegal yang nilainya lebih besar dan
diperoleh bisa per minggu, tidak perlu menunggu 25 hari kerja. Namun masa jaya
ini kemudian meredup dan mencapai klimaksnya di penghujung tahun 2004 ketika
banyak perusahaan kayu tutup.
Kini, sumbangan sektor kehutanan terhadap PDRB Kalbar presentasenya sangat
kecil. Untuk produk langsung kehutanan hanya menyumbang kurang dari 1%
sedangkan barang kayu dan olahan hasil hutan memberi kontribusi sekitar 5%.
Berdasar lapangan usaha, perdagangan besar dan retail menjadi denyut nadi
perekonomian
Kalbar
dengan
kontribusi
sekitar
20%
diikuti
jasa
layanan
Persentase
1
2
PDRB
20,50
11,12
3
4
5
6
pemerintahan
Tanaman bahan makanan
Tanaman perkebunan
Bangunan
Industri pengolahan makanan,
9,76
9,16
9,01
8,65
7
8
6,24
4,61
hutan
Komunikasi
Sewa bangunan
3,60
2,30
9
10
C. Tingkat kesejahteraan
Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 berdasarkan hasil Proyeksi
Penduduk berjumlah sekitar 4,641 juta jiwa, dimana sekitar 2,366 juta jiwa berjenis
kelamin laki-laki dan 2,275 juta jiwa adalah perempuan. Luas wilayah Provinsi
Kalimantan Barat sebesar 146.807 Km2 atau lebih besar dari Pulau Jawa, maka
kepadatan penduduk Kalimantan Barat sekitar 32 Jiwa per kilometer persegi.
5.33
7.35
19.44
28.22
39.65
1
Garis kemiskinan di provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 ditetapkan pada 270.306
rupiah per kapita per bulan. Garis kemiskinan terendah berada di Kabupaten
Kayong Utara yaitu 207.989 rupiah per kapita per bulan dan tertinggi adalah di
Kabupaten Sintang yaitu 358.693 rupiah per kapita per bulan.
Jumlah penduduk miskin di provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 berjumlah sekitar
407,3 ribu orang dengan persentase penduduk miskinnya sekitar 8,74 persen.
Kabupaten yang memiliki penduduk miskin terbesar adalah Kabupaten Ketapang
dengan 58,80 ribu orang, sedangkan persentase penduduk miskin terbanyak
terdapat di Kabupaten Melawi yaitu sekitar 13,70 persen.
D. Pertanian
D.1 Tanaman Pangan
Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi
membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu.
Tanaman padi misalnya, pada tahun 2013 didominasi Kab. Sambas, Kab. Kubu Raya,
Kab. Landak, dan Kab. Sanggau. Keempat kabupaten ini menyumbang
persen dari total produksi provinsi sebesar 1.441.876 ton
58,37
Sedangkan untuk tanaman palawija, produksi jagung tahun 2013 mencapai 159.973
ton atau menurun 5,97 persen dari tahun 2012. Produksi jagung terbesar di
Kabupaten Bengkayang mencapai 77,27 persen dari total produksi jagung
Kalimantan Barat. Produksi kacang tanah turun 21,98 persen dengan produksi
terbesar berada di Kabupaten Landak yaitu 28,40 persen dari total produksi
Kalimantan Barat sebesar 1.317 ton.
Beberapa komoditi buah-buahan juga terpusat di beberapa Kabupaten/Kota, seperti
jeruk di Kabupaten Sambas, pisang di Kabupaten Pontianak, dan nenas di
Kabupaten Kubu Raya dan Kota Singkawang.
Satu komoditi unggulan yang sekarang ini sedang digalakkan dan dikembangkan
oleh pemerintah Kalimantan Barat, terutama pemerintahan Kota Pontianak dan
Kabupaten Kubu Raya,
buaya di Kalimantan Barat dapat mencapai berat ratarata 1,2 kg per helai daunnya
dalam umur 8 bulan sampai 1 tahun. Hasil olahannya diantaranya berupa minuman,
permen, teh dan makanan kecil lainnya.
D.2 Perkebunan
Pada sektor perkebunan, karet dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di
Kalimantan Barat. Pada tahun 2014, produksi kelapa sawit mencapai total 1.174.
499 ton dengan kontribusi perkebunan besar 681.506 ton dan perkebunan rakyat
492.993 ton.
8
9
1
0
Pinang
Kemiri
1,884
1,498
702
193
1,192
231
Sagu
Lain-lain
2,613
2,222
2,050,152
1,526,352
Total
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan
Barat
Terdapat 428 perusahaan perkebunan yang telah mendapat ijin operasi di
Kalimantan Barat dengan mayoritas merupakan perusahaan perkebunan sawit.
Kabupaten Ketapang telah mengeluarkan ijin paling banyak yakni untuk 81
perusahaan, diikuti Kabupaten Landak dengan 54 perusahaan.
E. Transmigrasi
Perpindahan penduduk dari luar pulau masuk ke Kalimantan Barat pada masa
kemerdekaan RI dimulai dengan penempatan 225 KK atau 1.114 jiwa di di Desa
Kuala Dua (dulu Desa Sei Durian) Kecamatan Rasau Jaya (dulu Kecamatan Sungai
Raya) Kabupate Kubu Raya (dulu Kabupaten Pontianak) pada 1955.
Sampai akhir 2014 tercatat 127.714 KK atau 537.110 jiwa telah ditempatkan di area
pemukiman transmigrasi. Mereka sebagian merupakan penduduk luar Provinsi
Kalimantan Barat, sebagian lagi merupakan penduduk asli atau setempat yang
mengikuti pola alokasi penempatan penduduk tempatan daerah (APPDT).
Sepanjang tahun 2014 realisasi penempatan transmigrasi sebanyak 160 KK atau
580 jiwa di Kabupaten Kayong Utara dan Kubu Raya. Tahun sebelumnya, sebanyak
613 kepala Keluarga (KK) atau 2.417 Jiwa. Mereka ditempatkan di enam wilayah
Kabupaten yaitu Kabupaten Kayong Utara (200 KK), Kubu Raya (100 KK), Kab.
Sanggau (133 KK), Kab. Kapuas Hulu (105 KK), Kabupaten Ketapang (50 KK) dan
Sambas (25 KK ).
Baru-baru ini terjadi gelombang penolakan terhadap penempatan transmigran dari
luar pulau di Kalimantan Barat. Banyak alasan dikemukakan, antara lain karena
banyaknya masalah dan konflik yang belum diselesaikan ataupun karena alasan
sukuisme yakni kekhawatiran akan dominasi suku Jawa di Kalimantan Barat. Namun,
ada kecurigaan penolakan program transmigrasi ini didukung oleh kepentingan
bisnis dan perebutan lahan. Gubernur Kalimantan Barat Drs Cornelis MH dalam satu
kesempatan
menyatakan
tidak
tetapi minta
pelaksanaan
transmigras
dengan
tetap berniat
mengajukan
usulan
penempatan 145 KK penduduk lokal dan 140 KK penduduk luar Kalimantan Barat di
Ketapang,
Kapuas
Hulu
dan
Kayong
Utara
untuk
tahun
anggaran
2015.
di UPT Keliling Semulung (Kapuas Hulu) sebanyak 195 KK dan di Satai Lestari
(Kayong Utara) sisa slot untuk 250 KK.
Tabel. Usulan Program Penempatan
Transmigrasi
Di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2015
No
Pol
a
TUL
B
TUL
K
TUL
B
Daya
Tampung
Sisa Daya
Tampung
(KK)
(KK)
TPS
TPA
240
40
20
20
300
195
50
45
250
250
75
75
Usulan
Keterangan:
TUL
Transmigrasi Umum Lahan
B:
Basah
TUL
Transmigrasi Umum Lahan
K
Kering
Transmigrasi Penduduk
TPS
Setempat
TPA
Transmigrasi Penduduk Asal
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi Kalimantan Barat
di wilayah perbatasan
untuk
membangun
pemukiman
baru
dan
mendatangkan
mengacu
pada
Peraturan
Pemerintah
no
tahun
2014
tentang
ketransmigrasian, Pasal 11. Pasal 11 ayat (2) menyebutkan satuan pemukiman bisa
merupakan SP-Baru, SP-Pugar, dan SP-Tempatan.
Satuan Permukiman Baru atau disebut SP-Baru adalah bagian dari Satuan Kawasan
Pemukiman (SKP) dengan daya tampung 300-500 (tiga ratus sampai dengan lima
ratus) keluarga yang merupakan hasil pembangunan baru.
Satuan Permukiman Pemugaran atau disebut SP-Pugar adalah bagian dari satuan
kawasan pengembangan (SKP) berupa permukiman penduduk setempat yang
dipugar menjadi satu kesatuan dengan permukiman baru dengan daya tampung
300-500 (tiga ratus sampai dengan lima ratus) keluarga.
Satuan Permukiman Penduduk Setempat yang selanjutnya disebut SP-Tempatan
adalah permukiman penduduk setempat dalam deliniasi Kawasan Transmigrasi yang
diperlakukan sebagai Satuan Pemukiman (SP).
Saat ini sedang dimantapkan usulan progam SP-Pugar di Dusun Beruang, Desa
Sungai Tekam Kecamatan Sekayam untuk pemugaran pemukiman 3 SP. Dusun
Beruang berbatasan langsung dengan Kampung Lubuk Nibong, Serawak Malaysia.
Kebutuhan sehari-hari warga Dusun Beruang dibeli dari warung tetangga di Lubuk
Nibong yang hanya berjarak 30 menit mengendarai motor melewati kebun sawit.
Mereka lebih familiar dengan mata uang ringgit dari pada rupiah, karena untuk
membelanjakan rupiah perlu waktu 2 jam berkendara motor atau mobil menuju
Entikong.
Selain penataan perumahan, pilot project yang mendapatkan lampu hijau dari
Presiden Jokowi ini juga akan membangun jaringan pipa air dari mata air terdekat,
karena saat ini warga mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Sumur
pompa yang dibangun TNI dan PT SISU sering tidak beroperasi karena bergantung
pada energi listrik yang sering padam. Tentu saja perbaikan infrastruktur jalan dari
Kota Kecamatan Sekayam menuju Dusun Beruang merupakan syarat mutlak untuk
mendukung program mempercantik wajah perbatasan ini.
F. Kemitraan Perkebunan sawit
Sejarah kemitraan perusahaan kelapa sawit dan petani plasma di Kalimantan Barat
telah dimulai sejak program NES yang didukung Bank Dunia. Pada kurun waktu
tahun tanam 1982-1983 dan 1989-1990, PTPN XIII menjalankan proyek NES V
Ngabang, Kabupaten Landak dengan pembangunan kebun inti 3.500 hektar dan
plasma 8.000 hektar. Kemitraan terjadi antara PTPN XIII dengan penduduk setempat
yang menyerahkan lahan untuk pembangunan kebun inti dan sebagai gantinya
mendapatkan jatah kebun plasma.
PTPN XIII juga menjalankan program PIR-SUS di Kabupaten Sanggau melalui Proyek
PIR-SUS
Parindu
pada
tahun
tanam
1982-1983
dan
1991-1992
dengan
membangun kebun inti 2.500 hektar dan kebun plasma 9.000 hektar. Pola PIR-SUS
sebenarnya berencana mendatang transmigran dengan pola trasmigrasi umum
yang akan dijadikan pekerja kebun. Namun karena penolakan yang sangat keras
dari penduduk setempat maka yang bisa dilaksanakan adalah mendatangkan
pekerja dari Jawa yang hanya mendapatkan jatah mess karyawan, bukan melalui
skema transmigrasi yang mendapatkan lahan pekarangan dan lahan usaha.
Program mendatangkan karyawan dilanjutkan dalam Proyek PIR-BUN tahun 19851986.
Ketika memasuki pelaksanaan program PIR-Trans, terdapat 12 perusahaan kebun
sawit yang ikut pola ini dan tersebar di lima Kabupaten yakni Sambas, Landak,
Sekadau, Sanggau dan Ketapang.
Kabupat
en
Subah Sejangkung
Sambas
PT Cemaru Lestari
Ngabang
Landak
Ngabang
Landak
PT Surya Deli
Kapuas
Sekadau
Sekadau Hilir
Sekadau
Meliau, Kapuas
Sanggau
Meliau, Kapuas
Sanggau
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Ketapang
Memasuki rejim KKPA, pola kemitraan terjalin antara perusahaan swasta dengan
petani peserta yang mayoritas merupakan penduduk setempat. Bergairahnya pola
KKPA tampak dari tumbuhnya koperasi kebun sawit pada kurun 2000-2006.
Beberapa kasus mencuat dan menjadi pemberitaan terkait pelaksanaan KKPA.
Misalnya PT PT. Harapan Hibrida Kalbar yang beroperasi di Ketapang digugat karena
dinilai melakukan penipuan terhadap Warga desa Suak Burung, desa Seguling, desa
Batu Sedau dan desa Manis Mata. Kemudian PT Harapan Sawit Lestari berhadapan
dengan masyarakat adat dayak Jalai di Kecamatan Manis Mata, Kabupaten
Ketapang. Warga sekitar PTPN XIII Parindu juga mengeluh tidak transparannya
kemitraan pola KKPA antara PTPN dengan warga. Pengurus koperasi dinilai tidak
mampu membela kepentingan peserta plasma.
Konflik antara perusahaan dengan petani plasma semakin tajam terlihat di era
revitalisasi perkebunan. Keberadaan koperasi dan pengurusnya tidak memperjelas
duduk perkara kemitraan, malah menambah kebingungan. Di era revitalisasi ini,
masalah hasil kebun yang didapat tidak memadai menjadi persoalan utama. Selain
itu, soal kejelasan lahan setelah berakhirnya masa tanam menjadi tanda tanya
besar bagi peserta kemitraan.
Terkait masa depan Kalbar, sawit sepertinya masih menjadi daya magnet tersendiri
bagi investor. Dalam laporan kinerja Pemerintah Daerah Kalimantan Barat Tahun
2014 disebutkan, salah satu strategi pembangunan jangka menengah hingga 2019
adalah Pembangunan Kawasan Industri basis sawit (Tayan, kab. Sanggau oleh
PTPN13 & Badau, kab. Kapuas Hulu oleh PT SMART), Karet (Mandor, kab. Landak),
Aneka Industri (Semparuk, Kab. Sambas), Alumina (Kendawangan Ketapang oleh
Well Harvest Winning)
Strategi Jangka pendek (2015-2016)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penetapan sebagai pintu ekspor dan impor pada PPLB Entikong dan Badau serta Tempat Penimbunan sementara
kepabean (Bongkar muat) didukung percepatan pembangunan Terminal Barang Ekspor Impor pada PPLB tersebut
Tidak menjual karet (ekspor) jika harga di pasaran dunia < 1,5 US$ / kg dan upaya peningkatan konsumsi domestik
pada produk karet alam , antara lain karet untuk campuran aspal ( Kemen PU dan PR, Kemendag dan GAPKINDO ) &
harus didukung percepatan pembangunan sistim resi gudang karet yg sesuai kapasitas produksi daerah
Kelonggaran ijin ekspor untuk produk hasil pemurnian bauksit dengan kandungan Al2O3 > 70%
Mempercepat ekspor melalui mekanisme goods in transit untuk komoditi CPO dan komoditi lainnya melalui pelabuhan
di Sarawak Malaysia
Memfasilitasi UKM /IKM Furniture ( Kerajinan Kayu ) dalam memperoleh Bahan Baku yang sesuai dengan Legalitas
Kayu (SVLK) dengan mendorong Kementerian Kehutanan agar Tempat Penimbunan Terpadu (TPT) Kayu di
Kabupaten / Kota yang memiliki potensi ekspor produk dari kayu
Peningkatan pemanfaatan Teknologi In fo rma si ( Ata se Pe rd a g a n g a n Kementerian Perdagangan Dinas
Perindag Prov Dinas Perindag Kab / Kota ) untuk kelancaran informasi ekspor impor (regulasi , potensi pasar ,
legalitas dan validitas buyer serta persaingan usaha)
Meningkatkan peran daerah dalam menciptakan eksportir baru dan eksportir UKM
Penyelesaian Pembangunan Terminal Ekspor-impor di PPLB Badau dan PPLB Entikong Pembangunan sistim resi
gudang karet untuk standarisasi bahan baku karet dan sebagai penyangga supply dan demand karet
Fasilitasi ekspor dengan mekanisme goods in transit via Badau dan Entikong melalui pelabuhan di Sarawak
Pembangunan Pelabuhan Internasional Temajo/Sei Kunyit
P e n y e l e s a i a n P e n a t a a n K a w a s a n perbatasan termasuk Pembangunan Dry port di Badau dan
Entikong yang representative
Percepatan Pembangunan Smelter SGA (Smelter Grade alumina) Pembangunan Kawasan Industri basis sawit (Tayan,
kab. Sanggau oleh PTPN13 & Badau, kab. Kapuas Hulu oleh PT SMART), Karet (Mandor, kab. Landak), Aneka
Industri (Semparuk, Kab. Sambas), Alumina (Kendawangan Ketapang oleh Well Harvest Winning)
P e n u m b u h a n Tr a d e C e n t r e y a n g memfasilitasi UMKM untuk Ekspor Sumber: Laporan Kinerja Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014
Data Badan Penanaman Modal Kalbar memperlihatkan rencana proyek dan investasi
baik investor dalam negeri maupun asing masih didominasi sektor perkebunan
dengan 93 (43%) proyek PMDN dan 81 (34%) proyek PMA dari total 216 proyek
PMDN dan 237 proyek PMA.