You are on page 1of 65

LAPORAN KASUS

OTITIS MEDIA AKUT


STADIUM PERFORASI
AURIKULA DEXTRA

Pembimbing:
dr. Sondang BRS, Sp.THT, MARS
Disusun oleh:
Nadia Gina Anggraini 2011730071
1

Latar belakang

OMA : Peringkat ke-1, 10 penyakit


terbanyak THT (2014)
Mendapat pengalamanpengetahuan
Menyelesaikan tugas kepaniteraan

STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama
Umur

: An. R A
: 6 tahun

Jenis Kel. : Laki-laki


Pekerjaan
Alamat

:: Cipaku RT 01/02, Cisarandi

warun
Tanggal berobat : Rabu, 30 September
2015

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
- Keluar cairan dari telinga kanan
- 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan:
- Pilek 1 minggu SMRS
4

ANAMNESIS Cont...
Riwayat Penyakit Sekarang
Telinga kanan: keluar cairan
Kekuningan, kental, berbau
Rasa penuh dan nyeri pada telinga
disangkal
Pendengaran berkurang dan
berdenging disangkal
Pilek 1 minggu lalu
Bau dari hidung kanan
Demam disangkal
5

ANAMNESIS Cont...
Riwayat Penyakit Dahulu
Pertama kali
Riwayat sakit hidung dan
tenggorok sebelumnya disangkal
DM (-) Asma (-)

ANAMNESIS Cont...
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluhan serupa pasien
disangkal
Riwayat Kehidupan Sosial
Senang berenang
Jarang gosok gigi

ANAMNESIS Cont...
Riwayat Alergi
Udara dingin (-) makanan (-) obat
(-)
Riwayat Pengobatan
Ke puskesmas
Tidak mau minum obat
8

PEMERIKSAAN
FISIK
Status Generalis
KU
: Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital: TD : 90/80 mmHg,
N : 88x/mnt, RR: 22x/mnt,
T : 36,6oC
BB
: 15 kg
9

STATUS
GENERALIS

Normocephal , rambut
kehitaman, distribusi
merata

Konjungtiva anemis (-/-)


sklera ikterik (-/-)
refleks pupil (+/+) isokor

12

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

Lihat status lokalis

13

Pemeriksaan Fisik Paru

normochest simetris
retraksi dinding dada (-)

Bagian dada yang tertinggal saat


bernapas (-)

Sonor seluruh lapang paru


vesikuler (+/+) ronkhi (-/-)
wheezing (-/-)

14

Pemeriksaan Jantung

Inspeksi ictus cordis


tidak terlihat
Batas jantung relatif
dalam batas normal
Bunyi jantung I dan II
regular

15

Pemeriksaan Abdomen

Abdomen supel
Hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Perkusi timpani seluruh
kuadran abdomen
Bising usus (+) normal

16

EKSTREMITAS
Superior
Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2
detik
Inferior
Akral hangat, udem (-/-), RCT < 2
detik

17

STATUS
LOKALIS
TELINGA

AD

AS
Aurikula

Normotia
Helix sign (-)
Tragus sign (-)

Normotia
Helix sign (-)
Tragus sign (-)

Preaurikula
Tanda radang(-)
Fistula(-)

Tanda radang(-)
Fistula(-)

Retroaurikula
Tenang, udem(-)
fistel(-), sikatriks (-)
nyeri tekan(-)

Tenang, udem(-)
fistel(-), sikatriks
(-)
nyeri tekan( -)

18

STATUS
LOKALIS
TELINGA

MAE
Hiperemis (-)
sekret (+) banyak
mukopurulen
serumen (-)
massa (-)

Hiperemis (-),
Perforasi (+)
reflex cahaya (-)

Hiperemis (-)
serumen (-)
sekret (-)
massa (-)
Membran
timpani

AD

Hiperemis (-),
intak, reflex
cahaya (+) jam 7

AS

Uji Rinne

Tidak ada lateralisasi

Uji Weber

Tidak ada lateralisasi

Sama dengan
pemeriksa

Uji Schwabach

Sama dengan
pemeriksa

19

Status Lokalis Hidung


Dextra

RHINOSKOPI ANTERIOR

Sinistra

Tenang

Mukosa

Tenang

Sekret

Eutrofi
Deviasi (-)

Konka inferior
Septum

Eutrofi
Deviasi (-)

(-)

Massa

(-)

(-)

Passase udara

(+)

(+) kapas

Korpus alineum

(-)

Uji penciuman: 2 cm / 12 cm dengan


bubuk kopi
Hiposmia cavum nasi dextra ec.
Corpus alineum

20

Status Lokalis Sinus Paranasal

INSPEKSI
pembengkakan
(-/-)

PALPASI
nyeri tekan (-)

Transiluminasi
Sinus maksilaris : Terang / Terang (seperti bulan sabit pada
fossa orbita)
Sinus frontalis
: Terang / Terang (seperti sarang tawon
pada os frontalis)

21

Status Lokalis Tenggorok


NASOFARING (Rhinoskopi posterior)
Konka superior

Hipertrofi (-) Sekret (-)

Torus tubarius

Hipertrofi (-) Sekret (-)

Fossa Rossenmuller

Hipertrofi (-) Sekret (-)

Plika salfingofaringeal

Hipertrofi (-) Sekret (-)

23

Status
Lokalis
Tenggorok

Dextra

Pemeriksaan
OROFARING

Sinistra

Mulut
Tenang

Mukosa mulut

Tenang

Bersih, basah

Lidah

Bersih, basah

Tenang

Palatum molle

Tenang

Caries (+)
Tanggal (+)

Caries (+)
Gigi geligi

Lubang (+)
Simetris

Tanggal (+)
Lubang (+)

Uvula

Simetris

Tenang

Mukosa

Tenang

TIIA

Besar

TIIA

tidak melebar

Kripta

tidak melebar

Detritus

Perlengketan

Tenang

Mukosa

Tenang

Granula

Post nasal drip

Tonsil

Faring

22

Tes Pengecapan
Manis
Normal

Asin

Normal

Asam

Normal

Pahit

Normal

Status Lokalis Tenggorok


LARINGOFARING (Laringoskopi indirect)
Epiglotis
Plika ariepiglotika
Plika ventrikularis
Plika vokalis
Rima glotis

Hiperemis (-) Ulkus (-) Edema (-)


Hiperemis (-) Ulkus (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Ulkus (-) Edema (-)
Simetris (+) Adduksi (+) Abduksi (+)
Hiperemis (-) Ulkus (-) Edema (-)

24

Pemeriksaa
n
Maksilofasi
al

Dextra
hiposmia

Nervus
I. Olfaktorius
Penciuman

Sinistra
normal

II. Optikus
Visus normal

Daya penglihatan

Visus normal

(+) isokor

Refleks pupil

(+) isokor

III. Okulomotorius
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

Membuka kelopak
mata
Gerakan mata ke
superior
Gerakan mata ke

(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

inferior
Gerakan mata ke
medial
Gerakan mata ke
Laterosuperior

IV. Troklearis
(+)

Gerakan mata ke
lateroinferior

(+)

25

Pemeriksaa
n
Maksilofasi
al

Dextra

Nervus

Sinistra

V. Trigeminus
(+)
(+)
(+)

(+)

(+)
(+)
(+)
normal

normal

Tes sensoris
Cabang oftalmikus (V1)
Cabang maksila (V2)
Cabang mandibula (V3)

VI. Abdusens
Gerakan mata ke
lateral

VII. Fasialis

(+)
(+)
(+)

(+)

(+)

Mengangkat alis
Kerutan dahi
Menunjukkan gigi
Pengecapan lidah 2/3
anterior

normal

VIII.
Vestibulokoklearis

normal

Tes garpu tala

(+)
(+)

26

Pemeriksaa
n
Maksilofasi
al

Dextra

Nervus

Sinistra

(+)

IX.
Glossofaringeal

(+)

normal

Refleks muntah
Pengecapan lidah 1/3
posterior

normal

(+)

X. Vagus

(+)

(+)

Refleks muntah
Refleks menelan
Deviasi uvula
Pergerakan palatum

(+)

(-)
simetris

(+)

XI. Assesorius

(-)
simetris

(+)

(+)

Memalingkan kepala
Kekuatan bahu

(-)

XII. Hipoglossus

(-)

(-)

Tremor lidah
Deviasi lidah

(+)

(-)

27

PEMERIKSAAN LEHER
Dextra
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)

Pemeriksaan
Tiroid
Kelenjar submental
Kelenjar submandibula
Kelenjar jugularis
superior
Kelenjar jugularis media
Kelenjar jugularis
inferior
Kelenjar suprasternal

Sinistra
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran
(-)
Pembesaran

Kelenjar

(-)
Pembesaran

supraklavikularis

(-)

28

RESUME
Otore telinga kanan, dimulai 2
minggu yang lalu
Mukopurulen, banyak, berbau
Pilek 1 minggu, bau dari hidung
kanan
Sering berenang, sering mengorek
telinga
MAE AD sekret mukopurulen, bau
MT AD perforasi, refleks cahaya (-)
28
Nasal Dextra: sekret (+) kehijauan

DIAGNOSIS BANDING
1. Otitis Media Akut Stadium Perforasi AD + korpus
alineum cavum nasi dextra
2. Otitis Media Supuratif Kronis AD + korpus
alineum cavum nasi dextra
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Akut Stadium Perforasi AD + korpus
alineum cavum nasi dextra
29

RENCANA TERAPI
Syrup Klaneksi forte 2 x cth I
Syrup Cetirizine generik 1 x cth I
Syrup Ambroxol 2 x cth I
Obat tetes telinga H2O2 1% 3 x 5
tetes pada telinga kanan
Ekstraksi korpus alineum pada
nasal dextra
30

SARAN
Mentup telinga dengan kapas saat mandi
Menghindari kegiatan berenang
Tidak mengorek telinga dengan benda
apapun
Nutrisi bergizi: (buah & sayuran)
31

PROGNOSI
S

Quo ad
vitam
ad bonam

Quo ad
functionam
ad bonam

Quo ad
sanationam
ad bonam

32

TINJAUAN PUSTAKA

OTITIS
MEDIA
AKUT

33

ANATOMI

34

ANATOMI

35

36

37

38

TUBA
EUSTACHI
US

VENTILASI

FUNGSI

DRAINASE

PROTEKSI

Pendek, lebar dan letaknya horizontal


Adenoid anak relatif lebih besar

39

40

46

Fisiologi Pendengaran

41

Energi bunyi
ditangkap
aurikula

Membran
timpani bergetar

Membrana Reissner
mendorong
endolimfa

Gerak relatif
membran basalis
dan membran
tektoria

Korteks serebri
(area 39-40) di
lobus
temporalis

Amplifikas
i getaran

Rangkaian tulang
pendengaran

Perilimfe
skala
vestibuli
bergerak

Rangsangan mekanik
defleksi stereosilia
sel-sel rambut

Nukleus
auditorius

Stapes
menggerakka
n foramen
ovale

Depolarisasi
sel rambut

Potensial aksi
saraf auditorius

48
42

Fisiologi
Keseimbangan
Gerakan
Kepala dan tubuh

Pusat
keseimbangan otak
(area 41-42)

Perpindahan cairan
endolimfa di labirin

Impuls sensorik
melalui saraf aferen

Silia sel rambut


menekuk

Merangsang
pelepasan
neurotransmiter
eksitator

Perubahan
permeabilitas
membran sel

Depolarisasi

43
49

DEFINISI

Otitis media adalah


peradangan sebagian atau
seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel
mastoid

44

KLASIFIKASI

OTITIS MEDIA

Non
Supuratif

Otitis
media
serosa

Supuratif

Otitis
media
efusi

Akut
Kronik

45

ETIOLOGI

Oklusi tuba Eustachius


Bakteri piogenik

46

FAKTOR RESIKO
Usia, adanya adenoid, predisposisi
genetik
Lingkungan, alergi, sosioekonomi
rendah
Riwayat ISPA
Musim gugur dan musim dingin
Riwayat keluarga (+)

47

ISPA

Akumulasi
sekret
Pertumbuhan
kuman

Proses supurasi
cavum timpani

Edema mukosa
saluran nafas

Fungsi silia tidak


efektif
mencegah invasif
kuman

Edema mukosa
tuba eustachius

Fungsi tuba
eustachius
terganggu

OTITIS
MEDIA

PATOGENE
SIS

48

49

STADIUM
PENYAKIT
OKLUSI
PERFORASI
HIPEREMIS
SUPURASI
RESOLUSI

50

OKLUSI TUBA EUSTACHIUS

Retraksi
membran timpani

Membran timpani
normal atau
keruh pucat,
terjadi efusi

Sulit dibedakan
otitis media
serosa virus alergi

STADIUM
PENYAKIT

MT Normal

51

STADIUM
PENYAKIT

STADIUM HIPEREMIS
Membran
timpani
hiperemis

Edema
mukosa

Sekret
eksudat
serosa

52

STADIUM
PENYAKIT
STADIUM
SUPURASI

Eksudat
purulen

Bulging
membran
timpani

Klinis sakit berat


Otalgia bertambah
hebat

Nekrosis
mukosa
membran
timpani

53

STADIUM PERFORASI

Ruptur membran
timpani

Otore

Klinis tenang, suhu


menurun, tidak
gelisah

STADIUM
PENYAKIT

MT rupture

54
60

STADIUM
RESOLUSI

Perforasi
menutup
kembali

Penyembuhan

Sekret
berkurang
-mengering

Membran timpani utuh


Daya tahan tubuh baik
Virulensi kuman rendah

OMSK

55

Bersifat akut < 3


minggu

MANIFESTASI KLINIS

Bulging membran timpani


Bayangan cairan di membran timpani
Otore purulen

Hiperemis membran timpani


Otalgia

56

PENATALAKSANAAN
OKLUSI
Dekongestan, Antibiotik
Miringotomi

STADIUM RESOLUSI
Antibiotik 3 minggu

STADIUM PERFORASI
H2O2 3% selama 3-5
hari
Antibiotika

STADIUM
HIPEREMIS
Antibiotik
Dekongestan
Analgetik

STADIUM
SUPURASI
Antibiotik
Miringotomi

57

58
64

INDIKASI MIRINGOTOMI
Persisten pain, recurrent otalgia

Efusi telinga tengah dengan hiperemia dan


bulging
Severe earache
Terapi konservatif gagal
Immunologically compromised
OMA pada neonatus

59

KOMPLIKASI

Intrakranial
Ekstratempor
al
Intratemporal

60

KOMPLIKASI
INTRATEMPORA
L
Perforasi
membran
timpani

Mastoiditis
akut koalesen

Erosi tulang
pendengara
n

Labirinitis
supuratif

Paresis
nervus
fasialis
Petrositis
Tuli
sensorIneural

61

KOMPLIKASI
EKSTRATEMPORA
L
Abses
subperiosteal

Abses
ekstradural

Trombosis
sinus lateralis

62

KOMPLIKASI
INTRAKRANIA
L
Abses otak

Meningitis

Hidrosefalus
otikus

63

Gambaran Klinis
Komplikasi OMSK
Abses Otak

Parese N. VII
Fistula e.c. Mastoiditis

63

ANALISA KASUS
Dasar diagnosa Otitis media akut
1. Riwayat ISPA

Kasus

2. Otalgia
3. Otore purulen
4. Demam, rewel dan gelisah

5. Gangguan pendengaran
6. Awitan akut < 3 minggu
7. Tanda inflamasi dan efusi kavum
timpani

65

You might also like