Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh
gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di
telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan
bagian atas.
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun
bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus
ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri.
Bakteri
penyebab
otitis
media
tersering
adalah
Streptococcus
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari definisi, etiologi, gejala klinis dan penatalaksanaan pada
penyakit Otitis media akut, diharapkan laporan kasus ini dapat menambah
pengetahuan dokter muda secara teoritis sehingga mudah dalam menangani kasus
tersebut. Selain itu berguna pula untuk teman sejawat yang membaca tinjauan
pustaka ini sebagai acuan kita untuk mendiagnosis secara pasti.
2. Tujuan Khusus
Dengan mempelajari laporan kasus ini, diharapkan dokter muda dapat:
1.
2.
3.
4.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yakni hanya
membahas teori tentang anatomi dan fisiologi telinga serta teori tentang penyakit
otitis media akut.
D. Teori
Teori teori yang terdapat di dalam penulisan ini adalah diambil dari buku
kedokteran, bahan kuliah dan hasil pencarian dari internet.
E. Sumber
Data data yang didapat dalam penulisan ini adalah didapatkan dari kuliah Ilmu
penyakit THT, buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher
FKUI, buku anatomi dan jurnal dari internet.
BAB II
STATUS PASIEN
2
A. Identitas Pasien
Nama
: An. H S
Umur
: 10 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Cianjur
Tanggal Pemeriksaan
: 17 Oktober 2015
B. Anamnesis - Alloanamnesis
Keluhan Utama
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
BB
: Baik
: Compos mentis
: TD
: 110/70 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi
: 86 x/menit
Suhu
: 36,3C
: 51 kg
1. Status Generalis
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani 4 kuadran
Ekstremitas
2.
Atas
Bawah
Status Lokalis
THT
a. Telinga
Aurikula Dextra
Normotia, Heliks sign (-)
Aurikula
Aurikula Sinistra
Normotia, Heliks sign(-)
Hematoma (-)
Pus (-)
Hematoma (-)
Pus (-)
Preaurikula
Fistula (-)
Fistula (-)
Edema (-)
Nyeri tekan (-), edema
(-), sikatriks(-)
Mukosa tenang
Retroaurikula
Edema (-)
Nyeri tekan (-), edema
MAE
(-), sikatriks(-)
Mukosa tenang
Serumen (-)
Serumen (-)
Sekret (-)
Hiperemis (+)
KAE
Hiperemis (+)
Sekret (-)
Sekret (-)
Massa (-)
Intak (+)
Massa (-)
Intak
Membran tympani
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Edema (+)
+
Tes Rinne
Edema (+)
+
Tes Weber
Tes Schwabach
b. Hidung
Hidung kanan
Bentuk dbn
Hidung kiri
Hidung luar
Bentuk dbn
Inflamasi (-)
Inflamasi (-)
Deformitas (-)
Deformitas (-)
Kavum nasi
Hiperemis (-)
Hieperemis (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Massa (-)
Massa (-)
Ulkus (-)
Vestibulum
Ulkus (-)
nasi
Edema (-)
Konka nasi
Edema (-)
Hipertrofi (-)
Hipertrofi (-)
Hieperemis (-)
Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Septum nasi
Deviasi (-)
(+)
Passase udara
(+)
Sinus paranasal
Palpasi
Transiluminasi
Sinus maksilaris: Terang / Terang (seperti bulan sabit pada fossa orbita)
Sinus frontalis : Terang / Terang (seperti sarang tawon pada os frontalis)
c. Tenggorok
Nasofaring
a) Rinoskopi posterior
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
b) Orofaring
Dekstra
Pemeriksaan Orofaring
Sinistra
Tenang
Mukosa mulut
Tenang
Bersih, normal
Lidah
Bersih, normal
Tenang
Palatum molle
Tenang
Gigi geligi
Simetris
Uvula
Simetris
Tenang
Mukosa
Tenang
Mulut
Tonsil
TI
TI
Melebar (-)
Kripta
Melebar (-)
Detritus
(-)
Perlengketan
(-)
Faring
Tenang
Mukosa
Tenang
(-)
Granula
(-)
(-)
(-)
Tes Pengecapan
Manis
Asin
Asam
Pahit
Normal
Normal
Normal
Normal
c) Laringofaring
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
d. Maksilofasial
Dextra
Normosmia dengan bubuk
Nervus
I.
N. Olfaktorius
Sinistra
Normosmia dengan bubuk
cm
cm
II.
N. Optikus
III.
N. Olfaktorius
media +, inferior +,
media +, inferior +,
laterosuperior +
laterosuperior +
IV.
N. Troklearis
inferior +
Sensoris cabang oftalmikus
V.
N. Trigeminal
(V1) : +
(V1) : +
VI.
VII.
N. Abducens
N. Fasialis
kerutan dahi +,
anterior +
VIII. N. Akustikus
IX.
N. Glossofaringeus
X.
N. Vagus
menelan (+)
menelan (+)
XI.
N. Assesorius
N. Hipoglossus
e. Leher
Dextra
Pemeriksaan
Sinistra
Pembesaran (-)
Thyroid
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submental
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar submandibula
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar suprasternal
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
Kelenjar supraklavikula
Pembesaran (-)
D. Resume
Pasien An. A A dengan sakit pada telinga kiri dan kanan 2 minggu SMRS.
Keluhan tidak disertai otalgia dan pendengaran berkurang pada kedua telinga.
Batuk dan pilek disangkal.. Pasien belum pernah berobat ke dokter sebelumnya.
Ayah pasien mengatakan pasien sering mengorek telinga dengan jari tangan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada KAE aurikula dextra dan sinistra tampak
hiperemis (+). Membran timpani aurikula dextra dan sinistra intak, reflek cahaya
(-) dan hiperemis (+).
E. Diagnosis Banding
11
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Sanmol 20ml 3 x sehari
Maxpro 100 mg 2 x sehari
Histrine 10 mg 1 x sehari
Forte 200 mg 2 x sehari
Proceles 60 ml 3 x sehari
Non-medikamentosa
a. Menghindari kegiatan berenang
b. Tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda apapun maupun dengan
jari tangan
c. Nutrisi bergizi: (buah & sayuran)
H. Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TELINGA TENGAH1,11
Telinga tengah terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
Membran timpani.
Kavum timpani.
Prosesus mastoideus.
Tuba eustachius
a.
Membran Timpani1
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
13
Kavum Timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter
transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap,
lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.
1) Atap kavum timpani
Dibentuk tegmen timpani, memisahkan telinga tengah dari fosa
kranial dan lobus temporalis dari otak. bagian ini juga dibentuk
14
oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama
dan garis sutura petroskuama.
2).
timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga
infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.
3).
Dinding medial.
Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga
Dinding posterior
Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran
Dinding anterior
Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan
terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat
memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior5.
Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior
yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus
dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1.
Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius.
Kavum timpani terdiri dari :
a) Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes)
b) Dua otot
c) Saraf korda timpani
15
Pleksus Timpanikus
Berasal dari n. timpani cabang dari nervus glosofaringeus dan dengan
16
(a). Saraf motorik untuk otot-otot yang berasal dari lengkung brankial
kedua (faringeal) yaitu otot ekspresi wajah, stilohioid, posterior
belly m. digastrik dan m. stapedius
(b). Saraf intermedius yang terdiri dari saraf sensori dan sekretomotor
parasimpatetis preganglionik yang menuju ke semua glandula
wajah kecuali parotis
c.
Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.
Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak
17
18
19
20
C. OTITIS MEDIA1,2,3,4,5
1).
Pengertian
21
22
Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal, dan juga adenoid
pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa.
2).
Epidemiologi4,5,6
Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya
satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari
mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris, 25% anak
mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Sering terjadi
pada usia 3-6 tahun.
3).
Etiologi4,5,6
Faktor pasien
4).
Patologi3,4
Kuman utama penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti
ditemukan
Streptokokus
juga
Hemofilus
unhemolitikus,
Proteus
influenza,
vulgaris
Escherichia
dan
colli,
Pseudomonas
23
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5
stadium :
a).
24
Stadium Resolusi4
Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur
25
timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman
rendah. Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai
mengering.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi maka akan berlanjut
menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK). Kegagalan stadium ini
berupa membran timpani tetap perforasi dan sekret tetap keluar secara
terus-menerus atau hilang timbul. Otitis media supuratif akut (OMA)
dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa.
Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa
mengalami perforasi membran timpani.
6).
7).
Terapi 9,10
stadium
penyakitnya.
dengan
26
Amoksisilin
Eritromisin
Amoksisilin
Eritromisin
suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan
nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemi, akibat tekanan
pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan
nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan
terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium
ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan nanah keluar
ke liang telinga. Dengan dilakukan miringotomi luka insisi akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka lubang tempat rupture
(perforasi) tidak mudah menutup kembali. Miringotomi dilakukan jika membran
timpani masih utuh.
Selain miringotomi, diberikan juga antibiotik pada stadium ini, yaitu:
Amoxyciline
Erythromycine
untuk
dewasa
2x2
tablet,
Anak
(trimethroprim
40mg
dan
stadium
perforasi,
sering
terlihat
sekret
banyak
keluar,
kadang secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet)
H2O2 3% (4-5 tetes sehari) selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik
yang adekuat, berupa ciprofloxacin 200 mg (2x1) selama 3-14 hari. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali dalam 7 sampai
dengan 10 hari.
28
muncul
adalah
risiko
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
gejala Observasi
berat
Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut,
terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga
tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang
berat atau demam 39C. Pilihan observasi selama 48 72 jam hanya dapat
dilakukan pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala
ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua
tahun. Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen
dan ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi. 10
29
Streptococcus penumoniae.
Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA
rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan
adenoidektomi.
1.
Miringotomi8,9
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran
timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga
luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung,
anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik.
Lokasi miringotomi ialah di kuadran postero-inferior. Bila terapi yang
diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika
terdapat pus di telinga tengah. Indikasi miringotomi pada anak dengan
OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis
nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.
Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami
kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA.
Salah satu tindakan
Timpanosintesis8,9
Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani,
dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan
30
Adenoidektomi8,9
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis
media dengan efusi dan OMA
pernah
didahului
dengan
insersi
tuba,
tidak
dianjurkan
Mastoiditis
Labirintitis
Paralse N VII
Petrositis
b) Intrakranial
31
Meningitis
Abses Otak
Abses subdural
Otitik hidrosefalus
Komplikasi intrakranial jauh lebih sering ditemukan sebagai akibat
OMSK tipe Maligna
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta : FKUI ;
2007. p. 102-103
2. Sutedjo A.Y. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta: Amara Books ; 2007.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6.
Jakarta : EGC ; 2005. P. 1402-1421
4. Otitis_Media_(Ear_Infection).Available_from
http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp
[diunduh
November
2015: 18:47]
5. Chronic Otitis Media (Middle Ear Infection) and Hearing Loss. Available from
http://www.entnet.org/KidsENT/hearing_loss.cfm [diunduh 30 Oktober 2015:
16:23]
6. Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. PEDIATRICS Vol. 113 No.
5May_2004,pp._1451-1465._available_from
http://aappolicy.aappublications.org/cgi/content/full/pediatrics
;113/5/1451
Available
from
http://www.guideline.gov/summary/summary.aspx?
http://bmj.bmjjournals.com/cgi/content/full/325/7354/22?
ijkey=742c411e86bbfb31b1a51105ff9bfc95d8a31433
[diunduh
30
Oktober
2015: 10:01]
9. Wellbery C. Standard-Dose Amoxicillin for Acute Otitis Media. Available from
http://www.aafp.org/afp/20120501/tips/18.html [diunduh 31 Oktober 2015:
20:52]
33
10. Adams, George L. M.D et all. BOIES Fundamentals of otolaryngology. Edisi VI.
34