You are on page 1of 19

MAKALAH

Sedimentasi Material Asal Batubara


Tugas mata kuliah Geologi Batubara

DisusunOleh :
Hanagia Saputra
270110130106

GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015/2016

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul Sedimentasi Material
Asal Batubara dengan baik dan lancar.
Harapan penulis semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan
penulis, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih ada beberapa
kesalahan dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis menerima saran dan
kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan kearah yang lebih baik untuk
makalah ini. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Jatinangor, 22
September 2015

Hanagia Saputra
NPM.270110130106

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR ..................................................................................................
.........

ii

DAFTAR
ISI ................................................................................................................
...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................................

BAB II ISI
a. Jenis Material Asal Batubara
.
3
b. Asal pembentukan amterial sedimenter yang menjadi bahan asal batubara . 4
c. Proses pengangkutan dan pengendapan material asal batubara .
8
d. Lingkungan pengendapan dari batubara
..............8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .........................................................................................
..............

12

Daftar Pustaka

14

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Batubara merupakan sumber energi yang selama ini banyak


dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan. Pada dasarnya
batubara merupakan bahan bakar fosil dan termasuk dalam
kategori batuan sedimen.
Proses pembentukan batu bara sendiri sangatlah kompleks
dan membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun lamanya.
Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang kemudian
mengendap selama berjuta-juta tahun dan mengalami proses
pembatubaraan (coalification) dibawah pengaruh fisika, kimia,
maupun geologi. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori
bahan bakar fosil
Gambut merupakan batuan sedimen organik ( tidak padat )
yang dapat terbakar dan berasal dari sisa sisa hancuran atau
bagian tumbuhan yang tumbang dan mati di permukaan tanah,
pada

umumnya

penghancuran

akan

yang

mengalami

sempurna

proses pembusukan

sehingga

setelah

dan

beberapa

waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan


dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses
oksidasi yang disebabkan oleh adanya oksigen dan aktivitas
bakteri atau jasad renik lainnya.
Proses pembatubaraan adalah perkembangan

gambut

menjadi lignit, sub-bituminous, bituminous, antrasit sampai


meta-antrasit.
karena

Proses

beberapa

pembentukan gambut dapat berhenti

proses

alam

seperti

misalnya

penurunan dasar cekungan dalam waktu yang singkat.

karena

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa jenis material asal dari batubara ?
2. Bagaimana asal pembentukan amterial sedimenter yang menjadi bahan asal
batubara ?
3. Bagaimana proses pengangkutan dan pengendapan material asal batubara ?
4. Bagaimana lingkungan pengendapan dari batubara ?

BAB II ISI
Batubara merupakan salah satu sumber daya energi yang
sejak berabad-abad lalu mulai digunakan sehingga keberadaanya
selalu menjadi salah satu objek utama yang dieksplorasi dan
dieksploitasi yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia. Batubara merupakan salah satu sumber energi
primer yang makin penting dan merupakan komoditas perdagangan
di Indonesiakarena bernilai sangat ekonomis. Keberadaan batubara
di Indonesia yang sangat komersial dan sedang marak-maraknya
dieksploitasi terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
a Jenis Material Asal Batubara
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite
(batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini adalah
batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan
dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan
warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus
selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah
batu bara muda menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk bitumen atau
antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Batubara adalah batuan sedimen ( padatan ) yang dapat
terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan

yang

terhumifikasi,

berwarna coklat sampai hitam yang selanjutnya terkena proses


fisika

dan

kimia

yang

berlangsung

selama

jutaan

tahun

sehingga mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya


(Wolf, 1984 dalam Anggayana 2002).
Untuk menjadi batubara, ada beberapa tahapan penting
yang

harus

dilewati

oleh

bahan

dasar

pembentuknya

(tumbuhan). Tahapan penting tersebut yaitu : tahap pertama


adalah terbentuknya gambut (peatification) yang merupakan
proses

mikrobial

dan

perubahan

kimia

(biochemical

coalification). Serta tahap berikutnya adalah proses-proses


yang terdiri dari perubahan struktur kimia dan fisika pada
endapan pembentuk batubara (geochemical coalification)
karena pengaruh suhu, tekanan dan waktu.
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan.
Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut
Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel
tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora
dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga
Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam
buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan
Afrika.

5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan


modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu
bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara
umum, kurang dapat terawetkan.

b Asal Usul

Pembentukan

Material

Sedimenter

yang

Menjadi Bahan Asal Batubara


Proses perubahan sisa-sisa tanamanmenjadi gambut
disebut penggambutan (peatification), sementara proses
gambut

menjadi

batubara

disebut

pembatubaraan

(coalification).

Penggambutan (Peatification)

Gambut merupakan batuan sedimen organik ( tidak padat )


yang dapat terbakar dan berasal dari sisa sisa hancuran atau
bagian tumbuhan yang tumbang dan mati di permukaan tanah,
pada

umumnya

penghancuran

akan

yang

mengalami

sempurna

proses pembusukan

sehingga

setelah

dan

beberapa

waktu kemudian tidak terlihat lagi bentuk asalnya. Pembusukan


dan penghancuran tersebut pada dasarnya merupakan proses
oksidasi yang disebabkan oleh adanya oksigen dan aktivitas
bakteri atau jasad renik lainnya. Jika tumbuhan tumbang di
suatu rawa, yang dicirikan dengan kandungan oksigen yang
sangat

rendah

sehingga

tidak memungkinkan bakteri aerob

(bakteri yang memerlukan oksigen) hidup, maka sisa tumbuhan


tersebut

tidak

mengalami

proses

pembusukan

dan

penghancuran yang sempurna sehingga tidak akan terjadi proses


oksidasi yang sempurna. Pada kondisi tersebut hanya bakteribakteri

anaerob

saja

yang

berfungsi

melakukan

proses

dekomposisi yang kemudian membentuk gambut (peat). Daerah


yang ideal untuk pembentukan gambut misalnya rawa, delta
sungai,

danau

dangkal

atau
5

daerah dalam kondisi tertutup

udara. Gambut bersifat porous, tidak padat dan umumnya


masih memperlihatkan struktur tumbuhan asli, kandungan
airnya lebih besar dari 75 % (berat) dan komposisi mineralnya
kurang dari 50% (dalam keadaan kering).
Menurut Bend,1992 dalam C.F.K Diessel (1992), untuk
dapat

terbentuknya

gambut,

beberapa

faktor

yang

mempengaruhi yaitu :
1. Evolusi tumbuhan
2. Iklim
3. Geografi dan tektonik daerah
Syarat untuk terbentuknya formasi batubara antara lain
adalah kenaikan muka air tanah lambat, perlindungan rawa
terhadap pantai atau sungai dan energy relief rendah. Jika
muka air tanah terlalu cepat naik (atau penurunan dasar
rawa cepat) maka kondisi akan menjadi limnic atau bahkan
akan terjadi endapan marin. Sebaliknya kalau terlalu lambat,
maka sisa tumbuhan yang terendapkan akan teroksidasi dan
tererosi. Terjadinya kesetimbangan antara penurunan cekungan
/ land-subsidence dan kecepatan penumpukan sisa tumbuhan
(kesetimbangan

bioteknik)

yang

stabil

akan

menghasilkan

gambut yang tebal (C.F.K Diessel, 1992).


Lingkungan tempat terbentuknya rawa gambut umumnya
merupakan tempat yang mengalami depresi lambat dengan
sedikit sekali atau bahkan tidak ada penambahan material dari
luar. Pada kondisi tersebut muka air tanah terus mengikuti
perkembangan

akumulasi

gambut

dan

mempertahankan

tingkat kejenuhannya. Kejenuhan tersebut dapat

mencapai 90

% dan kandungan air menurun drastic hingga 60 % pada saat


terbentuknya

brown-coal.

Sebagian

besar

lingkungan

yang

memenuhi kondisi tersebut merupakan topogenic low moor.


6

Hanya pada beberapa tempat yang mempunyai curah hujan


sangat tinggi dapat terbentuk rawa gambut ombrogenik (high
moor) (C.F.K Diessel, 1992).

Pembatubaraan (Coalification)

Proses
menjadi

pembatubaraan

lignit,

meta-antrasit.
karena

adalah

perkembangan

gambut

sub-bituminous, bituminous, antrasit sampai


Proses

beberapa

pembentukan gambut dapat berhenti

proses

alam

seperti

misalnya

karena

penurunan dasar cekungan dalam waktu yang singkat. Jika


lapisan gambut yang telah terbentuk kemudian ditutupi oleh
lapisan sedimen, maka tidak ada lagi bahan anaerob, atau
oksigen
akan

yang

dapat

mengalami

mengoksidasi,

tekanan

dari

maka

lapisan

lapisan gambut

sedimen.

Tekanan

terhadap lapisan gambut akan meningkat dengan bertambah


tebalnya lapisan sedimen. Tekanan

yang bertambah

pada proses pembatubaraan

akan

besar

mengakibatkan

menurunnya porositas dan meningkatnya anisotropi. Porositas


dapat dilihat dari kandungan airnya yang menurun secara
cepat selama prosesperubahan gambut menjadi brown coal. Hal
ini memberi indikasi bahwa masih terjadi proses kompaksi.
Proses pembatubaraan terutama dikontrol oleh kenaikan
temperatur,

tekanan

dan

waktu.

Pengaruh

temperatur

dan

tekanan dipercayai sebagai faktor yang sangat dominan, karena


sering ditemukan lapisan batubara high-rank

(antrasit) yang

berdekatan dengan intrusi batuan beku sehingga terjadi kontak


metamorfisme.
disebabkan

Kenaikan

karena

peringkat

batubara

juga

dapat

bertambahnya kedalaman. Sementara bila

tekanan makin tinggi, maka proses pembatubaraan makin cepat,


terutama di daerah lipatan dan patahan.

Secara lebih rinci, proses pembentukan batu bara dapat dijelaskan


sebagai berikut:
1 Pembusukan,

bagian-bagian

tumbuhan

diuraikan oleh bakteri anaerob.


2 Pengendapan, tumbuhan
yang
pembusukan

selanjutnya

akan

telah

yang

lunak

mengalami

mengalami

akan
proses

pengendapan,

biasanya di lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini


dengan

endapan-endapan

membentuk lapisan gambut.


3 Dekomposisi, lapisan gambut

sebelumnya
akan

akhirnya

mengalami

akan

perubahan

melalui proses biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan


sebagian

hilangnya

sebagian

unsur

karbon

dalam

bentuk

karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara relatif,


unsur karbon akan bertambah dengan adanya pelepasan unsur
atau senyawa tersebut.
4 Geotektonik, lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat
adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami perlipatan
dan patahan. Batubara low grade dapat berubah menjadi
batubara high grade apabila gaya tektonik yang terjadi adalah
gaya

tektonik

aktif,

karena

gaya

tektonik

aktif

dapat

menyebabkan terjadinya intrusi atau keluarnya magma. Selain


itu, lingkungan pembentukan batubara yang berair juga dapat
berubah menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting
tertentu.
5 Erosi, merupakan proses pengikisan pada permukaan batubara
yang telah mengalami proses geotektonik. Permukaan yang telah
terkelupas akibat erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi
manusia.

c Proses Pengangkutan dan Pengendapan Material Asal


Batubara
Proses perubahan dari bahan tumbuhan tumbuhan yang
mengalami pembusukan dan kemudian terakumulasi hingga membentuk
8

peat ( gambut ). Pada tahap ini adanya aktifitas mikroorganisme


dan partikel partikel bakteri terhadap material tumbuh
tumbuhan akan menyebabkan adanya oksigen yang cukup
memadai. Pada tahap awal ini bila menguntungkan, akan
terbentuk Peat yang berwarna hitam gelap atau dengan struktur
amorf. Dan jika kurang menguntungkan akan terbentuk peat
yang mengandung material material kayu dan material
material

lain

yang

tidak

teruraikan

tidak

mengalami

dekomposisi ) dengan warna coklat.

D. Lingkungan Pengendapan Batubara


Lingkungan pengendapan, yakni lingkungan pada saat proses
sedimentasi dari material dasar menjadi material sedimen.
Lingkungan pengendapan ini sendiri dapat ditinjau dari beberapa
aspek sebagai berikut:
1 Struktur cekungan batubara, yakni posisi di mana material
dasar diendapkan. Strukturnya cekungan batubara ini
sangat berpengaruh pada kondisi dan posisi geotektonik.
2 Topografi dan morfologi, yakni bentuk dan kenampakan
dari tempat cekungan pengendapan material dasar.
9

Topografi dan morfologi cekungan pada saat pengendapan


sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa
di mana batubara terbentuk. Topografi dan morfologi dapat
dipengaruhi oleh proses geotektonik.
3 Iklim, yang merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses pembentukan batubara karena dapat mengontrol
pertumbuhan flora atau tumbuhan sebelum proses
pengendapan. Iklim biasanya dipengaruhi oleh kondisi
topografi setempat.
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah
rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada
lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran
pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawarawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan
sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan
dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada
sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawarawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan
delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk
batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan
berada

di

bawah

permulcaan

air

laut.

Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir


atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari
sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini
berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti
bentuk cekungan limpahnya.
1 Endapan Batubara Paralik
Lingkungan paralik terbagi ke dalam 3 sub lingkungan,
yakni endapan lmuhara belakang pematang (back barrier),
endapan batubara delta, endapan Dwubara antar delta dan
10

dataran pantai (Bustin, Cameron, Grieve, dan Kalkreuth,


Ketiganya mempunyai bentuk lapisan tersendiri, akan
tetapi pada , wnumnya tipis-tipis, tidak menerus secara
lateral, mengandung kadar sulfur, abu dar. nitrogen yang
tinggi.
2 Endapan Batubara Belakang Pematang (back barrier)
Batubara belakang pematang terakumulasi ke arah darat
dari pulau-pulau pcmatang (barrier island) yang telah ada
sebelumnya dan terbentuk sebagai ai.:hat dari pengisian
laguna. Kemudian terjadi proses pendangkalan cekungan
antar pulau-pulau bar sehingga material yang diendapkan
pada umumnya tergolong ke dalam klastika halus seperti
batulempung
Selanjutnya

sisipan

batupasir

terbentuk

rawa-rawa

dan
air

batugamping.
asin

dan

pada

keadaan ini cn.iapan sedimen dipengaruhi oleh pasang


surut air laut sehingga moluska dapat berkembang dengan
baik sebab terjadi pelemparan oleh ombak dari laut
terbuka le laguna yang membawa materi organik sebagai
makanan yang baik bagi penghuni laguna. Sedangkan
endapan sedimen yang berkembang pada umumnya tcrdiri
dari

perselingan

batupasir

dan

batulempung

dengan

sisipan batubara dan batugamping. Struktur sedimen yang


berkembang

ialah

lapisan

bersusun,

silang

siur

dan

laminasi halus. Endapan batubara terbentuk akibat dari


meluasnya permukaan rawa dari pulau-pulau gambut
(marsh) yang ditumbuhi oleh tumbuhan air tawar.
3 Endapan Batubara Delta
Berdasarkan bentuk dataran deltanya, batubara daerah ini
terbentuk pada beberapa sub lingkungan yakni delta yang
dipengaruhi sungai, gelombang pasang surut. dataran
delta bawah dan atas, dan dataran aluvium. Kecepatan
pengendapan sangat berpengaruh pada penyebaran dan
ketebalan endapan batubara. Batubara daerah ini tidak
menerus secara lateral akibat dari perubahan fasies yang
11

relatif pendek dan cepat yang disebabkan oleh kemiringan


yang tajam sehingga ketebalan dan kualitasnya bervariasi.
Pada umumnya batubara tersebut berasal dari alang-alang
dan tumbuhan paku.
4 Endapan Batubara Antar Delta dan Dataran Pantai
Batubara daerah ini terbentuk pada daerah rawa yang
berkembang di :jerah pantai yang tenang dengan water
table tinggi dan pengaruh endapan liaaik sangat kecil.
Daerah rawa pantai biasanya banyak ditumbuhi oleh
:umbuhan air tawar dan air payau. Batubara ini pada
umumnya tipis-tipis dan secara lateral tidak lebih dari 1
km.
Batubara lingkungan ini kaya akan abu, sulfur, nitrogen,
dan mengandung fosil laut. Di daerah tropis biasanya
terbentuk dari bakau dan kaya sulfur. Kandungan sulfur
tinggi akibat oleh naiknya ion sulfat dari air laut dan oleh
salinitas bakteri anaerobik.
Tempat Pembentukan Batu Bara
Terdapat dua teori yang menjelaskan tentang tempat dalam
proses pembentukan batu bara, yaitu :
1 Teori insitu
Proses

pembentukan

batu

bara

terjadi

di

tempat

asal

tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah mati akan


langsung tertimbun lapisan sedimen dan kemudian mengalami
proses

pembatubaraan

tanpa

mengalami

proses

perpindahan

tempat.
Batubara yang dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas yang baik.
Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata dan luas, bisa
dijumpai di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan
2 Teori drift

12

Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan di tempat


asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan

yang telah mati akan

terangkut air hingga terkumpul di suatu tempat dan mengalami


proses sedimentasi dan pembatubaraan.
Kualitas batubara yang dihasilkan dari proses ini tergolong
kurang baik karena tercampur material pengotor pada saat proses
pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begitu luas, namun
dapat dijumpai di beberapa tempat seperti di lapangan batubara
delta Mahakam Purba, Kalimantan Timur.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai
maturitas organik. Proses awalnya gambut berubah menjadi lignite
(batu bara muda) atau brown coal (batu bara coklat) Ini adalah
batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan
dengan batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan
warnanya bervariasi dari hitam pekat sampai kecoklat-coklatan.
Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus
selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang
secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah
batu bara muda menjadi batu bara sub-bitumen. Perubahan
kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih
keras dan warnanya lebih hitam dan membentuk bitumen atau
antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
13

Proses

perubahan

sisa-sisa

tanamanmenjadi

gambut

disebut penggambutan (peatification), sementara proses gambut


menjadi batubara disebut pembatubaraan (coalification).
Pembentukan batubara terjadi pada kondisi reduksi di daerah
rawa-rawa lebih dari 90% batubara di dunia terbentuk pada
lingkungan paralik. Daerah seperti ini dapat dijumpai di dataran
pantai, laguna, delta, dan fluviatil.
Di dataran pantai, pengendapan batubara terjadi pada rawarawa di lelakang pematang pasir pantai yang berasosiasi dengan
sistem laguna ke arah darat. Di daerah ini tidak berhubungan
dengan laut terbuka sehingga efek oksidasi au laut tidak ada
sehingga menunjang pada pembentukan batubara di daerah rawarawa pantai.
Pada lingkungan delta, batubara terbentuk di backswamp clan
delta plain. Sedangkan di delta front dan prodelta tidak terbentuk
batubara disebabkan oleh adanya pengaruh air laut yang besar clan
berada

di

bawah

permulcaan

air

laut.

Pada lingkungan fluviatil terjadi pada rawa-rawa dataran banjir


atau ,th.-alplain dan belakang tanggul alam atau natural levee dari
sistem sungai yang are-ander. Umumnya batubara di lingkungan ini
berbentuk lensa-lensa karena membaii ke segala arah mengikuti
bentuk cekungan limpahnya.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. http://logku.blogspot.co.id/2011/02/proses-pembentukan2.
3.
4.
5.

batubara.html
http://www.academia.edu/6876315/BAB_II_GENESA_BATUBARA
http://core.ac.uk/download/pdf/25486782.pdf
https://achmadinblog.wordpress.com/tag/pembentukan-batubara/
http://majalah1000guru.net/2011/07/pembentukan-batu-bara/

15

You might also like