Professional Documents
Culture Documents
Tiap individu bisa menghasilkan respon yang berbeda meskipun obat yang
digunakan sama. Idiosyncratic atau respon obat yang tidak biasa bisa
disebabkan oleh perbedaan genetik dalam memetabolisme obat atau
mekanisme imun, termasuk reaksi alergi.
Quantitative variation. Pasien dapat menjadi hyporeactive atau
hyperreactive terhadap obat yang dalam intensitas efek dari dosis yang
diberikan menjadi hilang atau meningkat. Intensitas dari respon terhadap dosis
yang diberikan bisa berubah saat terapi, yaitu tolerance (penurunan respon
akibat penggunaan obat terus menerus) atau tachyplaxis (responsiveness
diminishes rapidly).
Mekanisme umum yang berperan dalam variasi dalam keresponsifan
obat yaitu:
1. Perubahan Konsentrasi Obat yang Mencapai Reseptor
Tiap pasien memiliki kecepatan penyerapan, distribusi, atau clearing
dari darah yang berbeda-beda. Jadi konsentrasi obat yang sampai ke
reseptor pun akan berbeda. Perbedaan ini bisa diprediksi berdasarkan
umur, berat badan, jenis kelamin, tingkat penyakit / disease state, dan
fungsi dari ginjal dan hati, dan dengan spesifik tes untuk perbedaan
genetik dari enzim yang memetabolisme obat yang diturunkan.
2. Variasi dari Konsentrasi Endogenous Receptor Ligand
Mekanisme ini berperan terhadap variasi respon terhadap antagonis.
Misalnya
propanolol
menurunkan
detak
jantung
pasien
yang
catecholaminnya meningkat, tetapi tidak berpengaruh terhadap resting
heart rate dari pelari marathon yang terlatih. Agonis bisa memberikan
perbedaan respons yang lebih dramatis: Salasin, menurunkan tekanan
darah pasien hipertensi yang disebabkan produksi angiotensin II yang
meningkat, tetapi meningkatkan tekanan darah pasien yang produksi
angiotensinnya normal.
3. Perubahan Jumlah atau Fungsi dari Reseptor
Perubahan jumlah ini dapat disebabkan oleh hormon lain. Misalnya
hormon tiroid meningkatkan jumlah receptor di otot jantung tikus dan
sensitivitas kardiak terhadap catecholamine.
Ligan agonis juga menyebabkan penurunan jumlah (down regulation)
atau efisiensi (desensitization) dari reseptornya. Antagonis dapat
meningkatkan jumlah reseptor dengan mencegah down-regulation yang
disebabkan agonis endogen. Ketika antagonis dihilangkan, peningkatan
jumlah reseptor dapat mengakibatkan respon berlebihan terhadap
konsentrasi fisiologi agonis.