You are on page 1of 28

STUDI KASUS

I. Profil Pasien
Nama
Umur
BB/TB/LPT
Alamat lengkap
Pendidikan
Cara bayar
No. RM
MRS
KRS

:
:
:
:
:
:
:
:
:

II. Profil Penyakit


Keluhan utama

Riwayat penyakit

Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
Penyakit penyerta
Merokok
Alkohol
OTC
OT
Lain-lain
Anamnesa terpimpin

:
::
::::::

Diagnosa awal
:
Diagnosa akhir/Kerja :

III. Data Klinik


Tanggal pengamatan ( bulan februari Tahun 2015)

Data klinik

Normal
wita

Tekanan darah (mmHg)


o

120/80

Suhu ( C)

36-37oC

Denyut nadi (x/mnt)

80-85 /menit

Pernapasan (x/mnt)

20/menit

Demam
Menggigil
Kejang
Batuk
Sesak nafas
Lendir
Mual
Muntah
Malas makan
Pusing
Diare
BAB
BAK
GCS
A/I/C/D
Ascites

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

Tanggal pengamatan ( bulan februari Tahun 2015)

Data klinik

Normal
wita

Tekanan darah (mmHg)


o

120/80

Suhu ( C)

36-37oC

Denyut nadi (x/mnt)

80-85 /menit

Pernapasan (x/mnt)

20/menit

Demam
Menggigil
Kejang
Batuk
Sesak nafas
Lendir
Mual
Muntah
Malas makan
Pusing
Diare
BAB
BAK
GCS
A/I/C/D
Ascites

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

wita

IV. Data Laboratorium


Data lab

Nilai normal

WBC
RBC
HB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW-SD
RDW-CV
PDW
MPV
P-LCR
PCT
LyM
MxD
Neut
Eos
Baso
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
GDS
GDP
GD2PP
Ureum darah
Serum Kreatinin
SGOT
SGPT
Protein
Albumin
Globulin
Asam urat
Bilirubin total
Biliruin direk
Kolesterol total
HDL
LDL ( direk)
Trigliserida
Alkali

4-10 (103/mm3)
4-6 (106/mm3)
12-16 (g/dL)
37-48 (%)
80-97 (%)
26,5-33,5 pg
31.,5-35,0(%)
150-400 (103/mm3)
37-54 fl
10-15 (%)
10-18 fl
6,5-11 fl
13-43 %
0,15 0,5 (%)
20 40 (%)
2-8 (%)
52 -75 (%)
1-6 (%)
0-2 (%)
4.4-5.6 x 1012sel/l
3.2-10.0x109/l
170-380 x 103/mm
140 mg/dL
110 mg/dL

phosphatase
HbA1c
CK
CK-MB

10-50 mg/dL
< 1,3 mg/dL
< 38/L
<41 /L
6,6-8,7 g/dL
3,5-5 mg/dL
1,5-5 mg/dL
3,4-7 mg/dL
1,1 mg/dL
0,3 mg/dL
200 mg/dL
>55 mg/dL
<130 mg/dL
200 mg/dL
270 mg/dL
4-6 (%)
<190
<25

Februari 2015

ket

LDH
LED
Fe
Gamma-GT
CEA
CA 12-5
CT
BT
PT
HbsAg
Anti HBV
Anti HCV
Sputum BTA 1x
Sputum BTA 2x
Sputum BTA 3x
Protein urin
Keron urin

210-425 /L
L<10 mm, P<20 mm
59-148 mg/dL
11-40
< 2,5 mg/ml
< 35 mg/ml
4-10 menit
1-7 menit
10,4-12,6 detik
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Data lain yang penting


1. Hasil pemeriksaan elektrolit :
Pemeriksaan

Nilai Normal

Natrium
Kalium
Klorida

136-145 mEq/L
3,5-5,1 mEq/L
97-111 mEq/L

Februari 2015

2. Hasil foto thorax

3.
No

Hasil USG
Tanggal

Hasil

penatalaksanaan
RS UNHAS

RS UNHAS

4.
No

Hasil Radiologi
Tanggal

Hasil

Penatalaksanaan
RS UNHAS

5.
No

CT-Scan
Tanggal

Hasil

Penatalaksanaan
RS UNHAS

6.
No

Hasi Kultur
Tanggal

Hasil

Penatalaksanaan
RS UNHAS

V.

Profil Pengobatan
Bulan : Februari

NAMA OBAT

ATURAN
PAKAI

Tahun : 2015

DOSIS

Keterangan : ( ) = Diberikan

wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita

() = Tidak diberika

Tangggal :
NAMA OBAT

ATURAN
PAKAI

Bulan : Februari

Tahun : 2015

DOSIS

Keterangan : ( ) = Diberikan

wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita wita

() = Tidak diberika

VI.
No

NAMA
OBAT

Keterangan

Analisa Rasionalitas
INDIKASI

OBAT

DOSIS

ATURAN
PAKAI

Rasional ( tepat )

IR

Irrasional ( tidak tepat )

PENDERITA

CARA
PEMBERIAN

LAMA
PEMBERIAN

No

Problem medik

6
VII. Assesment and Plan

Terapi

DRPs

Rekomendasi

Monitoring

Propil Obat
1. Gentamisin
Indikasi :
Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif
(Staphylococcus),

infeksi tulang, infeksi saluran nafas,

infeksi kulit dan

jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia ,


penggunaan topical,
Dosis :
Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit

Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau
i.m.

Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.

Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi
(setiap 6 jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic
fibrosis) data serum level yang dibutuhkan

Note : Usual dose yang lebih tinggi dan/atau frekuensi yang lebih tinggi
(setiap 6 jam) yang diberikan pada kondisi klinik secara selektif ( cystic
fibrosis) data serum level yang dibutuhkan

Anak dan dewasa :


Intratekal : 4 8 mg/hari
Optalmik :Salep : Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari sampai setiap 3
4 kali
Salep : Dioleskan pada mata 2 3 kali sehari sampai setiap 3 4 kali

Konfensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk


mendapatkan kadar puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang
lebih tinggi dapat diberikan dengan pertimbangan yang cermat untuk
pasien jika cairan ekstraseluler meningkat (udem, syok Dosis tunggal :
4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan
rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.

Indikasi spesifik : Bruselosis : 240 mg/hari i.m. atu 5 mg/kg BB/hari


secara i. v. selama 7 hari. Dapat juga dikombinasi dengan Doxyciclin

Kolangitis : 4 6 mg/kg BB/hari dikombinasi dengan Ampisilin

Farmakologi

Distribusi :
Didistribusikan melalui plesenta Volume distribusi meningkat
pada odem, asites dan menurun pada dehidrasi.
Neonatus : 0,4- 0,6 per kg BB,
Anak 0,3 -0,35 /kg BB.Dewasa 0,2-0,3 /kg BB

Protein binding : < 30 %

Waktu paruh eliminasi :


umur < 1 minggu

3-11,5 jam. 1 minggu -6 bulan 3-3,5

jam.Dewasa ; 1,5-3 jam.

Pasien dengan gangguan ginjal 36-70 jam

Kadar puncak serum :


i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan infus

Ekskresi :
Urin

Pemeraian ;
Serbuk agak keputih-putihan. Larut baik dalam air, tidak larut dalam
alkohol, aseton, kloroform, eter dan benzen.
2. seftriakson
Rumus Molekul :
C18H16N8Na2O7S3.3.1/2H2O
Pemeraian :
Serbuk kristal berwarna putih sampai kekuningan, agak higroskopis, larut
baik dalam air, sangat sedikit larut dalam alkohol terdehidrasi,larut sebagian
dalam metil alkohol.
1. Pengobatan infeksi saluran nafas bagian bawah
2. Otitis media bakteri akut

3. Infeksi kulit dan struktur kulit


4. Infeksi tulang dan sendi
5. Infeksi intra abdominal
6. Infeksi saluran urin
7. Penyakit inflamasi pelvic (PID)
8. Gonorrhea
9. Bakterial septicemia dan meningitis
Farmakologi :

Absorbsi :
diabsobsi dengan baik setelah pemberian secara I. M.

Distribusi :
distribusi secara luas di dalam tubuh termasuk kelenjar empedu,
paru, tulang, empedu, CSF , plasenta, melalui amnion dan ASI.

Ikatan protein : 85-95%

Waktu paruh eliminasi : pada hepar dan fungsi ginjal yang normal : 5-9
jam.

Kadar puncak serum : 1-2 jam setelah pemberian secara I. M.

Kadar puncak serum : 1-2 jam setelah pemberian secara I. M.

Efek samping :

1%-10% :
Kulit : Rash (2%), Saluran cerna : diare (3%), Hepar : peningkatan
transaminase (3,1%-3,3%)
Ginjal : peningkatan BUN (1%)
Hematologi : eosinophillia (6%); thrombositosis (5%); leukopenia (2%)
Lokal : Nyeri selama injeksi (I.V 1%); rasa hangat, tightnes selama
injeksi (5%-17%) diikuti injeksi I.M.

1% :
Agranulositosis,

alergi

pneumonitis,

anafilaksis,

anemia,

basifilia,bronkospasm, kandidiasis,kolitis, diaphoresis, pusing, flushing,


gallstones,

glycosuria,

sakit

kepala,

hematuri,anemia

hemolitikus,jaundice, leukositosis, mual, nefrolitiasis, neutropenia,


phlebitis, pruritus, pseudomembranous colitis, batu ginjal, pusing,
serum sichness, thrombocitopenia, vaginitis, muntah, peningkatan alkali
fosfat, bilirubin dan kreatinin.
Dilaporkan reaksi dengan sefalosporin lainnya termasuk angioderma,
anemia aplastik, cholestasis, encephalopathy, erythema multiform,
pendarahan,

nefritis

intertisial,

neuromuscular

excitability,

pancytopenia, paresthesia, disfungsi ginjal,sindroma`Steven-Johnson,


superinfeksi,nefropati toksik.
interaksi :

Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat


kumarin(Dikumarol dan Warfarin)

Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan


ekskresi sefalosporin, monitor efek toksik.

peringatan :

Penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal.

Penggunaan dalam waktu lama mengakibatkan superinfeksi.

Pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin khususnya reaksi IgE


(anafilaktik, urtikaria)

mekanisme :
Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan
satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs)
yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis
peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis
dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik
(autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.
Dosis :

anak : I. M.; I. V.

Infeksi ringan sampai moderat : 50 70 mg/kgBB/hari dibagi


dalam 1-2 dosis setiap 12-24 jam maksimum 2 g/hari; lanjutkan

sampai dibawah 2 hari setelah tanda dan gejala dari infeksi


berkurang.

Infeksi yang serius : 80-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 1-2 dosis


maksimim 2 g/hari; maksimum 4 g/hari.
Infeksi Gonococcal, uncomplicated : I. M. : 125 mg tunggal.

Meningitis : I. M.; I. V.
Tanpa komplikasi : loading dose 100 mg/kg BB maksimum
4 g, dilanjutkan sampai 100 mg/kgBB/hari dibagi setiap 12-24 jam,
maksimum 4 g/hari; lama pengobatan adalah 7-14 hari
Literature

AHFS Drug Information 2005

Drug Information Hand Book Edisi 14

British National Formulary Martindale The Extra Pharmacopeian

Meylers Side Effects of Drugs

MIMS 2014

3. vit c
rumus struktur :
2,3-didehydro-L-threo-hexono-1,4-lactone. (3)
Pemerian :
Kristal atau serbuk putih atau agak kuning. Bila terpapar udara,
warnanya perlahan-lahan menjadi lebih gelap. Dalam keadaaan kering,
stabil di udara, tetapi dalam larutan akan teroksidasi dengan cepat.
Larut 1 bagian dalam 3 bagian air dan 1 bagian dalam 40 bagian
alkohol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Lindungi dari cahaya. (3)
Indikasi :
Vitamin dan Mineral Sariawan, Tes saturasi status nutrisi, Degenerasi
makular, Bahan pengasam urin (efektivitas masih dipertanyakan),
Mengkoreksi tyrosinemia pada bayi prematur dengan diet tinggi protein,
Terapi idopathic methemoglobinemia, Mencegah dan mengobati flu,

Untuk meningkatkan ekskresi besi selama pemberian deferoxamine (bukti


terbatas).Beberapa indikasi lain namun belum terbukti dengan studi klinis
yang terkontrol baik : hematuria, perdarahan retina, status perdarahan,
dental caries, pyorrhea, infeksi gusi, anemia, jerawat, infertilitas,
atherosclerosis, depresi mental, peptic ulcer, TBC, disentri, kelainan
kolagen, kanker, fraktur, ulcer kaki, toksisitas levodopa, toksisitas
succinylcholine, toksisitas arsenik, bahan mukolitik.
mekanisme :
Tidak dimengerti dengan jelas; dibutuhkan untuk pembentukan
kolagen dan perbaikan jaringan; terlibat dalam beberapa reaksi oksidasireduksi seperti jalur metabolik lain, seperti sintesis karnitin, steroid, dan
katekolamin dan konversi asam folat menjadi asam folinik.1
peringatan :
Pasien diabetes dan pasien yang mempunyai kemungkinan mengalami
renal calculi berulang (cth.pasien dialisis) disarankan untuk tidak
mengkonsumsi dosis berlebih pada waktu yang panjang (beberapa studi
menggunakan dosis minimal 100 mg/hari). (1)
Monitoring :
Monitor pH urin bila menggunakan asam askorbat sebagai bahan
pengasam urin. (1)
interaksi :
Meningkatkan efek / toksisitas : asam askorbat meningkatkan absorpsi
besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat diberikan bersama kontrasepsi
oral maka akan meningkatkan efek kontrasepsi Menurunkan efek : asam
askorbat dapat menurunkan level fluphenazine, asam askorbat bila
diberikan dengan warfarin maka akan menurunkan efek antikoagulan.1
efeksamping :

Non toksik. 1% - 10% : Renal : hyperoxaluria ( kejadian tergantung


dosis)

< 1% : Pusing, faintness, fatigue, flank pain, sakit kepala. (1)

stabilitas :

Asam askorbat secara bertahap menjadi gelap lewat paparan terhadap


cahaya, namun sedikit perubahan warna tidak berpengaruh pada efek
terapinya. Asam askorbat teroksidasi dengan cepat pada udara atau
suasana basa.

Pada

konsentrasi

>

100

mg/ml,

asam

askorbat

mengalami

dekomposisi melalui produksi kabon dioksida. (2)

Penyimpanan : Bentuk injeksi harus disimpan di kulkas (2-8C),


terlindung dari cahaya dan udara. (1)

Farmakologi/farmako dinamik :

Absorpsi : asam askorbat diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian


per oral. Dengan asupan vitamin C yang normal (30-180 mg perhari),
70-90% vitamin diabsorpsi. Pada dosis > 1 g perhari, absorpsi menurun
menjadi 50% atau kurang. (2)

Distribusi : asam askorbat terdistribusi luas dalam jaringan tubuh.


Sejumlah besar vitamin ditemukan dalam hepar, leukosit, platelet,
jaringan glandular dan lensa mata. 25% terikat dengan protein. (2)

Metabolisme : di hepar via oksidasi dan sulfation. (1)

Eliminasi : lewat urin. (1)

Dosis :
Pemberian : per oral, IM, IV, Subkutan, Hindari injeksi IV cepat (1)

Utuk Indikasi Sariawan :


Dewasa : 100-250mg 1-2 kali perhari selama sekurangnya 2 minggu.
Anak : 100-300 mg perhari dalam dosis terbagi selama sekurangnya 2
minggu. (1)

Untuk Indikasi Dietary and replacement requirements Recommended


Daily Allowance (RDA) : (1)
< 6 bulan : 30 mg
6 bulan - 1 tahun : 35 mg,
1-3 tahun : 15 mg, max. 400 mg/hari
4-8 tahun : 25 mg, max. 650 mg/hari

9-13 tahun : 45 mg, max. 1200 mg/hari


14-18 tahun : max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk wanita 65 mg
Dewasa : max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk wanita 75 mg
Suplemen Makanan : (1)
Dewasa 50 - 200 mg/hari
Anak 35 - 100 mg/hari

Untuk Indikasi Tes Saturasi Status Nutrisi :


Untuk menetapkan status nutrisi vitamin C menggunakan tes
saturasi, asam askorbat diberikan per oral 11 mg/kg, dan ekskresi askorbat
via urin dihitung selama 24 jam.
Literatur

Drug Information Handbook International, Lexi-Comp's,

AHFS Drug Information .

Martindale The Complete drug Reference. 35th edition.

MIMS 105th edition Annual Indonesia 2006/2007.

ISO Indonesia,

4. sodium folate (NUTR-vitamin B9)


Brand Name (s):
(folic acid) Folvite
Chemical Class:
NUTR-vitamin B complex
Clinical Pharmacology:
Mechanism of Action:
A coenzyme that stimulates production of platelets, RBCs, and WBCs.
Therapeutic Effect:
Essential for nucleoprotein synthesis and maintenance of normal
erythropoiesis.
Pharmacokinetics:

PO

form

almost

completely

absorbed

from

the

GI

tract

(upperduodenum). Protein binding: High. Metabolized in the liver and


plasma to active form. Excreted in urine. Removed by hemodialysis.
Available Forms:

Tablets: 0.4 mg, 0.8 mg, 1 mg.

Injection: 5 mg/ml.

Indications and Dosages:

Dietary supplement (RDA): PO 400 mcg/day. Maximum: 0.1 mg/day.

Folic acid deficiency:


PO, IV, IM, Subcutaneous Initially, 1 mg/day. Maintenance: 0.5 mg/day.
Unlabeled Uses:
To decrease the risk of colon cancer
Contraindications:
Anemias (aplastic, normocytic, pernicious, refractory)
Serious Reactions
Allergic hypersensitivity occurs rarely with parenteral form. Oral folic
acid is nontoxic.
5. NUTR-vitamin A
Brand Name(s):
Aquasol A, Palmitate A
Chemical Class:
NUTR-vitamin, fat soluble
Clinical Pharmacology:

Mechanism of Action:
A fat-soluble vitamin that may act as a cofactor in
biochemicalreactions.

Therapeutic Effect: Is essential for normal function of retina, visual


adaptation to darkness, bone growth, and testicular and ovarian
function; preserves integrity of epithelial cells.

Pharmacokinetics: Rapidly absorbed from the GI tract if bile salts,


pancreatic lipase, protein, and dietary fat are present. Transported in
blood to the liver, where its metabolized; stored in parenchymal
hepatic cells, then transported in plasma as retinol, as needed. Excreted
primarily in bile and, to a lesser extent, in urine.

Available Forms:
Capsules: 10,000 units, 25,000 units.
Injection (Aquasol A): 50,000 units/ml .
Tablets (Palmitate A): 5,000 units, 15,000 units.

Indications and Dosages:


Severe vitaminAdeficiency:
PO 500,000 units/day for 3 days; then 50,000 units/day for 14 days,
then 10,00020,000 units/day for 2 mo. IM 100,000 units/day for 3 days;
then 50,000 units/day for 14 days.
Malabsorption syndrome:
PO 10,000-50,000 units/day.
Dietary supplement:
PO Males: 3000 units/day. Maximum: 10,000 units/day.
Females: 2,310 units/day. Maximum: 10,000 units/day.
Contraindications:
Hypervitaminosis A, oral use in malabsorption syndrome
Serious Reactions
Chronic overdose produces malaise, nausea, vomiting, drying or cracking
of skin or lips, inflammation of tongue or gums, irritability, alopecia, and night
sweats.
Patient/Family Education
Administer with food for better PO absorption
Foods high in vitamin A: yellow and dark green vegetables, yellow and
orange fruits,

6. Infuse kain

Propil penyakit
1. Community aguired Penemonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyumbang
terbesar penyeba kematian anak usia di bawah lima tahun (anak-balita).
Pneumonia mem bunuh anak lebih banyak daripada penyakit lain apapun,
mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta
anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.

Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the number
one killer of children). Di negara berkembang pneumonia merupakan penyakit
yang terabaikan (the neglegted disease) atau penyakit yang terlupakan (the
forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal karena
pneumonia namun sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah
pneumonia.

Penyebab/etimologi pneumonia anak-balita


Dari studi mikrobiologik ditemukan penyebab utama bakteriologik
pneumonia anak-balita adalah Streptococcus pneumoniae/pneumococcus
(30-50 % kasus) dan Hemo philus influenzae type b/Hib (10-30% kasus),
diikuti Staphylococcus aureus dan Klebsiela pneumoniae pada kasus berat.
Bakteri

lain

seperti

Mycoplasma

pneumonia,

Chlamydia

spp,

Pseudomonas spp, Escherichia coli (E coli) juga menyebabkan


pneumonia. Pneumonia pada neonatus banyak disebabkan oleh bakteri
Gram negatif seperti Klebsiella spp, E coli di samping bakteri Gram positif
seperti S pneumoniae, grup b streptokokus dan S aureus.
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV)
yang mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B,
parainfluenza, human metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010
melaporkan estimasi insidens global pneumonia RSV anak-balita adalah
33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia
berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian
66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di antaranya
terjadi di negara berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran
RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita
baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan penyebab bakteri
lain.

Gambaran klinis pneumonia anak balita


Sebagian besar Gambaran klinis pneumonia anak-balita berkisar
antara ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya
sebagian kecil berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu

rawat-inap. Secara umum Gambaran klinis pneumonia diklasifikasi


menjadi 2 kelompok. Pertama, gejala umum misalnya demam, sakit
kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala gastrointestinal seperti mual,
muntah dan diare. Kedua, gejala respiratorik seperti batuk, napas cepat
(tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest indrawing),
napas cuping hidung, air hunger dan sianosis. Hipoksia merupakan tanda
klinis pneumonia berat. Anak pneumonia dengan hipoksemia 5 kali lebih
sering meninggal dibandingkan dengan pneumonia tanpa hipoksemia.

Klasifikasi penyakit peunomonia berdasarkan umur

Faktor-risiko pneumonia anak-balita


Faktor-dasar (fundamental) yang menyebabkan tingginya morbiditas

dan mortalitas pneumonia anak-balita di negara berkembang adalah :


(Mulholland K. 1999)
1. Kemiskinan yang luas.
Kemiskinan yang luas berdampak besar dan menyebabkan derajat
kesehatan rendah dan status sosio-ekologi menjadi buruk.
2.

Derajat kesehatan rendah.


Akibat derajat kesehatan yang rendah maka penyakit infeksi
termasuk infeksi kronis dan infeksi HIV mudah ditemukan. Banyaknya
komorbid lain seperti malaria, campak, gizi kurang, defisiensi vit A,
defisiensi seng (Zn), tingginya prevalensi kolonisasi patogen di
nasofaring, tingginya kelahiran dengan berat lahir rendah, tidak ada
atau tidak memberikan ASI dan imunisasi yang tidak adekwat
memperburuk derajat kesehatan.

3. Status sosio-ekologi buruk.


Status sosio-ekologi yang tidak baik ditandai dengan buruknya
lingkungan, daerah pemukiman kumuh dan padat, polusi dalam-ruang
akibat penggunaan biomass (bahan bakar rumah tangga dari kayu dan
sekam padi), dan polusi udara luar-ruang. Ditambah lagi dengan
tingkat pendidikan ibu yang kurang memadai serta adanya adat
kebiasaan dan kepercayaan lokal yang salah.
4. Pembiayaan kesehatan sangat kecil.
Di negara berpenghasilan rendah pembiayaan kesehatan sangat
kurang. Sebagai gambaran kesenjangan pembiayaan kesehatan adalah
sbb: di seluruh dunia 87% pembiayaan kesehatan di pakai hanya untuk

16% jumlah penduduk di negara ber penghasilan tinggi. Sisanya (13


%) pembiayaan di pakai untuk sebagian besar (84%) penduduk di
negara berpenghasilan rendah. Pembiayaan kesehatan yang tidak
cukup menyebabkan fasilitas kesehatan seperti infrastruktur kesehatan
untuk diagnostik dan terapeutik tidak adekwat dan tidak memadai,
tenaga kesehatan yang terampil terbatas, di tambah lagi dengan akses
ke fasilitas kesehatan sangat kurang
5. Proporsi populasi anak lebih besar.
6. Di negara berkembang yang umumnya berpenghasi lan rendah
proporsi populasi anak 37%, di negara berpenghasilan menengah 27%

dan di negara ber penghasilan tinggi hanya 18% dari total jumlah
penduduk. Besarnya proporsi populasi anak akan menambah tekanan
pada pengendalian dan pencega han pneumonia terutama pada aspek
pembiayaan.

Literature :

American Thoracic Society. Hospital Acquired pneumonia in adults;


diagnosis, assessment of severity, initial antimicrobial therapy, and
preventatitive strategies. A consensus statement. Am Rev Respir Crit Care
Med 1995;153:1711.

Glover Mark, Reed Michael. Lower Respiratory Tract Infections.


Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach.5th ed.

Institute for Clinical Systems Improvement (ICSI). Community-acquired


pneumonia in adults. Bloomington (MN): Institute for Clinical Systems
Improvement (ICSI); 2005 May. 40 p.

You might also like