You are on page 1of 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan peradaban kehidupan manusia sampai dengan revolusi di


bidang industri, teknologi dan ilmu pengetahuan, struktur arsitektur berkembang pula
secara kuantitatif dan kualitatif seperti dari segi "fungsi" walaupun tidak sebanyak
perkembangan dari segi teknologi dan bahan(material), yang terus diusahakan dengan
menelaah batasan-batasan yang ada sampai sekarang. Terbatasnya ruang yang dapat
dipergunakan akibat konsentrasi manusia diperkotaan mendorong munculnya teknologi
struktur bangunan vertikal dan bertingkat tinggi baik keatas lantai dasar dan kebawah
tanah yang sering disebut dengan istilah bangunan "pencakar langit".

Bangunan bertingkat sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya untuk hunian,


kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya ataupun kegiatan khusus lainnya dan
diklasifikasikan, sebagai bangunan rendah (low rise building), bangunan menengah
(middle rise building), dan bangunan tinggi (high rise building). Bangunan bertingkat
diukur dengan jumlah lantai 8 lantai, jumlah ini dianggap sebagai dasar jumlah penghuni
yang sudah besar (padat) dan jumlah asset bangunan yang besar dengan dampak
lingkungan yang tinggi selama under construction dan building operation.

CCTV HEADQUARTERS

Pada awalnya kemunculan gedung atau bangunan bertingkat tinggi ini menimbulkan satu
fenomena yang akhirnya dapat diterima masyarakat selama masih dalam batasan-batasan
yang ada terutama batasan ekonomis. Selain itu, diperlukan pula pertimbangan perancang
bangunan bertingkat tinggi ini terhadap ruang prilaku, seperti keterpencilan, ketiadaan kontak
antar manusia dalam bangunan dan ketiadaan kontak dengan kehidupan diluar bangunan
seperti jalan dan sebagainya. Untuk itu diperlukan bantuan dari lembaga - lembaga
pendidikan untuk menyelidiki dan menelitinya sehingga dapat memperbaiki kondisi tersebut
diatas.

A. Sistem Struktur Bangunan Tinggi

Berdasarkan tinjauan disain struktural, gedung semakin tinggi, respon struktur terhadap
beban lateral (akibat gempa atau angin) menjadi semakin penting. Untuk memperoleh
kestabilan, struktur rangka umumnya tidak efisien, hanya efisien pada ketinggian sampai 10
tingkat. Apabila gedung semakin tinggi, sampai bertingkat menengah, seharusnya digunakan
mekanisme pengekang lateral, seperti bracing diagonal disekitar daerah elevator. Pada gedung
yang sangat tinggi, perilaku gedung akibat beban lateral cenderung menghasilkan momen
guling, yang harus diimbangi oleh momen tahanan internal yang dihasilkan struktur.
CCTV HEADQUARTERS

Apabila gedung sangat langsing, maka terjadi lengan momen kecil diantara gaya-gaya
pada elemen struktur vertikal, sehingga diperlukan gaya yang sangat besar agar menghasilkan
momen internal yang cukup. Gedung yang tingginya sama, tetapi mempunyai dasar lebih
lebar dan tidak langsing, memberikan momen tahanan internal yang sama, tetapi gaya yang
timbul pada elemen struktur vertikal lebih kecil.
Respons struktural gedung bertingkat banyak akibat goyangan angin yang bersifat
steady-state, sehingga gedung mengalami perubahan bentuk yang berupa defleksi dan osilasi.
Defleksi akan menyebabkan berubahnya fungsi-fungsi elemenelemen struktur gedung, dan
osilasi akan menyebabkan ketidaknyamanan pada pengguna gedung. Elemen-elemen struktur
yang berfungsi sebagai mekanisme penyaluran beban-beban yang bekerja, meliputi :

a.

Sistem Pendukung Beban Lateral

Elemen-elemen pendukung beban gempa (seismic loads) merupakan elemen pendukung


beban lateral, seperti juga angin. Dan prinsip elemen vertikal pendukung beban lateral, atau
elemen struktur, mencakup :
Rangka kaku (rigid frame), atau portal kaku (moment resistant frame);
Rangka diperkaku dengan batang diagonal (braced frame);
Dinding geser (shear wall);
Perubahan posisi antar susunan elemen.
Gaya-gaya lateral yang bekerja didistribusikan pada seluruh lebar atau panjang bangunan
untuk mencapai elemen-elemen vertikal melalui diafragma. Dan gaya-gaya lateral yang
bekerja pada bangunan akan disalurkan pada elemen-elemen pendukung gaya vertikal dan
pendukung gaya horizontal. Elemen pendukung gaya vertikal adalah kolom dan dinding yang
CCTV HEADQUARTERS

berfungsi sebagai diafragma, serta elemen pendukung gaya horizontal yang meliputi lantai,
struktur lantai, balok yang akhirnya disalurkan kedalam kolom dan pondasi.

b.

Pendukung Gaya Vertikal

Sistem tumpuan vertikal pada sel yang sama dapat berupa dinding pemikul beban atau
susunan balok serta kolom. Elemen kolom dan dinding pemikul mengalami tekan dan kadang
terjadi lentur. Pendistribusian gaya akibat beban vertikal dapat berupa sistim struktural satu
arah ataupun struktural dua arah. Kekakuan struktur yang dicapai dengan penyusunan
elemenelemen struktur, seperti :

CCTV HEADQUARTERS

Bidang-bidang bangunan tersusun secara kaku (rigid) satu sama lain, seperti struktur
bidang lipat;
Bentuk tiga dimensi merupakan elemen penunjang utama pada kekakuan stuktur unit box
(box system);
Material plat datar dibuat monolit (solid) atau sistim rangka yang terisi bidang-bidang yang
sifatnya non-struktural.

c.

Pendukung Gaya Horizontal

Gaya-gaya lateral yang bekerja dan berasal dari luar bangunan, seperti gempa, angin, beban
hidup dan lain-lain, yang bekerja pada bangunan merupakan gaya-gaya lateral yang bekerja
pada bangunan. Sistim yang membentang horizontal dapat terdiri atas deretan balok-balok
(atau rangka batang) satu arah dan elemenelemen plat dua atau satu arah yang kaku. Elemen

CCTV HEADQUARTERS

pendukung struktur yang digunakan untuk mengatasi gaya-gaya lateral yang biasa dikenal
adalah sistim core (inti) dan sistim shear wall (dinding geser).

1.2.

Maksud dan Tujuan

Pada mata kuliah Struktur Konstruksi dan Bahan IV ini mahasiswa diharapkan mampu
menguasai konstruksi, utilitas, bahan material bangunan tinggi, dan lain-lain sehingga
mahasiswa mampu mengeksplorasi objek yang sudah ada dengan material dan konstruksi dari
pemahaman mahasiswa itu sendiri.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.Sistem Bangunan Bertingkat Tinggi


CCTV HEADQUARTERS

Dalam perencanaan pembangunan gedung bertingkat ada beberapa factor yang


dipertimbangkan sebelum membangunan, yaitu Sistem Konstruksi Bangunan yang
merupakan factor pendukung utama agar dapat berdirinya bangunan bertingkat sesuai
yang diharapkan tetapi ada bebrapa hal yang perlu diketahuai dalam sistem konstruksi
Bangunan.
Pada dasarnya, setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan
berbagai elemen struktur secara tiga dimensi, yang cukup rumit. Fungsi utama dari sistem
struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada
bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Beban yang bekerja pada
bangunan terdiri dari beban vertical, horizontal, perbedaan temperature, getaran, dan
sebagainya.
Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu menghadapi beberapa kendala,
diantaranya:
1.

Persyaratan arsitektural

2.

Sistem elektrikal dan mekanikal

3.

Metode konstruksi

4.

Aspek ekonomi

Dalam berbagai sistem struktur, baik yang menggunakan bahan beton bertulang, baja
maupun komposit, selalu ada komponen (sub sistem) yang dikelompokkan dalam sistem
yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral.

2.1.1. Sistem Struktur Vertikal Bangunan Bertingkat Tinggi


Elemen struktural dasar dari statu bangunan:
1. Elemen linier

Kolom

CCTV HEADQUARTERS

Mampu menahan gaya aksial dan rotasi

Balok

2. Elemen bidang

Dinding : baik masif, berlubang-lubang, maupun ber-rangka, harus


mampu menahan gaya aksial dan rotasi.

Pelat lantai (slab) : baik masif, ber-rusuk-rusuk, maupun didukung


oleh rangka/balok-balok lantai harus mampu mendukung gaya-gaya
yang mengenai maupun tegak lupus pada bidang tersebut.

3. Elemen ruang

Core : mengikat bangunan menjadi satu kesatuan dan bekerja


sebagai satu unit.

Bentuk-bentuk bangunan yang umum, yaitu:


a) Dinding pendukung paralel (parallel bearing walls)
Merupakan elemen vertical planar yang ter-prategang (prestress) karena beratnya sendiri,
sehingga dapat menyerap beban lateral secara efisien. Sistem ini digunakan untuk
bangunan yang tidak membutuhkan ruang-ruang yang luas dan tidak membutuhkan
struktur core untuk sistem mekaniknya.
b) Core dan dindidg pendukung facade (cores and facade bearing walls)
Elemen vertikal planar membentuk dinding eksterior mengelilingi struktur core, yang
memungkinkan bentuk ruang interior terbuka. Hal ini tergantung dari kapasitas rentang
(span) dari struktur lantainya. Bagian core mewadahi mekanikal dan sistem transportasi
vertikal, yang menambah kekakuan bangunan.
c) Kotak-kotak yang mampu mendukung sendiri (self supporting boxes)

CCTV HEADQUARTERS

Kotak-kotak tersebut merupakan unit preflab 3 dimensi, yang membentuk dinding-dinding


pendukung bila diatur dan saling dikaitkan. Bila dilakukan penyusunan seperti susunan
batu bata, maka dapat dibentuk sistem balok-dinding bersilang.

d) Pelat lantai konsol (cantilever slab)


Dengan mendukung sistem lantai dari core pusat memungkinkan terbentuknya ruang yang
bebas kolom dengan kekuatan pelat lantai sesuai kebutuhan bangunan. Kekakuan pelat
dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan teknik pra-tegang.
e) Pelat lantai datar (flab slab)
Sistem planar horisontal ini terdiri atas pelat lantai beton yang tebal-seragam yang
didukung oleh

kolom-kolom. Bila

pada puncak

kolom-kolom tidak terdapat

penebalan/kepala, maka bentuknya adalah sistem pelat lantai datar. Sistem ini tidak
memiliki balok-balok yang tebal sehingga memungkinkan adanya efisiensi/minimum
jarak antar lantai bangunan.
f) Interspasial (interspatial)
Struktur konsol ber-rangka berlantai banyak pada setiap lantai memebentuk ruang-ruang
yang dapat dimanfaatkan pada dan diatas rangka. Ruang-ruang diatas rangka merupakan
ruang yang terbuka (free space)
g) Sistem gantung (suspension)
Sistem ini memanfaatkan bahan secara efisien dengan memanfaatkan penggantung untuk
mendukng beban. Beban grafitasi didukung oleh kabel-kabel untuk membentuk rangka
konsol pada core pusat.
h) Sistem rangka pendukung (staggered truss)
Bangunan rangka berlantai banyak merupakan rangkaian rangka yang letaknya berselangseling. Selain mendukung beban vertikal, penataan rangka dapat mengurangi persyaratan
pengukuh pengaruh angin (wind bracing) dengan menyalurkan beban angin ke dasar
bangunan melalui bagian beban (web) dan pelat lantai (slab).
CCTV HEADQUARTERS

i) Sistem rangka kaku (rigid frame)


Hubungan yang kaku digunakan untuk mengikatkan elemen linier membentuk bidangbidang vertikal dan horisontal. Dengan kesempurnaan rangka ruang yang bergantung pada
kekuatan dan kekakuansetiap blok dan kolom, maka tinggi lantai dan jarak antar kolom
menjadi dasar perancangannya.
j) Core dan sistem rangka kaku (core and rigid frame)
Rangka kaku mewadahi beban lateral melalui kelenturan balok-balok dan kolom-kolom,
maka dengan struktur core akan meningkatkan daya tahan terhadap lateral sebagai akibat
interaksi antara core dan rangka kaku.
k) Sistem rangka ber-rangka (trussed frame)
Merupakan kombinasi struktur rangka kaku dengan rangka vertikal tahan geser akan
meningkatkan kekuatan dan kekakuan struktur. Dalam sistem ini, rangka menahan beban
grafitasi dan rangka (truss) vertikalnya menahan beban angin.
l) Core dan rangka ber-rangka terikat (belt trussed frame and core)
Sabuk rangka mengikat kolom-kolom tepi pada core sehingga mengurangi aksi yang
timbul pada setiap kolom dari rangka core. Batang pengukuh (bracing) ini disebut cap
trussing bila terletak pada puncak bangunan, dan disebut belt trussing bila terletak pada
bagian bawahnya.
m) Sistem tabung di dalam tabung (tube in tube)
Kolom-kolom dan balok-balok eksterior tersusun saling berdekatan sehingga nampaknya
dari facade bangunan sebagai dinding dengan lubang-lubang pembukaan sebagai jendela.
Keseluruhan bangunan bekerja sebagai tabung diatas muka tanah dengan core dalam
membentuk tabung yang meningkatkan kekakuan bangunan dengan cara membagi beban
dengan tabung luar.
n) Sistem ikatan tabung (bundled tube)

CCTV HEADQUARTERS

10

Dalam sistem ini terdiri atas gabung beberapa buah tabung yang akan meningkatkan
kekakuan, sehingga memungkinkan mencapai ketinggian bangunan optimal dengan luasan
lantai maksimal.

2.2. Struktur Inti Bangunan


Struktur core wall yang bisa dijumpai dalam aplikasi konstruksi bangunan tinggi dewasa
ini ada bermacam-macam. Antara lain adalah bentuk , , O, atau core wall dua cell dengan
pengaku di tengahnya berbentuk . Dari masing-masing bentuk core wall ini, mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda dalam memberikan fleksibilitas dan efektivitas pada
struktur bangunan. Bangunan tinggi yang mempunyai struktur core wall, dibuat dengan
salah satu pertimbangan adalah fleksibilitas untuk pengaturan posisi (tata letak) yang akan
memberikan penghematan dan efisiensi maksimum pada bangunan secara keseluruhan.

CCTV HEADQUARTERS

11

Dari segi konstruksi pembuatannya, core wall tersebut dapat dibuat berupa struktur
konstruksi baja, konstruksi beton bertulang ataupun juga komposit. Dari konstruksi bahan
tersebut, struktur core wall dapat bersifat massif. Namun terjadinya pelemahan struktur
core wall itu juga terkadang tak dapat dihindari dalam pelaksanaan konstruksi bangunan,
seperti pelubangan struktur core wall untuk ruang pintu, kisi udara, dan lain-lain. Tetapi
dalam proses perencanaan dan perancangan suatu bangunan, adanya pelemahan struktur
core wall tersebut sudah diperhitungkan tidak akan menimbulkan masalah, dengan
memberikan solusi teknik yang tepat dan sesuai. Penggunaan material beton bertulang
dalam pembuatan core wall akan memberikan keuntungan berupa kekakuan lateral yang
diperoleh cukup tinggi, oleh karena konstruksi beton bertulang mempunyai karakteristik
kuat tekan yang tinggi. Oleh sebab itu core wall dengan konstruksi beton bertulang ini
akan sesuai untuk diaplikasikan pada struktur-struktur gantung. Sebagaimana telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya, penempatan struktur core wall ini dalam aplikasi
konstruksi bangunan, dapat ditempatkan pada posisi tengah bangunan, dapat juga di posisi
pinggir bangunan, atau bahkan di luar bangunan yang direncanakan sebagai bagian
struktur bangunan yang berguna untuk mendukung fungsi utilitas bangunan (ruang lift,
ruang shaft).

2.2.1 Tata Letak Inti Pada Bangunan

CCTV HEADQUARTERS

12

Tata letak inti pada bangunan tinggi yang berbentuk menara (tower) berbeda dengan
bangunan yang berbentuk memenjang, dan dikelompokkan sebagai berikut :
Inti Pada Bangunan Bentuk Bujur Sangkar
Bentuk ini banyak digunakan pada bangunan perkantoran dengan koridor menglilingi
inti bangunan. Contoh bnaguan : gedung blok GDKI, gedung indosat, wisma bumi
putra, one plaza di los angeles.

Inti Pada Bangunan Bentuk Segi Tiga


Beberapa contoh yang
menggunakan inti segitiga : Hotel
Mandarin, Gedung Us Steel,
Australia Central Plaza Di
Hongkong.

CCTV HEADQUARTERS

13

Inti Pada Bangunan Bentuk Lingkaran


Beberapa contoh yang menggunakan inti
tersebut : Bangunan Shin-Yokohama
Prince Hotel, Marina City, Gedung
Tabung Haji Di Kuala Lumpur. Menara
berbentuk lingkaran biasanya digunakan
untuk fungsi hunian dengan koridor
berada disekeliling inti bangunan sebagai
akses unit-unit huian.

Inti Pada Bangunan Bentuk Memanjang


Bangunan dengan bentuk memanjang biasanya digunakan untuk hotel, dapat juga
digunkan untuk
apartemen dan
perkantoran.

CCTV HEADQUARTERS

14

Inti Pada Bangunan Bentuk Y


Beberapa contoh bangunan yang
menggunakan inti bentuk Y :
Gedung Unilever di Hanburg Jerman,

Gedung

Unesco di Paris, Hotel Duta Merlin di

Jakarta.

Inti Pada Bangunan Bentuk Acak


Banguanan dengan inti berbentuk acak
diletakkan di luar titik berat massa
bangunandan ditempatkan secara acak.
Kurang menguntungkan bagi perencana
bangunan tahan gempa.
Contoh bangunan : gedung MBF tower di
penang Malaysia, dan Conrad
international di singapura.

Inti Bangunan Dengan Bentuk


Silang
Bangunan dengan bentuk silang
merupakan variasi dari luas bangunan
dengan bentuk memanjang.
Banguanan dengan inti seperti ini banyak difungsikan untuk hotel, apartemen, dan
perkantoran.

CCTV HEADQUARTERS

15

2.3. Sistem pembebanan pada banguna tingkat tinggi


2.3.1

Beban mati

Beban dapat dikelompokan ke dalam dua kelompok utama bergantung pada gaya gravitasi
yang bekerja pada suatu bangunan: statis dan dinamis. Beban dinamis bersifat sementara,
beban ini berubah menurut perubahan waktu dan musim atau menurut fungsi ruangan di
dalam atau pada suatu struktur.
Beban mati dinyatakan sebagai gaya statis yang disebabkan oleh berat setiap unsur di dalam
struktur. Gaya-gaya yang menghasilkan beban mati terdiri dari berat unsur pendukung beban
dari bangunan, lantai, penyeleaiaan langit-langit, dinding partisi tetap, penyelesaian fasade,
tanki simpan, sistem distibusi mekanis, dan seterusnya. Gabungan semua unusr ini mejadikan
beban mati dari suatu bangunan
Tampaknya untuk menentukan berat bahan-bahan,yaitu beban mati struktur adalah masalah
yang mudah. Akan tetapi, penaksiran beban mati dapat meleset sekitar 15 sampai 20 % atau
lebih karena adanya berbagai masalah dalam membuat suatu analisis yang tepat mengenai
beban. Pada tahap rancangan awal tidaklah mungkin bagi seorang analisis struktur untuk
memeprkirakan berat beban bangunan yang dipilih dengan tepat. Bahan-bahan non struktural
khusus untuk dipilih di antaranya termasuk panel-panel fasade prefab, fistur ringanm, sistem
langit-langit, pipa, duct, kabul listrik, dan komponen-komponen dari pesyaratan interior
khusus. Berat unsusr pengaku dan istem-sistem sambungan untuk struktur baja ditaksir
berdasarkan persentase. Berat unit bahan yang diberikan oleh produsen atau kode pabrik tidak
selalu sesuai dengan berat barang yang diproduksi. Ukuran nominal unsur bangunan dapat
berbeda dari ukuran sebenarnya; perancah untuk beton cor di-tempat bisa mempunyai
ketidaktepatan sebesar inci.
Beberapa contoh di atas memperlihatkan bahwa apabila informasi yang tepat tidak dieproleh,
maka beban mati tidak dapat diperkirakan secarat tepat pula.
CCTV HEADQUARTERS

16

2.3.1

Beban hidup

Beban hidup berbeda dengan beban mati karena sifatnya, beban ini berubah-ubah dan sulit
diperkirakan. Perubahan beban hidup terjadi tidak sepanjang waktu, tetapi juga sebagai fungsi
tempat. Perubahan ini bisa berjangka pendek ataupun panjang sehingga menjadi hampir
mustahil untuk diperkirakan beban-beban hidup secara statis.
Beban yang disebabkan oleh isi benda-benda di dalam atau di atas suatu bangunan dinamai
beban penghunian (occupancy load). Beban-beban ini mencakup beban peluang untuk berat
manusia, perabot,

partisi yang dapat dipindahkan, lemari besi, buku, lemari arsip,

perlengkapan mekanis (seperti komputer, businees machines), kendaraan bermotor,


perlengkapan industri dan semua beban semi permanen atau beban sementara lainnya yang
berpengaruh terhadap sistem bangunan, tetapi bukan bagian dari struktur dan tidak dianggap
sebagai beban mati.
Dengan adanya hal-hal yang tak terduga dari bangunan tinggi, maka hampir mustahil untuk
memperkirakan keadaan beban hidup yang mungkin terjadi yang akan mempengaruhi
struktur. Akan tetapi, melalui pengalaman, penyelidikan dan analisis, nilai beban yang
dianjurkan untuk berbagai penggunaan telah dikembangkan. Hasilnya berbentuk tabel beban
yang dimuat dalam persyaratan bangunan dari berisi faktor keamanan empiris yang menyatu
untuk mengimbangi kemungkinan keadaan beban maksimum.
Nilai-nilai beban itu berupa beban merata ekuivalen dan beban terpusat yang diketahui
sebelumnya. Beban merata ekuivalen mencerminkan keadaan beban pemakaian yang
sesungguhnya. Nilai-nilai ini, yang ditetapkan berdasarkan perkiraan beban yang
sesungguhnya, tampaknya agak konservartif. Penyelidikan yang dilakukan berdasarkan beban
penggunaan sesungguhnya di berbagai gedung perkantoran menunjukan beban maksimum
sebesar 40 psf (pound pesqure foot) sedangkan nilai rancangan yang disarankan adalah 80 psf.
Suatu penyeldikan beban terhadap apartemen menunjukan bahwa intensitas beban maksimum
yang diukur dalam jangka waktu 10 tahun adalah kira-kira 26 psi; akan tetapi, nilai yang
lazim untuk rancangan adalah 40 psi.
CCTV HEADQUARTERS

17

Beban terpusat menunjukan kemungkian adanya aksi beban tunggal pada tempat-tempat kritis
seperti pada tangga, langit-langit, garasi (misalnya dongkrak untuk mengganti ban) dan
daerah-daerah bahayan lainnya yang akan mendapat perlakuan gaya tekan terpusat tinggi.
Walaupun tampaknya peraturan yang ada terlalu kaku, selalu akan ada unsur-unsur tak
terduga yang harus dipertimbangkan. Peraturan keamanan minimum harus menjamin keadaan
yang tak terduga seperti berdesaknya manusia karena adanya upacara, latihan kebakaran, atau
kelebihan beban pada bagian-bagian bangunan yang disebabkan oleh perubahan pemakaian
atau perubahan susunan perabot dan dinding sehinga akan menimbulkan beban berlebih di
daerah tertentu.

Kemungkinan terjadinya penghunian serentak pada stiap kaki persegi disetiap lantai yang
didukung oleh sebuah kolom sangat kecil. Pembebanan yang sesungguhnya terdiri atas luas
lantai yang berbeda dengan kondisi pembebanan yang berbeda pula. Pada umumnya, semakin
kecil luas lantai, semakin besar intensitas beban potensialnya. Beban penghunian pada lantai
tidak pernah merata. Hal ini dipertimbangkan dalam persyaratan bangunan berupa izin
menggunakan faktor pengurangan beban hidup, misalnya New York State Building
Construction Code. Persyaratan ini membolehkan beban penghunian sebesar 80 % pada tiga
lantai teratas suatu bangunan dan pengurangan sebesar 5 % untuk setiap penurunan lantai
berikurtnya sampai sekurang-kurangnya 50 % dari beban diperkirakan. Perhatikan bahwa
angka 0,08 % memungkinkan kenaikan dalam persentase pengurangan dengan kenaikan yang
sebanding dalam jumlah luas daerah penyumbang beban.
Peraturan tidak menganggap bahwa beban hidup yang bekerja pada elemen bangunan
dikurangi karena kemampuan struktur bangunan yang sinambung untuk menyebar kembali
pembebanan ketika berubah bentuk. Sebaliknya kapasitas beban bangunan menjadi berkurang
karena mengalami kelelahan akibat bertahun-tahun melawan beban angin, getaran, perubahan
suhu, penurunan dan perubahan terus menerus dari gaya-gaya lingkungan. Akan tetapi, bahan
batu dan beton memiliki keunggulan dalam hal bertambahnya kekuatan sejalan dengan usia
sehigga meningkatkan kapasitasnya.
Dari segi pandang struktur, pemilihan sistem struktur yang memadai bergantung pada
pemahaman terhadap tiga faktor:
CCTV HEADQUARTERS

18

Beban yang akan dipikul

Sifat bahan struktur

Aksi struktur yang mengarahkan gaya-gaya beban melalui komponen stuktur ke tanah.

Dengan mempertimbangkan ketiga unsur di atas, seorang perancang struktur menggunakan


model sebenarnya untuk memperkirakan perilaku struktur dan bahan; akan tetapi, nilai-nilai
peraturan empiris digunakan untuk memperkirakan intensitas pembebanan. Hal ini tampak
bertentangan karena di satu pihak pihak ekonomi kontruksi dan bahan bangunan
dipertimbangkan, sedangkan di lain pihak diabaikan. Penelitian ini akan diperlukan di masa
yang akan datang untuk memungkinkan perkiraan yang lebih tepat terhadap kondisi
pembebanan sebenarnya.
2.3.3

Beban kontruksi (beban yang timbul ketika pelaksaan konstruksi)

Untuk struktur pada umumnya dirancang untuk beban mati dan beban hidup, akan tetapi,
unsur tersebut dapat dibebani oleh beban yang jauh lebih besar dari beban rencana ketika
bangunan didirikan. Beban ini dinamakan beban kontruksi dan merupakan pertimbangan yang
penting dalam rancangan unsur struktur.
Setiap kontraktor telah mengembangkan suatu proses konstruksi yang telah terbukti ekonomis
baginya. Walaupun seorang arsitek dapat merancang suatu bangunan yang cocok untuk suatu
sistem konstruksi tertentu, mungkin saja ia tidak mengetahui kebiasaan-kebiasaan pribadi
kontraktor tersebut. Biasanya para kontraktor menumpuk perlengkapan dan materi yang berat
di suatu tempat yang tidak luas pada struktur. Hal ini menyebabkan beban-beban terpusat
yang jauh lebih besar daripada beban rencana untuk struktur tersebut. Keruntuhan struktur
banyak terjadi karena hal ini.
Masalah besar dalam kontruksi beton akan timbul apabila kontraktor lalai menyediakan waktu
yang cukup untuk pematangan beton sebelum perancah diangkat. Beton akan bertambah kuat
dengan bertambahnya waktu; tetapi karena waktu adalah uang bagi kontraktor, sering kali ia
membongkar perancah beton sebelum beton tersebut mencapai kuat rencana, sedangkan unsur
struktur tersebut memikul beban yang tidak mampu dipikulnya. Maka akibatnya adalah
keruntuhan struktur.

CCTV HEADQUARTERS

19

Beban kontruksi juga harus diperhitungkan untuk suatu balok yang dirancang untuk berlaku
secara komposit dengan plat beton, dengan anggapan tidak ada penopang sementara yang
digunakan dalam proses kontruksi. Dalam hal ini balok harus diperiksa dalam kaitannya
dengan pemikulan beban dalam aksi nonkomposit.
Untuk belok pracetak, masa yang paling kritis adalah ketika mengangkat unsur panel yang
berat dari perancahnya. Jumlah titik angkat dan penempatannya arus diketahui. Demikian
pula, karena unsur ini harus dirancang untuk bebagai kemungkinan peletakan pada saat
penangan dan pembangunan, gaya-gaya benturan dan tekanan harus diperhitungkan.

2.3.4. Beban salju, hujan dan es


Pengamatan mengenai kedalaman dan kerapatan salju selama bebrapa tahun menghasilakn
perkiraan yang ayak tengang beban salju maksimum. Biro Cuaca Amerika Serikat (US
Weather Bureau) menujukan beban salju minimum untuk berbagai daerah dalam pon per kaki
persegi (psf0 yang berkisar dari 5 psf di bagian selatan hingga 80 psf di bagian timur latu
Amerika Serikat. Satu inci salju mempunyai berat 0,5 sampai 0,7 psf, bergantung pada
kerapatannya.
Beban salju hanya perlu dipertimbangkan untuk atap dan daerah lain pada bangunan yang
mengumpulkans alju seperi pada pelataran terbuka, balkon dan teras. Beban salju, seperti
disyaratkan oleh peraturan, didasarkan atas salju maksimum pada tanah. Pada umumnya
beban ini lebih tinggi daripada beban salju yang bekerja pada atap karena angin akan meniup
salju yang longgar dari atap atau salju akan encair dan menguap karena kehilangan panas
melalui kulit atap. Persyaratan bangunan biasanya membolehkan pengurangan persentase dari
nilai beban pada atap pelana karena salju dapat meluncur dari atap tersebut. Akans tetapi,
beberapa kondisi atap dapat mempengaruhi perilaku angin yang kemudian menghasilkan
akumulasi beban salju setempat.
Sungguhpun unsur air jarang diperhitungkan ketika membuat perhitungan beban hidup, faktor
ini harus diperahtikan ketika sedang merancang. Beban hujan pada umumnya tidak sebesar
bean salju, tetapi harus diingat bahwa adanya akumulasi air yang mempunyai berat jenis 62,4
lb/ft3 akan menghasilkan beban yang cukup besar. Beban yang besarw terjadi pada atap datar
CCTV HEADQUARTERS

20

kaena saluran mampat. Dengan menggenangnya air, atap akan mengalami lendutan sehingga
air akan semakin mengumpul dan mengakibatkan lendutan yang semakin besar. Proses ini
dinamai genangan (ponding) yang akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya atap.
Es akan mengumpul pada bagian-bagian unsur yang menonjol, terutama pada unsur ornamen
luar yang bila tidak ada es tidak dibebani selain beratnya sendiri. Itulah sebabnya unsur-unsur
tersebut harus dirancang untuk menahan beban es yang berat. Selanjutnya, gumpalan es pada
struktur rangka terbuka akan meningkat luas, demikian pula berat, sehigga menghasilkan
tekanan angin yang lebih tinggi.

2.3.5. Beban angin


Pencakar-pencakar langit yang pertama tidak rentan terhadap akibat-akibat aksi lateral yang
rumit yang disebabkan oleh angin. Berat dinding pedukung batu begitu besarnya sehingga
aksi angin tidak dapat mengatasi gaya-gaya gravitasi yang ada pada struktur tersebut. Bahkan
ketika sistem pendukung diganti oleh struktur rangka kaku pada akhir abad ke-18, gravitasi
tetap merupakan faktor penentu utama. Fasade batu yang berat dengan bukaan-bukaan kecil,
kolom-kolom berjarak rapat, unsur-unsur rangka yang masif dan tersusun berlapis-lapis,
demikian pula dinding partisi yang berat masih menghasilkan bobot sehingga aksi angin tidak
menjadi masalah penting.
Pencakar langit dinding kaca pada akhir tahun 1950-fan dengan interior terbuka yang
optimum serta berat yang relatif kecil adalah yang pertama kali berhadapan dengan gaya-gaya
angin yang rumit. Dengan diperkenalkannya rangka baja ringan, brat tidak lagi menjadi faktor
yang membatasi ketinggian potensial bangunan. Akan tetapi, era bangunan tinggi telah
membawa persoalah-persoalan baru. Untuk mengurangi bobot mati dan menciptakan ruang
yang lebih besar dan fleksibel, dikembangkanlah balok-balok yang membentang lebih
panjang dan partisi-partisi interior yang tidak memikul beban yang dapat dipindah-pindahkan
dan dinding tirai yang tidak memikul beban. Semua temuan ini telah menghilangkan
kekakuan struktur sehingga kini kekakuan lateral 9ayunan lateral) suatu bangunan bisa
merupakan pertimbangan yang lebih penting daripada kekuatannya. Aksis angin telah menajdi
masalah yang besar bagi perancangan bangunan tinggi.

CCTV HEADQUARTERS

21

Untuk memahami angin dan memprakirakan perilakunya secara ilmiah yang tepat mungkin
mustahil. Aksi angin pada bangunan bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh faktor-faktir
lingkungan seperti kekasaran dan bentuk permukaan, bentuk kerampingan dan tekstur fasade
struktur itu sendiri serta peletakan bangunan yang berdekatan.

Kecepatan angin
Sifat dinamis angin dilukiskan pada gambar. Kecepatan antin dicatat pada ketinggian tertentu
pada suatu bangunan dan menunjukan dua fenomena: kecepatn rata-rata angin konstan yang
umum dan kecepatan angin yang tiba-tiba berubah. Maka angin mempunyai dua komponen,
yang statis dan yang dinamis.
Kecepatan angin rata-rata pada umumnya bertambah dengan bertambahnya ketinggian seperti
pada gambar. Akan tetapi, tingkat pertambahan kecepatan rata-rata adalah fungsi dari
kekasaran permukaan tanah karena perjalanan angin dihambat di dekat permukaan tanah oleh
gaya gesek. Semakin banyak pengaruh benda-benda sekitar (pepohonan, bentuk permukaan
tanah, bangunan) semakin meningkat pula ketinggian tempat terjadinya kecepatan maksimum
V max.

Arah angin
Semua gerak bangunan sesuai dengan arah angin bertiup. Apabila massa udara yang bergerak
ke arah tertentu membentur permukaan bangunan, maka terjadilah gaya guling. Gaya guling
adalah tekanan angin, dan bisa menjadi semakin besar oleh adanya peningkatan kecepatan
angin atau oleh pertambahan luas permukaan penghalangnya.
Aksi angin yang cukup besar ke satu muka bangunan atau lebih akan menyebabkan lentur
ganda pada bangunan. Arah angin utama dapat dibagi menjadi dua komponen yang
memperlihatkan aksi angin yang terjadi pada masing-masing muka bangunan.
Lentur ganda dapat mengakibatkan dampak negatif ataupun positif terhadap gerak bangunan.
Pergeseran arah majemuk ini bisal elbih kecil dibandingkan dengan apabila aliran udara yang
sama bekerja pada satu muka bangunan saja.
CCTV HEADQUARTERS

22

Rancangan aerodinamis bangunan juga bisa membantu mengurangi pergeseran bangunan


pada lentur ganda. Tekan angin selalu terbesar apabila arah angin datang tegak lurus terhadap
muka bangunan. Oleh sebab itu, apabila aliran udara menabrak permukaan bangunan tidak
tegak lurus, sebagian besar gaya angin disebarkan secara alami.
Meskipun demikian beban angin yang diinduksi oleh lentur ganda juga mengakibatkan
tegangan geser dan puntir tambahan pada batang-batang struktur yang tidak menimbulkan
pergeseran arah tunggal.

Tekanan angin
Tekanan angin berasal dari dua komponen yang telah dibahas diatas: kecepatan rata-rata
dibuat dalam jangka waktu yang panjang, maka tekanan angin yang terjadi juga merupakan
tekanan rata-rata dan menghasilkan lendutan yang kuat pada bangunan.
Kecepatan embusan yang dinamis menyebabkan tekanan angin dinamis setara yang
menghasilkan pergeseran tambahan yang kira-kira mengimbangin lendutan kuat dari
bangunan: hal ini nyata sekali untuk bangunan pipih. Gerak dinamis demikian disebut
pukulan embusan. Gaya-gaya acak yang dihasilkan oleh aksi embusan menginduksi osilasi
bangunan yang pada umumnya sejajar terhadapa arah angin.
Turbulensi
Apabila massa udara yang bergerak menemui hambatan, seperti bangunan, maka ia akan
berlaku seperti cairan dengan bergerak ke sisi-sisinya, lalu mengikuti kembali aliran udara
utama. Kecepatan angin bertambah dengan bergeraknya massa udara yang lebih besar melalui
daerah yang luasnya konstan pada waktu bersamaan dan terjadilah aliran udara turbulen.
Evek Venturi, yang diperlihatkan pada gambar adalah sejenis aksi turbulen. Turbulensi terjadi
ketika masaa udara bergrak diarahkan melalui ruang sempit diantara dua bangunan tinggi.
Kecepatan angin yang terjadi pada ruangan ini akan melebihi kecepatan aliran angin utama.
Pada aliran udara turbulen mana pun, aliran tekanan udara positif direkam sepanjang udara
menyentuh permukaan bangunan. Apabila permukaan bangunan terlalu cekung atau aliran
udara terlalu cepat, massa udara akan meninggalkan permukaan bangunan sehingga tercipta
CCTV HEADQUARTERS

23

ruang-ruang mati bertekanan negatif. Vortice dan eddy adalah aliran udara melingkar yang
dihasilkan oleh angin turbulen di daerah tekanan rendah ini.
Vortice adalah aliran udara berkecepatan tinggi yang menimbuflkan aliran ke atas dan aliran
isap yang dekat dengan bangunan. Apabila waktu getar vortice sekitar bangunan mendekati
frekuensi alami dari struktur, terjadilah osilasi.
Gerak yang terjadi pada umumnya tegak lurus terhadap arah datangnya angina. Frekuensi
getar adalah fungsi bentuk dan ukuran bangunan dan sering kali dapat dikurangi dengan
menggunakan dinding bertekstur kasar dan atau bentuk-bentuk bangunan yang tak teratur.
Walaupun eddy terbentuk serupa dengan vortice, eddy merupakan aliran udara melingkar
bergerak lambat yang menyebakan hanya sedidki gerak bangunan.

2.3.5

Beban gempa

Kerak bumi tidak statis: ia selalu bergerak konstan. Menurut teori geologi tentang tektonik
lempengan, permukaan bumi terdiri dari bebarapa lempengan batuan tebal yang mengapung
di atas mantel bumi yang cair. Lempengan-lempengan tektonik baru dibentuk terus menerus
sepanjang lembah yang curam di dasar laut di mana bahan cair dari interior bumi didorong ke
atas sehingga samudera baru membentuk tepi lempengan samudera yang menyebabkan
cintinental drift, yaitu lempengan-lempengan samudera didorong terhadap lempengan
kontinental. Pada pertemuan ini, lempengan akan terkunci di tempat tersebut sehingga
pergeseran lempengan dapat dicegah.
Tekanan terbentuk di sepanjang tepi lempengan sehingga peleset yang mendadak karena
pantulan elastik atau terjadi patahan batuan sehigga menghasilkan pelepasan energi regangan
mendadak. Akibatnya adalah terjadinya patahan pada kerak bumi bagian atas sepanjang arah
tertentu dan terbentuklah sesar. Sebagian energi yang dalam bentuk gelombang dijalarkan ke
semua arah. Gerak gelombang inilah yang dikenal sebagai gempa.

Perilaku bangunan ketika terjadi gempa

CCTV HEADQUARTERS

24

Karena pondasi adalah titik singgung antara bangunan dengan tanah, maka gerak seismik
bekerja pada bangunan degnan menggoyang pondasi bolak-balik, Massa bangunan menahan
gerak ini membangun gaya inersia pada seluruh struktur, aksi ini serupa dengan inersia lateral
yang dialami oleh seseorang apabila kendaraan yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti. Gerak
seismik juga berlaku untuk meremukan pondasi dan menggoyangkannya bolak balik.
Bagaimanapun gaya inersia vertikal diabaikan karena bangunan sudah dirancang untuk
pembebanan vertikal statis. Maka kita hanya memeprtimbangkan gaya-gaya horizontal yang
sekiranya melebihi gaya angin yang bekerja pada struktur. Kebiasaan mengabaikan gaya-gaya
vertikal, terutama pada bekas bangunan yang dekat kepada patahan prmukaan dari suatu sesar.
Besar gaya inersia horizontal F bergantung pada massa bangunan M, percepatan permukaan A
dan sifat struktur. Apabila bangunan dan pondasinya kaku, maka percepatannya akan sama
dengan permukaan, yaitu menurut rumus Newton F = MA.
Dalam kenyataannya, hal ini tidaklah demikian karena pada tingkatan tertentu, semua
bangunan adalah fleksibel. Untuk struktur yang hanya sedikit berubah bentuk, artinya
menyerap sebagian energi, besar gayanya akan kurang dari massa kali percepatannya. Akan
tetapi setruktur sangat fleksibel yang mempunyai waktu getar alamiah yang mendekati waktu
getar gelombang permukaan, dapat mengalami gaya yang jauh lebih besar yang ditimbulkan
oleh gerak permukaan

berulang-ulang. Dengan demikian besar aksi gaya lateral pada

bangunan tidak disebabkan oleh percepatan permukaan saja, tetapi oleh tanggapan dari
struktur bangunan dan juga pondasinya. Kaitan hubungan antara bangunan dan gerak
permukaan ini dinyatakan oleh spektrum respons.
Aplikasi spektrum tersebut pada struktur bangunan bergantung pada bagaimana perilaku
osilator sederhana mengadakan simulasi aksi yang rumit dari suatu bangunan. Karena
keterbatasan informasi lanjutan, maka persyaratan yang ad menggunakan spektrum-spektrum
ini sebagai suatu cara sederhana untuk memperkirakan respon maksimum bangunan yang
disebabkan olej gerak gempa. Uniform Building Code memanfaatkan koefisien seismik yang
secara garis besar menyerupai bentuk spektrum rekaman gempa dan menceminkan kenyataan
bahwa bangunan yang tinggi, seperti halnya pendulum yang tinggi, memiliki masa vibrasi
yang lebih lama sehingga akan cenderung memiliki inersia yang lebih kecil dibandingkan
dengan bangunan rangka kaku yang memiliki periode yang lebih pendek.

CCTV HEADQUARTERS

25

2.3.6. Beban tekanan air dan tanah


Struktur di bawah permukaan tanah cenderung mendapat beban yang berbeda dengan beban
di atas tanah. Substruktur sebuah bangunan harus memikul tekanan lateral yang disebabkan
oleh tanah dan air tanah. Gaya-gaya ini bekerja tegak lurus pada dinding dan lantai
substruktur.

Tekanan air di titik manapun pada struktur pondasi sama dengan berat jensi air (62,4 lt/ft3)
dikalikan dengan jarak dari muka air ke kedalaman yang akan diselidiki.
Tekanan lateral air maksimum di dasar pondasi sama dengan tekanan daya apung (buoancy)
yang akan mengangkat bangunan. Pada tahap-tahap awal kontruksi, tekanan ke atas ini
merupakan pertimbangan yang utama. Plat lantai basement harus dirancang untuk gaya tekan
ke atas. Tekanan lateral yang dihasilkan oleh tanah pada dinding bisa dianggap setara dengan
tekanan air. Besaran tekanan tanah bergantung pada jenis tanah. Untuk tanah kering, tekanan
cair setara dengan kedalaman 30 psf/ft dapat dianggap sebagai perkiraan sementara.

Tekanan dinding lateral tambahan dapat disebabkan oleh beban surcharge pada permukaan
tanah (jalan) atau oleh pembengkakan (rangkak) dari jenis tanah tertentu (misalnya tanah
lempung) atau dapat dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh salju apabila muka iar
tanah berada diatas garis beku. Gaya-gaya lateral akan ditingkatkan ketika terjadi gempa yang
menggetarkan tanah.

2.3.7. Beban yang diakibatkan oleh perubahan volume beban yang terkekang

Perubahan volume bahan ditimbulkan oleh pengaruh sudut, rangkak, dan suhu. Apabila
perubahan alamiah suatu unsur bangunan terkekang pada bagian ujung atau batas, terjadilah
beban. Setelah itu ditempat-tempat terjadinya pengekangan pada volume tersebut terjadi pula
tegangan aksial dan rotasi pada bangunan. Perubahan volume dapat dikendalikan dengan
CCTV HEADQUARTERS

26

menaruh pengekang di tempat-tempat terjadinya tegangan aksial dan rotasi atau dengan kata
lain, batang-batang dirancang untuk mengatasi tegangan-tegangan ini. Jelaslah bahwa
perubahan volume dapat dikendalikan dengan memungkinkan gerak bebas melalui
penggunaan siar dilatasi (expansion)

Beban suhu
Hingga tahun empat puluhan, struktur pencakar langit disembunyikan di belakang fasade
yang didalamnya terdpat lingkungan yang dikondisikan dan tidak rentan terhadap perbedaan
suhu. Setelah PD II dikembangkanlah suatu rancangan estetika baru yang menggunakan
rangka struktur untuk mengurangi berat dan harga bangunan. Dengan kecendrungan ini maka
bangunan tinggi menjadi semakin tidak kaku dan menjadi sangat rentan terhadap beban dan
gerakan yang disebabkan oleh suhu; fasade struktur kini diekspos terhadap suhu terkondisi di
dalam lingkungan bangunan serta perubahan musim dan cuaca sehari-hari. Perbedaan suhu ini
menyebabkan gerak vertikal pada kulit bangunan. Apabila suhu menurun, bangunan menyusut
dan sebaliknya, apabila suhu meningkat, maka bangunan mengembang. Gerak horizontal
struktur lantai terjadi karena atap diekspor terhadap perbedaan suhu di dalam dan di luar
ruanfan dan oleh perbedaan suhu di antara fasade yang berlawanan; yang satu menghadap
matahari, sedangkan yang lainnya membelakangi matahari.
Jenis dan pengaruh gerak yang diinduksi suhu
-

Lentur kolom

Perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan, yang dikenal sebagai temperatur gradient,
menyebabkan tegangan yang tak merata pada kolom luar sehingga mengakibatkan lentur.
-

Perbedaan gerak antara kolom luar dan kolom dalam

Pergeseran vertikal terjadi antara kolom-kolom eksterior dan interior apabila perubahan suhu
menimbulkan pemuaian atau penyusutan sepanjang garis kolom. Suhu kolom interior pada
umumnya tetap (720 F), sedangkan suhu kolom luar bisa berkisar antara 20 F hingga 120 F
bergantung pada kondisi setempat.
CCTV HEADQUARTERS

27

Perbedaan gerak antara kolom luar

Perbedaan gerak vertikal dapat terjadi antara kolom-kolom yang mempunyai eksposur
permukaan luar yang berbeda seperti halnya kolom sudut.

Retak lantai

Retak pada lantai terjadi pada struktur rangka kaku akibat perubahan vertikal pada kolom luar.
Perbedaan gerak terjadi sedikit demi sedikit dan paling besar pada trave eksterior. Dengan
terjadinya perbedaan gerak pada struktur, maka jendela, dinding tirai, dan partisi menjadi
peka terhadap aksi beban dan penggeseran bahan. Penggunaan bahan partisi fleksibel dan atau
dilatasi dapat mengendalikan kemungkinan kerusakan yang diakbiatkan oleh gerakan suhu.

Perbedaan gerak antara atap dan lantai-lantai di bawahnya.

Perbedaan pemuaian dan penyusutan antara bidang atap yang diekspos dengan lantai-lantai
dibawahnya dapat mengakibatkan retak geser pada struktur dinding pendukung batu atau lntur
kolom pada suatu bangunan rangka kaku.
Merancang suatu bahan dengan bentuk tertentu boleh bereaksi terhadap suhu ambient, maka
tegangan internal yang terjadi adalah fungsi dari perubahan panjang yang diperbolehkan.

A.

Apabila pemuaian atau penyusutan bebas diperbolehkan maka gaya-gaya dalam sama

dengan 0. Penyendian lantai atas memungkinkan terjadinya gerak bebas, tetapi hal ini tidak
mungkin pada bangunan tinggi karena menurunkan kekakuannya.
B.

Apabila kebebasan gerak sebagian, tetapi tidak dalam keadaan kaku, maka gaya-gaya

dalam lebih besar dari nol tetapi kurang dari maksimum. Sistem ini paling sering digunakan
karena ia memperhitungkan pergeseran relatif yang dapat ditoleransi oleh partisi dan finishing
bangunan.
CCTV HEADQUARTERS

28

C.

Apabila kebebasan gerak ditiadakan dan perubahan bahan tidak diperbolehkan, maka

gaya-gaya dalam adalah maksimum.

2.3.8. Beban dampak dan dinamik


Suatu bangunan akan dibebani berbaghai nonstatik. Sesungguhnya semua beban kecuali
beban mati dapat berubah. Akan tetapi, yang menjadi masalah bukanlah berapa cepat suatu
beban berfluktuasi, melainkan berapa waktu yang diperlukan oleh struktur untuk menjalani
satu daur getaran bebas (periode alamiah struktur)
Beban dianggap statis apabila beban tersebut berubah relatif lambat terhadap perode alamiah
strukturnya (beban penghunian). Beban-beban bangunan tertentu harus idanggap dinamik
relatif terhadap periode alami banguna tipikal. Beban-beban getaran bisa timbul dari dalam
ataupun dari luar bangunan. Sumber-sumber dari dalam gedung, mislnya, lift, eskalator,
peralatan mesin yang bergetar, peralatan mekanis, kendaraan bermotor, dan kran. Gaya-gaya
ini tidak sekedar siklik, tetapi bisa saja terjadi percepatan atau pengurangan kecepatan
kendaraan atau lift, misalnya, gaya-gaya dampak yang cukup besar dapat bekerja pada
struktur pada saat-saat tertentu. Sumber-sumber dari luar gedung adalah gaya-gaya angin dan
gempa. Suatu (misalnya raungan pesawat supersonik), dan sistem lalu lintas yang berdekatan
(misalnya jalan raya, jalan kereta api, jalan kereta api bawah tanah dan jembatan, bangunan).
Selain itu, pencakar langit masa kini agak rentan terhadap gaya-gaya ini karena para
perancangnya mencoba untuk menekan ketinggian serendah mungkin. Hal ini mengakibatkan
pengurangan massa dan pengakuan, yaitu peningkatan periode alami getar struktur mendekati
periode beban. Resonansi terjadi apabila periode alami sama dengan periode sumber sehingga
menghasilkan gaya-gaya yang besar tak terhingga.Perhatikan bahwa selain unsur statik
kekakuan, analisis dinamik memperlihatkan pula aspek dinamik massanya.
Perancang bangunan harus dapat mengendalikan gaya-gaya getar tidak hanya dengan
memenuhi kekuatan batang yang diperlukan, tetapi juga dengan mengisolasi struktur atau
meredam geraknya. Sumber getaran juga dapat diisolasi dengan memisahkan sumber tersebut
dari struktur. Gerak getaran dapat diatasi dengan mengendalikan tranmisi getaran dari satu
CCTV HEADQUARTERS

29

unsur ke unsur lainnya. Kontinuitas batang dapat diinterupsi oleh isolator resillient (neopreme
pads, plat timah, pad karet, sistem lapis viskoelastik)
Analisis dinamik pada dasarnya berupaya mencari variasi waktu lendutan dan tegangan yang
terkait langsung. Alih-alih membuat analisis dinamik yang teliti, untuk kasus tipikal biasanya
beban-beban ditentukan dengan menaikan beban hidup di tempat-tempat kemungkinan
terjadinya beban impak. Menurut American Institute of Steel Construction Specification for
Buildings (1969), peningkatan beban hidup untuk mengimbangi efek dinamik adalah:

Untuk tumpuan lift

100 %

Untuk balik tumpuan kran berjalan dan sambungan-sambungannya

25 %

Untuk tumpuan peralatan ringan

20%

Untuk tumpuan mesin berputar atau uni yang digerakkan dengan motor,

tak kurang dari

50 %

Untuk penggantung yang menunjang lantai dan balkon

33 %

Di bagian yang menerima beban dampak dan dinamik, unsur struktur dapat mengalami
kelelahan. Persyaratan bangunan memperhitungkan pengurangan kekuatan karena terjadinya
tegangan balik (reversal stress).

CCTV HEADQUARTERS

30

BAB III
LATAR BELAKANG DAN DESKRIPSI STUDI KASUS BANGUNAN

3.1. Latar Belakang

Office for Metropolitan Architecture (OMA) memenangkan kontrak dari Beijing


International Tendering Co. untuk membangun Kantor pusat CCTV dan Pusat Budaya
Televisi (Television Cultural Center) dari bagian ini pada 1 Januari 2002. Gedung ini
merupakan bagian awal dari sekitar 300 menara baru di Distrik Pusat Bisnis Beijing.
Kantor administrasi, pemberitaan, penyiaran, dan kantor produksi serta studio-studio
terdapat di dalamnya.

CCTV HEADQUARTERS

31

Gambar. 3.1.1.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kantor_pusat_CCTV

Sebuah gedung yang terhubung di kompleks ini, Pusat Budaya Televisi (Television
Cultural Center) mengalami kebakaran. Tersulut oleh kembang api pada hari Festival
Lentera, 9 Februari 2009 sebelum gedung tersebut dijadwalkan selesai dibangun pada
Mei 2009. Seharusnya terdapat Beijing Mandarin Oriental Hotel, pusat wisatawan,
sebuah teater besar, dua studio rekaman dengan tiga ruang kontrol audio, sebuah
bioskop digital dan dua ruang layar. Mandarin Oriental Hotel setinggi 156 meter rusak
parah dan seorang anggota pemadam kebakaran meninggal. Pada 25 Oktober 2009, besi
perancah di pasang di gerbang CCTV yang menandakan perbaikan gedung segera
dimulai.
3.2. Deskripsi Bangunan

CCTV HEADQUARTERS

32

Gambar 3.2.1.
Sumber: https://asianlanka.wordpress.com/category/china/

Lokasi Bangunan

: East Third Ring Road, Guanghua Road, Beijing,


China

Tahun Pembangunan

: 2002

Tahun Pembangunan

: 2004 2008

Architect/Perancang

: Rem Koolhaas dan Ole Scheeren dari OMA

Engineer

: Arup

Kontraktor Utama

: China State Construction and Engineering Corporation

CCTV HEADQUARTERS

33

Ketinggian bangunan

: Tower 1 : 1,234m, Tower 2 : 2,210m

Jumlah Lantai

: 54 lantai dan 4 level basement

Jumlah lift

: 75

Luas bangunan

: 473.000m2

Biaya pembangunan

: 600.000.000

Luas Bangunan

: 389,079 m2 (4,188,010 sq ft)

3.3. Tinjauan Aspek Struktural, Arsitektural, dan Material Bangunan

3.3.1. Tinjauan Aspek Struktural

Pada Bangunan ini memiliki 3 sistem struktur, yaitu : sistem struktur bawah
(pondasi), struktur tengah (rangka), dan sistem struktur atas (overhang).

Pada sistem struktur bawah (pondasi) menggunakan sistem pondasi rakit bertiang
(pile raft). pondasi ini tersebar luas hingga ke seluruh bangunan. Pada sistem struktur
tengah (rangka) menggunakan sistem struktur tabung ( tube structure), sturktur
tabung digunakan karena untuk efiensesi ruang dalam gedung terhadap penggunaan
kolom karena untuk menyokong bangunan sudah dikuatkan oleh frame (bracing).

Pada sistem sturktur atas (overhang) memiliki kesamaan dengan sistem struktur
tengah yang menggunakan struktur tabung, namun overhang berfungsi untuk
mengikat 2 menara yang ada pada cctv beijing agar dapat menahan beban lateral
bangunan yang miring
CCTV HEADQUARTERS

34

3.3.2. Tinjauan Aspek Arsitektural

Bangunan CCTV Beijiing ini berkonsep Mobius Strip yang memiliki maksud "An
inter-connected loop of inter-connected activities yaitu merupakan bentukan yang
saling menyambung untuk kegiatan yang berhubungan seperti halnya aktifitas yang
terjadi pada banguna CCTV Beijing ini.

Bangunan ini memiliki dua menara dengan kemiringan masing-masing 6, dimana


pada bagian atas bangunan terdapat overhang / cantilever pada lantai 36 yang
menghubungkan dua menara tersebut. Overhang terdiri dari 13 lantai yang memiliki
panjang sepanjang 76 meter.

3.3.3. Tinjauan Aspek Material


Material bangunan CCTV Beijing ini menggunakan baja dan kaca.

3.3.4. Tinjauan Aspek Utilitas


Gedung CCTV Headquarters ini memiliki dua shaft. Shaft terdapat pada masing-masing
towernya.

CCTV HEADQUARTERS

35

BAB IV
ANALISA SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI STUDI PRESEDEN

4.1. Tinjauan Aspek Struktural

4.1.1.

Sistem Substruktur Bangunan

CCTV HEADQUARTERS

36

Gambar 4.1.1.1.

Sumber: www.wikipedia.com

Menara utama berdiri di atas pondasi rakit bertiang (pile raft) dan pondasi tiang
pancang (pile), yang berdiameter 1.2 m, dan memiliki panjang sekitar 52 m, dengan
material beton bertulang. Mengingat besarnya distribusi dari gaya yang akan
disalurkan ke tanah, pondasi rakit bertiang dibuat hingga memiliki ketebalan sekitar
7.5 m dan beban disebarkan melalui tower yang bertindak sebagai kaki-kaki agar
dapat mendistribusikan beban kedalam tanah dengan lebih baik. Sistem pondasi
diatur sedemikian rupa sehingga pusat pondasi rakit bertiang dekat dengan pusat
beban dibagian bawah setiap tower, dan sebisa mungkin menghilangkan momen
yang akan timbul dari bentukan bangunan.

Pondasi rakit (pile raft) digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area
yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi raft digunakan
ketika beban kolom atau beban Oisbanding lainya berdekatan dan pondasi pada
saling berinteraksi. Pondasi raft biasanya terdiri dari plat beton bertulang yang
membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memilki keungulan
CCTV HEADQUARTERS

37

mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan mengimbangi gerakan


diferensial antara posisi beban. Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak
atau Oisban dengan kapasitas daya tahan rendah karena pondasi raft dapat
menyebarkan beban di area yang lebih besar. Pondasi ini lebih kuat jika Oisbanding
dua jenis pondasi dangkal lainya seperti pondasi tapak dan pondasi menerus.

Gambar 4.1.1.2.
Sumber:
www.archweek.com

4.1.2.

Sistem Upper Struktur Bangunan

CCTV HEADQUARTERS

38

Konstruksi Rangka
Struktur rangka pada bangunan ini menggunakan diagrid framing system, yang
terbuat dari baja dan baja concrete. Struktur rangka ini menutupi seluruh
bangunan secara menyeluruh dengan tujuan mengkuatkan bentuk dari bangunan
itu sendiri dan setiap sudut bangunan.

Sumber: http://www.mimoa.eu/projects/China/Beijing/CCTV

CCTV HEADQUARTERS

39

Sumber: https://sourceable.net

Diagrid framing system ini tersusun dari tiga


bentuk, yaitu : rangka vertikal (kolom), rangka
horizontal (balok), dan rangka diagonal. ketiga rangka ini disambungkan menjadi satu
rangkaian menggunakan Butterfly Plates. Kelebihan dari diagrid framing system ini
adalah apabila terjadi kerusakan pada satu sambungan maka tidak akan mempengaruhi
atau merusak konstruksi lainnya secara keseluruhannya.

Dilihat dari gambar di atas, fungsi sistem struktur pada bangunan CCTV sangat terlihat
dan ditonjolkan sebagi value pada tampilan fasadnya. Seluruh masa dangunan seolah olah
diselimuti oleh rangka-rangka diagonal yang menjadi struktur utama. Rangka-rangka
tersebut saling berhubungan satu sama lain untuk menyalurkan gaya dari bangunan
tersebut. Jika dilihat dengan seksama sistem rangka diagonalnya sangat tidak beraturan
dan terlihat abstrak, hal ini dikarenakan masa bangunan yang tidak simetris dengan
bentuk yang tidak sama serta faktor kemiringan.
Sumber: www.skyscrapercity.com

Konstruksi overhang

Overhang pada bangunan ini dimulai setelah lantai 36, dan menjorok keluar sejauh 75m
dari menara utama CCTV Building Beijing ini. Overhang ini dibuat setelah kedua
menara ini selesai dikerjakan.
CCTV HEADQUARTERS

40

Sumber: www.archdaily.com

Overhang ini sendiri menjadi


penyeimbang dari konstruksi dan
menghubungkan kedua menara
ini

sehingga

bangunan

ini

menjadi satu kesatuan. Fungsi


lain dari overhang ini adalah untuk mengikat 2 menara miring agar dapat menahan
beban lateral bangunan.

Mengingat sifat dari Menara miring ini tidak mungkin untuk meneruskan garis kolom
vertikal dari atas ke bawah, maka sistem struktur ditransfer ke struktur diagonal pada
bagian selimut bangunan pada setiap tingkatan lantai dengan diperhitungkan terhadap
kemiringan bangunan. Selain itu pelat lantai dari overhang pada bagian atas juga didukung
dengan kolom vertikal yang ditransfer ketabung struktur eksternal untuk kemudian

ditransfer kembali ke bagian struktur yang saling berkaitan dibawahnya.

4.2. Tinjauan Aspek Arsitektural

CCTV HEADQUARTERS Sumber: www.wirednewyork.com

41

4.2.1.

Bentukan Bangunan

Bangunan ini terdiri dari dua buah menara kembar. Unik dan cukup beresikonya
bangunan adalah tidak tegak lurus, akan tetapi sedikit condong dan berdiagonal dengan
dihubungkan oleh bangunan bertingkat pada sisi puncaknya. Setiap ruang dan kamar
pada setiap menara disusun seperti balok yang ditempel-tempelkan di dinding.

Sumber: www.archdaily.com

4.2.2.

Program Ruang Bangunan

Interior bangunan ini didesain minimalis, sehingga tampak luas dan rapi. Terdapat
ruang studio penyiaran, ruangan syuting, ruangan edito r, dan lain-lain di dalam
bangunan ini. Setiap interior ruangan yang ada juga didesain secara unik, baik hiasan
dinding, lampu, meja, maupun tiang-tiang penyangga tiap ruangan. Hal ini bertujuan
agar orang yang bekerja di kantor ini merasa nyaman dan betah bekerja di kantor ini.
4.2.3.

Fasade Bangunan

Fungsi

struktural

mendominasi

tampilan

sangat
fasad

gedung ini, sistem yang dipakai


adalah sistem struktur exoskeleton
diagrid diadopsi di wajah luar
gedung sebagai struktur tabung
yang

melawan

gravitasi,

gaya

lateral dan gaya lainnya. Posisi kolom diagonal dan tabung mencerminkan distribusi
kekuatan di permukaan kulit bangunan.

CCTV HEADQUARTERS

42

Sumber: www.som.com

Sumber: www.an-architecture.com

Geometri struktur baja yang tidak teratur pada fasad memberi stabilitas untuk mengatasi
kondisi beban yang berbeda. Selain itu dengan bentukan rangka diagonal memberikan
kekuatan yang lebih tinggi dan lebih mengurangi beban sendiri karena tidak ada unsur
yang melintang pada rangka tabung tersebut. Diagonal-diagonal tersebut meneruskan
gaya gaya lateral langsung dalam aksi aksial. Sistem ini tidak hanya memikul sebagian
besar beban angin, tetapi juga berlaku sebagai kolom miring yang memikul beban
gravitasi. Fungsi ganda dari sistem diagonal menjadikan sistem ini lebih efisien untuk
bangunan tinggi (sampai ketinggian 100 lantai). Selain itu suatu ciri penting dari sisitem
ini adalah kemampuannyauntuk menyebarkan beban terpusat sehingga merata ke
seluruh struktur tabung tersebut.

4.3.

Tinjauan Jenis Material

4.4.

Tinjauan Aspek Utilitas

CCTV HEADQUARTERS

43

4.4.1. Shaft Bangunan

Sumber: www.archdaily.com

CCTV HEADQUARTERS

44

Keterangan :
Shaft Bangunan

Sumber: /www.archdaily.com

Bangunan CCTV Building, Beijing memiliki shaft ME dan beberapa shaft kecil yang
ada pada sistem utilitas tiap lantainya. Air bersih dan air kotor dari tiap kamar mandi
dan kantin yang ada, disalurkan melalui shaft-shaft kecil kemudian dilanjutkan atau
digabungkan ke shaft utama.

Pada shaft tersebut juga memiliki sistem saluran air conditioner (AC), sistem pemadam
kebakaran, dan sampah.

4.4.2. Sistem Sirkulasi Vertikal

CCTV HEADQUARTERS

45

Sistem sirkulasi vertikal pada bangunan CCTV Building, Beijing ini terdapat pada
kedua menara. Pada bangunan ini terdapat sistem utilitas berupa lift yang merupakan
sistem sirkulasi vertikal utama. Lift pada bangunan CCTV Beijing ini memiliki tiga
jalur sirkulasi vertikal, pertama jalur lift yang umum, jalur lift ekspres, dan jalur lift VIP.

Sumber: The Arup Jurnal 2/2008

4.4.3. Sistem Sirkulasi Horizontal

CCTV HEADQUARTERS

46

Sistem

sirkulasi

vertikal

pada

bangunan CCTV Building, Beijing


ini terdapat pada kedua menara.
Pada bangunan ini terdapat sistem
utilitas berupa lift yang merupakan
sistem sirkulasi vertikal utama. Lift
pada bangunan CCTV Beijing ini
memiliki tiga jalur sirkulasi vertikal,
pertama jalur lift yang umum, jalur
lift ekspres, dan jalur lift VIP.

Sumber: The Arup Jurnal 2/2008

BAB V
EKSPLORASI DAN INOVASI SISTEM STRUKTUR BANGUNAN TINGGI STUDI
KASUS

5.1. Pertimbangan penentuan sistem struktur


Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti perkantoran dan
sebagainya memerlukan pendekatan tim antar berbagai disiplin ilmu perancangan,
fabrkasi bahan dan kontruksi bangunan. Seorang Arsitek yang memimpin upaya tim
tidak lagi memiliki kebebasan dalam merancang, banyak hal lain yang harus ia
perhatikan yang berkaitan dengan persyaratan yang rumit.
Seorang Arsitek harus mendekati perancangan bangunan sebagai suatu sistem
menyeluruh dimana struktur penunjang fisik sebagai badan organik tumbuh bersama
rancangan bangunanan tersebut; struktur tidak bisa lagi dipandang sebagai suatu
tambahan terpisah yang tidak berhubungan, untuk kemudian dimuat di dalam ruang
fungsi awal oleh insinyur.
CCTV HEADQUARTERS

47

Unsur-unsur struktur adalah tulang punggung yang penting untuk badan bangunan,
dan seorang Arsitek yang mampu mengendalikan unsur-unsur struktur dan
menampilkannya

untuk

mengungkapkan

hakikat

bangunanlah

yang

dapat

mengidentifikasi dan mencerminkan tujuan pembangunan sebagai suatu wadah untuk


interaksi berbagai sistem kegiatan yang berbeda.

5.2. Analisa Site


Pada bangunan tinggi, ventilasi dan orientasi matahari adalah dua faktor utama yang
terkait dengan kepedulian perancang terhadap lingkungan, karena secara langsung
berhubungan dengan tingkat kenyamanan, kesehatan dan kenikmatan penghuni atau
pengguna bangunan (Jimmy S. Juwana, 2005).

Berkaitan dengan kedua faktor tersebut, lokasi pembangunan suatu bangunan tinggi
menjadi penentu utama keberhasilan bangunan tersebut. Pada kasus perencanaaan
eksplorasi CCTV Headquarter, kami menempatkan bangunan ini di Jalan Bandara
Sultan Iskandar Muda, Lambaro-Besar, mengingat pada kawasan tersebut merupakan
lokasi yang strategis untuk bisnis karena berdekatan langsung dengan pintu masuk

kota Banda Aceh.


CCTV HEADQUARTERS

48

1. Analisa Angin
Perencanaan pembangunan sebuah bangunan bertingkat tinggi yang terletak di laha
kosong tanpa ada batasan gedung-gedung lainnya menjadikan angina yang datang dari
segala sisi mempunyai kekuatan yang sama kuatnya, namun hal ini dapat diatasi
dengan penanganan struktur yang tepat sehingga, goyangan puncak bangunan dapat
diminimalisir.

2. Analisa Beban Seismik


Berdasarkan Data BMKG Nasional dan Pusat
Penelitian Mitigasi (PPMB) bahwa garis pantai

dan

sebagian wilayah Aceh merupakan daerah


yang

rawan

terhadap

gempa,

sehingga

pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi


harus mendapat perhatian yang ekstra sehingga
kekuatan dan kekokohan bangunan tersebut
dapat terjaga dan aman bagi pengguna. Oleh karena
itu beban
Sumber ppmb.itb.ac.id
gaya lateral pada gedung CCTV Headquarter yang direncanakan di Kota Banda Aceh
ini harus ditangani oleh penahan gaya lateral tersebut. Selain dalam pemilihan struktur
yang tepat, pemilihan material dan perhitungan stabilitas bangunan menjadi salah satu
prioritas utama dalam perancangan CCTV Headquarter ini.

3. Analisa Suhu

CCTV HEADQUARTERS

49

Suhu udara yang menjadi faktor kenyamanan pengguna ketika berada didalam
bangunan menjadi faktor penentu dan pemikiran ekstra pada internal bangunan.
Kisaran suhu Kota Banda Aceh 26C-30C ( Sumber : bmkg.go.id) menempatkan Kota
Banda Aceh memiliki Kelembaban Panas Lembab-Panas Sedang, sehingga pemilihan
bahan dan material, bukaan/ventilasi,orientasi bangunan harus diperhatikan sehingga
pengguna memiliki kenyamanan yang baik dan material bangunan yang dapat terawatt
dan terjaga dalam kurun waktu yang sudah dipehitungkan.

5.3.

Eksplorasi Sistem Struktural

Berdasarkan analisa dan tinjauan pustaka yang kami dapatkan, maka kami memiliki
beberapa inovasi dan eksplorasi dalam perancangan CCTV Headquarter yang
berlokasi di Jalan Bandara Sultan Iskandar Muda, Lambaro-Aceh Besar.
5.3.1. Detail Sistem Substruktur Bangunan

5.3.1.1.

Sistem Tabung

Pada rancangan tabung dianggap bahwa fasade struktur


bertindak terhadap beban lateral bagai suatu kotak
kosong tertutup yang terkantilever dari tanah. Karena
dinding eksterior menahan seluruh atau hampir seluruh
beban angin, maka pengaku diagonal interior yang
mahal ataupun dinding geser dapat dit iadakan.

Sumber High Rise Building


Structure, hal 105

Dinding tabung terbuat dari kolom-kolom berjarak sangat rapat di sekeliling bangunan
yang diikat dengan balik pengikat yang tinggi. Tampak struktur fasade terlihat sebagai
dinding yang dilubangi. Kekakuan dinding fasade ditingkatkan dengan menambah
pengaku diagonal tambahan yang menghasilkan aksi serupa rangka. Kekakuan tabung
demikian tingginya sehingga perlakuannya terhadap pembebenan lateral menyerupai
balok kantilever
CCTV HEADQUARTERS

50

-Tabung lattice truss


Pada sistem ini tabung terbuat dari
diagonal yang disusun rapat tanpa
kolom

vertikal.

Diagonal-diagonal

tersebut merupakan kolom miring dan


menstabilkan struktur terhadap angin.
Diagonal ini bisa diikat oleh balok
horizontal, dan sangat efesien apabila
dihadapkan dengan beban lateral, tetapi
kurang

efesien

meneruskan

beban

gravitasi ke tanah. Selanjutnya, jumlah sambungan yang diperlukan di antara diagonal


dan masalah yang berkaitan dengan detail jendela menjadi sistem rangka lateral ini
pada umumnya tidak praktis.
Bangunan CCTV Headquarter yang awalnya memiliki banyak kolom diagonal pada
setiap lantai bangunan, dapat diminimalisir dengan penggunaan Tabung Lattice Truss
ini, sehingga ruangan-ruangan pada setiap lantai dapat digunakan secara maksimal.

5.3.2. Detail Sistem Upper Struktur Bangunan


Struktur konstruksi rangka pada bangunan ini menggukan sistem Truss tube, yang
bahannya tetap kami pertahankan yaitu menggunakan baja dan baja concentrate.
Penggunaan lattice truss tube ini memiliki kekuatan yang maksimal dan penyebaran
gaya lateral dan vertical yang baik, sehingga ketika ada kekuatan seismic yang terjadi
pada lingkungan gedung, dapat diatasi dengan baik.

5.3.3 Uji Coba Terhadap Penggunaan Trussed Tube

CCTV HEADQUARTERS

51

Objek yang digunakan adalah sebuah keranjang yang menggunakan lattice truss tube.
Pembebanan akan berupa merata pembebanan vertical dan pembebanan lateral yang
akan dilakukan dengan pembebanan merata.

Pembebanan vertical secara merata dilakukan dengan meletakkan sejumlah beban


dengan luas pemukaan yang lebar. Dalam hal ini kami merekayasa dengan memilih
buku dan kardus yang diletakkan diatas keranjang tersebut.

Penyaluran beban dilakukan secara berikut:

Akibat adanya tekanan dari atas, maka ketingian dari masing-masing belah ketupat
berkurang, sehingga masing-masing belah ketupat tersebut melebar. Hal ini terjadi
karena adanya aksi-reaksi yang terjadi akibat adanya pembebanan vertical yang merata.
Sedangkan pembebanan lateral dilakukan dengan cara mendorong keranjang tersebut ke
suatu titik yang datar. Yang diharapkan dari percobaan ini seolah-olah kondisi objek
diam namun ada tekanan lateral yang berasal dari dalam

CCTV HEADQUARTERS

52

Penyaluran beban yang terjadi ialah :

Yang terjadi adalah pada titik tekanan, struktur menjadi menjorok ke dalam. Ini
diakibatkan karena cara pembebanan merata yang kurang sempurna. Namun yang dapat
kami ambil kesimpulan ialah perilaku yang terjadi pada bagian samping keranjang belah
ketupat mengalami perubahan ketinggian, tetapi efeknya pengurangan lebar. Hal ini
juga menurut kami adalah aksi reaksi ketika diberikan beban lateral.

5.4.

Eksplorasi Sistem Arsitektural

5.4.1. Eksplorasi Bentukan Bangunan

CCTV HEADQUARTERS

53

Bentuk bangunan secara umum tidak mengalami perubahan. Perubahan struktur pada
bangunan hanya mempengaruhi ruang dalam bangunan. Struktur diagrid frame yang
tersusun dari rangka horizontal, rangka vertical, dan rangka diagonal membentuk
segitiga yang didukung oleh bentangan diagonal membuat ruang dalam menjadi sempit
dan tidak bisa digunakan secara maksimal. Setelah menggunakan struktur truss tube,
ruang dalam dapat digunakan secara maksimal.

5.4.2. Program Ruang Bangunan

Program ruang bangunan tidak ada perubahan karena masih menggunakan betuk
bangunan eksisting. Eksplorasi dilakukan terhadap sturktur bangunan dengan denah
yang eksisting karena sirkulasi pada denah eksisting sudah cukup baik.

5.4.3. Eksplorasi Fasade Bangunan

Gedung ini didominasi dengan fasad struktural. Kekurangan dari struktur diagrid frame
adalah sulit untuk membuat desain jendela yang konsisten karena geometri struktur baja
yang tidak teratur pada fasad. Perubahan struktur bangunan tentunya akan
mempengaruhi perubahan fasad bangunan. Struktur truss tube lebih simetris sehingga
memudahkan pembuatan jendela.

5.5.

Eksplorasi Jenis Material

Pengeksplorasian material pada CCTV Headquarter ini tidak banyak kami lakukan
perubahan yang signifikan, mengingat hampir seluruh bangunan tinggi memiliki bahan
material yang sama.
5.5.1. Eksplorasi Material Struktural
Baja dan Baja Concentrate
CCTV HEADQUARTERS

54

Pemilihan bahan structural ini karena


mudahnya

pembentukan

sesuai

keinginan dari perancang, mengingat


struktur yang kita gunakan memiliki
struktur kolom diagonal. Sehingga
dalam penyambungan antar baja lebih
mudah dilakukan
Beton Bertulang
Plat Beton yang menjadi salah satu material pembangunan bangunan bertingkat tinggi yang
lebih mudah, ekonomis dan efesien. Jadi pada eksplorasi perancangan ini kami memakai
Beton Bertulang sebagai plat lantai, core (inti bangunan), pondasi.

5.5.2. Eksplorasi Material Arsitektural


Kaca Tempered
Kaca tempered biasanya digunakan sebagai penutup ataupun penghias dari hasil akhir sebuah
bangunan yang menjadikan bangunan
tersebut
tinggi.

berniali
Tidak

eksplorasi

aristektural

jauh

bangunan

yang

berbeda

pada

yang

kami

lakukan, untuk menambah estetika dari


bangunan
melakukan

yag

kami

permainan

buat,

kami

warna

kaca

tempered ini sehingga menghilangkan


kesan monoton pada bangunan ini.
Alumunium Shard

CCTV HEADQUARTERS

55

Penggunaan bahan material ini ditujukan untuk secondary skin faade yang mana bahan ini
memiliki beban yang ringan, sehingga tidak memberikan
efek yang begitu signifikan pada setiap sisi bangunan.

BAB VI
KESIMPULAN DAN ARGUMEN
5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa di atas maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Bangunan CCTV Building, Beijing merupakan bangunan tinggi modern yang
mempunyai sturktur dekonstruksi.
2. CCTV Beijing menggunakan pondasi rakit (pile raft) karena atas pertimbangan
wilayah yang sering terjadi gempa serta berdasarkan pertimbangan bentukan dari
bangunan itu sendiri.

CCTV HEADQUARTERS

56

3. Bangunan CCTV Beijing ini menggunakan struktur tabung (tube pile) agar dapat
mengefisiensikan ruang terhadap penggunan kolom yang berlebihan.
4. Sistem rangka pada bangunan ini awalnya direncanakan memiliki bentuk yang
sama dari sturktur bawah hingga atas, tetapi setelah dilakukan perhitungan
sturktur didapatkan bahwa jarak antar struktur rangka berbeda-beda.
5. Bangunan CCTV beijing ini memiliki konsep Mobius yang berarti tidak
memliki ujung (continue loop), yang diambil berdasarkan aktifitas dari
bangunan itu sendiri.
6. Penggantian struktur diagrid frame menjadi struktur truss tube (lattice truss tube)
dikarenakan pertimbangan aspek lingkungan yang berbeda antara Kota BeijingChina dan Kota Banda Aceh. Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa Aceh merupakan salah satu zona yang memiliki potensi
gempa yang besar, sehingga ketika beban lateral terjadi maka diharaokan dapat
diredam degan struktur yang kami pilih.
7. Perubahan struktur, konstruksi dan bahan dilakukan berdasarkan analisa dan
tinjauan pustaka yang kami lakukan, sehingga diharapkan pemilihan struktur dan
material tersebut dapat terjada dan terwat dalam jangka waktu yang diperkirakan

5.2. Argumen
1. Menurut hasil studi tentang bangunan ini, kami berpendapat bahwa bangunan ini
merupakan bangunan yang memiliki struktur terunik di dunia. dengan adanya
konsep yang berkesinambungan antara aktifitas pada bangunan itu sendiri yang
saling menyambung antar satu ruang dengan ruang lainnya sebagimana dari
fungsi studio televisi umumnya.

CCTV HEADQUARTERS

57

You might also like