You are on page 1of 4

ANALISIS HUTAN KOTA MALABAR MALANG

Kontribusi:
Purnawan D. Negara (Dewan Daerah Walhi Jatim)

No.
1.

URAIAN

Pendahuluan:
Hutan Kota Malabar adalah Hutan Kota Malang seluas
16.718 m2, hutan kota ini adalah kawasan lindung dalam
bentuk RTH (Ruang Terbuka Hijau) kota
Malang kota yang mengalami degradasi atas hutan kota,
semula Malang memiliki Hutan Kota yang cukup luas
yakni, Hutan Kota APP Tanjung seluas 28 Ha, namun kini
telah lenyap teralihfungsi menjadi kawasan terbangun
(real estate dan hotel). Sejak tahun 2007 hingga kini hutan
kota Malang diperkirakan hanya seluas 0,65% dari total
luas Kota Malang yang seluas 110,06 Km2.
Luasan ini belum mampu menopang luasan RTH Kota
Malang secara keseluruhan yang harus dipenuhi, yakni
30% dari luas Kota Malang sebagaimana amanat Perda
No. 4 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Malang Tahun
2010 2030. Data Walhi menunjukkan luas RTH Malang
saat ini hanya 2,5% dari luas kawasannya.

Catatan
Dalam Bab IV Laporan Akhir Kajian dan
Penyusunan Ranperda RTRW Kota Malang 20082028, halaman 83, rencana hutan kota dan taman
kota di Malang meliputi antara lain:
1. Hutan Kota Malabar dg luas 16.718 m2
2. Taman Jakarta (Hutan Kota) dg luas 2.221
m2
3. Taman Trunojoyo dg luas 5.840 m2
4. Taman Ronggowarsito dg luas 3.305 m2
5. Hutan Kota Velodrom dg luas 12.500
6. Hutan Kota Kediri dg luas 5.479
7. Hutan Kota Pandanwangi dg luas 1.400 m2
8. Hutan Kota Indragiri dg luas 2.500 m2
9. Taman Alun-alun Merdeka dg luas 23.970 m2
10. Taman Alun-alun Tugu dg luas 10.923 m2

Dalam Bab II halaman 18 Laporan Akhir Kajian dan


Penyusunan Ranperda RTRW Kota Malang 2008-2028,
disebutkan secara jelas bahwa masalah terkait dengan
keberadaan RTH di Kota Malang adalah kurangnya
pelestarian RTH seperti Hutan Kota Malabar, serta luas
RTH yang semakin berkurang dikarenakan adanya alih
fungsi lahan, dan lain-lain.
2. Dasar Hukum Hutan Kota Malabar Malang sebagai Kawasan Lindung dalam bentuk RTH:
2.1 Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang
Penyebutan RTH di Jalan Malabar secara tegas/
RTRW Kota Malang
yang jelas-jelas menyebut RTH di Jalan Malabar
Pasal 41
itu sebagai Hutan Kota Malabar dapat dilihat
(1) Rencana kawasan lindung di Kota Malang
dalam Pasal 45 ayat (6) huruf v, Pasal 53 Perda
dititikberatkan pada penetapan fungsi kawasan
Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang RTRW
agar wilayah yang dilindungi dan memiliki
Kota Malang.
fungsi perlindungan dapat dipertahankan.
(2) Kawasan lindung Kota Malang, meliputi :
Jadi, RTH di Jalan Malabar itu adalah HUTAN
a. Kawasan Lindung Setempat;
KOTA
b. Kawasan Rawan Bencana;
c. Kawasan Cagar Budaya;
d. Kawasan RTH Kota.
Pasal 45 ayat (2)
Secara keseluruhan RTH Publik di Kota Malang
saat ini, yaitu :
a. RTH Jalur Jalan;
b. RTH Taman, monumen dan gerbang kota;
c. RTH Lapangan Olahraga dan makam;
d. RTH Hutan Kota dan Taman Bibit;

2.2.

e. RTH Pengaman Jalur Kereta Api (KA), Saluran


Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Sungai dan
Buffer Zone.
Perda Kota Malang No. 3 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Pertamanan Kota dan Dekorasi
Kota
Pasal 1 angka 8 menyatakan:
Ruang Terbuka Hijau adalah bagian dari Kota yang
tidak didirikan bangunan atau sedikit mungkin
unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain
vegetasi dan air) dan unsur binaan antara lain
taman kota, jalur hijau, pohon-pohon pelindung
tepi jalan, hutan kota, kebun bibit, pot-pot kota,
pemakaman, pertanian kota yang berfungsi
meningkatkan kualitas lingkungan.

3. Fungsi Hutan Kota Malabar


3.1 Didalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun
2002 tentang Hutan Kota
Pada Pasal 3 menjelaskan, fungsi hutan kota adalah
untuk:
a. memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan
nilai estetika;
b. meresapkan air;
c. menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fisik kota; dan
d. mendukung pelestarian keanekaragaman hayati
Indonesia.
3.2 Perda Kota Malang No. 3 Tahun 2003 tentang
Pengelolaan Pertamanan Kota dan Dekorasi
Kota, Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) menjelaskan
kedudukan dan fungsi pertamanan kota sebagai
RTH yang di dalamnya diantaranya adalah Hutan
Kota antara lain:
a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan
nilai estetika kota;
b. Menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fisik kota;
c. Menekan dan mengurangi pencemaran udara
yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor serta
pengamanan badan jalan;
d. Menekan dan mengurangi peningkatan suhu
udara di perkotaan;
e. Menekan dan mengurangi pencemaran udara;
f. Mendukung kelestarian keanekaragaman hayati
dan sebagai upaya penyelamatan lahan kritis;
g. Menyemaikan tanaman hias dan tanaman
pelindung;
h. Mencukupi kebutuhan tanaman bagi taman
kota, jalur hijau dan hutan kota.
3.3 Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Malang
Dalam Perda RTRW Kota Malang ini tidak ada
penegasan resmi namun hal itu bisa

Dari uraian 3 aturan hukum tersebut jelas bahwa


fungsi utama hutan kota adalah fungsi ekologis.
Dalam Penjelasan Perda No. 4 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Malang, bahwa maksud
Fungsi Ekologisadalah dipertahankannya
sistem-sistem penunjang kehidupan dan
terpeliharanya keanekaragaman hayati, misalnya
dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah
banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim
mikro.
Dalam uraian Laporan Akhir Kajian dan
Penyusunan Ranperda RTRW Kota Malang 20082028, halaman 81telah direncanakan bahwa fungsi
yang diemban Hutan Kota kota secara ekologis
adalah:
- Meningkatkan kandungan air tanah
- Membangun jejaring habitat kehidupan
liar
- Menurunkan tingkat pencemaran udara
- Mencegah longsor dan banjir
Namun demikian, terhadap Hutan Kota juga
dibebankan fungsi Sosial Ekonomi, yakni sebagai
ruang interaksi sosial dalam bentuk Pendidikan
Lingkungan.

diinterpretasikan sebagai berikut:


a. sebagai RTH untuk keseimbangan ekologi kota
(Pasal 14 ayat (2)
b. sebagai kawasan lindung untuk memantapkan
kawasan resapan air dengan meningkatkan
populasi vegetasi di kawasan lindung sesuai
dengan fungsi kawasan [(Pasal 16 ayat (2) ]
c. sebagai imbuhan alami berfungsi untuk
konservasi sumber daya air (Pasal 32)
4. Keharusan Hukum terhadap Hutan Kota Malabar
4.1 Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang
- Keharusan terhadap RTH adalah melestarikan
RTRW Kota Malang
serta mengendalikan perusakan dan
Pasal 16
pencemarannya.
1) Kebijakan Penetapan dan pengembangan
kawasan lindung diarahkan pada kelestarian
Pengalihan fungsi RTH untuk kepentingan di luar
fungsi lingkungan hidup dan pengendalian
fungsi ekologis adalah bertentangan dengan
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
ketentuan ini, dan kegiatan yang dilakukan dapat
untuk mendukung pembangunan kota yang
dikategorikan merusak RTH
berkelanjutan.
4.2 Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang - Revitalisasi ini tentunya harus mengacu kepada
RTRW Kota Malang
fungsi utamanya sebagai fungsi ekologis.
Pasal 45 ayat (6) huruf v yang menyatakan bahwa
Revitalisasi ini harus memperhatikan kehidupan
Pemkot harus mengupayakan revitalisasi Hutan
keaneragaman hayati kawasan, kondisi jasad
Kota Malabar
renik, resapan air, pengaturan iklim lokal, dsb.
4.3 Perda Kota Malang No. 4 Tahun 2011 tentang
RTRW Kota Malang
- Terhadap kawasan hutan kota harus dilarang dari
Pasal 70 ayat (2) huruf b yang menyatakan bahwa
kegiatan yang dapat mengurangi luas
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan
kawasannya dan tutupan vegetasinya,
RTH dilakukan dengan melarang kegiatan yang
pemanfaatan alih fungsi kawasan seperti amphi
berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
theater, jaring laba-laba, rumah pohon yang lekat
kota dan tutupan vegetasi
dengan fungsi rekreasi menjadi sangat
bertentangan. Seharusnya hal yang
dikembangkan adalah bentuk-bentuk sarana
pendidikan lingkungan
5. Kewajiban Pemkot Malang dan PT Amerta Indah Otsuka
5.1 Pemerintah dalam hal ini Pejabat Pemerintah
- Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada
Pemkot Malang maupun Otsuka sebagai Pemberi
pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan
TJSL (CSR) diwajibkan mematuhi ketentuan tata
ketentuan perizinan pemanfaatan ruang
ruang sebagaimana yang diatur dalam UU No. 27
(termasuk Otsuka di dalamnya), tetapi
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 61
dikenakan pula kepada pejabat pemerintah yang
yang menyatakan:
berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
a. menaati rencana tata ruang yang telah
ruang.
ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan
dinyatakan sebagai milik umum.

5.2.

5.3

Pelanggaran atas ketentuan tata ruang dapat


mengancam pejabat pemerintah sebagaimana
Pasal 73 yang menyatakan:
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang
yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana
tambahan berupa pemberhentian secara tidak
dengan hormat dari jabatannya.
Perda Kota Malang No. 3 Tahun 2003 tentang - Pemerintah dapat dikategorikan melakukan
Pengelolaan Pertamanan Kota dan Dekorasi
penjarahan ekologi dalam bentuk telah
Kota Pasal 4 ayat (1) jo. Pasal 5 yang
melakukan pembiaran terhadap RTH (Hutan
menyatakan bahwa:
Kota) atau tidak menjalankan kewajibannya
Pengelolaan pertamanan kota menjadi kewajiban
terhadap RTH (Hutan Kota) sebagaimana
dan tanggung jawab Kepala Daerah atau Pejabat
yang di atur dalam UU (dalam hal ini Perda
yang ditunjuk mulai dari perencanaan,
Pertamana Kota dan Dekorasi Kota)
pembangunan, pemeliharaan, pengembangan dan
pengawasan serta pengendalian
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas - Korporasi yang jelas-jelas melanggar ketentuan
Pasal 1 angka 9 menyatakan:
perlindungan lingkungan menunjukkan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah
rendahnya green management perusahaannya
komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam
dan tidak memiliki etika bisnis dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
mendukung perlindungan lingkungan dan
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
masyarakat.
yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada
Lingkungan dipandang sebagai objek, padahal
umumnya.
menurut Konstitusi UUD NRI 1945 Lingkungan
memiliki hak konstitusi dan hak asasi
Pasal 74 ayat (2):
lingkungan, serta sebagai subjek hukum in
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
animatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.

You might also like