You are on page 1of 6

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........

PEMILIHAN RASIO SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN TERHADAP


STABILITAS NANOEMULSI DARI BAHAN ALAM
Fauzan Arrozi
Fakultas Farmasi, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37-Kampus Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121 Telp. (0331) 330224,
33426, 337422, 333147 * Fax : (0331) 339029
fauzanarrozi@gmail.com
Abstrak
Maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature) menyebabkan penggunaan bahan
obat alami di dunia meningkat. Penggunaan bahan alami dapat meminimalkan efek negatif dari
penggunaan obat kimia serta harga yang lebih murah. Pemilihan bentuk sediaan sangat
mempengaruhi bioavailabilitas dari bahan. Nanoemulsi merupakan bentuk sediaan yang memiliki
ukuran partikel kecil yang dapat meningkatkan bioavailabilitas. Menjaga stabilitas emulsi
merupakan hal yang perlu diperhatikan, salah satu cara menjaga stabilitas dari sediaan emulsi
ialah dengan cara pemilihan surfaktan dan ko-surfaktan yang tepat dengan rasio yang tepat pula
sehingga sediaan tetap terjaga stabilitasnya dalam penyimpanan.
Kata kunci : Nanoemulsi, Surfaktan, Kosurfaktan, Bahan Alam, Stabilitas

1. Pendahuluan
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua fase yang tidak tercampur, biasanya
air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi tetesan-tetesan kecil (droplet)
dalam cairan lainnya yang distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Sistem emulsi umumnya mudah rusak dengan penambahan energi serta seiring berjalannya
waktu. Masalah ini dapat diatasi dengan memperkecil ukuran droplet serta penggunaan
stabilizer. Memperkecil ukuran droplet dapat dilakukan dengan pembuatan nanoemulsi.
Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparent, tembus cahaya dan merupakan
dispersi minyak air yang distabilkan oleh lapisan film dari surfaktan atau molekul surfaktan,
yang memiliki ukuran droplet 50 nm 500 nm. Ukuran droplet nanoemulsi yang kecil
membuat nanoemulsi stabil secara kinetik sehingga mencegah terjadinya sedimentasi dan
kriming selama penyimpanan. Nanoemulsi telah diterapkan dalam berbagai industri farmasi,
diantaranya untuk sistem penghantar transdermal, bahan atau unsur yang potensial dalam
beberapa produk perawatan tubuh, dan pembawa yang baik pada obat sehingga dapat
meningkatkan bioavailabilitas obat dalam tubuh. Nanoemulsi memiliki kelebihan
diantaranya:

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........

a) mengakibatkan penurunan gaya gravitasi dan gerak brown sehingga dapat mencegah
sendimentasi dan creaming;
b) mencegah terjadinya flokulasi selama penyimpanan;
c) memiliki luas permukaan yang besar dari sistem emulsi memungkinkan penetrasi yang
cepat dari bahan aktif;
d) tidak merusak sel normal dari manusia dan hewan sehingga baik untuk tujuan terapeutik
pada manusia dan hewan;
e) merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan bioavailabilitas dan kelarutan
dari nutrasetika.
Maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature) menyebabkan penggunaan bahan obat
alami di dunia meningkat. Bagi Indonesia, gerakan ini dapat membantu mengurangi
ketergantungan terhadap bahan baku dan obat konvensional yang berasal dari impor. Penggunaan
bahan alami dapat meminimalkan efek negatif dari penggunaan obat kimia serta harga yang lebih
murah. Meningkatnya kebutuhan akan herbal tersebut merupakan peluang besar bagi Indonesia
untuk mengembangkan budidaya dan agribisnis tanaman obat-obatan. Oleh karena itu, dalam
tulisan ini akan di review beberapa formulasi nanoemulsi berbahan dasar dari alam beserta

evaluasi yang mendukung.


2.

Formulasi Nanoemulsi dan Evaluasi

2.1. Formulasi Nanoemulsi Minyak Jintan Hitam

Pembuatan sediaan nanoemulsi spontan (SNES) dilakukan dengan melakukan optimasi


campuran minyak dengan surfaktan dan kosurfaktan. Dua jenis minyak yaitu VCO dan
Minyak Zaitun serta tiga jenis surfaktan, Tween 20, Tween 80 dan Cremophor RH 40 serta
PEG 400 sebagai kosurfaktan digunakan untuk mendapatkan campuran yang paling optimal
untuk sistem SNES. Setelah fase minyak terbentuk, minyak jintan hitam ditambahkan ke
dalam sistem. Dengan penambahan air pada fase minyak jintan hitam, nanoemulsi akan
terbentuk secara spontan dengan pengadukan ringan.
Evaluasi SNES minyak jintan hitam yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik,
pengukuran pH, pengukuran viskositas, uji stabilitas dipercepat, uji dispersibilitas dan waktu
self emulsification/pembentukan emulsifikasi spontan, analisis ukuran dan distribusi ukuran
globul serta penentuan potensial zeta.
Dari optimasi yang dilakukan, campuran VCO:Cremophor RH40:PEG400 pada
perbanding an konsentrasi 1:7:2 adalah formula yang paling optimal, karena memberikan
tampilan visual sebagai nanoemulsi dengan ukuran globul yang paling kecil. Optimasi waktu

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........

pengadukan dan waktu sonikasi yang paling optimal adalah 120 dan 60 menit. Jumlah
minyak jintan yang paling optimal yang bisa dimasukkan ke dalam fase minyak dan
membentuk SNES adalah 200 L per 1 g fase minyak. Hasil uji dispersibilitas menunjukkan
sediaan teremulsi dengan cepat membentuk campuran transparan dalam waktu 9,17 0,015
menit dalam medium HCl 0,1 N dengan kecepatan pengadukan 50 rpm, dengan ukuran
diameter globul 57,6 13.04 nm, indeks polidispersitas 0,288 0,033, dan zeta potensial
0,243 0,136 mV.
Hasil uji sentrifugasi menunjukkan sediaan cukup stabil dalam penyimpanan. Uji
stabilitas SNES minyak jintan hitam dilakukan dalam 6 siklus freeze thaw, hasil analisis
indeks polidispersi, dan potensial zeta menunjukkan perbedaan yang signifikan setelah siklus
ke tiga. Indeks polidispersi yang cenderung naik pada siklus ketiga dari siklus freeze thaw
menunjukkan distribusi ukuran partikel yang kurang baik selama penyimpanan, hal ini
berhubungan dengan ukuran globul yang relatif kecil dengan potensial zeta yang semakin
menurun memungkinkan adanya kecenderungan globul untuk bersatu. Adapun viskositas dan
pH menunjukkan bahwa keduanya tidak mengalami perubahan yang signifikan selama siklus
freeze thaw. (Olii et al., 2014)

Gambar 2.1 Grafik pengaruh penyimpanan terhadap (a) ukuran globul dan indeks polidispersitas, (b)
viskositas, (c) zeta potensial, (d) pH

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........

2.2.

Formulasi Nanoemulsi Ekstrak Etanol Propolis


Dalam formulasi sediaan nanoemulsi menggunakan beberapa kombinasi dan rasio

surfaktan dan ko-surfaktan. Setelah nanoeemulsi terbaik ditemukan, ekstrak ditambahkan ke


nanoemulsi. Nanoemulsi dievaluasi stabilitasnya dengan freeze thaw dan stabilitas dalam
temperatut ruangan dalam beberapa hari. Kemudian, ukuran partikel, indeks polidisperitas
dan mofologi juga dievaluasi.
Formula nanoemulsi terbaik ditemukan dengan mengubah rasio atau tipe dari
surfaktan, ko-surfaktan, dan minyak. Dalam penelitian ini Tween 80 dan Kolliphor RH40
dipilih sebagai surfaktan, gliserin dan propilenglikol dipilih sebagai ko-surfaktan dan minyak
dedak/ rice bran oil (RBO) dipih sebagai fasa minyak. Kombinasi Kolliphor RH40 dan
gliserin dengan rasio 3:1 menghasilkan nanoemulsi yang transparan. Formula 1 (F1)
mengandung 5% RBO; 26,25% Kolliphor RH40; 8,75% gliserin dan 60% air. Formulasi 2
(F2) 5% RBO; 28,125% Kolliphor RH40; 9,375% gliserin dan 57,5% air. Kemudian masingmasing formula ditambahkan 3% ekstrak etanol propolis. Kemudian diuji freeze thaw test dan
uji stabilitas.
Tabel 2.1. Hasil uji freeze thaw test

Dari tabel diatas tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua formula, namun pada uji
stabilitas, F2 mengalami pemisahan setelah 35 hari, sedangkan F1 stabil sampai hari ke-63.
Morfologi dari F1 dievaluasi dengan TEM, menunjukkan bahwa nanoemulsi F1 memiliki
struktur bulat dengan ukuran kurang dari 50 nm. (Mauludin et al., 2015)
2.3. Formulasi Nanoemulsi Minyak Kelapa Sawit (Palm oil)
Formula dibuat dalam berbagai perbandingan untuk memperoleh komposisi surfaktan
dan kosurfaktan yang menghasilkan nanoemulsi terbaik. Formula yang digunakan pada
pembuatan nanoemulsi terdiri atas formula SME Stearat dengan SME Laurat dan SME
Palmitat dengan SME lauratdengan rasio surfaktan : minyak masing-masing berturutturut
adalah 1:4, 1:5, dan 1:6. Pada masing-masing rasio surfaktan : minyak dilakukan variasi
terhadap konsentrasi campuran surfaktan dengan persentase perbandingan pada setiap
campuran SME stearat:SME laurat dan campuran SME palmitat:SME laurat masing-masing

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........

adalah 0:100, 10:90, 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, 80:20, 90:10 dan 100:0.
Berikut adalah tabel formula yang digunakan pada pembuatan nanoemulsi.
Berdasarkan ukuran droplet terkecil nanoemulsi maka komposisi optimal basis
nanoemulsi yang diperoleh dari kombinasi sukrosa monoester stearat-sukrosa monoester
laurat (SME stearat (S- 1670) - SME laurat (L-1695) serta kombinasi sukrosa monoester
palmitat-sukrosa monoester laurat (SME palmitat (P-1670) SME laurat (L-1695) adalah
formula 1:4 30% S/L, 1:4 20% P/L, 1:5 20% S/L, 1:5 10% P/L, 1:6 10% S/L, 1:6 10% P/L.
Berdasarkan penentuan kecepatan pemisahan maka formula (1:5) dengan konsentrasi SME
laurat 100% memberikan stabilitas yang lebih baik dibanding formula (1:4) dan (1:6) dengan
konsentrasi SME laurat 100%.
Pengaruh penambahan zat pengental (Carbopol) sebagai stabilisator terhadap kecepatan
pemisahan nanoemulsi minyak kelapa sawit (palm oil). Penambahan Carbopol 934 dan 940
dengan berbagai konsentrasi (0,25%, 0,5%, 0,75%, 1%) terhadap nanoemulsi ditujukan untuk
melihat pengaruhnya terhadap kestabilan nanoemulsi melalui kecepatan pemisahan yang di
ukur menggunakan Stability Analyzer (Lumifuge). Pengujian stabilitas nanoemulsi
dilakukan pada formula dengan penggunaan SME laurat 100% pada setiap rasio surfaktan
minyak (3 formula; 1:4; 1:5; 1:6). Formula ini dipilih karena hasil pengukuran dropletnya
sudah memenuhi syarat nanoemulsi. Dari hasil pengukuran Stability Analyzer (Lumifuge)
pada 3 formula tersebut diperoleh besarnya kecepatan pemisahan berkisar antara 68,54
mm/tahun 0,01 mm/tahun. Penggunaan Carbopol 934 dan Carbopol 940 pada konsentrasi
0,25%, 0,5%, 0,75%,dan 1% mampu memperbaiki stabilitas nanoemulsi dengan mengurangi
kecepatan pemisahan nanoemulsi. (Ben et al., 2013)
3.

Kesimpulan
a. Formula nanoemulsi terbaik ditemukan dengan mengubah rasio atau tipe dari
surfaktan, ko-surfaktan, dan minyak, maka dari itu optimasi campuran tersebut
merupakan hal penting dari formulasi nanoemulsi.
b. Kriteria nanoemulsi yang baik mempunyai ukuran droplet < 500 nm, indeks
polidispersitas < 0,1, nilai zeta potensial besar dari 30 mV, dan memiliki kecepatan
pemisahan yang kecil dari 0,5 mm/tahun.

Daftar Pustaka
Ben, E..., Suardi, M.., Chalia, C.. & Yulianto, T.., 2013. Optimasi Nanoemulsi Minyak Kelapa Sawit
(Palm Oil) Menggunakan Sukrosa Monoester. Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini
Sains Farmasi dan Klinik, III, pp.31-62.

Arrozi, F., Pemilihan Rasio Surfaktan dan ...........


Mauludin, R.. et al., 2015. Pemanfaatan Bahan Alam sebagai Antioksidan dan Formulasinya dalam
Nanoemulsi. Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.2, No.1, pp.20-27.
Olii, A..T.., Pamudji, J..., Mudhakir, D. & Iwo, M..., 2014. Pengembangan, Evaluasi, dan Uji Aktivitas
Antiinflamasi Akut Sediaan Nanoemulsi Spontan Minyak Jintan Hitam. Jurnal Farmasi Indonesia,
Vol.7 No.2, pp.77-83.

You might also like