You are on page 1of 34

KAN-G-08

PEDOMAN KAN MENGENAI


PENERAPAN ISO/IEC 17020

Issue Number : 2
January 2008

Komite Akreditasi Nasional


National Accreditation Body of Indonesia
Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Indonesia
Tel. : 62 21 5747043, 5747044
Fax. : 62 21 57902948, 5747045
Email
: laboratorium@bsn.or.id
Website
: http://www.bsn.or.id

KAN-G-08

Issue Number : 2

January 2008

DAFTAR PERUBAHAN

No.

1.

Tanggal

12/06/08

Nomor Bagian
yang Direvisi
Identifikasi
dokumen DPLI
01

Deskripsi Ringkas Perubahan

Identifikasi dokumen berubah menjadi


KAN-G-08

Nomor
Bagian
Revisi
2

DPLI 01 Rev. 0

PEDOMAN PENERAPAN SNI 19-17020-1999 :


PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN
BERBAGAI TIPE LEMBAGA INSPEKSI
(ILAC/IAF A4 - 2004)

Komite Akreditasi Nasional


National Accreditation Body of Indonesia
Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 Indonesia
Tel.
: 62 21 5747043, 5747044
Fax.
: 62 21 57902948, 5747045
Email
: laboratorium@bsn.or.id
Website
: http://www.bsn.or.id

Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Ruang lingkup...............................................................................................2

Definisi ..........................................................................................................3

Persyaratan administrasi .............................................................................5

Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas .......................................7

Kerahasiaan ................................................................................................11

Organisasi dan manajemen .......................................................................12

Sistem mutu ................................................................................................14

Personel ......................................................................................................17

Fasilitas dan peralatan ...............................................................................19

10

Metode dan prosedur inspeksi...............................................................22

11

Penanganan barang atau contoh inspeksi ...........................................26

12

Rekaman ..................................................................................................26

13

Laporan dan sertifikat inspeksi..............................................................27

14

Subkontrak ..............................................................................................28

15

Pengaduan dan keluhan .........................................................................31

16

Kerjasama ................................................................................................31

1 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

PERSYARATAN UMUM PENGOPERASIAN BERBAGAI TIPE


LEMBAGA INSPEKSI

Ruang lingkup

1.1

Standar ini memuat persyaratan umum untuk kompetensi suatu lembaga yang
tidak berpihak (impartial) untuk melakukan inspeksi pada sektor yang terkait
juga memuat persyaratan kemandirian (independence).

1.1a

Apabila menggunakan ISO/IEC 17020 dan dokumen pedoman ini, badan


akreditasi hendaknya tidak menambah atau mengurangi persyaratan standar
ini. Penerapan persyaratan hukum, pemerintah atau persyaratan normatif lain
harus direfleksikan dalam lingkup akreditasi yang diberikan.

1.2

Standar ini diberlakukan untuk penggunaan lembaga inspeksi dan badan


akreditasinya termasuk lembaga lain yang berkepentingan dengan pengakuan
terhadap kompetensi lembaga inspeksi.

1.3

Kriteria ini perlu diinterpretasikan apabila akan digunakan untuk sektor tertentu
atau untuk pelayanan inspeksi sendiri (in-service).

1.4

Standar ini tidak berlaku untuk laboratorium penguji, lembaga sertifikasi dan
deklarasi kesesuaian dari pemasok yang kriterianya dimuat dalam EN 45000
series.

1.4a

Pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi terdiri atas dua kategori
yaitu fungsional dan analitik. Pemeriksaan fungsional, misalnya pemeriksaan
beban pada suatu crane, merupakan sutatu bagian dari kegiatan lembaga
inspeksi , oleh karena itu termasuk dalam Iingkup ISO/IEC 17020.
Pemeriksaan analitik, (yang wajib dilakukan di dalam suatu laboratorium pada
kondisi lingkungan yang terkendali baik dan menggunakan peralatan atau
prosedur pengujian yang lebih rumit), merupakan kegiatan laboratorium dan
oleh karena itu tidak termasuk dalam lingkup ISO/IEC 17020. Lembaga
inspeksi yang hendak melakukan kategori pemeriksaan analitik laboratorium
sebagai bagian dari inspeksi harus dilakukan sesuai dengan persyaratan
ISO/IEC 17025.

2 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Definisi

Definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini.


2.1

Inspeksi

Pemeriksaan suatu desain produk, produk, jasa, proses atau pabrik dan penentuan
kesesuaiannya terhadap persyaratan tertentu atau persyaratan umum berdasarkan
pembuktian secara profesional.
CATATAN 1
metodologi.

Inspeksi pada suatu proses meliputi antara lain personel, fasilitas, teknologi dan

CATATAN 2

Hasil inspeksi dapat digunakan untuk mendukung sertifikasi.

2.1a

Dalam pedoman ini, kata produk hendaknya dimengerti mencakup perkataan


desain produk, jasa, proses dan pabrik (plant) seperti yang tertera
dalam klausul 2.1 pada standard ISO/IEC 17020.

2.1b

Mengingat luasnya rentang industri yang diinspeksi oleh lembaga inspeksi,


terminologi (peristilahan) alternatif dapat digunakan sesuai dengan yang
diinspeksi.

2.1c

Definisi inspeksi tumpang tindih dengan definisi sertifikasi produk dan


pengujian dimana kegiatan ini mempunyai karakteristik umum yang sama.
Akan tetapi, satu perbedaan yang penting bahwa banyak jenis inspeksi
melibatkan pertimbangan profesional untuk menetapkan keberterimaan
terhadap persyaratan umum dan oleh karena itu lembaga inspeksi harus
menunjukkan bahwa lembaga inspeksi mempunyai kompetensi yang
diperlukan untuk melakukan tugas.

2.1d

Lingkup ISO/IEC 17020 tidak mencakup sertifikasi sistem manajemen mutu.


Akan tetapi penting bagi lembaga inspeksi untuk memeriksa aspek tertentu
dari sistem manajemen mutu atau sistem terdokumentasi lain untuk
mempertimbangkan hasil inspeksi, misalnya pemeriksaan dari berbagai
proses. Lihat catatan 1 pada klausul 2.1.

3 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

2.1e

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Pada umumnya, inspeksi mencakup penetapan langsung dari kesesuaian


terhadap persyaratan khusus atau umum dari produk khas kadang kompleks
atau kritis - atau rangkaian kecil (small series) dari suatu produk, dimana
sertifikasi produk terutama mencakup penetapan tidak langsung kesesuaian
produk yang dimanufaktur dalam rangkaian yang panjang terhadap
persyaratan tertentu. Inspeksi terhadap produk yang sedang digunakan (inservice inspection) merupakan suatu disiplin yang sudah mapan, maka tidak
dilakukan sertifikasi produk (ISO Guide 65). Perbedaan yang lain disebutkan
dibawah ini.
Beberapa perbedaan antara inspeksi (ISO/IEC 17020/SNI 17020) dan
sertifikasi produk (ISO 65) ditunjukkan dalam table berikut ini.

Kegiatan

Inspeksi

Sertifikasi produk

Sifat dari
operasi

Inspeksi produk dari individu, dan


tidak memerlukan pihak ketiga
(penetapan langsung dari kesesuaian)

Sertifikasi dari serangkaian produk


dan selalu oleh pihak ketiga
(penetapan tidak langsung dari
kesesuaian)

Kesesuaian

Diperiksa terhadap standar atau


dokumen normatif lain dan/atau
persyaratan umum

Dinilai
terhadap
standar
dokumen normatif lain

Jaminan

Laporan menyajikan kondisi pada


waktu inspeksi

Sertifikasi
biasanya
menyajikan
jaminan
kesesuaian
yang
berkelanjutan

Keputusan

Tidak memerlukan pemisahan dari


orang yang mengambil keputusan
inspeksi dan dari orang yang
melakukan inspeksi

Keputusan sertifikasi diambil oleh


orang yang berbeda dari orang yang
melakukan evaluasi

Penerbitan
lisensi

Tidak menerbitkan lisensi

Memberikan lisensi kepada pemasok


untuk menerbitkan sertifikat atau
membubuhi tanda (marking)

Penandaan
produk

Penandaan hanya pada produk yang


diinspeksi

Penandaan dapat dibubuhkan pada


produk yang disertifikasi dibawah
lisensi

Survailen

Hanya diperlukan untuk mendukung


inspeksi

Pada umumnya diperlukan untuk


mendapatkan jaminan berkelanjutan
dari kesesuaian

atau

4 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Kegiatan
Inspeksi inservice dari
produk

2.2

Inspeksi
Selalu dengan inspeksi

Tanggal: 16 Desember 2005

Sertifikasi produk
Tidak dengan sertifikasi produk

Lembaga inspeksi

Lembaga yang melakukan inspeksi


CATATAN

Yang dimaksud lembaga dapat berupa organisasi atau bagian dari organisasi.

Untuk definisi lain yang ada dalam EN 45020 - 1993 juga dapat digunakan.

Persyaratan administrasi

3.1

Lembaga inspeksi atau bagian dari suatu organisasi, keberadaannya harus


sah diakui secara hukum.

3.2

Lembaga inspeksi yang merupakan bagian dari suatu organisasi yang


mempunyai fungsi lain dari pada inspeksi harus diakui keberadaan dan jelas
fungsinya dalam organisasi tersebut.

3.2a

Diagram organisasi merupakan suatu alat yang berguna untuk


menggambarkan posisi dari lembaga inspeksi dalam hubungannya dengan
organisasi yang lebih besar. Diagram menunjukkan hubungan dengan
perusahaan atau organisasi terkait dan hubungan antar berbagai departemen
di dalam organisasi yang sama merupakan dukungan yang berguna untuk
menyatakan ketidakberpihakan (independence).

3.3

Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan fungsi


dan lingkup teknis dari kegiatannya yang kompeten.
Detail dari lingkup inspeksi akan ditentukan dalam persyaratan kontrak atau
surat perintah kerja.

5 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

3.3a

Badan akreditasi menetapkan lingkup kegiatan lembaga inspeksi yang diberi


akreditasi dalam suatu pernyataan resmi, yang disebut, seperti, Lampiran
Lingkup Akreditasi yang menyertai Sertifikat Akreditasi. Lampiran Akreditasi
diterbitkankan oleh badan akreditasi sesuai rekomendasi dari asesor yang
terlibat dalam asesmen terhadap lembaga inspeksi. Lampiran Lingkup
Akreditasi ini didasarkan pada informasi yang diberikan oleh lembaga inspeksi
sehubungan dengan permohonan akreditasi. Sertifikat dan Lampiran Lingkup
Akreditasi hendaknya menunjukkan tipe lembaga inspeksi seperti yang tertera
sub-klausul 4.2 ISO/IEC 17020. Contoh dari bentuk sertifikat akreditasi
diberikan pada lampiran 1 dan contoh lampiran Lingkup akreditasi diberikan
pada lampiran 2.

3.3b

Lingkup akreditasi hendaknya diuraikan pada lampiran dalam terminologi yang


cukup tepat sehingga klien (lembaga inspeksi) dapat menetapkan bidang
umum inspeksi, jenis dan rentang inspeksi secara akurat dan jelas dan, jika
sesuai, peraturan, standar atau spesifikasi yang memuat persyaratan
terhadap inspeksi yang akan dilakukan .

3.3c

Lingkup akreditasi mengacu (reference) pada masing-masing kontrak atau


surat perintah kerja. Tujuan dari persyaratan ini adalah untuk menjamin bahwa
terdapat pengertian yang jelas dan dpt dibuktikan antara lembaga inspeksi
dan pelanggannya atas lingkup pekerjaan inspeksi yang dilakukan oleh
lembaga inspeksi. Dalam beberapa bidang inspeksi (misalnya inspeksi inservice yang didasarkan pada regulasi nasional) kontrak individual tidak
ditandatangani oleh klien. Pada kasus seperti ini, surat perintah kerja
tercantum dalam dokumentasi yang mendasarinya, sebagai contoh peraturan
perundang-undangan yang diterbitkan oleh regulator yang berwenang.

3.4

Lembaga inspeksi harus mempunyai jaminan asuransi yang memadai, kecuali


jaminan ini ditanggung oleh negara sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku atau ditanggung oleh organisasi induknya.

3.4a

Lembaga inspeksi diharapkan dapat menunjukkan faktor-faktor apa saja yang


dipertimbangkan saat menetapkan tingkat jaminan yang diperlukan yang
tercantum dalam kontrak. Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan
adalah risiko yang berkaitan dengan unjuk kerja kegiatan inspeksi.

3.4b

Badan akreditasi tidak berperan untuk menyetujui cakupan tingkat asuransi


(level of insurance) yang dimiliki oleh kliennya. Jenis pertanggunggugatan
(liability) yang tercakup oleh asuransi, misalnya, pertanggunggugatan

6 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

terhadap karyawan, pertanggunggugatan publik, ganti rugi akibat kerja


profesional.
Catatan: Lembaga inspeksi sebaiknya memperhatikan cakupan asuransi bilamana
melaksanakan pekerjaan inspeksi di negara lain, dimana persyaratan peraturan perundangundangan di negara tersebut mungkin berbeda dengan persyaratan peraturan perundangundangan negara asal lembaga inspeksi.

3.5

Lembaga inspeksi harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan tentang


kondisi kegiatan kerjanya kecuali jika lembaga ini adalah bagian dari sebuah
organisasi dan menyediakan pelayanan hanya kepada organisasi tersebut.

3.5a

Persyaratan (conditions) yang dimaksudkan disini adalah persyaratan


kontraktual dan bisnis, bukan persyaratan fisik dari lokasi inspeksi.

3.6

Lembaga inspeksi atau organisasi yang membentuk suatu lembaga inspeksi,


harus mempunyai pembukuan keuangan yang dapat diaudit secara terpisah.

3.6a

Badan akreditasi tidak berperan untuk menilai kecukupan keuangan.

Kemandirian, ketidakberpihakan, dan integritas

4.1

Umum

Personel lembaga inspeksi harus bebas dari tekanan komersial, finansial dan tekanan
lain yang mungkin dapat mempengaruhi penilaiannya. Prosedur harus diimplementasikan
untuk memastikan agar personel atau organisasi di luar lembaga inspeksi tidak dapat
mempengaruhi hasil inspeksi yang dilakukan.
4.1a

Hendaknya ada prosedur terdokumentasi yang terkait dengan isu-isu ini.

4.2

Kemandirian

Lembaga inspeksi harus mandiri sampai tingkat yang diperlukan dengan memperhatikan
kondisi pelayanannya. Lembaga inspeksi harus memenuhi kriteria minimum yang
ditetapkan dalam salah satu persyaratan tambahan Lampiran A, B atau C (normatif).

7 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

4.2a

Kategorisasi lembaga inspeksi seperti Tipe A, B atau C pada intinya


merupakan ukuran independensi (kemandirian) suatu lembaga inspeksi.
Pembuktian kemandirian suatu lembaga inspeksi dapat memperkuat
kepercayaan pelanggan lembaga inspeksi terhadap kemampuan lembaga
inspeksi dalam melakukan pekerjaan inspeksi secara tidak memihak dan
obyektif. Terminologi pihak pertama dan pihak kedua seperti yang
didefinisikan pada EN 45020 tidak digunakan pada ISO/IEC 17020, karena
penggunaan terminologi ini tidak bermanfaat. Akan tetapi karena pemikiran
umum mengenai pihak pertama, pihak kedua atau pihak ketiga telah terbentuk
selama bertahun-tahun, perlu diberikan beberapa penjelasan mengenai
hubungan antara dua pengkategorian tersebut, seperti yang tertera dibawah
ini.

4.2.1

Lembaga inspeksi tipe A

Lembaga inspeksi yang memberikan pelayanan sebagai pihak ketiga harus memenuhi
kriteria persyaratan tambahan Lampiran A (normatif).
4.2.1a

Suatu lembaga inspeksi tipe A, yang menyatakan sebagai lembaga yang


mandiri dari pihak terlibat, harus membuktikan bahwa lembaga inspeksi
tersebut tidak terkait dengan pihak yang terlibat secara langsung pada desain,
manufaktur, pemasok, instalasi, pembelian, kepemilikan, pengguna atau
pemelihara dari barang (item) yang diinspeksi atau barang (item) pesaing
sejenis oleh
1. hubungan kepemilikan (kecuali jika pemiliknya tidak
kemampuan untuk mempengaruhi hasil inspeksi), Catatan 1

mempunyai

2. hubungan kepemilikan penunjukan dewan (atau setingkat) dari organisasi


(kecuali jika hal ini mempunyai fungsi yang tidak mempengaruhi hasil
inspeksi), Catatan 2
3. pelaporan secara langsung kepada manajemen atas yang setingkat
4. kontrak persetujuan, saling pengertian informal atau cara lain yang
mungkin mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi hasil inspeksi.
Sebagai tambahan dari uraian diatas, suatu lembaga inspeksi tidak dapat
menjadi lembaga inspeksi tipe A jika suatu bagian lain dari organisasi yang

8 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

sama terlibat secara langsung pada desain, manufaktur, pemasok, instalasi,


pembelian, kepemilikan, pengguna atau pemelihara dari item yang diinspeksi
atau item pesaing sejenis jika bagian lain organisasi tersebut tidak memiliki
identitas yang terpisah secara hukum.
Pimpinan Eksekutif (Chief Executive) entitas dimana lembaga inspeksi
merupakan bagian dari entitas tersebut harus menetapkan dan
mendokumentasikan kebijakannya untuk menjaga status tipe A lembaga
inspeksi. Badan akreditasi akan memeriksa bukti-bukti penerapan kebijakan
ini terhadap kepentingan pemilik, penyusunan (constitution) dewan direktur,
alat pemodalan, metode pengambilan keputusan dan berbagai faktor lain yang
dapat mempengaruhi imparsialitas, independensi dan integritas lembaga
inspeksi tipe A.
Catatan 1 Sebuah contoh mengenai hubungan kepemilikan ini adalah suatu tipe struktur
kerjasama dimana terdapat sejumlah besar mitra kerja tetapi mereka (secara individu atau
sebagai suatu kelompok) tidak mempunyai alat untuk mempengaruhi kebijakan, strategi atau
operasi lembaga inspeksi.
Catatan 2 Sebuah contoh mengenai hubungan kepemilikan appointess ini adalah jika suatu
bank yang memodali perusahaan dapat memaksakan suatu penunjukan kepada dewan untuk
mengkaji bagaimana perusahaan dikelola tetapi tidak terlibat pada pengambilan keputusan.

4.2.2

Lembaga inspeksi tipe B

Lembaga inspeksi yang merupakan bagian organisasi yang terpisah dan diakui
keberadaanya yang terlibat dalam desain, manufaktur, pasokan, pemasangan,
penggunaan atau pemeliharaan dari barang yang diinspeksi olehnya dan yang telah
ditetapkan untuk memberikan pelayanan kepada organisasi induknya harus memenuhi
kriteria persyaratan tambahan Lampiran B (normatif).
4.2.2a

Dua karakteristik dimana lembaga inspeksi dapat diidentifikasi sebagai


lembaga inspeksi Tipe B adalah sebagai berikut:
Lembaga inspeksi Tipe B merupakan suatu bagian yang terpisah dan dapat
diidentifikasi dengan jelas (dibuktikan) dari suatu organisasi yang terlibat
dalam perancangan, manufaktur, pasokan (supply), instalasi, penggunaan
atau pemeliharaan item yang diinspeksi oleh lembaga inspeksi Tipe B ini;
Lembaga inspeksi Tipe B memberikan pelayanan inspeksi hanya kepada
organisasi induknya.

9 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Bentuk suatu lembaga inspeksi Tipe B dapat merupakan bagian dari suatu
organisasi pengguna atau suatu organisasi pemasok.
Bila lembaga inspeksi Tipe B yang merupakan suatu bagian dari suatu
organisasi pemasok, menginspeksi item yang dirakit (dimanufaktur) oleh atau
untuk organisasi induk lembaga inspeksi dan akan dipasok ke pasaran atau
ke pihak lain, lembaga inspeksi tersebut melakukan inspeksi pihak pertama;
Bila lembaga inspeksi Tipe B yang merupakan suatu bagian dari suatu
organisasi pengguna (user), menginspeksi item yang akan dipasok untuk
digunakan oleh organisasi induknya oleh suatu organisasi pemasok yang
bukan organisasi induk lembaga inspeksi dan lembaga inspeksi tidak
mempunyai hubungan dengan organisasi pemasok tersebut, maka lembaga
inspeksi tersebut melakukan inspeksi pihak kedua.
4.2.3

Lembaga inspeksi tipe C

Lembaga inspeksi yang menangani desain, manufaktur, pemasok, pemasangan,


penggunaan atau pemeliharaan barang yang diinspeksi atau barang sejenis dan
memungkinkan memberikan pelayanan inspeksi kepada pihak lain yang bukan
merupakan bagian dari organisasi induknya harus memenuhi kriteria persyaratan
tambahan Lampiran C (normatif).
4.2.3a

Lembaga inspeksi Tipe C adalah lembaga inspeksi yang terlibat pada design,
manufaktur, pasokan, instalasi, penggunaan atau pemeliharaan item yang
diinspeksi oleh lembaga inspeksi tersebut. Inspeksi dilakukan oleh lembaga
inspeksi yang mungkin termasuk ke dalam inspeksi pihak pertama dan
inspeksi pihak kedua pada suatu tipe inspeksi yang sama seperti yang
dilakukan oleh lembaga inspeksi Tipe B, akan tetapi lembaga inspeksi Tipe C
berbeda dengan lembaga inspeksi Tipe B karena alasan berikut:
Suatu lembaga inspeksi Tipe C tidak harus menjadi bagian yang terpisah
tetapi harus dapat diidentifikasi didalam organisasi tersebut. Suatu lembaga
inspeksi Tipe C dapat menjadi perancang, pemanufaktur, pemasok,
penginstal, pengguna atau pemelihara sendiri dari item yang diinspeksi.
Lembaga inspeksi Tipe C dapat menawarkan jasa inspeksinya kepada pasar
atau ke pihak lain dan memasok jasa inspeksinya ke organisasi eksternal,
sebagai contoh lembaga inspeksi dapat menginspeksi produk yang dipasok
oleh lembaga inspeksi itu sendiri atau oleh organisasi induknya (lembaga

10 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

inspeksi) dan digunakan oleh organisasi lain. Lembaga inspeksi juga dapat
melayani jasa inspeksi kepada organisasi lain dengan menginspeksi item
yang serupa dengan item yang didesign, dimanufaktur, disuplai, diinstal,
digunakan atau dipelihara oleh lembaga inspeksi tersebut atau oleh organisasi
induknya yang dapat dianggap sebagai item saingan.
Inspeksi yang dilakukan oleh lembaga inspeksi Tipe C tidak dapat
diklasifikasikan sebagai inspeksi oleh pihak ketiga karena lembaga inspeksi
Tipe C ini tidak memenuhi persyaratan independensi dan administrasi yang
tidak memihak pada operasinya seperti yang ditetapkan untuk lembaga
inspeksi Tipe A pada lampiran A ISO/IEC 17020. Lembaga inspeksi Tipe C
dapat memenuhi beberapa kriteria yang menyangkut independensi pelaku
ekonomi lain, aktifitas ketidakterlibatan kepentingan dan operasi yang tidak
memihak yang mengkarakterisasikan lembaga inspeksi Tipe A dan Tipe B,
tetapi lembaga inspeksi tersebut tetap sebagai lembaga inspeksi Tipe C
selama lembaga inspeksi tersebut tidak dapat memenuhi semua persyaratan
yang sesuai untuk lembaga inspeksi Tipe A atau Tipe B.
Desain / manufaktur / pasokan / instalasi / jasa / pemeliharaan dan inspeksi
dari suatu entitas yang dilakukan oleh lembaga inspeksi tipe C harus tidak
dilakukan oleh orang yang sama. Akan tetapi, persyaratan oleh pemerintah
(regulatory) atau lembaga yang berwenang lain (authoritative) dapat
memungkinkan seseorang dari lembaga inspeksi tipe C untuk melakukan baik
desain / manufaktur / pasokan / instalasi / jasa / pemeliharaan maupun
inspeksi dari suatu entitas.

Kerahasiaan

Lembaga inspeksi harus menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam


menjalankan kegiatan inspeksi. Hak kepemilikan (proprietary rights) harus dilindungi.
5a

Lembaga inspeksi harus mempunyai kebijakan, mendokumentasikan sistem


mutunya, yang menyangkut observasi mengenai persyaratan kerahasiaan dari
klien lembaga inspeksi (lihat pasal 12.3 ISO/IEC 17020) dan dari setiap subkontraktor yang terikat olehnya (lihat pasal 14 ISO/IEC 17020), dan
mempertimbangkan persyaratan legal yang sesuai. Untuk inspeksi wajib,
prosedur harus mengatur siapa saja yang berhak mempunyai akses kepada
hasil inspeksi, selain klien.

11 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Organisasi dan manajemen

6.1

Lembaga inspeksi harus mempunyai organisasi yang memungkinkannya


memelihara kemampuan untuk melaksanakan fungsi teknisnya secara
memuaskan.

6.1a

Pada pasal ini, harus dipahami bahwa yang termasuk didalam terminologi
organisasi adalah ukuran, struktur dan komposisi dari suatu lembaga inspeksi
yang secara bersamaan harus sesuai dengan unjuk kerja yang kompeten dari
pekerjaan lembaga inspeksi.

6.2

Lembaga inspeksi harus diberi batasan yang jelas dan mendokumentasikan


pertanggungjawaban dan struktur pelaporan organisasi. Jika lembaga inspeksi
memberikan pelayanan sertifikasi dan/atau pengujian, maka hubungan kedua
fungsi tersebut harus diberi batasan yang jelas.

6.2a

Untuk memenuhi persyaratan pasal ini, lembaga inspeksi harus memelihara


bagan (chart) organisasi terkini yang secara jelas menunjukkan fungsi dan
garis kewenangan staf didalam lembaga inspeksi dan hubungan, jika ada,
antara fungsi inspeksi dan aktifitas organisasi lainnya. Posisi manajer teknis
dan manajer mutu harus secara jelas terlihat pada bagan.

6.2b

Untuk setiap posisi di dalam organisasi yang berpengaruh terhadap kualitas


inspeksi atau rekaman inspeksi, uraian tanggung jawabnya harus
dicantumkan pada dokumentasi sistem mutu.

6.2c

Derajat kompleksitas dokumentasi dan perluasan dimana staf dapat


memegang berbagai fungsi akan sangat tergantung pada ukuran organisasi.

6.3

Lembaga inspeksi harus mempunyai seorang manajer teknis atau apapun


namanya, yang berstatus pegawai tetap dan mempunyai kualifikasi serta
pengalaman dalam mengoperasikan lembaga inspeksi dan mempunyai
tanggung jawab penuh bahwa kegiatan inspeksi yang dilakukan berdasarkan
standar ini.

CATATAN Bila lembaga inspeksi terdiri dari beberapa divisi dengan lingkup kegiatan yang berbeda, maka
dimungkinkan setiap divisi mempunyai satu manajer teknis.

6.3a

Orang yang berbeda dapat memegang peranan sebagai manajer teknis untuk
kegiatan yang berbeda. Jika lebih dari satu orang bertindak sebagai manajer

12 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

teknis, tanggung jawab khusus dari masing-masing orang tersebut harus


ditetapkan dan didokumentasikan.
6.4

Lembaga inspeksi harus menyediakan supervisi yang efektif yang dilakukan


oleh personel yang menguasai metode dan prosedur, dan memahami tujuan
inspeksi serta asesmen hasil pemeriksaan.

6.4a

Lembaga inspeksi harus dapat mempertanggungjawabkan bahwa lembaga


inspeksi dikelola sedemikian sehingga kerja dari staf yang melakukan inspeksi
disupervisi oleh personel yang mengerti benar tujuan inspeksi, metode dan
prosedur inspeksi yang sedang digunakan dan hasil penilaian inspeksi. Lebih
luas lagi, cara dan tingkat supervisi yang dilakukan harus mempertimbangkan
kualifikasi, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan teknis staf inspeksi dan
inspeksi yang dilakukan.

6.4b

Penyeliaan (supervise) inspeksi yang efektif dapat diklaim hanya dalam


keadaan dimana penyelia mampu untuk mengkaji pengamatan aktual (jika
diwajibkan) dan keputusan inspeksi atau paling tidak secara pribadi mampu
memverifikasi bahwa keputusan inspeksi dapat dipercaya.

6.4c

Supervisi personel inspeksi termasuk, tetapi tidak terbatas pada kaji ulang
reguler dari laporan inspeksi, untuk menjamin bahwa personel bekerja sesuai
dengan peraturan terkait, prosedur lembaga inspeksi dan bila perlu kontrak
perjanjian dengan klien (lihat pasal 10.5c dan d)

6.4d

Pemantauan unjuk kerja personel inspeksi harus termasuk witnessing


(penyaksian) inspeksi lapangan. Witnessing inspeksi lapangan harus
dilakukan oleh personel yang kompeten secara teknis dan independen untuk
melakukan witnessing inspeksi secara obyektif.

6.4e

Program witnessing inspektor lembaga inspeksi harus dirancang sedemikian


sehingga jumlah inspektor yang di-witness dapat mewakili inspektor secara
keseluruhan. Sebagai pedoman minimum, setiap inspektor harus di-witness
paling tidak satu kali dalam siklus akreditasi normal (biasanya 3-4 tahun) saat
melakukan inspeksi pada masing-masing bidang dimana inspektor tersebut
diberi wewenang oleh lembaga inspeksi. Rekaman inspeksi yang diamati
harus disimpan.

13 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

6.5

Lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang diberi wewenang mewakili


manajer atau apapun namanya yang bertanggung jawab dalam pelayanan
inspeksi apabila manajer yang bersangkutan berhalangan.

6.5a

Tujuan penunjukkan seorang deputi adalah untuk memenuhi kebutuhan suatu


manajemen yang kompeten jika manajer absen. Deputi tidak harus
dipekerjakan secara tetap (lihat 8.1a) oleh lembaga inspeksi.

6.5b

Di dalam suatu organisasi, dimana ketiadaan personel kunci menyebabkan


penghentian/penundaan pekerjaan, persyaratan penunjukan deputi dapat
diabaikan.

6.6

Setiap kategori posisi yang mempengaruhi mutu pelayanan inspeksi harus


dijelaskan. Uraian tugas harus mencakup persyaratan pendidikan, pelatihan
pengetahuan teknis dan pengalaman.

6.6a

Baik inspektor maupun staf lain, termasuk diantaranya staf manajerial dan juru
ketik adalah posisi yang dapat mempengaruhi kualitas jasa inspeksi.

Sistem mutu

7.1

Manajemen lembaga inspeksi harus menetapkan dan mendokumentasikan


kebijakan, tujuan, komitmen terhadap mutu, dan harus menjamin bahwa
kebijakan tersebut dimengerti, diterapkan dan dipelihara oleh semua jajaran
dalam organisasi.

7.2

Lembaga inspeksi harus melaksanakan sistem mutu yang sesuai dengan tipe,
cakupan dan volume pekerjaan yang dilaksanakan.

7.3

Sistem mutu harus didokumentasikan secara lengkap. Dalam sistem tersebut


harus terdapat panduan mutu, yang harus berisi informasi yang
dipersyaratkan oleh standar ini dan seperti tertera dalam Lampiran D
(informatif).

7.3a

Untuk memudahkan pencarian, disarankan bahwa panduan mutu lembaga


inspeksi mencantumkan dimana persyaratan system mutu ISO/IEC 17020

14 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

ditempatkan di dalam panduan mutu lembaga inspeksi, sebagai contoh suatu


daftar acuan silang dapat dicantumkan didalam Panduan Mutu.
7.4

Manajemen lembaga inspeksi harus menunjuk seseorang yang tanpa


memandang tugas lainnya, harus mempunyai wewenang dan tanggungjawab
yang jelas dalam jaminan mutu lembaga inspeksi tersebut. Seseorang ini
harus mempunyai akses langsung dengan pimpinan puncak.

7.4a

Posisi manajer mutu (apapun namanya) harus terlihat dengan jelas pada
bagan organisasi sesuai dengan Pedoman pasal 6.2. Manajer mutu harus
bebas dari segala pengaruh atau konflik kepentingan yang dapat
mempengaruhi kualitas pekerjaannya.

7.5

Sistem mutu harus dipelihara relevansi dan kemutakhirannya di bawah


tanggung jawab orang yang sama.

7.6

Lembaga inspeksi harus memelihara suatu sistem untuk pengendalian semua


dokumen yang berkaitan dengan kegiatan. Sistem tersebut harus menjamin
bahwa:
a) terbitan dokumen mutakhir yang sesuai harus tersedia di tempat yang
berkaitan dan untuk staf yang terkait;
b) semua perubahan dokumen atau amandemen suatu dokumen harus
disahkan oleh personel yang diberi kewenangan yang benar dan diproses
sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ketersediaannya tepat waktu di
lokasi yang terkait;
c) dokumen yang sudah tidak berlaku ditarik dari pemakaian di seluruh
organisasi untuk dimusnahkan, tetapi satu salinan disimpan untuk jangka
waktu yang ditetapkan;
d) perubahan diberitahukan kepada pihak lain, sebagaimana diperlukan.

7.7

Lembaga inspeksi harus melaksanakan suatu sistem audit mutu internal yang
terencana dan terdokumentasi untuk memverifikasi pemenuhan kriteria
standar ini dan keefektifan sistem mutu. Personel yang melakukan audit
internal harus memenuhi kualifikasi yang sesuai dan tidak terkait dengan
pekerjaan yang diaudit.

15 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

7.7a

Tujuan audit mutu internal adalah untuk memverifikasi bahwa prosedur


operasional yang terdokumentasi dari lembaga inspeksi telah diterapkan
seperti yang dipersyaratkan. Audit mutu biasanya dirancang dan dikelola oleh
manajer mutu dan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya yang meliputi semua aspek sistem mutu, termasuk unjuk kerja
inspeksi. Lingkup, tanggal dan rincian jadwal audit harus direncanakan dan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdokumentasi. Audit internal boleh
dilakukan oleh lembaga eksternal yang kompeten untuk melakukan audit
internal lembaga inspeksi. Sebagai aturan, audit internal harus disusun
sedemikian sehingga sistem mutu diperiksa paling tidak satu kali setiap tahun.
Audit internal harus menjamin bahwa pedoman yang diberikan pada 6.4e
terpenuhi.

7.7b

Jika lembaga inspeksi mempunyai lebih dari satu lapangan operasi, semua
aspek dari sistem mutu dan seluruh lapangan operasi harus menjalani audit
internal menyeluruh pada satu siklus akreditasi.
Catatan: Dalam konteks ini suatu lapangan operasi adalah suatu kantor (selain kantor pusat)
yang menyimpan rekaman pekerjaan inspeksi dan implementasi sistem mutu sendiri (lokal)
secara independen dari kantor pusat.

7.8

Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang didokumentasikan untuk


menindaklanjuti umpan balik dan tindakan perbaikan, bila ditemukan
penyimpangan dalam sistem mutu dan/atau dalam pelaksanaan inspeksi.

7.9

Manajemen lembaga inspeksi harus mengkaji ulang sistem mutu pada periode
waktu tertentu untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan. Hasil kaji ulang tersebut harus direkam.

7.9a

Kaji ulang manajemen harus mempertimbangkan setiap informasi yang terkait,


seperti laporan dari staf supervisor dan manajerial, hasil audit internal terakhir
dan asesmen oleh pihak luar terakhir, keluhan dari klien, perubahan yang
diperlukan pada sistem mutu, kecukupan sumber daya manusia dan
peralatan, rencana kerja kedepan, perkiraan bidang kerja baru, sumber daya
manusia tambahan maupun pelatihan yang diperlukan baik oleh staf baru
maupun lama. Frekuensi kaji ulang manajemen harus ditentukan oleh
lembaga inspeksi dengan mempertimbangkan hasil dari audit internal serta
kaji ulang dan laporan badan akreditasi sebelumnya. Kaji ulang manajemen
biasanya dilakukan satu kali dalam satu tahun.

16 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Personel

8.1

Lembaga inspeksi harus mempunyai personel tetap yang cukup jumlah dan
jenis keahliannya untuk melaksanakan fungsinya secara baik.

8.1a

Personel tetap adalah personnel yang dipekerjakan dengan atau dibawah


kontrak oleh lembaga inspeksi. Personel ini dapat bekerja secara paruh waktu
atau penuh. Bila diperlukan personnel tidak tetap, personel seperti itu harus
dikontrak secara resmi pada periode dimana lembaga inspeksi memakai
personnel tersebut. Lembaga inspeksi harus menjamin bahwa personel tidak
tetap tersebut disupervisi (lihat 6.4b) dan kompeten serta personnel tersebut
bekerja sesuai dengan sistem mutu lembaga inspeksi.

8.1b

Lembaga inspeksi harus memiliki personel kompeten tetap yang mempunyai


pendidikan, pelatihan, pengetahuan teknis, ketrampilan dan pengalaman
yangdiperlukan dalam jumlah yang mencukupi untuk menangani kategori,
cakupan dan volume kerja yang dilakukan.

8.2

Staf yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan inspeksi harus mempunyai


kualifikasi yang tepat, pelatihan, pengalaman dan memiliki pengetahuan yang
memuaskan tentang persyaratan inspeksi yang harus dilakukan. Staf tersebut
harus mampu melakukan penilaian secara profesional terhadap kesesuaian
persyaratan umum standar ini dengan menggunakan hasil pemeriksaan dan
mempunyai kemampuan untuk melaporkannya.
Mereka juga harus mempunyai pengetahuan tentang teknologi yang
digunakan untuk pembuatan produk yang akan diinspeksi, cara memanufaktur
produk atau proses yang diajukan untuk diinspeksi, digunakan atau
dimaksudkan untuk digunakan dan cacat yang mungkin terjadi selama
penggunaan atau selama operasi.
Mereka harus mengerti signifikansi dari penyimpangan yang signifikan yang
ditemukan dengan memperhatikan penggunaan normal dari produk, atau
proses yang dimaksud.

8.2a

Lembaga inspeksi yang telah diakreditasi harus menetapkan dan


mendokumentasikan kualifikasi, pelatihan, pengalaman dan tingkat
pengetahuan yang dipersyaratkan dari inspeksi yang akan dilakukan (lihat
juga pasal 6.6 ISO/IEC 17020). Badan akreditasi harus mengases kecocokan

17 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

berbagai kualifikasi, pelatihan, pengalaman dan level pengetahuan pada


lingkup inspeksi yang akan diakreditasi.
Catatan: Pencapaian kualifikasi dan pelatihan serta pengalaman tidak menjamin kompetensi
praktis dalam inspeksi atau pengembangan penilaian profesional yang kuat.

8.3

Lembaga inspeksi harus menetapkan sistem pelatihan yang terdokumentasi


untuk menjamin bahwa pelatihan personel dalam bidang teknis dan
administrasi yang terkait dengan pekerjaannya, dipelihara kemutakhirannya
sesuai dengan kebijakannya.
Pelatihan yang diperlukan tergantung
pengetahuan personel yang bersangkutan

kemampuan,

kualifikasi

dan

Lembaga inspeksi harus membuat tahap pelatihan yang diperlukan untuk


setiap personel.
Hal ini meliputi:
a) periode pemagangan;
b) periode kerja di bawah pengawasan inspektur yang berpengalaman;
c) pelatihan lanjutan selama bekerja untuk selalu mengikuti perkembangan
teknologi.
8.3a

Lembaga inspeksi dapat menggunakan organisasi eksternal yang kompeten


untuk melatih stafnya.

8.3b

Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk setiap orang sebaiknya dilakukan paling


tidak satu kali dalam satu tahun. Kajian ini harus menghasilkan rencana yang
didokumentasikan untuk pelatihan lanjut atau suatu pernyataan bahwa
pelatihan lanjut tidak dibutuhkan oleh orang tersebut pada saat ini.
Maksud dari rekaman ini untuk membuktikan kompetensi dari masing-masing
anggota staf dalam melakukan tugas inspeksi khusus dan, bila relevan,
penggunaan peralatan khusus.

18 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

8.4

Lembaga inspeksi harus memelihara rekaman pendidikan, kualifikasi lain,


pelatihan dan pengalaman dari setiap personelnya.

8.5

Lembaga inspeksi harus menyediakan pedoman etika kerja untuk semua


personel.

8.5a

Pedoman ini dapat berbentuk aturan pelaksanaan. Aturan pelaksanaan dapat


termasuk hal-hal yang berhubungan dengan etika kerja, ketidakberpihakan,
keselamatan perorangan, hubungan dengan pelanggan, aturan perusahaan
dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk menjamin pelaksanaan inspeksi yang
baik oleh staf lembaga inspeksi.

8.6

Penetapan upah atau gaji personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi tidak
boleh didasarkan langsung pada jumlah inspeksi yang telah dilakukan dan
sama sekali tidak boleh didasarkan atas hasil inspeksi.

Fasilitas dan peralatan

9.1

Lembaga inspeksi harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai dan
memadai untuk melaksanakan seluruh kegiatan yang terkait dengan
permintaan pelayanan inspeksi.

9.1a

Lembaga inspeksi tidak harus menjadi pemilik fasilitas atau peralatan yang
digunakan. Fasilitas dan peralatan dapat dipinjam, disewa (rented, hired,
leased) atau disediakan oleh pihak lain (sebagai contoh installer
alat/peralatan). Pada semua kasus diatas, akses ke peralatan harus
ditetapkan (diatur) dan memenuhi persyaratan ISO/IEC 17020. Meskipun
demikian, tanggung jawab terhadap kecocokan dan status kalibrasi dari
peralatan yang digunakan pada inspeksi, apakah dimiliki oleh lembaga
inspeksi atau tidak, semata-mata tetap berada pada lembaga inspeksi.

9.1b

Jika dibutuhkan pengaturan kondisi lingkungan dan tempat (lokasi) berada


diluar lembaga inspeksi harus digunakan, lembaga inspeksi harus memantau
kondisi lingkungan pada tempat-tempat tersebut dengan peralatan yang
dikalibrasi, merekam hasil dan mencatat jika kondisi tempat berada diluar
batas-batas dimana inspeksi dapat dilakukan.

19 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

9.2

Lembaga inspeksi harus mempunyai aturan yang mudah dipahami untuk


mengakses dan menggunakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan.

9.2a

Penggunaan fasilitas dan peralatan oleh orang yang tidak berwenang harus
tidak diperbolehkan. Jika suatu item ternyata terlewat dari control langsung
lembaga inspeksi, pengukuran harus dilakukan untuk mengkonfirmasi
kelangsungan stabilitas item sebelum item tersebut digunakan kembali.
Pengukuran khusus dapat berupa inspeksi visual, pengecekan fungsional
dan/atau kalibrasi ulang.

9.3

Lembaga inspeksi harus memastikan keandalan fasilitas dan peralatan yang


digunakan seperti yang disebutkan dalam butir 9.1.

9.4

Semua peralatan harus diidentifikasi secara benar.

9.4a

Identifikasi yang unik (khusus) pada item dari peralatan adalah penting
bahkan bila organisasi hanya mempunyai satu contoh item utama. Hal ini
memungkinkan penelusuran bila item-item tersebut diganti untuk alasan
apapun.

9.5

Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan dipelihara


secara baik sesuai dengan prosedur dan instruksi kerja yang terdokumentasi.

9.6

Lembaga inspeksi harus memastikan bahwa semua peralatan harus


dikalibrasi bilamana diperlukan sebelum dan setelah digunakan berdasarkan
program kalibrasi yang telah ditetapkan.

9.6a

Semua peralatan yang digunakan pada pengukuran dan pengujian dimana


hasil pengukuran dan pengujian tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil inspeksi (yaitu kesimpulan mengenai kesesuaian
dengan persyaratan) harus tertelusur kalibrasinya.

9.6b

Jika peralatan yang digunakan tidak berada dibawah kontrol langsung


lembaga inspeksi, lembaga inspeksi harus memverifikasi bahwa peralatan
memenuhi persyaratan yang sesuai dari ISO/IEC 17020 sebelum
menggunakan peralatan tersebut untuk inspeksi. Prosedur verifikasi harus
didokumentasikan dan rekaman verifikasi harus di simpan. Jika verifikasi
seperti tersebut diatas tidak dapat dilakukan, laporan tidak boleh diterbitkan
dibawah status akreditasi atau, jika akreditasi adalah wajib, kenyataan ini

20 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

wajib dinyatakan secara tegas didalam laporan inspeksi dank klien wajib
diberitahukan mengenai hal tersebut.
9.7

Seluruh program kalibrasi peralatan harus dirancang dan dilaksanakan untuk


menjamin bahwa pengukuran yang dilakukan oleh lembaga inspeksi dijamin
tertelusur ke standar pengukuran nasional dan internasional sepanjang
tersedia. Bila ketelusuran itu tidak memungkinkan, maka lembaga inspeksi
harus memberikan bukti korelasi atau akurasi hasil inspeksi.

9.7a

Peralatan yang dimaksudkan pada kriteria pasal 9.6, yang dijelaskan pada
9.6a, harus dikalibrasi dan tertelusur ke standar nasional atau internasional
jika memungkinkan.

9.7b

Bila kalibrasi dilakukan sendiri (in-house), ketertelusuran ke standar nasional


harus dijamin dengan menggunakan standar acuan pengukuran dimana
lembaga inspeksi memegang sertifikat kalibrasinya atau yang sejenis dari
lembaga yang kompeten. Sertifikat kalibrasi tersebut atau yang sejenis harus
merinci ketidakpastian pengukuran yang sesuai untuk peralatan yang akan
dikalibrasi dari standar acuan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai
ketidakpastian pengukuran lihat ILAC G8.

9.8

Standar acuan pengukuran yang dimiliki oleh lembaga inspeksi hanya boleh
digunakan untuk keperluan kalibrasi saja. Standar acuan pengukuran tersebut
harus dikalibrasi oleh lembaga yang kompeten yang dapat memberikan
ketertelusuran pengukuran sampai ke standar nasional atau internasional

9.9

Bila memungkinkan, peralatan harus dicek pada saat dioperasikan antara


kurun waktu kalibrasi ulang reguler.

9.10

Bahan acuan harus tertelusur ke standar bahan acuan standar nasional atau
internasional.

9.11

Bila ada kaitan dengan mutu pelayanan inspeksi, lembaga inspeksi harus
mempunyai prosedur untuk :
a) pemilihan pemasok yang berkualifikasi;
b) penerbitan dokumen pembelian yang sesuai;

21 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

c) inspeksi bahan yang diterima;


d)

pemastian kesesuaian fasilitas penyimpanan.

9.12

Bila memungkinkan kondisi barang yang disimpan harus diperiksa pada kurun
waktu tertentu, untuk mendeteksi adanya deteriorasi.

9.13

Bila lembaga inspeksi menggunakan komputer atau peralatan otomatis yang


berkaitan dengan inspeksi, lembaga itu harus menjamin bahwa:
a) perangkat lunak komputer diuji untuk
perangkat lunak tersebut layak digunakan;

mengkonfirmasikan

bahwa

b) prosedur dibuat dan digunakan untuk melindungi integritas data;


c) komputer dan peralatan otomatis dirawat untuk memastikan berfungsi
dengan benar, dan
d) prosedur dibuat dan digunakan untuk memelihara keamanan data.
9.14

Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk


penanganan peralatan yang rusak. Peralatan yang rusak harus dipindahkan
dari tempat pelayanan dengan cara pemisahan, pelabelan, atau pemarkahan.
Lembaga inspeksi harus memeriksa efek dari kerusakan alat terhadap hasil
inspeksi sebelumnya.

9.15

Informasi yang sesuai tentang peralatan harus direkam. Hal ini biasanya
termasuk identifikasi, kalibrasi dan perawatan.

10

Metode dan prosedur inspeksi

10.1

Untuk menentukan kesesuaian, lembaga inspeksi harus menggunakan


metode dan prosedur untuk inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan.

22 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

10.1a

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Persyaratan terhadap inspeksi yang dilakukan biasanya disebutkan/dirinci


pada peraturan, standar dan spesifikasi. Spesifikasi dapat termasuk
persyaratan oleh pelanggan atau sendiri (in-house).
Bila metode inspeksi dan prosedur tidak ditentukan pada peraturan atau pada
standar atau spesifikasi, lembaga inspeksi harus menentukan sendiri metode
dan prosedur inspeksi.

10.1b

Dalam beberapa kasus, pelanggan lembaga inspeksi dapat memasok


informasi kepada lembaga inspeksi agar lembaga inspeksi memperhatikan
informasi tersebut saat melakukan inspeksi. Jika lembaga inspeksi
menggunakan informasi yang diberikan oleh pihak lain tersebut sebagai
bagian dari penentuan kesesuaian, maka lembaga inspeksi harus dapat
menunjukkan pengukuran yang dilakukan untuk memverifikasi integritas atas
informasi yang seperti itu. (Lihat juga pedoman 14.2d mengenai perlakuan
hasil kerja yang disubkontrakan yang diberikan oleh klien dan dapat
mempengaruhi keputusan kesesuaian.)

10.2

Lembaga inspeksi harus mempunyai dan menggunakan instruksi yang


terdokumentasi pada perencanaan inspeksi, pengambilan contoh yang
standar dan teknik inspeksi, yang bila tidak tersedia instruksi tersebut dapat
mempengaruhi efisiensi proses inspeksi. Hal ini memerlukan pengetahuan
teknik statistik yang memadai untuk memastikan prosedur pengambilan
contoh yang benar secara statistik dan pengolahan serta interpretasi hasil.

10.3

Bila lembaga inspeksi harus menggunakan metode dan prosedur inspeksi


yang tidak standar, metode dan prosedur tersebut harus tepat dan
didokumentasikan secara lengkap.

10.3a

Metode inspeksi standar adalah metode yang telah dipublikasikan menjadi,


sebagai contoh, standar internasional, regional atau nasional atau oleh
organisasi teknis yang telah mempunyai reputasi baik atau oleh kerjasama
berbagai lembaga inspeksi atau dalam tulisan teknis atau jurnal yang sesuai.
Hal ini berarti bahwa metode yang dikembangkan dengan cara lain, termasuk
metode oleh lembaga inspeksi sendiri atau oleh pelanggan dianggap metode
yang tidak standar.

10.4

Semua instruksi kerja, standar, prosedur tertulis, lembar kerja, daftar isian dan
data acuan yang terkait dengan pekerjaan lembaga inspeksi, harus dipelihara

23 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

bahwa semua dokumen tersebut harus mutakhir dan selalu tersedia untuk
staf.
10.5

Lembaga inspeksi harus mempunyai sistem pengendalian


permintaan kontrak atau pekerjaan yang menjamin bahwa:

terhadap

a) pekerjaan yang dilakukan berada dalam lingkup keahliannya dan


organisasi tersebut mempunyai sumber daya yang cukup untuk memenuhi
persyaratan;
b) persyaratan mereka yang meminta pelayanan dari lembaga inspeksi
ditetapkan dengan jelas dan kondisi khusus dimengerti sehingga instruksi
yang jelas dapat diterbitkan untuk staf yang melaksanakan pekerjaan yang
diperlukan;
c) pekerjaan yang sedang dilakukan dikendalikan dengan kaji ulang dan
tindakan korektif secara rutin;
d) pekerjaan yang telah diselesaikan dikaji ulang untuk mengkonfirmasi
bahwa persyaratan telah dipenuhi.
10.5a

Bila cocok (lihat catatan) setiap kontrak atau permintaan harus dikaji oleh
lembaga inspeksi untuk menjamin bahwa:
1. persyaratan klien telah ditetapkan secara cukup, didokumentasikan dan
dimengerti, dan
2. lembaga inspeksi memiliki kemampuan untuk memenuhi persyaratan
klien, dan
3. kondisi kontrak disetujui, dan
4. persyaratan khusus yang diperlukan telah diidentifikasi, dan
5. kebutuhan pelatihan personel telah diidentifikasi, dan
6. persyaratan pemerintah telah diidentifikasi, dan

24 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

7. persyaratan keselamatan khusus telah diidenfikasi, dan


8. tingkat penetapan subkontrak yang diperlukan telah diidentifikasi, dan
9. dokumentasi yang diperlukan telah diidentifikasi, dan
10. kontrak atau permintaan akhir telah diterima oleh lembaga inspeksi sesuai
dengan versi asli yang telah direview seperti pada (1), (2) dan (3) diatas
Rekaman kajian kontrak harus disimpan.
Catatan: Untuk permintaan kerja rutin atau berulang, kajian kontrak dapat dibatasi atas
pertimbangan waktu dan sumber daya manusia dan suatu rekaman yang dapat diterima pada
kasus yang seperti itu akan menjadi kontrak keberterimaan oleh orang yang diberi kewenangan
untuk itu.

10.5b

Pada situasi dimana persetujuan verbal dapat diterima, lembaga inspeksi


harus menyimpan suatu rekaman dari seluruh permintaan dan instruksi yang
diterima secara verbal, tanggal dan identitas wakil klien.

10.6

Pengamatan dan/atau data yang diperoleh dari pelaksanaan inspeksi harus


direkam pada saat itu juga untuk menghindari hilangnya informasi yang
terkait.

10.6a

Lembar kerja, buku cacatan dan lain-lain yang digunakan untuk merekam
pengamatan selama inspeksi berlangsung harus disimpan untuk dijadikan
referensi dalam jangka waktu tertentu.

10.7

Semua perhitungan dan pengalihan data harus dicek dengan tepat dan teliti.

10.8

Lembaga inspeksi harus mempunyai instruksi kerja yang terdokumentasi


untuk melaksanakan inspeksi dengan aman.

10.8a

Prosedur yang telah terdokumentasi harus termasuk prosedur untuk menjamin


terhadap keamanan personel dan perlindungan pada lingkungan sekitar
tempat kerja jika memungkinkan.

25 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

11

Penanganan barang atau contoh inspeksi

11.1

Lembaga inspeksi harus menjamin bahwa contoh dan barang yang akan
diinspeksi telah diidentifikasi secara unik untuk menghindari adanya keraguan
identitas barang tersebut pada setiap saat.

11.2

Setiap penyimpangan yang diberitahukan kepada atau diketahui oleh


inspektur harus direkam sebelum inspeksi dimulai. Bila terdapat keraguan
terhadap kecocokan barang yang akan diinspeksi atau jika barang tersebut
tidak sesuai dengan diskripsi yang diberikan, maka lembaga inspeksi harus
mengkonsultasikannya dengan pelanggan sebelum diproses lebih lanjut.

11.3

Lembaga inspeksi harus menetapkan apakah barang yang akan diinspeksi


semua memerlukan penyiapan atau apakah pelanggan yang meminta
lembaga inspeksi untuk melaksanakan penyiapannya.

11.4

Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi dan


fasilitas yang memadai untuk menghindari diteriorasi selama berada di bawah
tanggung jawabnya.

12

Rekaman

12.1

Lembaga inspeksi harus memelihara sistem rekaman sesuai dengan


kondisinya dan memenuhi peraturan yang berlaku.

12.2

Rekaman harus berisi informasi yang cukup


berlangsungnya evaluasi inspeksi yang memuaskan.

12.3

Semua rekaman harus disimpan dengan aman untuk periode waktu tertentu,
keamanan dan kerahasiaan pelanggan dijaga, kecuali bila diperlukan oleh
hukum.

untuk

memungkinkan

26 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

13

Laporan dan sertifikat inspeksi

13.1

Pekerjaan yang dilakukan oleh lembaga inspeksi harus dituangkan dalam


laporan inspeksi mampu balik (retrievable) dan/atau sertifikat inspeksi.

13.1a

Istilah laporan dan sertifikat digunakan secara sinonim pada pasal ini.
Meskipun demikian, pada dokumen pedoman ini kedua istilah tersebut
diasumsikan bahwa laporan adalah deskripsi detail dari inspeksi dan
hasilnya, sedangkan sertifikat biasanya pernyataan resmi yang singkat
mengenai kesesuaian terhadap persyaratan yang dikeluarkan, sebagai contoh
yang berhubungan dengan inspeksi wajib.

13.1b

Bila lembaga inspeksi mengeluarkan sertifikat inspeksi, tidak mungkin


mencakup semua kerja yang dilakukan oleh lembaga inspeksi didalam
sertifikat semata. Dalam keadaan tersebut, hal yang dapat diterima adalah
menyimpan dokumentasi yang terpisah untuk menunjukkan kerja yang
dilakukan oleh lembaga inspeksi, asalkan bahwa dokumentasi yang seperti itu
dapat ditelusur kepada sertifikat inspeksi yang benar.

13.2

Laporan dan/atau sertifikat inspeksi harus berisi semua hasil pemeriksaan dan
penentuan kesesuaian yang dibuat dari hasil inspeksi dan juga semua
informasi perlu dimengerti dan diinterpretasi. Semua informasi tersebut harus
dilaporkan secara benar, akurat, dan jelas. Bila laporan atau sertifikat inspeksi
berisi hasil yang didapat dari subkontrak, maka hasil tersebut harus
diidentifikasi secara jelas.

13.2a

Kenyataan bahwa klien tidak memerlukan sebuah laporan rinci tidak


menghilangkan persyaratan untuk menyimpan rekaman inspeksi yang rinci.

13.2b

Isi laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi dapat bervariasi tergantung pada
jenis inspeksi dan persyaratan legal. Lampiran 3 berisi daftar elemen yang
harus dimasukkan dalam laporan inspeksi dan sertifikat inspeksi. Beberapa
elemen ini dianggap wajib kesesuaiannya dengan ISO/IEC 17020. Elemen
wajib pada lampiran 3 ditandai dengan tanda asterix (*). Daftar ini harus
diperhatikan saat mengkonsep laporan inspeksi dan sertifikat inspeksi.

13.2c

Jika inspeksi dimaksudkan untuk tujuan legal, otoritas nasional dapat


menempatkan persyaratan khusus pada pelaporan hasil inspeksi.

27 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

13.2d

Lembaga inspeksi dengan akreditasi yang dimilikinya dapat mengeluarkan


laporan atau sertifikat inspeksi, dengan mencantumkan status akreditasinya,
untuk kegiatan inspeksi yang diuraikan dalam bentuk generik pada Lampiran
Akreditasi asalkan bahwa laporan atau sertifikat yang seperti itu dikeluarkan
untuk suatu jenis inspeksi tertentu menggunakan prosedur teknis tertentu dan
bahwa prosedur-prosedur tersebut mengacu kepada bidang inspeksi tertentu.

13.3

Laporan dan sertifikat inspeksi harus ditandatangani atau disetujui hanya oleh
anggota staf yang berwenang.

13.3a

Dalam seluruh kasus, harus memungkinkan untuk mengidentifikasikan orang


yang menerima tanggung jawab untuk verifikasi dan menerbitkan laporan atau
sertifikat inspeksi.

13.3b

Suatu contoh bentuk pengesahan yang lain dari laporan atau sertifikat
inspeksi adalah laporan atau sertifikat inspeksi yang pengesahannya dengan
otentifikasi elektronik yang aman atau dengan segel. Dalam kasus seperti ini
lembaga inspeksi harus dapat menunjukkan bahwa pengesahan adalah aman
dan akses kepada media penyimpanan elektronik dikontrol secara ketat.

13.4

Koreksi atau penambahan pada laporan atau sertifikat inspeksi yang telah
diterbitkan harus dicatat dan dibenarkan sesuai dengan persyaratan yang
terkait dari bagian ini.

13.4a

Tidak diperbolehkan antara laporan dan sertifikat menimbulkan suatu


keraguan dengan suatu kesalahan dan laporan inspeksi yang dikoreksi. Hal ini
biasanya dihindari dengan mengeluarkan laporan atau sertifikat pengganti
dengan kata-kata seperti laporan/sertifikat ini menggantikan laporan/sertifikat
No. XYZ.

14

Subkontrak

14.1

Lembaga inspeksi harus sedapat mungkin mengerjakan sendiri terhadap


kegiatan yang dikontrakkan.

28 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

14.1a

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

Subkontrak inspeksi yang berada di dalam lingkup akreditasi lembaga


inspeksi boleh berlangsung/dilakukan hanya jika salah satu kondisi berikut
terjadi:
1. Sub-kontrak diperlukan sebab terdapat kelebihan beban pekerjaan yang
tak terduga atau tak normal, staf kunci inspeksi tidak memadai atau
fasilitas kunci atau item-item peralatan untuk sementara waktu tidak tepat
untuk digunakan;
2. Satu bagian kecil kontrak dari klien melibatkan inspeksi yang tidak
tercakup dalam akreditasi lembaga inspeksi atau diluar kemampuan atau
sumberdaya lembaga inspeksi. Hal ini tidak menghalangi lembaga
inspeksi mensubkontrakkan pengujian.

14.1b

Apapun pekerjaan, yang merupakan bagian dari inspeksi, yang dilakukan oleh
sub-kontraktor, tanggung jawab pada penentuan kesesuaian pada item yang
diinspeksi terhadap persyaratan tetap berada pada lembaga inspeksi.

14.2

Bila lembaga inspeksi melakukan sub kontrak dari sebagian inspeksi, maka
lembaga inspeksi harus memastikan dan mampu membuktikan bahwa
subkontraktornya kompeten untuk melaksanakan pelayanan yang diminta,
dan jika perlu memenuhi persyaratan kriteria yang ditentukan dalam standar
EN 45000 series yang terkait. Lembaga inspeksi harus memberitahukan
kepada pelanggan adanya maksud mensubkontrakan sebagian dari inspeksi.
Subkontraktor harus dapat disetujui oleh pelanggan.

14.2a

Bila lembaga inspeksi memakai individu atau karyawan organisasi lain untuk
mengisi sumberdaya atau keahlian tambahan, orang-orang tersebut tidak
dianggap sebagai sub-kontraktor asalkan orang-orang tersebut secara resmi
dikontrak untuk beroperasi dibawah sistem mutu lembaga inspeksi dan
memiliki pelatihan dan rekaman yang setara dengan karyawan tetap (lihat
juga pedoman pasal 8.1)

14.2b

Sub-kontraktor yang kompeten dapat ditunjukkan dengan:


sub-kontraktor mempunyai akreditasi terhadap ISO/IEC 17020 atau EN
ISO/IEC 17025 untuk inspeksi/pengujian yang relevan dan memberikan
laporan atau sertifikat yang disahkan.

29 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

atau
lembaga inspeksi sendiri mengases kompetensi sub-kontraktor terhadap
persyaratan ISO/IEC 17020 atau EN ISO/IEC 17025 jika dapat dilakukan.
14.2c

Bila asesmen sub-kontraktor dilakukan oleh lembaga inspeksi, lembaga


inspeksi harus dapat menunjukkan bahwa tim asesmen secara teknis
kompeten dan mempunyai pengetahuan yang mencukupi pada penerapan
ISO/IEC 17020 atau EN ISO/IEC 17020.

14.3

Lembaga inspeksi harus merekam dan menyimpan rincian penyelidikan


terhadap kompetensi dan pemenuhan subkontraktornya. Lembaga inspeksi
harus memelihara suatu daftar dari semua pekerjaan yang disubkontrakan.

14.3a

Jika kompetensi subkontraktor didasarkan pada akreditasi secara sebagian


atau penuh, lingkup akreditasi harus mencakup kegiatan yang akan
disubkontrakkan dan lembaga inspeksi harus memiliki rekaman yang tersedia
untuk menunjukkan bahwa lembaga inspeksi telah memeriksa status
subkontraktornya.
Jika lembaga subkontraktor tidak diakreditasi menurut standar yang sesuai
untuk kegiatan khusus yang akan disubkontraktorkan, lembaga inspeksi harus
menyediakan bukti yang sesuai mengenai kompetensi lembaga subkontraktor,
seperti rekaman evaluasi yang dilakukan oleh personel yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan prosedur yang tepat.

14.4

Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan kegiatan yang khusus, maka


lembaga tersebut harus mempunyai akses kepada personel yang
berkualifikasi dan berpengalaman yang mampu membentuk kemandirian
dalam asesmen hasil pekerjaan yang disubkontrakkan. Tanggung jawab atas
penetapan kesesuaian terhadap persyaratan berada pada lembaga inspeksi
tersebut.

30 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

Bagian: DPLI 01

Revisi: 0

Tanggal: 16 Desember 2005

15

Pengaduan dan keluhan

15.1

Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk


menangani pengaduan yang diterima dari pelanggan maupun pihak lain yang
berkaitan dengan kegiatan lembaga inspeksi.

15.1a

Pasal mengenai keluhan harus dianalisa sebagai bagian dari kaji ulang
manajemen sedemikian sehingga penyebab yang umum dapat diidentifikasi
dan tindakan yang tepat dapat diambil untuk meminimalkan keluhan yang
seperti itu pada waktu yang akan datang.

15.2a

Harus dicatat bahwa prosedur banding dibutuhkan hanya jika lembaga


inspeksi ditunjuk untuk melakukan kerja oleh Otoritas Nasional.

15.2

Lembaga inspeksi harus mempunyai prosedur yang terdokumentasi untuk


mempertimbangkan dan menyelesaikan perselisihan dan keluhan terhadap
hasil inspeksinya dan hal ini dilakukan di bawah kewenangan yang
didelegasikan secara legal.

15.3

Rekaman penanganan semua pengaduan, keluhan dan tindakan yang diambil


oleh lembaga inspeksi harus dipelihara.

16

Kerjasama

Lembaga inspeksi diharapkan dapat berpartisipasi dalam pertukaran pengalaman


dengan lembaga inspeksi yang lain dan dalam proses standardisasi yang sesuai.
16.a

Tujuan pasal ini adalah untuk merangsang lembaga inspeksi untuk bertukar
pengetahuan, terutama pada sensitifitas komersial atau kerahasiaan, dan
belajar dari yang lain untuk meningkatkan standar umum dan konsistensi hasil
inspeksi yang diakreditasi.

31 dari 11
Dokumen ini tidak dikendalikan jika di-download/Uncontrolled when downloaded

You might also like