You are on page 1of 12

JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

STUDI PEMANFAATAN CAHAYA ALAM SEBAGAI


SUMBER PENCAHAYAAN RUANG KULIAH
GEDUNG E KAMPUS “A” UNIVERSITAS TRISAKTI
DALAM RANGKA PENGHEMATAN
ENERGI LISTRIK
Chairul G Irianto
Dosen Jurusan Teknik Elektro–FTI, Universitas Trisakti

Abstract
This study is aimed to save electrical energy in buildings by making use of
the sun light which passes through the windows. The proposed steps are to
change the luminaires so the effective spread light is focused and altering
light group switch to control the lamps with talking external light into
consideration.

Keywords: side illuminating, glazing, illuminating quality.

1. Pendahuluan
Sebagai sumber cahaya, matahari merupakan sumber yang tak
terhingga besar cahayanya, gratis, dan sekaligus merepotkan. Tak
terhingga karena matahari memancarkan sinarnya ke sebagian belahan
bumi sekali dalam sehari, dan meskipun dengan jumlah cahaya sedikit,
sinarnya mampu memberikan cukup pencahayaan pada suatu ruangan.
Gratis/free karena tidak perlu bayar untuk cahayanya, cukup dengan
mendisain bangunan langsung bisa dimanfaatkan kelebihan sumber
cahayanya. Merepotkan karena, saat diperlukan cahayanya, matahari tidak
bersinar malam hari atau mendung yang tidak bisa diramalkan pada siang
hari (solistice.crost, 2001: 1) seperti gambar 1 halaman berikut ini.

Walaupun dengan kekurangan tadi, pencahayaan alam menjadi


pilihan utama untuk dipertimbangkan ketika mendisain atau merenovasi
sebuah bangunan. Manusia dalam perkembangan hidupnya juga tidak lepas
dari sinar alam ini, contohnya seorang arsitek dalam mendisain bangunan
selalu memaksimalkan kelebihan cahaya alam ini. Suatu bangunan yang
mendapat pencahayaan alam menjadi lebih indah, fungsional, gampang
peruntukannya, dan sehat, serta murah biaya operasinya karena hemat
energi. Banyak contoh menunjukkan bahwa produktivitas dapat meningkat
dengan memperbesar penggunaan cahaya alam pada bangunan-bangunan
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

komersil sekaligus juga dapat meningkatkan gairah dan semangat


penghuninya.

Gambar 1. Sumber-sumber Pencahayaan

Sedangkan prinsip umum pencahayaan adalah sebagai berikut:


 Cahaya yang berlebihan tidak akan lebih baik. Penglihatan tidak menjadi
lebih baik hanya karena jumlah cahaya lebih besar tetapi kemampuan
visual tergantung pula pada kuantitas dan kualitas cahaya.
 Lux atau foot candles bukan segalanya. Disain pencahayaan yang baik
adalah bagaimana memadukan antara tingkat pencahayaan dan kualitas
pencahayaan untuk suatu kegiatan pada tempat atau ruang tertentu dapat
memberikan suasana nyaman dan menyenangkan.
 Gunakan cahaya hanya saat dibutuhkan, padamkan atau turunkan
tingkat pencahayaan jika tidak terlalu dibutuhkan, energi saving.

14
Chairul G. Irianto, Studi Pemamfaatan Cahaya Alam Sebagai Sumber Pencahayaan Ruang Kuliah

Adapun perbandingan antara lampu Pijar – lampu TL – Matahari seperti


pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Perbandingan statistik vital antara lampu Pijar – lampu TL –


Matahari

baik untuk watt kecil Sempurna (tidak


30 lumens per watt, memerlukan input
Kecil(5-15 lumens watt lebih besar 70 energi)
Efficacy
per watt) lumens per watt,
termasuk rugi pada
ballast)
Sangat murah Sedang Sempurna (gratis)
Cost untuk disain
konvensional
Lebih besar dari Pergeseran gerakan per
Didisain untuk
lampu pijar; tidak tahunnya menimbulkan
Geometry hampir semua
untuk semua fixture keterbatasan
fixtures

Color Sempurna Sedang sampai baik sempurna


Rendah 750- 1500 Baik (sekitar 10.000 sempurna
Lifetime
jam) jam) (10.000.000.000 tahun)
Menggunakan ya, memakai tirai/kisi
Dimmable Ya
dimmable ballast

Oleh karena itu perlu strategi disain yang efektif dalam


mengoptimalkan pemakaian cahaya alam yang meliputi; optimasi jumlah
cahaya alam, menjaga kenyamanan visual, mencegah arah datang cahaya
langsung matahari dari energi termal/solarnya, serta menjaga kesejukan.

15
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

2. Pencahayaan Samping Bangunan sebagai Sumber Pencahayaan


Dalam Ruangan
Cahaya alam yang memasuki bangunan melalui jendela di pagi
yang cerah dapat digunakan sebagai cahaya langit yang efektif dalam
menghemat energi sepanjang hari. Hampir semua jenis bangunan apakah itu
rumah tinggal, sekolah, perkantoran, pabrik dan lain sebagainya
memanfaatkan cahaya alam ini yang memasuki ruangan melalui jendela
pada sisi sisi bangunan seperti gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Lintasan Matahari Sepanjang Hari.

Jendela ini diibaratkan sebagai luminaire dapat diintegrasikan


dengan sistem kelistrikan menjadi suatu sistem pencahayaan pada sebuah
bangunan. Sistem pencahayaan ini kemudian dikenal sebagai sistem
pencahayaan samping seperti gambar 4.a dan gambar 4b.

Sistem pencahayaan samping perlu memperhatikan aspek jendela


agar diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Kemampuan jendela
dalam meneruskan cahaya kedalam ruangan harus tinggi, oleh karenanya
hindari jendela yang berwarna gelap.

Meskipun demikian, penetrasi pencahayaan samping yang dapat


dimanfaatkan hanya sejarak dua setengah kali tinggi glazing. Glazing
terbuat dari kaca atau plastik, bening dan tembus pandang seperti gambar
4.c berikut ini.

16
Chairul G. Irianto, Studi Pemamfaatan Cahaya Alam Sebagai Sumber Pencahayaan Ruang Kuliah

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) sinar masuk melalui jendela, (b) jendela sebagai luminaire,
(c) cara glazing merespon sinar matahari
Selain itu, penggunaan permukaan bidang yang dapat memantulan
cahaya, seperti langit-langit berwarna putih akan memaksimalkan intensitas
cahaya yang masuk ruangan. Pencahayaan samping juga dapat
dioptimalkan dengan mengatur dan mengarahkan sinar langsung matahari
dengan memodifikasi louvers, overhangs, dan cahaya itu sendiri. Namun,
perlu diingat agar menghindari sinar matahari langsung karena didalam
sinarnya mengandung energi panas yang dapat mengganggu kesejukan dan
kenyamanan didalam ruangan.

3. Transmisi Solar/energi panas pada bangunan


Jendela adalah aspek arsitektural paling penting pada
bangunan. Jendela memberikan berbagai kebutuhan dasar bagi suatu
bangunan yaitu: estetika bangunan, pandangan sekeliling, jalan
masuk cahaya, ventilasi alam, peredam suara, dan pintu darurat.
Tetapi, kadang-kadang terlupakan salah satu aspek penting tersebut
bahwa jendela ikut berperan dalam menghemat penggunaan energi
suatu bangunan yaitu sebagai jalan masuk cahaya luar. Glazing,
lapisan tembus pandang pada jendela kaca, memiliki tiga cara dalam
merespon energi panas/solar yang terkandung dalam sinar matahari.
Pertama, sinar yang jatuh ke jendela sebagian dipantulkan kembali.
Kedua, sebagian lagi ditransmisikan ke dalam ruangan. Dan sisanya
diserap oleh glazing yang akan menghangatkan dan meradiasikan
panasnya ke dalam dan keluar ruangan. Oleh karenanya, pemakaian
glazing jendela yang tepat dapat menghambat energi termal sinar

17
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

matahari tetapi tetap meneruskan cahaya luar sebagai sumber


pencahayaan.

4. Pemanfaatan cahaya alam pada Ruang Kuliah Gedung E


Banyak penelitian menunjukkan bahwa pencahayaan ruang kelas
yang baik memberikan konstribusi dalam meningkatkan kinerja akademik
siswa. Dengan demikian, pencahayaan yang baik adalah aset penting bagi
siswa dan telah terbukti dapat mengurangi biaya penyelenggaraan
pendidikan per siswa setiap tahunnya.
Pencahayaan ruang kelas yang baik didisain sesuai antara
kebutuhan dan jenis kegiatannya seperti menulis, membaca buku, dan
membaca pada papan tulis. Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan
untuk setiap kegiatan pada ruang bagian dalam (interior) bangunan dapat
dilihat pada tabel 2 berikut (N.V. Philips, 1981: 79).

Tabel 2. Illuminasi yang direkomendasi untuk Pencahayaan Ruang


Sekolah

Interior Bangunan Illuminansi(Lux)

Ruang Kelas 300 – 500


Ruang Prakarya(misal, menjahit) 500 – 1000
Laboratorium 500 – 1000
Papan Tulis 300 – 500 (vertikal)
Auditorium
 Selama presentasi OHP 5 – 150
 Penggunaan lainnya 300 – 500

Seperti umumnya bangunan untuk kegiatan bisnis dan komersial,


pencahayaan untuk kegiatan pendidikan dan pengajaran di Gedung E
seperti ruang kuliah, laboratorium, ruang sidang, dan ruang sekretariat
dilengkapi dengan luminaire dari jenis lampu flouresen atau TL. Setiap
luminaire terdiri dari dua buah TLD 36 W/54. Semua luminairenya
tertanam melintang didalam atapnya dan tersusun dalam matriks baris dan
kolom. Ukuran matriks untuk ruang R 401 adalah 3 x 4 dan ruang R 402-
nya 3 x 6. Luminaire lampu-lampu tersebut dikelompokkan menjadi dua
grup dalam perkolom. Setiap grup lampu tersebut dilayani oleh sebuah
sakelar seri. Lihat gambar 5. pada halaman berikut ini.

18
Chairul G. Irianto, Studi Pemamfaatan Cahaya Alam Sebagai Sumber Pencahayaan Ruang Kuliah

Pintu
Dinding

Jendela
U
T
Gambar 5. Denah Ruang 401

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada ruang perkuliahan 401


dan 402 lantai 4 dan ruang-ruang kuliah lainnya di Gedung E FTI-Usakti
diperoleh dua temuan yang perlu diperhatikan. Pertama, pada umumnya
belum sepenuhnya ruang kuliah memanfaatkan cahaya alam sebagai sumber
pencahayaan. Kedua, cara penempatan dan pengelompokan luminaire
belum mengikuti aturan yang semestinya.

Kenyataan pertama ini terlihat pada waktu pagi, siang hingga sore
hari yang cerah, disaat kuat cahaya maksimum sinar matahari masuk ke
dalam ruangan melalui jendela, lampu-lampu tidak dipadamkan. Tentu saja
akumulasi dari pencahayaan alam dari luar dan pencahayaan lampu selain
memberikan tingkat pencahayaan yang berlebihan juga mengakibatkan
pemborosan energi listrik. Dari hasil pengukuran dengan alat Lux-meter

19
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

dimulai dari pukul 10.00 pagi hingga lebih dari tiga jam dengan kondisi
langit berawan putih diperoleh pembacaan lebih dari 400 Lux pada baris
bangku dekat jendela, pada gambar 6 baris C pada halaman berikut ini.
pintu dinding

A12

B1

U jendela
u
U
T

Gambar 6 Usulan Disain Perubahan

Keterangan gambar 6:
A12 : Kelompok Luminaire baris A lampu deretan ke-1 dan deretan
ke-2 on/nyala

B1 : Kelompok Luminaire separuh baris B lampu hanya deretan


ke-1 on/nyala

C : Kelompok Luminaire baris C lampu deretan ke-1 dan deretan


ke-2 off/padam

20
Chairul G. Irianto, Studi Pemamfaatan Cahaya Alam Sebagai Sumber Pencahayaan Ruang Kuliah

Berarti ini mencukupi batas pencahayaan untuk ruang kuliah, lihat


tabel 2 pada halaman sebelumnya.

Telah disebutkan juga bahwa kuantitas pencahayaan yang


berlebihan tidak memberikan kualitas visual yang lebih baik pada
penglihatan manusia. Kuantitas pencahayaan yang baik secara visual adalah
yang cukup serta memperhatikan aspek kualitas pencahayaan seperti
menimbulkan kesan dan suasana rasa sejuk, nyaman dan menyenangkan
bagi penghuni ruang kuliah.

Kenyataan berikutnya, penempatan luminaire yang melintang


diatas meja mahasiswa belum sesuai dengan pola sebaran cahaya yang
seharusnya. Selain itu juga dalam pengelompokan lampu-lampu
berdasarkan perkolom dari sakelarnya. Lihat gambar 5 berikut seperti
diatas.

5. Langkah-Langkah Perbaikan
Dari pengamatan dan pengukuran yang dilakukan pada sampel
dua ruangan 401 dan 402 yang mewakili ruang-ruang kuliah lainnya
dimana bentuk dan ukurannya identik maka disarankan disain rencana
perubahan untuk perbaikan.

Pada umumnya, disain instalasi pencahayaan menempatkan


bidang permukaan luminaires melintang terhadap atapnya seperti
halnya yang terjadi pada semua ruangan kuliah yang ada di Gedung E
dan gedung-gedung di Kampus Universitas Trisakti, lihat contoh
gambar 5.

Sedangkan penempatan yang dianjurkan ialah sebaiknya


dipasang searah atap dimana lebih banyak bidang permukaan
luminaires seharusnya terletak pada zone interior dan lebih sedikit
bidang luminaires pada zone luar(dekat jendela) (N.V. Philips, 1981:
79), lihat gambar 6, diambil contoh gambar R401.

Oleh sebab itu, peletakan luminaire untuk keperluan membaca


dan menulis pada buku di meja siswa sebaiknya searah atap/langit -
langit guna mendapatkan sebaran cahaya merata ke bawah, lihat
gambar 7 berikut.

21
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

Gambar 7. Sebaran Cahaya Dari Luminaire

Sedangkan untuk membaca pada papan tulis perlu penempatan


luminaire yang dipasang melintang langit-langit didepan papan tulis untuk
mendapat sebaran cahaya yang baik dan merata pada permukaan papan
tulis, lihat kembali gambar 6.

Langkah berikutnya adalah dengan mengelompokkan ulang lampu-


lampu berdasarkan perbaris lampu sesuai dengan sakelarnya tidak lagi
perkolom lampu seperti yang selama ini.

Hal ini dilakukan karena selama periode hari terang (saat faktor
pencahayaan tinggi) cukup lampu-lampu baris A dinyalakan untuk
menambah intensitas pencahayaan alam untuk menerangi meja belajar pada
baris dekat dinding ruang.

Ketika tingkat pencahayaan turun(faktor pencahayaan rendah)


sebagian kelompok baris B, yaitu B1, dinyalakan bersama baris C disini satu
setengah baris dinyalakan.

Hanya pada malam hari atau pada hari gelap(saat faktor


pencahayaan sangat rendah) maka baris A, B dan C dinyalakan(tiga baris
dinyalakan semua). Lihat gambar 7 sebelumnya dan gambar 8 berikut ini .

22
Chairul G. Irianto, Studi Pemamfaatan Cahaya Alam Sebagai Sumber Pencahayaan Ruang Kuliah

Gambar 8. Distribusi Pencahayaan Alam-Buatan Dalam Ruangan.

Dari semua langkah-langkah tersebut diatas diharapkan penghemaatan


energi dari lampu-lampu yang dipadamkan serta peletakan luminaire searah
atap karena telah dicukupinya intensitas cahaya oleh cahaya alam yang
masuk melalui jendela pada waktu pagi, siang dan sore yang cerah
sepanjang waktu.

6. Kesimpulan
Cahaya alam yang berasal dari langit adalah sumber energi cahaya yang
luar biasa besar dan kaya. Dengan mendisain bangunan yang memanfaat
sebesar-besarnya cahaya alam tersebut dapat diperoleh keuntungan yang
besar dari segi pencahayaan dan penghematan energi. Keuntungan dari segi
pencahayaan alam ini diperoleh dengan mendisain kembali letak
penempatan luminaire dari semula melintang menjadi searah atap serta
dengan pengelompokan lampu-lampu dari kolom ke baris agar sebaran
pencahayaan lebih efektif. Selain itu, cahaya alam yang masuk melalui
jendela dapat mengurangi penggunaan lampu-lampu didalam ruangan,

23
JETri, Tahun Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 13-24, ISSN 1412-0372

terutama kelompok lampu yang ada di baris dekat jendela, pada pagi, siang
dan sore sehingga dapat menghemat energi listrik sepanjang hari yang
cerah.

Daftar Pustaka
1. N.V. Philips. 1981. “Philips Lighting Manual”, …, Netherlands.
2. GOTWH. Introduction to Lighting, (http://solistice.crost.org/
Environment /gotwh/general/lighting) 26 Oktober 2001

24

You might also like