You are on page 1of 12

BAB IV

KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Makro
Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro
yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang.
Konsep makro hotel bandara di Kulon Progo ini adalah hotel bandara sebagai
fasilitas transit penumpang penerbangan dan fasilitas meeting. Penjelasan dari
konsep makro tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Transit Penumpang Penerbangan
Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) yang terletak di
Kabupaten Kulon Progo akan menjadi bandara utama Provinsi DIY sehingga akan
memiliki lalu lintas penerbangan yang padat. Penumpang penerbangan terutama
yang datang dan pergi dari kota/kabupaten lainnya di Provinsi DIY akan
membutuhkan fasilitas akomodasi untuk transit sebelum/setelah melakukan
aktivitas bepergian dengan pesawat terbang. Para pekerja di bidang penerbangan
seperti pilot dan pramugara/i juga membutuhkan fasilitas transit sebelum
melakukan aktivitas penerbangan berikutnya.
2. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Meeting
Pertemuan/meeting yang melibatkan delegasi dari berbagai daerah akan lebih
mudah dilaksanakan di daerah yang memiliki akses langsung terhadap jalur
transportasi udara sehingga jumlah meeting berskala nasional dan internasional
yang diadakan di Kabupaten Kulon Progo akan meningkat seiring berfungsinya
Bandara NYIA sebagai bandara utama provinsi. Oleh karena itu, dibutuhkan
fasilitas meeting yang berada dekat dengan bandara untuk menghemat waktu yang
digunakan untuk melakukan perjalanan ke lokasi meeting.
3. Hotel Bandara sebagai Fasilitas Komersial Umum
Lokasi site yang berhadapan dengan area komersial di sisi selatan memberikan
keuntungan lokasi bagi sektor komersial di bangunan hotel karena telah terdapat
pasar yang jelas dan mudah dijangkau. Oleh karena itu sisi bangunan di bagian
selatan dapat dimaksimalkan untuk dijadikan fasilitas komersial yang terbuka untuk

56

umum. Selain itu, terdapatnya fasilitas komersial yang lengkap dan mudah
dijangkau dari hotel menjadikan tamu hotel tidak kesulitan dan menghemat waktu
dalam mencari barang-barang yang ingin dibeli sebelum melanjutkan perjalanan
penerbangan ke tempat berikutnya.

B. Konsep Tata Ruang Luar


Konsep tata ruang luar adalah konsep dasar yang berhubungan dengan aspek
lingkungan bangunan, seperti pencapaian menuju bangunan, orientasi dan tata
massa bangunan, zonasi fungsional kawasan, serta bentuk dan citra bangunan.
Konsep-konsep ini akan mempengaruhi tata ruang serta sistem di dalam bangunan.
Penjelasan dari konsep tata ruang luar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pencapaian menuju Bangunan

Gambar 4.1 Konsep Pencapaian menuju Bangunan


Sumber: Analisa Penulis

Konsep pencapaian menuju bangunan yang digunakan adalah pencapaian dari


dua arah yaitu dari jalan utama bandara dan dari area komersial. Konsep ini dapat
memaksimalkan potensi komersial site yang berhadapan dengan area komersial
serta mudah dicapai oleh tamu yang datang melalui jalan utama bandara. Pada
konsep ini, sirkulasi kendaraan perlu diatur agar tidak bertabrakan dan
menggunakan luasan lahan secara efektif dengan dua pintu masuk.

57

2. Orientasi dan Tata Massa Bangunan

Gambar 4.2 Konsep Orientasi Bangunan


Sumber: Analisa Penulis

Konsep orientasi bangunan yang digunakan ialah sejajar dengan orientasi site.
Dengan model orientasi bangunan seperti ini, luasan site dapat dimanfaatkan
dengan lebih maksimal dan mengurangi ruang-ruang sisa. Bentuk bangunan
memanjang dari arah Barat-Timur sehingga bukaan terbanyak adalah di sisi Utara
dan Selatan menjadikan cahaya yang masuk ke dalam bangunan tidak menyilaukan
dan tidak terlalu panas.

Gambar 4.3 Konsep Tata Massa Bangunan


Sumber: Analisa Penulis

58

Konsep tata massa bangunan yang digunakan adalah bangunan dengan massa
tunggal. Massa tunggal menjadikan penentuan sistem bangunan dan penataan
sirkulasi lebih mudah dilakukan karena masih berada dalam satu massa bangunan
yang sama. Massa tunggal juga menjadikan lebih mudah untuk memberi suasana
terpisah dari lingkungan sekitar agar para tamu dapat beristirahat dengan lebih
optimal dan menjauh dari keramaian bandara.
3. Zonasi Fungsional Bangunan

Gambar 4.4 Konsep Zonasi Fungsional Bangunan


Sumber: Analisa Penulis

Konsep zonasi fungsional bangunan adalah menggunakan sisi timur dan selatan
site sebagai zona publik serta sisi utara sebagai zona non-publik. Pada sisi timur
site terdapat pintu masuk ke dalam bangunan bagi tamu yang datang dari jalan
utama bandara. Zona publik pada sisi ini dapat dikembangkan menjadi pusat
kegiatan hotel seperti lobby dan area sirkulasi utama yang menerus ke lantai-lantai
berikutnya. Sedangkan pada sisi selatan terdapat pintu masuk ke dalam bangunan
bagi tamu yang datang dari area komersial sehingga sisi bangunan ini juga dapat
dikembangkan untuk fungsi publik dan komersial. Sisi utara site difungsikan
sebagai zona non-publik karena tidak terdapat potensi besar untuk area publik dari
batas site di sebelah utara.

59

4. Bentuk dan Citra Bangunan

Gambar 4.5 Konsep Bentuk Bangunan


Sumber: Analisa Penulis

Bentuk bangunan hotel yang digunakan adalah bentuk yang teratur. Hal ini
dikarenakan bentuk yang teratur memudahkan kegiatan operasional hotel dan
penataan ruang kamar tamu hotel serta memberikan kesan formal sebagai hotel
yang juga dikunjungi untuk tujuan meeting. Bentuk balok diolah dengan penonjolan
bagian-bagian penting seberti lobby dan pintu masuk dan pengurangan volume
bangunan yang tidak digunakan di tengah massa bangunan sehingga membentuk
letter-U. Bentuk bangunan yang teratur juga sejalan dengan konsep Decorated Shed
yang menekankan pada eksplorasi kulit bangunan sementara interior bangunan
dipertahankan pada standar-standar dan tipologi yang ada

C. Konsep Tata Ruang Dalam


Konsep tata ruang dalam adalah konsep dasar yang mempengaruhi aspek-aspek
mikro seperti yaitu penataan ruang dengan lebih detail berdasarkan fungsi-fungsi
spesifik. Konsep tata ruang dalam antara lain terbagi atas zonasi ruang, hubungan
antar ruang, dan sirkulasi di dalam bangunan. Berikut ini adalah penjelasan konsep
tata ruang dalam tersebut:

60

1. Zonasi Ruang

Utara
Gambar 4.6 Zonasi Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal
Sumber: Analisa Penulis

Zona publik pada lantai pertama hotel terdiri atas area komersial dan lobby
hotel. Peletakan area komersial di sisi selatan bangunan hotel dikarenakan sisi
selatan site berhadapan dengan area komersial sehingga bangunan pada sisi tersebut
dapat digunakan untuk fungsi serupa sementara peletakan lobby di sisi timur
bangunan dikarenakan sisi timur site berhadapan dengan jalan utama bandara yang
merupakan akses masuk utama bagi tamu hotel yang datang dari bandara.
Sedangkan zona non-publik pada lantai pertama hotel berada pada sisi utara dan
dimanfaatkan untuk kegiatan departemen back-of-the-house serta ballroom karena
sisi tersebut merupakan lingkungan yang lebih privat dan jauh dari keramaian area
komersial di sisi selatan bangunan maupun jalan utama bandara di sisi timur. Pada
lantai tipikal zona publik yang menerus dari lantai pertama dimanfaatkan untuk
fungsi sirkulasi, meeting, serta dining. Hal ini dilakukan untuk membatasi
pergerakan tamu hotel yang tidak memiliki kepentingan agar tidak memasuki zona
non-publik yang merupakan kamar para tamu hotel.

61

2. Hubungan Antar Ruang

Gambar 4.7 Hubungan Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal
Sumber: Analisa Penulis

Ruang-ruang yang telah dibagi berdasarkan zona publik dan non-publik ditata
berdasarkan kuatnya hubungan antar ruang. Pada lantai pertama zona-zona publik
utama seperti area komersial dan lobby dapat dicapai dengan mudah dari luar
bangunan tanpa harus melewati zona-zona lainnya. Sedangkan seluruh zona nonpublik seperti area back-of-the-house dan area ballroom tidak dapat dicapai dari
luar bangunan oleh setiap orang tanpa melewati zona publik terlebih dahulu. Zona
non-publik dapat terhubung dengan zona publik pada area lobby dan core yang
berada pada tengah bangunan dan menjadi titik pertemuan kedua zona sehingga
kedua zona dapat dengan mudah diakses dari area tersebut. Pada lantai-lantai
tipikal, untuk memasuki zona non-publik juga harus melewati zona publik terlebih
dahulu. Area-area pada zona publik ditata saling berdekatan sehingga zona nonpublik tidak dimasuki oleh orang yang tidak memiliki keperluan di zona tersebut.

62

3. Sirkulasi dalam Bangunan

Gambar 4.8 Pola Sirkulasi Ruang Hotel Bandara pada Lantai 1 dan Lantai Tipikal
Sumber: Analisa Penulis

Ruang-ruang pada zona publik dan non-publik terhubung melalui jalur sirkulasi
yang terbagi atas sirkulasi langsung dan sirkulasi tidak langsung. Sirkulasi langsung
merujuk pada sirkulasi antar dua ruang/area yang tidak terhalang keberadaan
ruang/area lainnya. Sementara sirkulasi tidak langsung merujuk pada sirkulasi antar
dua area/ruang yang terhalang keberadaan ruang/area lainnya sehingga ruang/zona
tujuan tidak dapat dicapai tanpa melewati ruang/area lainnya.
Pada lantai pertama area umum yang terdiri dari lobby, core dan resepsionis
merupakan area yang terhubung dengan area-area utama lainnya melalui sirkulasi
langsung. Hal ini menjadikan area umum sebagai pusat sirkulasi bangunan.
Sedangkan antara area komersial dan back-of-the-house serta ruang ballroom
dihubungkan dengan sirkulasi tidak langsung karena hubungan fungsional antar
ruang tidak begitu kuat. Sedangkan pada lantai tipikal di mana setiap area saling
berdekatan dan dihubungkan melalui sirkulasi langsung kecuali antara area umum
dengan area kamar tamu yang melewati ruang-ruang pada zona publik seperti ruang
meeting dan ruang dining.

63

D. Sistem Bangunan
1. Konsep Pendekatan pada Aspek Lingkungan Fisik Perilaku Konsumen
Konsep pendekatan pada aspek lingkungan fisik perilaku konsumen adalah
konsep dasar untuk perancangan keseluruhan ruang dalam bangunan yang merujuk
pada ruang-ruang yang didesain berdasarkan kegiatan umum konsumen hotel.
Konsep ini terdiri atas konsep luasan ruang, tatanan ruang, pencahayaan, dan
penghawaan. Ketiga konsep saling berkaitan satu sama lain dalam menciptakan
ruang yang sesuai dengan kebutuhan tamu hotel. Konsep tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
a. Luasan Ruang
Luas ruangan yang ada di dalam bangunan hotel didesain sesuai dengan
kebutuhan lingkungan fisik berdasarkan pola aktivitas dan perilaku konsumen
hotel seperti area komersial yang luas dan lengkap, meeting room yang
memiliki ukuran bervariasi tergantung besarnya meeting yang diadakan, satu
ruang serbaguna/ballroom yang dapat digunakan untuk perhelatan besar, ruang
kamar yang kompak, serta kolam renang yang tidak begitu besar karena
sebagian besar tamu hotel datang untuk beristirahat di dalam kamar ataupun
mengikuti meeting.
b. Tatanan Ruang
Area-area di dalam bangunan hotel ditata agar dapat memenuhi kebutuhan
para tamu yang hanya menginap untuk waktu singkat dengan mendesain
fasilitas-fasilitas utama seperti fasilitas komersial yang memenuhi kebutuhan
belanja dan makan/minum tamu, lobby, serta fasilitas hiburan yang saling
berdekatan sehingga dapat menghemat waktu dan tamu tidak perlu mencari
fasilitas-fasilitas tersebut di luar bangunan hotel.
c. Pencahayaan
Konsep pencahayaan pada bangunan terutama adalah meredam cahaya
matahari yang masuk ke dalam kamar tamu untuk menciptakan suasana istirahat
yang nyaman dengan mengarahkan bukaan pada sisi utara-selatan yang tidak
begitu silau dan penempatan shading di tempat-tempat tertentu. Pada lobby
yang menghadap ke sisi timur cahaya matahari dimasukkan secara optimal pada

64

pagi dan siang hari melalui fasad kaca dan diberikan shading untuk meredam
silau. Pada area komersial yang menghadap ke selatan, pencahayaan alami juga
dimasukkan melalui fasad kaca.
Karena lokasi site berdekatan dengan area pantai yang panas, cahaya
matahari diredam dimasukkan seperlunya agar tidak membuat bangunan
menjadi panas serta mengurangi kenyamanan tamu dan diatur dengan
menempatkan shading pada bangunan. Sedangkan pada area back-of-the-house,
pencahayaan alami dimasukkan lebih banyak pada bukaan-bukaan yang ada
karena sebagian besar ruangan memakai dinding yang masif dan tertutup
sehingga kondisi dalam ruangan cenderung gelap. Pada bagian-bagian
bangunan yang memerlukan pencahayaan lebih digunakan pencahayaan buatan
yang disesuaikan dengan suasana pencahayaan ideal untuk tiap kegiatan.
d. Penghawaan
Penghawaan alami digunakan pada area publik yang cenderung terbuka
seperti lobby komersial dan area back-of-the-house. Sedangkan untuk area-area
yang tertutup, konsep penghawaan di dalam bangunan cenderung menggunakan
penghawaan buatan untuk menciptakan kenyamanan tamu yang optimal serta
karena iklim mikro di sekitar site cenderung panas. Penghawaan buatan yang
dipakai terutama pada kamar tamu menggunakan sistem pre-cooling sehingga
energi yang dikeluarkan untuk menciptakan suhu ideal dapat ditekan dan
menghemat biaya operasional bangunan serta meringankan beban kerja
pendingin ruangan. Sistem pre-cooling juga menjadikan ruangan tetap berada
pada suhu nyaman dari saat mulai digunakan sehingga tamu hotel dapat segera
beristirahat.
2. Sistem Struktur
Konsep sistem struktur pada bangunan adalah sistem struktur dengan kolom dan
balok yang umum digunakan pada bangunan dengan fungsi serupa. Sistem struktur
ini digunakan karena dapat menata ruang dengan modul-modul tertentu dengan
lebih efektif dan memudahkan operasional bangunan serta mudah untuk dikerjakan
sehingga dapat menghemat waktu dan biaya yang dikeluarkan dalam proses
pembangunan.

65

3. Utilitas
Konsep sistem utilitas adalah konsep dasar untuk perancangan sistem utilitas
bangunan yang sesuai dengan kebutuhan bangunan dan kondisi site. Konsep ini
terdiri dari atas konsep sistem yaitu sanitasi, jaringan listrik, dan pencegahan
kebakaran. Keseluruhan konsep sistem tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Sanitasi
Sistem jaringan air bersih bangunan menggunakan sistem downfeed dengan
sumber air berasal dari air PDAM yang dipompa menuju bak penampungan
(upper tank) di atap bangunan dan kemudian disalurkan ke seluruh bangunan.
Sumber air yang memakai air PDAM dikarenakan lokasi site yang berdekatan
dengan laut sehingga air tanah yang dihasilkan cenderung asin. Air panas yang
digunakan pada kamar mandi hotel bersumber dari air pada upper tank yang
dipanaskan dengan menggunakan boiler yang panasnya terutama bersumber
dari kondensor AC dan kemudian dialirkan ke seluruh bangunan.
Sistem pengolahan limbah pada bangunan dilakukan bertahap dan tiap jenis
limbah diberi perlakuan berbeda. Untuk limbah tinja dipisahkan antara limbah
padat dan cairnya. Limbah padat diolah melalui septic tank sedangkan limbah
cairnya diolah bersama limbah cair yang berasal dari air lemak yang telah diolah
melaui bak penangkapan lemak. Limbah cair tersebut kemudian diolah
menggunakan mesin raktor yang menggunakan bakteri pengurai untuk
menghasilkan cairan yang dapat digunakan kembali untuk menyiram tanaman
atau membilas toilet dan telah aman untuk dibuang ke riool kota.
b. Jaringan Listrik
Sumber listrik utama berasal dari PLN dan sumber listrik cadangan
disiapkan apabila terjadi mati listrik dengan mengadakan generator set di ruang
servis. Aliran listrik dikontrol dengan menggunakan Main Distribution Panel
(MDP) yang diletakkan di ruang tersendiri berdekatan dengan ruang genset
kemudian dialirkan menuju Sub Distribution Panel (SDP) pada tiap lantai yang
diletakkan di dalam ruangan staf dalam core servis hingga aliran listrik tersebut
dialirkan ke seluruh fasilitas di dalam bangunan dan dikontrol dalam skala kecil
melalui saklar dan stop kontak.

66

c. Pencegahan dan Penanganan Kebakaran serta Mitigasi Bencana


Sistem pencegahan kebakaran yang digunakan pada hotel ini adalah dengan
menempatkan detektor asap dan detektor panas pada tiap ruangan kamar dan
area-area yang rawan kebakaran seperti ruang mesin dan sebagainya sehingga
tanda-tanda bahaya kebakaran dapat diketahui sesegera mungkin. Detektordetektor tersebut terhubung dengan fire alarm dan fire sprinkler di plafon yang
ditempatkan pada tiap jarak tertentu. Pada titik-titik tertentu di tiap lantai pada
bangunan disediakan fire extinguisher dan hydrant box agar kebakaran dapat
segera diatasi. Sementara pada luar bangunan ditempatkan hydrant pillar
sebagai sumber air utama untuk pemadaman kebakaran.
Proses evakuasi kebakaran hotel serta tsunami dibantu dengan tangga
darurat yang terdapat setiap jarak 30 m dan terletak di ujung-ujung bangunan
tiap lantai. Pada area rooftop terdapat green roof yang berfungsi sebagai titik
kumpul apabila terjadi bencana tsunami.

67

You might also like