You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan Utama Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan
Visi Pembangunan Nasional melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai
untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Visi Pembangunan Gizi adalah
mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang
optimal. (http://www.statusgizi.com)
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang
badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai. Jika keseimbangan
tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak
dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika
berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP (Kekurangan
Energi Protein) berat atau gizi buruk. (Depkes RI, 2007)
Gizi buruk adalah suatu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan
nutrisi, atau dengan status nutrisinya berada dibawah standar rata-rata. Masalah

gizi buruk pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan


pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang masalah gizi, menu seimbang, kesehatan dan adanya daerah
miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi ini lebih disebabkan oleh kemajuan
ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu, disertai kurangnya pengetahuan
tentang makanan seimbang, dan kesehatan. (Almatsier, 2005)
Pengetahuan tentang makanan seimbang yang harus diketahui oleh
seorang ibu yaitu makanan 4 sehat 5 sempurna yang terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan susu. Konsumsi gizi yang baik dan cukup,
sering kali tidak terpenuhi oleh anak balita. Faktor penyebab yang sering kali
terlihat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai makanan seimbang yang
seharusnya diberikan kepada anaknya tersebut, dimana terdapat gizi-gizi yang
harus dipenuhi anak balita sesuai dengan masa pertumbuhannya. Ibu biasanya
justru memberikan makanan yang enak pada anaknya, tanpa tahu apakah makanan
tersebut

mengandung

gizi

yang

seimbang

atau

tidak.

(http;//www.cikarang- blogspot.com)
Pola makan gizi yang seimbang dan sehat harus selalu diperhatikan oleh
orang tua kepada anaknya pada usia balita. Agar pertumbuhan fisiknya sempurna
dan lebih optimal, makanan balita hanya berpedoman pada gizi yang lengkap,
seimbang, dan memenuhi standar kecukupan gizi. Pada keadaan berat,
kekurangan gizi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan badan. Bagi orang tua
yang bijak, pemberian makanan pada balita tidaklah asal-asalan, tapi

harus

3
memperhatikan

dan

mengikuti

pola

yang

telah

ditentukan.

(http://www.wahyumedia.com)
Di Indonesia banyak orang tua yang memberikan makanan pada anaknya
sekedar agar anaknya kenyang. Padahal apabila anak tidak mengkonsumsi
makanan yang seimbang, maka akan memacu terjadinya masalah gizi pada anak.
(http://www.sains.kompas.com)
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan
adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh. (Marimbi, 2010)
WHO (2003) memperkirakan 5 juta atau 27,5 % anak balita didunia
menderita kekurangan gizi (underweight). Indikator lain kekurangan gizi adalah
pendek menurut umur (stunting). Menurut WHO (2000) di perkirakan bahwa 54%
anak balita ini menderita stunting. (http//www.google.gizi buruk.com)
Berdasarkan hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) di Indonesia
dari tahun 2001 hingga tahun 2005, Prevalensi gizi buruk cenderung meningkat,
yaitu. 6,30% (2001) menjadi 8,55% (2003), dan 8,80% (2005). akan tetapi
menurun pada tahun 2007 dan 2010 yaitu 5,40% (2007) dan 4,90% (2010),
prevelensi gizi buruk atau KEP (kurang energi-protein) berat umur 1 tahun sampai
5 tahun tertinggi (>10%). Pada tahun 2010 terdapat beberapa propinsi yang
memiliki penderita KEP lebih banyak, salah satunya Sumbar, yang pada

4
umumnya berada didaerah pedesaan dari pada perkotaan. Disamping kemiskinan,
factor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyrakat tentang
makaan pendamping ASI. (soetarjo, 2011)
Di Sumbar Gizi Kurang dan buruk menurut indeks BB/U adalah 13,3%
dan prevalensi status gizi per Kecamatan bervariasi dari 9,68 % sampai dengan
26,53 %. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Status
Gizi

Anak

Balita

di

Kecamatan

Rawan

Gizi

Kota

Padang.

(http://www.google.konsumsipangan.com)
Dari Profil Kesehatan Kota tahun 2007 terdapat 5,4% gizi buruk dan gizi
kurang 13%, 2008 terdapat 4 % gizi buruk dan 13,1 % gizi kurang, 2009 terdapat
5,6 % gizi buruk dan 16,3 % gizi kurang, sedangkan tahun 2011 dari 6.736 balita
terdapat 1,25% balita dengan gizi buruk, 10,02% dengan gizi kurang, dan 87,89%
gizi baik dan gizi lebih 0,85%. Dilihat dari profil ini Lubuk Buaya lah yang
banyak menderita gizi kurang.
Selama tahun 2011, Puskesmas lubuk buaya telah menimbang sekitar 736
balita dari 7 kelurahan yang ada di kecamatan tersebut. Dimana terdapat 2,25%
anak balita menderita gizi buruk berdasarkan BB/U, 9,92% anak balita kurus
berdasarkan TB/U, dan 12,89% anak balita pendek berdasarkan BB/TB.
(Puskesmas lubuk buaya, 2011).
Berdasarkan data diatas penulis tertarik melakukan penelitian di
Puskesmas Lubuk Buaya dengan judul "hubungan tingkat pengetahuan ibu

5
tentang menu seimbang dengan status gizi anak balita di Puskesmas Lubuk
Buaya, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan data yang telah diuraikan diatas maka
penulis ingin mengetahui apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu tentang
menu seimbang dengan status gizi anak balita di Puskesmas Lubuk Buaya,
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang menu

seimbang dengan status gizi anak balita di Puskesmas Lubuk Buaya, Kecamatan
Koto Tangah Kota Padang tahun 2012.
1.3.2

Tujuan Khusus

6
a. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi anak balita di Puskesmas
Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2012.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang
menu seimbang pada anak balita di Puskesmas Lubuk Buaya,
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2012.
c. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang menu
seimbang dengan status gizi anak balita di Puskesmas Lubuk Buaya,
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Bagi institusi pendidikan


Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan perbandingan

serta dapat digunakan untuk masa yang akan datang.


1.4.2

Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah menu

seimbang dan status gizi anak balita serta mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dan memenuhi tugas dalam menyelesaikan
pendidikan.

1.4.3

Bagi Puskesmas Lubuk Buaya Padang

7
Sebagai bahan masukan dan sebagai data dasar untuk membuat program
puskesmas terkait dengan menu seimbang dan status gizi anak balita untuk
meningkatkan motivasi ibu melalui penyuluhan.

1.5 Ruang Lingkup


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni untuk
mengetahui sejauh mana Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Menu
Seimbang Dengan Status Gizi Anak Balita di Puskesman Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Padang tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah
ibu yang mempunyai anak usia 1 sampai 5 tahun di Puskesmas Lubuk Buaya
sebanyak 736 0rang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan
metode penelitian analitik dengan desain cross sectional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi


2.1.1

Pengertian
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk

anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient (unsure gizi). (Beck, 2011)
Dalam ilmu gizi pertumbuhan adalah bertambahnya materi tubuh,
sedangkan perkembangan adalah kemajuan fungsi dan kapasitas fisiologi badan
dan organ tubuh. Pertumbuhan di ukur dengan domensi fisik yang menyajikan
gambaran keadaan gizi. (Sediaoetama, 2005)
Dalam pelaksanaan sehari-hari ukuran antropometri yang bermanfaat dan
sering dipakai adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut

9
umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB). Ada 2 aspek

perkembangan anak yang perlu dibina dalam menghadapi masa depannya, yaitu :
perkembangan kemampuan bicara, perkembangan kemampuan bergaul dan
mandiri. (Husaini, 2006)
Pemantauan atau penilaian status gizi anak secara teratur dapat diketahui
secara mudah dengan mengukur berat badan dengan penilaian melalui kartu
menuju sehat (KMS), berat badan merupakan ukuran terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada setiap kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang otot, lemak, caiaran
tubuh dan lainnya. Ukuran ini merupakan indikator tunggal terbaik untuk status
gizi anak balita. (Depkes RI, 2005)
Berdasarkan catatan hasil penimbangan, perkembangan, serta keadaan
kesehatan anak dalam kartu menuju sehat, dapat dilakukan konseling atau dialog
dengan ibu balita tentang pertumbuhan anaknya serta membantu dalam
memecahkan masalah pertumbuhan anaknya. Konseling tersebut dilakukan
setelah mencatat hasil penimbangan anak pada kartu menuju sehat balita.
Beberapa kemungkinan dari hasil pencatatan berat badan balita pada kartu
menuju sehat adalah (Depkes RI,2006) ;
1. Garis pertumbuhan anak naik berkaitan dengan nafsu makan anak
yang baik / meningkat berarti ibu telah cukup memberikan makan
dengan gizi seimbang

10
2. Garis pertumbuhan anak tidak naik bisa berkaitan dengan nafsu anak
menurun karena sakit, atau karena ibunya sakit atau sebab lain yang
perlu digali dari ibu.
Status gizi balita dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu ;
1. Gizi buruk
2. Gizi kurang
3. Gizi baik
4. Gizi lebih
Kriteria dari masing-masing kelompok status gizi diatas dapat dilihat dari
lampiran. (Depkes RI,2007)

2.1.2

Penilaian Status Gizi Anak Balita


Penilaian status gizi anak balita dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung.


a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung ada 4 yaitu :
1. Antropometri

11
Antropometri

artinya

ukuran

tubuh

manusia.

Sedangkan

antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam


pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. ( Supriasa,2005)
Menurut Depkes RI (2005) dalam supriasa 2005, Antropometri
sebagai indeks gizi dalam kesehatan masyarakat dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Penggolongan Keadaan Gizi menrut Indeks Antropometri

Indeks
Status Gizi
BB/U

TB/U

BB/TB

Gizi Baik

>80%

>90%

>90%

Gizi Sedang

71%-80%

81%-90%

81%-90%

Gizi Kurang

61%-70%

71%-80%

71%-80%

Gizi Buruk

<60%

<70%

<70%

Sumber : (Puslitbang Gizi 2004 dalam Supariasa 2005)


Perbedaan

penggunaan

indeks

tersebut

akan

memberikan

gambaran prevalensi status gizi yang berbeda.


Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat
Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).

12
Perbedaan

penggunaan

indeks

tersebut

akan

memberikan

gambaran prevalensi status gizi yang berbeda (Supariasa, 2005)


a) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terkena
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah
parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan
normal dimana keadaan kesehatan baik dari keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat
badan berkembang mengikuti pertumbuhan umur. Sebaliknya
dalam

keadaan

abnormal,

terdapat

kemungkinan

perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau


lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik
berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur
digunakan sebagai salah satu cara pengukuran BB/U lebih
menggambarkan status gizi saat ini (Supriasa,2005)
b) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
badan tumbuh seiring pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi

13
badan tidak seperti berat badan relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam
waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut
diatas maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu,
juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi
(Supriasa,2005)
c) Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan, dalam keadaan normal. Perkembangan berat badan
akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat
ini. (Supriasa,2005)
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi
berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungan
dengan ketidak cukupan zat gizi seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. (Supriasa, 2005)
3. Biokimia

14
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimens yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Contoh jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. (Supriasa, 2005)

4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat
dipergunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnees). Cara yang digunakan
adalah test adaptasi gelap. (Supriasa,2005)
b.

Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung


1. Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah, jenis zat dan gizi
yang dikonsumsi. Kesalahan dalam survey makanan bisa
disebabkan oleh pemikiran yang tidak tepat dalam menentukan
makanan yang dikonsumsi balita.
2. Statistik Vital

15
Statistik Vital yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi.
3. Faktor Ekologi
Menurut Bengou dalam buku Supriasa 2005, mengungkapkan
bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan
ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
2.1.3

Klasifikasi Status Gizi


Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus adalah buku yang sering

disebut refensi. Buku Antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah


WHO-NCHS.
Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-batasan
yang disebut ambang batas. Batasan ini di setiap Negara relatif berbeda, hal ini
tergantung kesepakatan ahli gizi di Negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian
empiris dan keadaan klinis (Supariasa, 2005).
Tabel 2.2
Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (BALITA)

16

Indeks

Status Gizi

Ambang Batas*

Berat Badan menurut

Gizi Lebih

> +2 SD

Gizi Baik

> -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang

< -2 SD sampai > -3 SD

Gizi Buruk

< -3 SD

Normal

> 2 SD

Pendek

< 2 SD

Gemuk

> 2 SD

Normal

> -2 SD sampai +2 SD

Kurus

< -2 SD sampai > -3 SD

Kurus Sekali

< -3 SD

Umur (BB/U)

Tinggi Badan
menurut Umur
(TB/U)
Berat Badan menurut
Tinggi Badan
(BB/TB)

Sumber : SK Menkes RI No. 920/Menkes/SK VII/2005


*) SD Standar Deviasi

2.2 Gizi Seimbang


2.2.1

Pengertian
Gizi seimbang adalah makanan yang mengandung semua zat-zat gizi

terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan mineral yang berfungsi
sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur atau keseimbangan antara

17
asupan energy dan zat-zat gizi lainnya dengan kebutuhan seseorang atau individu.
(Mitayani,dkk, 2010)
Tabel 2.3
Kecukupan Energi Sehari Untuk Bayi dan Anak Balita
Menurut Umur
Golongan Umur
( Tahun)
0-1
1-3
4-6
6-9
9-14
14-18

Kecukupan Energi (Kkal/Kj : BB)


Pria
Wanita
110-120
100
90
80-90
50-70
40-80

110-120
100
90
60-80
40-55
40

Sumber: Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI 2002


2.2.2

Kelompok Unsur Makanan Seimbang


Dalam pedoman makanan seimbang semua unsur yang dibutuhkan tubuh

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Depkes,2007) :


a. Unsur Pemberi Tenaga yaitu :
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
Pada pembakaran didalam tubuh 1 gram hidrat arang menghasilkan 4,1
gram kalori.

18
b. Unsur Gizi Pembangunan Sel-Sel Jaringan yaitu :
1. Protein
2. Mineral
3. Air
c. Unsur Gizi Pengatur Pekerjaan Jaringan Tubuh yaitu :
1. Vitamin
2. Mineral
2.2.3

Sumber-Sumber Zat Gizi


a. Karbohidrat
Karbohidrat berbentuk zat tepung seperti beras, gandum, umbi yang
disebut juga amilum dan berfungsi sebagai sumber utama energi yang
murah. Karbohidrat yang berlebih dalam konsumsi akan disimpan
sebagai glikogen dalam otot dan hati serta dapat digunakan jika tubuh
sebagai penghasil energi. Karbohidrat menghasilkan 4 kalori setiap
gram nya, dianjurkan 60%-70% energi total berasal dari karbohidrat.
b. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh adalah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,
separuhnya ada didalam otak (Almatsier,2005)

19
1. Fungsi

protein

adalah

pertumbuhan

dan

pemeliharaan

pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan


air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibody dan
mengangkut zat gizi.
2. Sumber Protein adalah bahan makanan hewani merupakan sumber
protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu,
daging, unggas, ikan, dan kerang. Bahan makanan nabati seperti
kacang kedelai serta kacang-kacang lain. (Almaetsier,2005)
c. Vitamin
Pada umumnya vitamin berfungsi untuk membantu metabolis tubuh,
misalnya Vitamin A berfungsi untuk proses melihat, reproduksi,
Vitamin D sebagai prohormon transpor kalsium ke sel dan sebagainya.
Sumber vitamin bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Mineral
Sekitar 4% dari tubuh manusia terdiri dari mineral. Mineral memiliki
beberapa fungsi yaitu :
1. Makro elemen : sebagai bagian dari zat aktif dalam metabolisme
atau sebagai bagian penting dari struktur sel jaringan, misalnya
Na, K, Ca, Mg, P, Cl, S
2. Mikro elemen : berhubungan erat dengan fungsi enzim, misalnya
Cu, Co, Se, I, F.

20
e. Air
Air merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia, karena itu
merupakan unsur yang sangat untuk tubuh sebagai bahan pembangun
dan sebagai zat pengatur. (Kanwil Depkes Sumbar : 2006)

Kebutuhan air tubuh dapat diperoleh melalui :


1. Minuman atau cairan lain
2. Air yang terdapat dalam bahan-bahan makanan
3. Air yang terjadi karena pembakaran hidrat arang, lemak dan
protein
2.2.4

Akibat Konsumsi Gizi yang Tidak Seimbang Pada Balita


Akibat konsumsi gizi yang tidak seimbang pada balita dapat

mengakibatkan berbagai gangguan, seperti :


a. Gizi Lebih
Disebabkan karena konsumsi makanan yang melebihi jumlah
kebutuhan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari terutama
konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni
b. Gizi Kurang

21
Disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi kebutuhannya
dalam waktu tertentu
c. Gizi Buruk
Bila konsumsi gizi kurang berlangsung lama maka akan berakibat
semakin berat tingkat kekurangannya. Pada keadaan ini dapat menjadi
kwashiorkor dan marasmus yang biasanya disertai penyakit lain seperti
diare, infeksi, penyakit pencernaan, ISPA, anemia dan lain-lain.
d. Anemia Gizi Besi (AGB)
Penyakit ini lebih dikenal penyakit kurang darah, yang disebabkan
kekurangan zat besi dalam jumlah yang tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Kehilangan zat gizi besi yang meningkat disebabkan antara
lain karena cacingan.(Depkes RI, 2006)
e. Kekurangan Vitamin A
Disebabkan konsumsi vitamin A tidak mencukupi kebutuhannya.
Kurang vitamin A pada awalnya disebut menderita rabun senja yaitu
ketidak mampuan melihat pada cahaya remang-remang pada sore hari.
Kemudian (bila tidak diobati) pada bola matanya timbul bercak putih
yang pada akhirnya menderita kebutaan.
f. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

22
Disebabkan karena konsumsi yodium tidak mencukupi kebutuhan.
Kekurangan yodium dapat menyebabkan penyakit gondok, kretin,
gangguan mental dan perkembangan fisik. Kekurangan unsur yodium
dalam makanan sehari-hari dapat menurunkan kecerdasan anak.
2.2.5

Pesan Menu Seimbang


a. Makanlah Aneka Ragam Makanan
Aneka ragam makanan adalah apabila setiap hidangan terdiri dan
minimal 4 jenis bahan makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah-buahan yang bervariasi. Akan lebih baik jika
aneka ragam makanan tersebut dikonsumsi setiap kali makan. Ketidak
sukaan seseorang terhadap makanan tertentu akan berdampak negatif
terhadap pencapaian keseimbangan gizi. Oleh karena itu agar hal
tersebut tidak terjadi maka perkenalkanlah dan berikanlah aneka ragam
bahan makanan sejak usia dini.

b. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi


Setiap balita dianjurkan makan dengan hidangan yang cukup
mengandung sumber zat tenaga atau energi agar dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Kebutuhan energi agar dapat dipenuhi dengan
mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein dan

23
lemak.

Kecukupan

energi

bagi

balita

sangat

penting

untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.


c. Gunakan Garam Beryodium
Yodium adalah salah satu mineral yang sangat penting perannya bagi
tubuh manusia. Pada balita kekurangan yodium dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti gondok, gangguan pertumbuhan fisik dan
mental serta menurunnya konsentrasi dan tingkat kecerdasan.
d. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel
darah merah yang secara alamiah diperoleh makanan sehari-hari.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan
dapat menimbulkan penyakit anemia besi atau dikenal dengan penyakit
kurang darah
e. Berikan ASI Saja Kepada Bayi Sampai Umur 6 Bulan
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Tidak ada satupun makanan
lain yang dapat menggantikan ASI karena ASI mempunyai kelebihan
yang meliputi 4 aspek gizi, aspek kekebalan, aspek ekonomi, dan
aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak. ASI mampu memenuhi
kebutuhan gizi baik untuk tumbuh kembang sampai bayi umur 4 bulan,

24
sehingga periode ini tidak perlu diberikan makanan tambahan bagi
bayi.
f. Biasakan Makan Pagi
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang diberikan pada pukul
06.30 dalam bentuk makanan pokok dan lauk pauk atau makanan
kudapan. Kebiasaan makan pagi membantu balita untuk memenuhi
gizinya sehari-hari. Jumlah makanan yang diberikan kurang lebih 1/3
dari makan sehari-hari.
g. Minumlah Air Bersih, dan Cukup Jumlahnya
Air bersih adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa. Air minum adalah air bersih yang direbus sampai mendidih
serta disimpan dalam wadah bersih dan tertutup. Air minum juga
dibutuhkan oleh balita untuk mengatur keseimbangan cairan dan
garam mineral dalam tubuh untuk menggantikan cairan tubuh yang
keluar berupa buang air kecil dan keringat. Untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuh balita dianjurkan mengkonsumsi air minum
sedikitnya 4-6 gelas setiap hari. Setiap gelas sebanyak 200cc.
h. Bacalah Label Pada Makanan yang Dikemas Untuk Balita
Keuntungan membaca label bagi keluarga yang mempunyai balita
adalah:

25
a) Dapat memeilih makanan yang belum kadaluarsa, kemasan yang
masih baik

b) Dapat mengetahui aturan pemberian makanan


c) Dapat memilih garam yang beryodium. (Depkes RI ,2007)

2.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yanmg sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmojo,2005).

Pengetahuan dicakup dikongnitif mempunyai 6 tingkatan :


2.3.1

Tahu (Know)
Mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.

26
2.3.2

Memahami (Comprehension)
Diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.


2.3.3

Aplikasi (Aplication)
Adalah sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan rumus-rumus, metoda prinsip dan sebagainya dalam
situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah didalam memecahkan masalahkesehatan dari kasus yang diberikan.
2.3.4

Analisis (Analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
2.3.5

Sintesis ( Synthesis)
Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sistesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
2.3.6

Evaluasi (Evaluation)

27
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
(Notoatmojo,2005)

2.4 Kerangka Konsep


Pada penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah tingkat
pengetahuan tentang menu seimbang, sedangkan yang menjadi variabel
dependennya adalah status gizi anak balita. Adapun kerangka konsep yang dapat
penulis gambarkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4
Kerangka Konsep

Variabel Independen

Tingkat
pengetahuan
tentang menu
seimbang

Variebel dependen

28
2.5 Hipotesis
a. Ho

Tidak

pengetahuan ibu tentang

ada

hubungan

antara

tingkat

menu seimbang dengan status gizi

anak balita
b. Ha

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu tentang menu seimbang dengan status gizi anak balita

29

2.6 Defenisi Operasional


Variabel
Penelitian

Defenisi
Operasional

Pengukuran

Skala

Alat ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Ukur
Ordinal

Status gizi

Suatu keadaan gizi

Timbangan

Penimbangan

Terdiri dari

balita

yang dapat dilihat

dan

berat badan

2 kategori :

dari hasil

pengukur

menggunakan

pengukuran

tinggi

decin dan

antropometri

badan

pengukur

dengan indeks

tinggi badan

BB/TB yang

1=baik: -2
SD
0= Kurang :
< -2 SD

dibandingkan
dengan standar
baku WHO-NCHS
Tahun 2005

Tingkat

Kemampuan ibu

Kuesioner

Wawancara

Terdiri dari

pengetahuan untuk menjawab


pertanyaan tentang
menu seimbang
pada balita meliputi

Pengertian

Unsur makanan
seimbang

2 kategori :
1 = tinggi >
median
0 = rendah
< median

Ordinal

30

Sumber-sumber
zat gizi

Akibat konsumsi
gizi yang tidak
seimbang

Peran menu
seimbang

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian analitik. Desain
penelitian cross sectinal Dimana variable independen (tingkatan pengetahuan ibu
tentang menu seimbang) dan variable dependen (status gizi anak balita) diteliti
pada waktu yang bersamaan. (Notoatmodjo,2005)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

31
Penelitian ini di rencanakan akan dilaksanakan pada bulan Juni-Juli di
Puskesmas Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1

Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian / objek yang diteliti. Jadi

populasi yang akan diteliti adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang
berumur 1-5 tahun yang berada di Puskesmas Lubuk Buaya, Kecamatan Koto
Tangah Kota Padang sebanyak 736 balita.
3.3.2

Sampel
a. Besar Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki
populasi.

Besar sampel ditentukan dengan rumus :

N
1 N (d 2 )

32
Keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

N
1 N (d 2 )

736
1 736(0.12 )

736
1 7,36

736
88,03 88
8,36

Jadi besar sampel 88 orang


b. Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel dari penelitian ini adalah dengan
menggunakan tekhnik simple random sampling (acak sederhana).

33
c. Kriteria menjadi sampel
1. Bersedia menjadi sampel
2. Ibu yang Mempunyai anak usia 1 5 tahun
3. Bila ada dua orang anak balita dalam satu keluarga, maka diambil
anak balita terkecil
4. mampu baca tulis dan berkomunikasi dengan baik

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1

Data Primer

Data yang diperoleh dari responden yang mengisi langsung kuisioner


dengan variabel pengetahuan.
3.4.2

Data Sekunder

Data dari seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang berumur 1-5
tahun yang berada di Puskesmas Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota
Padang.

3.5 Teknik Pengolahan Data

34
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilanjutkan pengolahan data
agar data yang dikumpulkan memiliki sifat jelas, adapun langkah-langkah
pengolahan data adalah sebagai berikut :
3.5.1

Editing (Pengolahan Data)


Setelah kuesioner diisi dan semua item sudah dijawab oleh responden

maka tersebut di periksa.


3.5.2

Coding (Pemberian Kode)


Memberikan nilai 1 untuk jawaban yang benar dan nilai 0 untuk jawaban

yang salah.
3.5.3

Entri (Pemasukan Data)


Langkah ini merupakan kegiatan memproses data agar dapat di analisis.

Pemprosesa ini

dilakukan dengan cara memindahkan data dari kuesioner ke

master table yang telah disiapkan.

3.5.4

Cleaning (Pembersihan Data)


Data yang sudah dimasukkan dicek kembali untuk memastikan data

tersebut telah bersih dari kesalahan.

35
3.6 Teknik Analisa Data
3.6.1

Analisa Univariat
Analisa Univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi

frekuensi dari variabel independen yaitu tingkat pengetahuan tentang menu


seimbang dan variabel dependen status gizi anak balita. Masing-masing variable
yang diajukan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Data analisis dengan
menggunakan statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan presentase
dengan rumus (Arikunto, 2005) :

f
x 100%
N

Keterangan :
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
3.6.2

Analisa Bivariat
Digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu

tentang menu seimbang dengan status gizi anak balita di Puskesmas Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2012.

36
Data ini dianalisa dengan memakai uji statistik dengan menggunakan uji
chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan rumus :

X2

(O - E) 2
E

Keterangan :
X2 = Statistik Chi Square
= Jumlah atau total
O = Nilai yang diamati
E = Nilai yang diharapkan
Hubungan antar 2 variabel dikatakan bermakna apabila nilai P = < 0,05
dan tidak bermakna apabila nilai P = > 0,05

You might also like