You are on page 1of 15

SARI PUSTAKA

HIPERTENSI EMERGENSI

Disusun Oleh:
Raga Manduaru
1061050135
Nathaniel Aranjuez Pakpahan
1161050174

SARI PUSTAKA DIBUAT DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA TIMUR
PERIODE : 14 DESEMBER 2015 27 FEBRUARI 2016
JAKARTA

Hipertensi Emergensi

Disusun Oleh:
Raga Manduaru
1061050135
Nathaniel Aranjuez Pakpahan
1161050174

Telah disetujui oleh Pembimbing

dr. Frits R.W. Suling, Sp.JP(K), FIHA, FASCC

ABSTRAK

Krisis hipertensi terbagi menjadi dua bagian yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi
emergensi. Hipertensi emergensi berbeda dengan hipertensi urgensi. Pada hipertensi
emergensi disertai oleh kerusakan target organ. Menurut klasifikasi JNC VIII pasien dengan
tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 110 mmHg dimasukkan ke dalam
kategori krisis hipertensi. Tekanan darah pada krisis hipertensi harus diturunkan segera
karena dapat menyebabkan iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi
penurunan mean arterial pressure (MAP) 10 % pada jam pertama dan 15 % pada jam kedua
sampai jam ketiga. Obat intravena yang dianjurkan adalah labetalol, esmolol, nitrogliserin,
nicardipine, klonidin, fenoldopam, dan yang terbaru adalah clevidipine
Kata kunci

: hipertensi, krisis, kerusakan target organ, emergensi, MAP

ABSTRACT
Hypertensive crisis is classified into hypertensive emergency and hypertensive urgency.
Hypertensive emergency is differentiated from hypertensive urgency by its target organ
damage. According to Classification by JNC VIII, patient with systolic blood pressure > 180
mmHg or diastolic blood pressure > 110 mmHg are included in the category of hypertensive
crisIs. Blood pressure should be decreased immediately because it can cause brain and
kidneys ischemic. Mean Arterial Pressure (MAP) should be decreased by 10 % within the
first hour and 15% at second to third hours. The recommended intravenous drugs therapy are
labetalol, esmolol, nitroglycerin, nicardipine, clonidine, fenoldopam, and the new one
clevidipine
Keyword

: hypertensive, crisis, target, organ, emergency, MAP

Krisis hipertensi dimasukkan ke


dalam hipertensi emergensi bila terdapat
kerusakan organ target, sebaliknya pada
urgensi.5 Sumber lain membagi menjadi
tiga kategori, yaitu hipertensi berat,
urgensi, dan emergensi. Seorang pasien
dikatakan hipertensi berat bila tekanan
darah melebihi 180/110 tanpa gejala selain
nyeri kepala ringan atau sedang, dan tidak
ditemukan tanda-tanda kerusakan target
organ. Hipertensi urgensi ditemukan bila
tekanan darah melebihi 180/110 dengan
gejala signifikan seperti nyeri kepala berat
atau sesak, tanpa atau dengan sedikit
kerusakan target organ. Hipertensi
emergensi ditemukan bila tekanan darah
sangat tinggi (dapat mencapai 220/140)
dengan adanya tanda-tanda disfungsi organ
yang mengancam nyawa.3

Pendahuluan
Pembagian klasifikasi hipertensi
secara periodik selalu dikembangkan oleh
Joint National Committee (JNC) untuk
pendeteksi, evaluasi dan penatalaksanaan
pada tekanan darah tinggi. JNC
mengklasifikasikan hipertensi pada empat
stadium: normal, prehypertension, stage I
dan stage II (tabel I).1

Klasifikasi yang umum dipakai


adalah klasifikasi pertama, yaitu hipertensi
emergensi dan urgensi saja. Membedakan
kedua kondisi tersebut penting dalam hal
tatalaksana. Pada pasien dengan hipertensi
urgensi, tekanan darah perlu diturunkan
dalam waktu 24-48 jam, sementara pada
hipertensi emergensi tekanan darah
diturunkan secepatnya, walaupun tidak
sampai kondisi normal.5 Pada pembahasan
kali ini kami akan menggunkan klasifikasi
Krisis hipertensi yang akan dibagi menjadi
dua kelompok: i. hipertensi emergensi, ii.
Hipertensi urgensi. Pembagian krisis
hipertensi diatas berdasarkan ada atau
tidaknya keterlibatan target organ.4

Tabel I. klasifikasihipertensiberdasarkanJoint
National Comitte (JNC)-8

Menurut klasifikasi JNC VIII


pasien dengan tekanan darah sistolik > 180
mmHg atau diastolik > 110 mmHg
dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Hampir seluruh episode krisis hipertensi
berhubungan dengan tekanan darah
diastolik > 120 mmHg.2 Hanya sebagian
kecil pasien dengan hipertensi yang datang
dengan krisis hipertensi, sekitar 1-2%.3
Krisis Hipertensi
Epidemiologi krisis hipertensi
mirip dengan hipertensi (yaitu lebih tinggi
di antara Afrika- Amerika dan orang tua);
Namun, penderita pada laki-laki lebih
banyak dua kali lebih sering dari pada
wanita. Diperkirakan 1% dari pasien
hipertensi akan, pada suatu waktu, berubah
menjadi krisis hipertensi. 4

Hipertensi Emergensi
Hipertensi emergensi didefinisikan
sebagai hipertensi krisis yang masuk
dalam karakteristik peningkatan tekanan
darah >180/120 mmHg yang disertai
disfungsi target organ (lihat table II), baik

Klasifikasi
4

yang akan terjadi atau progresif. Disfungsi


organ jarang terjadi apabila tekanan darah
diastolic < 130mmHg (kecuali pada anak
anak atau ibu hamil). 4 Untuk mencegah
atau membatasi kerusakan target organ,
diperlukan penurunan segera tekanan
darah dengan target penurunan Mean
arterial pressure (MAP) sebesar<25 %
semula dengan waktu yang cepat (selama 1
jam).6 Beberapa contoh kondisi target
organ yang dapat muncul pada krisis
hipertensi, dapat dilihat pada tabel II. Pada
tekanan darah sistolik >169 atau tekanan
darah diastolik >110 mmHg dengan
penderita ibu hamil harus dipertimbangan
kejadian hipertensi emergensi yang
membutuhkan terapi farmakologis dengan
cepat.4

Tabel
II.
Berbagaikondisipenyerta
dapattimbulsebagai target ogan

Patofisiologi
Patofisiologi dari krisis hipertensi
belum sepenuhnya dipahami. Nampaknya
kecepatan kerusakan target organ dan
beratnya peningkatan tekanan darah pada
saat pasien datang disebabkan oleh
kegagalan fungsi autoregulasi normal dan
peningkatan mendadak tahanan vaskular
perifer. Kondisi tersebut menyebabkan
kerusakan endovaskular dengan nekrosis
pada arteriol. Peristiwa yang terjadi
kemudian
yaitu
meningkatkan
permeabilitas, aktivasi dari kaska defaktor
koagulasi dan platelet, dan deposisi fibrin.
4
(gambar 1)
Proses tersebut dapat menghasilkan
suatu kejadian iskemik dan keluarnya
mediator vasoaktif selama kerusakan
vascular terjadi. Renin angiotensin
aldosterone sering teraktivasi yang akan
mengakibatkan vasokontriksi dan produksi
sitokin proinflamasi seperti interleukin 6
(IL-6). Lalu, aktivitas NADPH oxidase
akan meningkat yang akan memperberat
kejadian iskemik organ pada krisis
hipertensi.5

yang

Pada kondisi normal, perfusi ke


jaringan otak, jantung dan ginjal relatif
konstan, walaupun terjadi perubahan
tekanan darah. Pada kondisi hipertensi
berat, kemampuan untuk autoregulasi
bergeser ke atas agar tidak terjadi

kerusakan akibat tekanan darah berlebihan.


Pada kondisi normal dan kondisi
autoregulasi bergeser ke atas, ambang
batas untuk autoregulasi (ambang batas
sebelum terjadi hipoperfusi) adalah sebesar
20-25% dari tekanan darah saat itu.
6

Observasi
tersebut
menjadi
dasar
rekomendasi penurunan tekanan darah
sebesar 20% pada hipertensi emergensi.

Manifestasi klinis hipertensi krisis


berhubungan dengan kerusakan organ
target

Walaupun seluruh pasien dengan


hipertensi emergensi datang dengan
tekanan darah tinggi, gejala yang
dikeluhkan
seringkali
bervariasi
tergantung organ mana yang terpengaruh.
Organ terget penting pada hipertensi
emergensi yaitu otak, jantung, ginjal, dan
uterus gravid. Sebuah studi oleh
Zampaglione et al menyebutkan bahwa
pada 83% kasus terjadi kerusakan satu
target organ, 14% pada dua organ, dan 3%
pada tiga organ atau lebih.2 Tabel III
menunjukkan
prevalensi
kerusakan
masing-masing target organ.

yang

hipertensi

ada.

krisis

Tanda

dan

gejala

berbeda-beda

setiap

pasien. Pada pasien dengan hipertensi


krisis dengan perdarahan intrakranial akan
dijumpai keluhan sakit kepala, penurunan
tingkat kesadaran dan tanda neurologi
fokal berupa hemiparesis atau paresis
nervus

cranialis.

ensefalopati

Pada

didapatkan

hipertensi
penurunan

kesadaran dan atau defisit neurologi fokal.


Pada pemeriksaan fisik pasien bisa saja
ditemukan retinopati dengan perubahan
arteriola, perdarahan dan eksudasi maupun
papiledema. Pada sebagian pasien yang
lain manifestasi kardiovaskular bisa saja
muncul lebih dominan seperti; angina, akut
miokardial infark atau gagal jantung kiri
akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal

Tabel III. Prevalensi kerusakan target organ

Manifestasi Klinik

ginjal akut dengan oligouria dan atau


hematuria bisa saja terjadi. 7,8,9

Tabel IV. Hipertensi Emergensi


2.6

Pendekatan Diagnosis
7

Kemampuan dalam mendiagnosis

penurunan kesadaran, hemiparesis dan


kejang.8

hipertensi emergensi dan urgensi harus


dapat dilakukan dengan cepat dan tepat
sehingga

dapat

morbiditas

dan

Anamnesis

tentang

Pemeriksaan

laboratorium

yang

mengurangi

angka

diperlukan seperti hitung jenis, elektrolit,

mortalitas

pasien.

kreatinin dan urinalisa. Foto thorax, EKG

riwayat

penyakit

dan CT- scan kepala sangat penting

hipertensinya, obat-obatan anti hipertensi

diperiksa

yang rutin diminum, kepatuhan minum

sesak nafas, nyeri dada atau perubahan

obat,

kokain,

status neurologis. Pada keadaan gagal

amphetamine dan phencyclidine. Riwayat

jantung kiri dan hipertrofi ventrikel kiri

penyakit yang menyertai dan penyakit

pemeriksaan

kardiovaskular

dilakukan. Berikut adalah bagan alur

riwayat

konsumsi

atau

ginjal

penting

dievaluasi. Tanda-tanda defisit neurologic

pendekatan

harus

hipertensi:8

diperiksa

seperti

sakit

kepala,

untuk

pasien-pasien

dengan

ekokardiografi
diagnostik

pada

perlu
pasien

Pasien dengan
hipertensi
YA
TD > 180/120 mmHg

TIDAK

Kerusakan
organ target
8

Hipertensi
emergensi

Bukan krisis
hipertensi

PREHIPERTENS
I
HIPERTENSI
GRADE I
HIPERTENSI
GRADE II

1. Neurologi

o
o
o
o

Tanda stroke iskemik/hemoragik


Penurunan kesadaran
Kelumpuhan anggota gerak
Bicara cadel
Mulut mencong
Flapping tremor

2. Jantung PARU
o
o
o
o

Perbedaan TD lengan Ka/ki > 20


mmHg
Auskultasi murmur/mitral
regurgitasi/gallop
Jvp meningkat
Ronki basah/sesak nafas

3. Ginjal
o
o
o

YA

TIDAK

Oliguria/anuria
Hematuria/proteinuria
Peningkatan serum kreatinin

4. Mata
o

Funduskopi KW III/IV

Hipertensi
urgensi

Tabel V. Alur Pendekatan Hipertensi Krisis


adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja
yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan
sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
tergantung kepada sikap tubuh dan efek
samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus
dilakukan dengan segera namun tidak
terburu-buru. Penurunan tekanan darah
yang terburu-buru dapat menyebabkan
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan
darah harus dikurangi melalui penurunan
MAP 10% pada jam pertama, dan 15 %
pada jam kedua sampai jam ketiga.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada keadaan krisis
hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang
disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan
secara parenteral dan memerlukan
pemantauan
yang
ketat
terhadap
penurunan
tekanan
darah
untuk
menghindari keadaan yang merugikan atau
munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini
9

Medikasi yang diberikan sebaiknya per


parenteral. Obat yang cukup sering
digunakan adalah sodium Nitroprusid IV
dengan dosis 0,25ug/kg/menit. Akan tetapi
obat tersebut tidak lagi direkomendasikan,
karena sering menyebabkan pasien jatuh
ke dalam keadaan hipotensi. Obat
intravena yang dianjurkan adalah labetalol,
esmolol,
nitroglycerin,
nicardipine,

clonidine, fenoldopam dan yang terbaru


adalah clevidipine. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil
merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captopril
12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
Propanolol 10-40 mg. Penderita harus
dirawat inap.8,10,11

Tabel VI: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi


Parameter

Tekanan
darah
(mmHg)
Gejala

Pemeriksaan

Terapi

Rencana

Hipertensi krisis
urgensi
> 180/110

Hipertensi emergensi
Emergensi
> 180/110

> 220/140

Sakit
kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sering sesak napas
nokturia,
dysarthria,
kali tanpa gejala
kelemahan,
kesadaran
menurun
Tidak
ada Kerusakan
organ Ensefalopati,
edemaparu,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit
jantung
penyakit
kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan pendek
obat IV
dosis
Periksa
ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari
24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi urgency dapat dilihat
pada tabel 7.12
TabelVII: Obat hipertensi oral
Obat
Captopril

Clonidine

Dosis
12,5 - 25 mg PO;
ulangiper 30 min ; SL,
25 mg
PO 75 - 150 ug,

Efek / Lama Kerja


15-30
min/6-8
jam ;
SL 1020 min/2-6 jam
30-60 min/8-16 jam
10

Perhatian khusus
Hipotensi, gagal ginjal,
stenosis arteri renalis
Hipotensi,

mengantuk,

Propanolo
l

ulangiper jam
10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam
ulangisetiap30 min

Nifedipine

5 - 10 mg PO; ulangi 5 -15 min/4-6 jam


setiap 15 menit
SL, Sublingual. PO, Peroral

mulutkering
Bronkokonstriksi,
blok
jantung,
hipotensi
ortostatik
Takikardi,
hipotensi,
gangguan koroner

Sedangkan untuk hipertensi emergency lebih dianjurkan untuk pemakaian parenteral,


daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel VIII: Obat hipertensi parenteral
Obat

Dosis

Efek / Lama Perhatian khusus


Kerja

Parenteral vasodilator
Sodium
5-10 mg / kg / menit langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan
nitroprusside sebagai infus IV
menit setelah jangka
panjang
dapat
infus
menyebabkan
keracunan
tiosianat, methemoglobinemia,
asidosis, keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin
500-100 mg sebagai 2-5 min /5-10 Sakit
kepala,
takikardia,
infus IV
min
muntah, , methemoglobinemia;
membutuhkan
sistem
pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine
5-15 mg / jam sebagai 1-5 min/15- Takikardi, mual, muntah, sakit
infus IV
30 min
kepala, peningkatan tekanan
intrakranial; hipotensi
Klonidin
150 ug, 6 amp per 250 30-60 min/ Ensepalopati dengan gangguan
cc
Glukosa
5% 24 jam
koroner
mikrodrip
5-15 ug/kg/menit sebagi 1-5 min/ 15- Takikardi,
mual,
muntah,
Diltiazem
infus IV
30 min
sakitkepala,
peningkatan
tekanan intrakranial; hipotensi
Fenoldopam
0.1-0.3 mg/kg/mnt iv < 5 menit/30 Sakit
kepala,
takikardi,
infusion
menit
flushing, phlebitis local
Verapamil
5-10 mg iv; infus 3-25 3-5 menit/30- Heart block (derajat 1,2,3)
mg/jam
60 menit
terutama
terkontaminasi
dengan digitalis/ B-bloker;
bradikardi
Hydralazine
10-20 mg iv bolus / 10- 10 menit/>1 Takikardi,
sakit
kepala,
40 mg im; diulang tiap jam (iv), 20- muntah, agravitasi angina
4-6 jam
30 menit im
pectoris
11

Enlaprilat

0.625-1.25 mg tiap jam 15-60 menit/ Gagal ginjal pada pasien


iv
12-24 jam
stenosis
bilateral
arteri,
hipotensi
Clevidipine
2-16 ug/kg/menit sebagi 1-5 menit
Reflex takikardia
infus IV
Parenteral adrenergic inhibitor
Labetalol
20-80 mg iv bolus 5-10 mnt/2-6 Bronkokonstriksi, heart blok,
setiap 10 menit; sampai jam
hipotensi ortostatik
2 mg/mnt iv infus
Esmolol
500 /kg bolus inijeksi 1-5
menit/ Av blok derajat 1. Gagal
iv/ 25-100 mg/kg/mnt 15-30 menit
jantung kongestif, Asma
infusion bisa diulang
bolus setelah 5 menit
atau
peningkatan
kecepatan infus sampai
300 mg/kg/mnt
Phentolamine 5-15 mg iv bolus
1-2 mnt/10- Takikardi, hipotensi ortostatik
30 mnt
Pada hipertensi emergency dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi dengan
penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak
memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat
pada tabel 9. 9,10,11

Tabel IX: Obat yang dipilih untuk Hipertensi emergensi dengan komplikasi 2,5,7
Komplikasi
Diseksi aorta
AMI, iskemia

Obat Pilihan
Nitroprusside + esmolol

Target TekananDarah
SBP
110-120
sesegeramungkin
nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
iskemia
nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam

Nitrogliserin,
nicardipine
Edema paru
Nitroprusside,
labetalol
Gangguan Ginjal
Fenoldopam,
nitroprusside,
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside
Subarachnoid
Nitroprusside,
nimodipine,
hemorrhage
nicardipine
Stroke Iskemik
Nicardipine
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik darah.

12

20% -25% dalam 2-3 jam


10% -15% dalam 1-2 jam
20% -25% dalam 2-3 jam
20% -25% dalam 2-3 jam
0% -20% dalam 6-12 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis


hipertensi
Obat anti hipertensi oral atau
parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien
dengan hipertensi emergensi atau urgensi.
Jika hipertensi emergensi dan disertai
dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care
unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat
anti hipertensi intravena ( IV ).11,12,13

5.

6.
1.

2.

3.

4.

Sodium Nitroprusside : merupakan


vasodilator kuat baik arterial maupun
venous. Secara i. V mempunyai onsep
of action yang cepat yaitu : 1 2 dosis
1 6 ug / kg / menit. Efek samping :
mual, muntah, keringat, foto sensitif,
hipotensi. 10,12
Nitroglycerini : merupakan vasodilator
vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator
arteri dan vena. Onset of action 2 5
menit, duration of action 3 5 menit.
Dosis : 5 100 ug / menit, secara
infus i. V. Efek samping : sakit kepala,
mual, muntah, hipotensi. 10,12
Diazolxide : merupakan vasodilator
arteri direk yang kuat diberikan secara
i. V bolus. Onset of action 1 2 menit,
efek puncak pada 3 5 menit, duration
of action 4 12 jam. Dosis
permulaan : 50 mg bolus, dapat
diulang dengan 25 75 mg setiap 5
menit sampai TD yang diinginkan.
Efek samping : hipotensi dan shock,
mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll. 10,12
Hydralazine : merupakan vasodilator
direk arteri. Onset of action : oral 0,5
1 jam, i.v : 10 20 menit duration of
action : 6 12 jam. Dosis : 10 20 mg
i.v bolus : 10 40 mg i.m
Pemberiannya bersama dengan alpha

7.

8.

9.

13

agonist central ataupun Beta Blocker


untuk mengurangi refleks takhikardi
dan diuretik untuk mengurangi volume
intravaskular. Efek samping : refleks
takhikardi,
meningkatkan
stroke
volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll. 10,12
Enalapriat : merupakan vasodelator
golongan ACE inhibitor. Onsep on
action 15 60 menit. Dosis 0,625
1,25 mg tiap 6 jam i.v. 10,12
Phentolamine ( regitine ) : termasuk
golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan
akibat kelebihan ketekholamin. Dosis
5 20 mg secar i.v bolus atau i.m.
Onset of action 11 2 menit, duration
of action 3 10 menit. 10,12
Trimethaphan camsylate : termasuk
ganglion
blocking
agent
dan
menginhibisi sistem simpatis dan
parasimpatis. Dosis : 1 4 mg / menit
secara infus i.v. Onset of action : 1 5
menit. Duration of action : 10 menit.
Efek samping : opstipasi, ileus,
retensia urine, respiratori arrest,
glaukoma, hipotensi, mulut kering. 10,12
Labetalol : termasuk golongan beta dan
alpha blocking agent. Dosis : 20 80
mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2
mg / menit secara infus i.v. Onset of
action 5 10 menit Efek samping :
hipotensi
orthostatik,
somnolen,
hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll.
Juga tersedia dalam bentuk oral
dengan onset of action 2 jam, duration
of action 10 jam dan efek samping
hipotensi, respons unpredictable dan
komplikasi lebih sering dijumpai. 10,12
Methyldopa : termasuk golongan alpha
agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 500 mg
secara infus i.v / 6 jam. Onset of
action : 30 60 menit, duration of

10.

11.

action kira-kira 12 jam.


Efek
samping : Coombs test ( + ) demam,
gangguan gastrointestino, with drawal
sindrome dll. Karena onset of
actionnya
bisa
takterduga
dan
kasiatnya tidak konsisten, obat ini
kurang disukai untuk terapi awal. 10,12
Clonidine : termasuk golongan alpha
agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5%
atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose
dengan titrasi dosis. Onset of action 5
10 menit dan mencapai maksimal
setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek
samping : rasa ngantuk, sedasi,
hoyong, mulut kering, rasa sakit pada
parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba
dapat menimbulkan sindroma putus
obat. 10,14
Clevidipine : merupakan generasi
ketiga dari dihydropyridine CCB.
Dosis awalnya direkomedasikan 1-2
mg/jam. Lalu mentritasi double dengan
interval 90 s mencapai batas
maksimum yaitu 16 mg sampai
mencapai goal dari tekanan darahnya.

Daftar Pustaka
1. James PA, et.al. 2014 EvidenceBased
Guideline
for
The
Management of High Blood
Pressure in Adults: Report from the
Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee
(JNC 8). 2014 Guideline for
Management of High Blood
Pressure. JAMA. 2014;311(5):507520.
2. Flanigan
JS,
Vitberg
D.
Hypertensive
emergency
and
severe hypertension: what to treat,
who to treat and how to treat. Med
Clin N Am 2006;90:439-51.)
(chobanian AV, Bakris GL, Black
HR, et.al. Seventh report of Joint
National Committe of High Blood
Pressure. Hypertension 2003. Dec;
42(6): 1206-52
3. Hebert CJ. Vidt DG. Hypertensive
crises. Prim Care Clin Office Pract
2008:35:475-87.
4. Varon J, et.al. Treatment of Acute
Severe Hypertension Current and
Newer Agents. The University of
Texas Health Science Center at
Houston, Houston, Texas, USA.
Drugs 2008; 68 (3)
5. Marik PE, Varon J. Hypertensive
crisis: challenges and management.
Chest 2007;131:1949-62.
6. Pollack CV and Rees CJ.
Hypertensive emergencies: acute
care evauation and management.

13, 14

14

Emergency
medicine
cardiac
research and education group.
2008:3:1-12.
7. Vuylsteke A, Vincent JL, de La
Garanderie DP, Anderson FA,
Emery L, Wyman A, RushtonSmith S, Gore JM (2011)
Characteristics, practice patterns,
and outcomes in patients with acute
hypertension: European registry for
studying the treatment of acute
hypertension (Euro-STAT). Crit
Care 15:R271
8. Vaidya
CK,
Ouellette
JR.
Hypertensive
Urgency
and
Emergency. Internal Medicine
Department Saint Marrys Hospital.
2007. pp. 43-50.
9. Marik PE, Rivera R (2011)
Hypertensive emergencies: an
update.Curr Opin Crit Care
17:569580
10. Monnet X, Marik P.E. whars new
with crisis hypertension? Intensive
Care Med (2015) 41:127130

11. Derhaschnig
U,
Testori
C,
Riedmueller E, Aschauer S, Wolzt
M, Jilma B (2013) Hypertensive
emergencies are associated with
elevated markers of inflammation,
coagulation, platelet activation and
fibrinolysis. J Hum Hypertens
27:368373
12. Marik PE, Varon J. The Diagnosis
and Management of Hypertensive
Crises. CHEST 2000; 118:214227
13. Wijaya I, Siregar P. Hypertensive
Crises
in
the
Adolescent:
Evaluation
of
Suspected
Renovascular
Hypertension.
Department of Internal Medicine.
Faculty of Medicine, University of
Indonesia - Cipto Mangunkusumo
Hospital. Acta Med IndonesIndones J Intern Med. P.49-54
14. Ramos A.P, Varon J. Current and
never
for
hypertensive
emergencies. Curr Hypertens Rep
(2014) 16:450.

15

You might also like