Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hemoptoe adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah
atau sputum yang berdarah.1 Batuk darah adalah batuk yang disertai
pengeluaran darah dari paru atau saluran pernapasan 11.
Hemoptoe atau batuk darah adalah ekspektorasi darah atau dahak
mengandung darah, berasal dari saluran napas di bawah pita suara 3.
2.2 Etiologi
Penyebab dari batuk darah (hemoptoe) dapat dibagi atas 4:
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne
2.
3.
4.
5.
6.
Penyakit
Hemoptisis
Karsinoma bronkogenik
Abses paru
Infark pulmonal
Bronkiektasis
Tuberkulosis
Krista kongenital
56,0
49,2
44,0
43,5
36,5
25,8
2.3 Patofisiologi
Setiap proses
yang
Presentase
Penyakit
Pasien
Empiema
Metastasis Karsinoma
Hemoptisis
24,5
24,0
Tumor Mediastinum
20,0
Obstruksi Esofagus
9,0
terjadi
pada
paru
akan
mengakibatkan
dari
perdarahan.
Setelah
berkembangnya
arteriografi
dapat
dengan
insiden
0,5
sampai
58%
dimana
seperti
hemophilia,
hemosiderosis,erimatosus
lupus
pada
perkiraan
jumlah
darah
yang
dibatukkan10
a. Bercak (Streaking) : <15-20 ml/24 jam
Yang sering terjadi darah bercampur dengan sputum. Umumnya
pada bronkitis.
b. Hemoptisis: 20-600 ml/24 jam
Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darh yang lebih besar.
Biasanya pada kanker paru, pneumonia, TB, atau emboli paru.
c. Hemoptisis massif : >600 ml/24 jam
Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB, atau bronkiektasis.
d. Pseudohemoptisis
Merupakan batuk darah dari struktur saluran napas bagian atas
(di atas laring) atau dari saluran cerna atas atau hal ini dapat
berupa perdarahan buatan (factitious).
++
+++
++++
Massive
yang
dikeluarkan
selama
hemoptisis
juga
mempunyai
Oleh karena itu suatu nilai kegawatan dari hemoptisis ditentukan oleh 13
a Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah pada renjatan
hipovolemik.
b Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari bronkus yang
dapat dinilai dengan adanya iskemia miokardium, baik berupa
pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh mual. Darah yang
keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah
segar atau kehitaman.Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah
berasal dari saluran pernapasan. Warna darah merah segar dan tampak
bercampur dengan
lendir dan
tampak
berbusa
karena
adanya
No
1
Keadaan
Batuk Darah
Prodromal
Onset
Tabel
Muntah Darah
Darah
dimuntahkan
rasa
dengan
rasa
panas
di
tenggorokan
Darah dibatukkan, dapat
(Stomach Distress)
Darah
dimuntahkan,
dapat
disertai
2.3
mual
dengan
Tampilan
Darah berbuih
batuk
Darah tidak berbuih
Warna
Merah segar
Merah tua
Isi
Lekosit, mikroorganisme,
Sisa makanan
hemosiderin, makrofag
6
Ph
Riwayat
penyakit
Alkalis
Asam
Penyakit paru
dahulu (RPD)
Anemis
Tinja
Kriteria yang paling banyak dipakai untuk hemoptisis masif yang diajukan
Busroh (1978).9
a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan
dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
b. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapilebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g
%, sedangkanbatuk darahnya masih terus berlangsung.
c. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan
tetapilebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%,
tetapi selamapengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan
konservatif batuk darahtersebut tidak berhenti.
2.6 Penegakkan diagnosis
Diagnosis
biasanya
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
Untuk menegakkan
diagnosis, seperti halnya pada penyakit lain perlu dilakukan urutanurutan dari anamnesis yang teliti hingga pemeriksaan fisik maupun
penunjang sehinggapenanganannya dapat disesuaikan.
1 Anamnesis
Hal-hal yang perlu ditanyakan dalam hal batuk darah adalah 2,13
a Jumlah dan warna darah yang dibatukkan.
b Lamanya perdarahan.
c Batuk yang diderita bersifat produktif atau tidak.
d Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan.
e Ada merasakan nyeri dada, nyeri substernal atau nyeri pleuritik.
f Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi
badan dan batuk
g Wheezing
h Perdarahan di tempat lain bersamaan dengan batuk darah
i Perokok berat dan telah berlangsung lama
j Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta sakit dada
k Hematuria yang disertai dengan batuk darah.
l Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
2 Pemeriksaan fisik 2,8
Untuk mengetahui perkiraan penyebab.
a Panas merupakan tanda adanya peradangan.
b Auskultasi :
1 Kemungkinan menonjolkan lokasi.
10
dengan
kaviti,
tumor,
infiltrat
dan
atelektasis.
sebagian
penderita
bronkiektasis
sukar
terlihat
pada
d. Laboratorium 15
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
a. Peningkatan Hb dan Ht kehilangan darah yang akut
b. Leukosit meningkat infeksi
c. Trombositopenia koagulopati
d. Trombositosis kanker paru
11
11
16,17
12
1
2
3
a.
hemoptisis
akut
berat.
Embolisasi
arteri
bronkial
apabila
terdapat
kontraindikasi
pembedahan
seperti
penyakit paru lanjut bilateral, penurunan kapasiti paru (nilai prediksi <
40%), tidak dapat ditentukan lokasi perdarahan dengan bronkoskopi,
karsinoma bronkogenik yang tidak dapat dilakukan pembedahan,
hemoptisis berulang setelah reseksi paru dan penolakan pasien
Embolisasi
memiliki
angka
keberhasilan
dalam
21
mengontrol
kegawatan
hemoptoe
paling
tinggi
dan
menyebabkan
13
misalnya
vit.
K,
ion
kalsium,
trombin
dan
karbazokrom.
f. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya
perdarahan yang terjadi.
h. Pemberian oksigen.
Tindakan selanjutnya bila mungkin 7.
i. Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
j. Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah
dengan bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber
perdarahan.
2 Terapi pembedahan
Reseksi bedah segera pada tempat perdarahan merupakan pilihan.
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan 4.
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka
kematian pada perdarahan yang masif menurun dari 70%
menjadi 18% dengan tindakan operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya
hemoptoe yang berulang dapat dicegah.
Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai
berikut 4.
a. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam
dan dalam pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
14
dan
dipastikan
asal
perdarahannya,
sedang
jenis
juga
dilakukan
usaha-usaha
untuk
menghentikan
3 Aspirasi pneumonia
Yaitu infeksi yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari
setelah perdarahan. Aspirasi adalah masuknya bekuan darah ke
dalam jaringan paru yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a Meliputi bagian yang luas dari paru
b Terjadi pada bagian percabangan bronkus yang lebih kecil
c Disamping perdarahan dapat pula disebabkan oleh masuknya
cairan lambung ke dalam paru karena penutupan glottis yang tidak
sempurna
d Dapat diikuti sekunder infeksi. Aspirasi pneumonia merupakan
keadaan berat karena saluran napas dan bagian fungsional paru
tidak dapat berfungsi dengan baik.
2.9 Prognosis
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila
penderita mengalami hemoptoe yang rekuren.Sedangkan pada
hemoptoe sekunder ada beberapa faktor yang menentukan
prognosis :
1 Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi pertama kali
mempunyai prognosis yang lebih baik.
2 Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe.
16
16,9
BAB III
KESIMPULAN
kematian.
Penanganan
tersebut
dilakukan
secara
DAFTAR PUSTAKA
9 Snell, SS. Thorak dalam buku anatomi klinik. Jakarta: EGC; 2009.Hal :
94-95
10 Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan Paru. Jakarta: Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI
11 Alsagaff H. Rai IB. Alrasyid SH. Penanggulangan Batuk Darah dalam
Simposium Ilmu Kedokteran Darurat. FK Unair. Surabaya. 1979. p.162
164
12 Snell, SS. Thorak dalam buku anatomi klinik. Jakarta: EGC; 2009.Hal :
94-95
13 Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis.
Crit Care Med 2010; 28(5):1642-7
14 Kosasih A., Susanto AD., Pakki TR., Martini T., Diagnosis dan
tatalaksana kegawatdaruratan paru dalam praktek sehari-hari, Jakarta :
Sagung Seto, 2008. Hal 1-15.
15 Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal.
2013. Prognosis of bronchial artery embolization in the management of
hemoptysis. Respiration 67:412-6
16 American Thoracic society. The Management of hemoptysis. A Statement
by the committee on Therapy, Am rev Respir Dis. 1996. (93) : 471 474
17 Amirana, et al. An Aggressive Surgical approach to Significant
hemoptysis in Patients with Woodley M. Whelan A. Pedoman
Pengobatan. (Manual of Medical Therapeutics). Andi offset. Yogyakarta.
1995. p. 326 327
18 Woodley M. Whelan A. Pedoman Pengobatan. (Manual of Medical
Therapeutics). Andi offset. Yogyakarta. 1995. p. 326 327
19 Yusuf I. Manifestasi Klinis Penyakit Paru. dalam Ilmu Penyakit Dalam.
Soeparman. Waspadji, editor. BP-FKUI Jakarta. 1987. p. 688
20 Arif N. Batuk darah dalam pulmonologi klinik. Bagian pulmonologi FKUI;
Jakarta :1992, 179-183.
21 Sidipratomo P, Suroyo I, Pandelaki J, Nasution DB. Embolisasi arteri
bronkialis alternatifterapi penatalaksanaan pada batuk darah. Dalam:
Jusuf A, Rasmin M. Batuk darah.Jakarta: FKUI;1996.hal.56-64.
19
20