You are on page 1of 26

MAKALAH PROSES PETROKIMIA

INDUSTRI BENZENA & TOLUENA

Kelompok 10
Abu Bakar Ash Shiddiq

1306449302

Dian Angelina

1206240650

R. Muhammad Fathi

1306449290

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Penemuan
Benzena ditemukan pertama kali pada tahun 1825 oleh seorang ilmuwan Inggris
bernama Michael Faraday. Beliau menemukan benzene dengan mengisolasikannya dari
hidrokarbon (berupa minyak bumi dan gas alam) kemudian menamakannya bikarbunet
dari hydrogen. Kemudian pada tahun 1833, seorang kimiawan Jerman bernama Eilhard
Mitscherlich berhasil menghasilkan benzene melalui distilasi asam benzoat dan kapur.
Beliau menamakan temuannya tersebut dengan nama benzin.
Pada tahun 1845, kimiawan Inggris, Charles Mansfield yang sedang bekerja di
bawah August Wilhelm von Hofmann mengisolasikan benzene dari coal tar (tir).
Kemudian pada tahun 1849 Mansfield berhasil memulai produksi benzene dengan skala
besar menggunakan metode tir tersebut.
Sedangkan, toluena pertama

kali

diproduksi

oleh

seorang

kimiawan

berkebangsaan Jerman yang bernama Joseph Wilbrand pada tahun 1863. Pada tahun
1891, toluena mulai diproduksi pada skala industri di Jerman. Pada tahun 1901, toluena
diadopsi untuk keperluan militer hingga puncaknya pada masa Perang Dunia II toluena
diproduksi secara luas sebagai bahan baku peledak dalam kepeluan militer, yaitu TNT.
Selepas Perang Dunia II, toluena mulai dikembangkan untuk keperluan lain di berbagai
bidang.
1.2. Sifat Fisika dan Kimia
1.2.1. Toluena
Toluena adalah suatu senyawa tidak berwarna, tidak larut dalam air, cairan berbau
aromatik yang khas dimana baunya tidak setajam benzena. Toluena adalah hidrokarbon
aromatik yang digunakan secara luas dalam stock umpan industri dan juga sebagai bahan
pelarut bagi industri lainnya. Toluena memiliki rumus kimia C 6H5CH3. Toluena dikenal
juga sebagai metil benzena ataupun fenil metana.

Gambar 1.1. Struktur kimia toluena


Sifat Fisika

Tidak berwarna

Tak larut dalam air

Beraroma seperti pengencer cat

Berbau harum seperti benzena.

Titik Leleh

o
-95 C

Titik Didih

o
110 C

Titik Nyala

o
7,5 C

Tekanan
o
Uap (20 C)

2,9 kPa

Kerapatan

3
850 kg/m

Kelarutan
dalam air

0,1 %water at 16C;


0,082 %water at 22 C;
0,0627 %water at 25
C (Fessenden, 1997:
452).

Tabel 1.1. Sifat fisika toluena

Sifat Kimia
1.

Reaksi hidrogenasi dengan katalis nikel, platinum atau paladium dapat


menjenuhkan cincin aromatik , menghasilkan benzena, metana dan bifenil.

2.

Reaksi oksidasi, dengan katalis kobalt, mangan atau bromida

pada fase cair

menghasilkan asam benzoat.


C6H5CH3 + 3/2 O2

Br /Co/ Mn C6H5COOH + H2O

Klorinasi pada 100oC atau dengan ultraviolet membentuk benzil klorida, benzal

3.

klorida dan benzotriklorida.


4.

Reaksi substitusi oleh logam alkali menghasilkan normal-propil benzena, 3-fenil


pentana, dan 3-etil-3-fenil pentana.
1.2.2. Benzena

Benzena bersifat karsinogenik.

Benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh
dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi

Benzena berwujud cair pada suhu ruang (270 0C).

Titik didih benzena : 80,10C, Titik leleh benzena : -5,50C

Benzena tidak dapat larut air tetapi larut dalam pelarut nonpolar

Benzena merupakan cairan yang mudah terbakar

Benzena lebih mudah mengalami reaksi substitusi daripada adisi

Tabel 1.2. Sifat Benzena

1.3. Kebutuhan Nasional


Pada saat ini perkembangan industri petrokimia di Indonesia dapat dikatakan
berkembang cukup pesat. Didukung dengan harga minyak dunia yang saat ini sedang
mengalami penurunan, banyak pihak yang mengatakan bahwa industry petrokimia cukup
diuntungkan dengan keadaan ini dikarenakan minyak adalah bahan baku untuk industry
petrokimia. Berikut adalah tabel supply and demand yang berasal dari BKPM.

Tabel 1.3. Supply and demand industri petrokimia nasional

Benzena dan toluene terletak di jalur aromatik pada pohon industri petrokimia
seperti gambar berikut.

1.4. Pabrik di Indonesia


Gambar 1.2. Pohon Industri Petrokimia
1.4.1. Pabrik Toluena
Beberapa produsen toluena dalam negeri :
PT PERTAMINA UP IV Cilacap
PT Trans Pacific Petrochemical Indotama
CV.PANCASAKTI PUTRA KENCANA
PT. POINT SARANA SUKSES
PT. Smart Lab Indonesia

Salah satu produsen toluena dalam negeri adalah PT Trans Pacific


Petrochemical Indotama (PT TPPI) yang merupakan salah satu dari anak perusahaan
PT Tuban Petrochemical Industries. PT TPPI merupakan perusahaan industri
petrokimia hulu terpadu yang pembangunannya dilakukan sejak 1995. PT TPPI
mulai memproduksi produk aromatik dan bahan bakar minyak secara komersial
setelah pembangunan industri petrokimia hulu mengalami penundaan sejak 1998.
Adapun beberapa produk yang dihasilkan oleh PT. TPPI terdiri atas produk
light naphtha, produk aromatik parasylene, benzene, toluene, orhoxylene. PT Trans
Pacific Petrochemical Indotama yang terletak di Tuban, Jawa Timur memiliki
kapasitas produksi toluene sebesar 100.000 barrel/hari.
1.4.2. Pabrik Benzena
Beberapa produsen benzena dalam negeri:
1. PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk.
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (CAP), produsen petrokimia
terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Terletak di Ciwandan, Cilegon. Perusahaan
ini memiliki kapasitas produksi sebesar 260.000 ton/thn Benzene.
2. Pertamina UP IV Cilacap
Produk kilang ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
aromatik (setengah jadi) untuk kilang UP III Plaju. Namun semua produk benzene
dari kilang ini hanya untuk diexport, sedang produk lain untuk memenuhi
kebutuhan domestik. Terletak di Cilacap. Total produksi : 590.000 ton/tahun.
Memiliki kapasitas produksi sebesar 250.000 ton/thn Paraxylene dan 120.000
ton/thn Benzene.
3. PT. Humpuss Aromatik
Pabriknya terletak di Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam.
Produksinya dari tahun 1998 mencapai 70.000 BPSD Condensate di LPG.
Kapasitas produksi pabrik ini sebesar 260.000 ton/thn Benzene.
4. PT. Styrindo Mono Indonesia

Merupakan satu-satunya produsen Styrene Monomer di Indonesia yang


melayani baik industri hilir domestik dan pasar ekspor regional. Terletak di
Puloampel, Serang, dan berada sekitar 40KM dari pabrik Naphtha Cracker.
Kapasitas produksi pabrik ini untuk

benzena sebesar 110.000 ton/tahun

sedangkan, produksi styrene monomer sebesar 340.000 ton/tahun.


5. PT Trans Pacific Petrochemical Indotama
Merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang mengekspor hasil
petrokimia di Canada, USA, dan Europe. Pabriknya terletak di Medan, Sumatera
Utara dan berdiri pada tahun 1993. Memiliki kapasitas produksi sebesar360.000
ton/thn Benzena.
6. PT. Tuban Petrochemical
Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Petrokimia pada tahun
2004, bekerja sama dengan TPPI (60% sahamnya), Pertamina (10% sahamnya).
Terletak di Tuban, Jawa Timur, Indonesia. Memiliki kapasitas produksi sebesar
300.000 ton/ thn Benzena.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kegunaan dan Dampak Benzena & Toluena dalam Kehidupan
2.1.1. Benzena
Kegunaan benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan baku
pembuatan senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan
benzena. Masing-masing dari senyawa turunan benzena tersebut memiliki kegunaan yang
beragam bagi kehidupan manusia. Berikut ini beberapa senyawa turunan Benzena dan
kegunaannya:

a.

Toluena

Toluena digunakan sebagai pelarut dan sebagai bahan dasar untuk membuat TNT
(trinitotoluena), senyawa yang digunakan sebagai bahan peledak (dinamit).

Gambar 2.1. Reaksi Pembuatan TNT

b.

Stirena

Stirena digunakan sebagai bahan dasar pembuatan polimer sintetik polistirena melalui proses
polimerisasi. Polistirena banyak digunakan untuk membuat isolator listrik, boneka, sol sepatu
serta wadah makanan dalam bentuk styrofoam.

c.

Anilina

Gambar 2.2. Struktur Polistirena

Anilina merupakan bahan dasar untuk pembuatan zat-zat warna diazo. Anilina dapat diubah
menjadi garam diazonium dengan bantuan asam nitrit dan asam klorida.

Gambar 2.3. Pembuatan garam diazonium

Garam diazonium selanjutnya diubah menjadi berbagai macam zat warna. Salah satu
contohnya adalah Red No.2 yang memiliki struktur sebagai berikut:

Gambar 2.4. Struktur Zat Pewarna Red No.2

Red No.2 dulunya digunakan seabagai pewarna minuman, tetapi ternyata bersifat sebagai
mutagen. Oleh karena itu, sekarang Red No.2 digunakan sebagai pewarna wol dan sutera.

d.

Benzaldehida
Benzaldehida digunakan sebagai zat pengawet serta bahan baku pembuatan parfum
karena memiliki bau yang khas. Benzaldehida dapat berkondensasi dengan asetaldehida
(etanal), untuk menghasilkan sinamaldehida (minyak kayu manis).

Gambar 2.5. Proses pembuatan Sinamaldehida

e. Fenol
Dalam kehidupan sehari-hari fenol dikenal sebagai karbol atau lisol yang berfungsi
sebagai zat disenfektan.
f. Asam Benzoat dan Turunannya
Terdapat beberapa turunan dari asam benzoat yang tanpa kita sadari sering kita gunakan,
diantaranya adalah:
Asam asetil salisilat atau lebih dikenal dengan sebutan aspirin atau asetosal yang
biasa digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit (analgesik) dan penurun panas
(antipiretik). Oleh karena itu aspirin juga digunakan sebagai obat sakit kepala, sakit
gigi, demam dan sakit jantung. Penggunaan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan iritasi lapisan mukosa pada lambung sehingga menimbulkan sakit
maag, gangguan ginjal, alergi, dan asma.

Gambar 2.6. Asam asetil salisilat

Natrium benzoat yang biasa digunakan sebagai pengawet makanan dalam kaleng.

Gambar 2.7. Natrium Benzoat

Metil salisilat adalah komponen utama obat gosok atau minyak angin.

Gambar 2.8. Metil Salisilat

Asam tereftalat merupakan bahan serat sintetik polyester.

Gambar 2.9. Asam Tereftalat

Parasetamol (asetaminofen) memiliki fungsi yang sama dengan aspirin tetapi lebih
aman bagi lambung. Hampir semua obat yang beredar dipasaran menggunakan zat
aktif parasetamol. Penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan
gangguan ginjal dan hati.

Gambar 2.10. Parasetamol

Gambar 2.11. Diagram Kegunaan Benzena dan Turunannya

2.1.2. Toluena
Produk toluena dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat kemurniannya :

TDI (diisosisianat toluena) grade (kemurnian > 99 %)


Toluena jenis TDI digunakan untuk membuat isosianat yang dikombinasikan
dengan poliol dalam pembuatan poliuretan. Pada akhirnya, poliuretan digunakan dalam
berbagai barang konsumen seperti busa untuk furniture dan tempat tidur, pelapis untuk

lantai dan furnitur, trek olahraga buatan, baju ski dan pakaian tahan air.
Nitrasi grade (kemurnian 98.5 100 %)
Nitrasi grade disebut demikian karena banyak digunakan untuk membuat
nitrotoluene, tapi sekarang digunakan sebagai pelarut dan HAD (hidrodealkilasi)/TDP
(toluena disproporsionasi) tanaman. Toluena jenis nitrasi banyak digunakan di pasar

pelarut dan juga dalam produksi fenol, khususnya di Eropa.


Commercial grade (kemurnian 96 %)

Kelas komersial umumnya digunakan untuk campuran bensin dan bahan baku
HAD. Kelas ini digunakan sebagai umpan dalam proses hidrodealkilasi, yang
mengambil grup metil dari toluena untuk membuat benzena. Jenis ini juga digunakan
dalam proses disproporsionasi, yang menghilangkan gugus metil dari satu molekul
toluena dan menempatkanya ke gugus yang lain, menghasilkan molekul satu benzena

dan satu ksilena.


TNT (2, 4, 6 trinitro toluena)
TNT adalah zat padat kuning yang digunakan sebagai bahan peledak untung

kepentingan militer. Dibuat dari nitrasi toluena.


Asam Benzoat
Asam Benzoat digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan minuman seperti

pada minman ringan dengan pH < 4.5.


Asam Salisilat
Asam Salisilat digunakan untuk membuat asetol atau aspirin. Aspirin merupakan

obat pembunuh rasa sakit.


Anilina (C6H5NH3)
Anilin merupakan zat cair bewarna, sukar larut dalam air. Dalam kehidupan

sehari-hari anilin digunakan untuk pembuatan zat warna.


Naftalena
Naftalena erdiri atas dua inti benzena dengan rumus C10H8, berguna sebagai kapur barus.
Stirena
Stirena digunakan untuk membuat plastik polystirena.
Peningkat bilangan oktan
Toluena juga dapat digunakan juga untuk campuran bensin yang bertujuan untuk
menaikkan nilai oktan.
2.2. Proses Produksi
2.2.1. Benzena
Proses pembuatan

benzena

meliputi

Catalytic

reforming,

Toluene

hydrodealkylation and disproportionation, Pyrolysis gasoline, Production from coal tar.

Catalytic Reforming
Catalytic Reforming pertama kali diterapkan pada tahun 1940. Proses ini
merupakan proses yang paling banyak digunakan di dunia dalam pembuatan Benzena .
Bahan bakunya adalah fraksi nafta yang diperoleh dari pemisahan komponen-komponen
crude oil. Nafta terbagi menjadi dua jenis yaitu, nafta ringan dan berat. Keduanya
merupakan produk bawah dari unit debutanizer dan dipisahkan dalam kolom fraksinasi
pemisah nafta. Nafta ringan memiliki rentang boiling sekitar 35-90C. Nafta berat adalah
sekitar 80-200C dan mengandung naften berat. Nafta yang diperoleh dari proses distilasi

biasanya tidak mengandung olefin melainkan paraffin (baik yang lurus maupun
bercabang, naften, dan senyawa aromatik. Pemilihan jenis nafta pada proses produksi
BTX khususnya dapat menjadi tahapan proses yang penting. Misalnya, nafta yang
berbasis paraffin merupakan feedstock yang baik untuk unit steam cracking karena
paraffin terengkah pada suhu yang relatif rendah dibandingkan dengan sikloparafin.
Kemudian, nafta yang kaya akan sikloparafin akan menjadi feedstock yang baik bagi unit
catalytic reforming. Karena sikloparafin dapat terhidrogenasi dengan mudah menjadi
senyawa aromatic.

Gambar 2.12. Diagram proses Catalytic reforming

Pada proses ini, nafta mula-mula diputus rantai carbonnya dengan cara
hydrocracked, thermal cracked, atau catalytical cracked. Pertama naptha mengalami
hydrotreated untuk menghilangkan sulfur. Recycled hydrogen kemudian ditambahkan,
dicampur, dan dipanaskan. Stream ini dikirim ke catalytic reaktor dimana paraffin
dirubah menjadi senyawa aromatic. Katalis yang umum digunakan memiliki fungsi
ganda yang menyediakan dua jenis sisi katalis yaitu, sisi hidrogenasi-dehidrogenasi
dan sisi asam. Sisi yang utama biasanya diakomodasi oleh platinum yang sangat baik
diketahui sebagai katalis hidrogenasi-dehidrogenasi, sedangkan sisi asam diakomodasi
oleh pembawa alumina (alumina carrier) yang memicu pembentukan ion corbonium.
Kedua jenis sisi ini dibutuhkan dalam reaksi aromatisasi dan isomerisasi.
Katalis bimetal seperti Pt/Re diketahui memiliki stabilitas yang lebih baik,
mampu meningkatkan aktivitas katalis, dan selektivitas. Katalis trimetal dari campuran

logam mulia juga digunakan untuk tujuan yang sama. Peningkatan stabilitas katalis ini
akan memungkinkan operasi berjalan pada tekanan yang lebih rendah. Perbandingan
Pt/Re sekitar <0,5 pada generasi katalis baru dapat lebih mentolerir tingkat coke
dibandingkan dengan rasio terdahulu yang biasa dipakai yaitu, 1. Disamping itu,
katalis ini memiliki toleransi lebih tinggi terhadap sulfur yang terkandung pada umpan
nafta.
Stream yang keluar dibuat mengandung hydrogen berlebih dan reformate yang
kaya akan senyawa aromatic. Stream ini kemudian dikirim ke unit separasi. Disini,
hidrogen d i p i s a h k a n d a r i p r o d u k c a i r a n d a n sisanya akan di recycle kembali
ke feed awal. Liquid product diumpankan ke stabilizer. S tabilizer akan melakukan
proses pemisahan light dan hidrokarbon yang volatil

dari

liquid

product. Liquid

kemudian dikirim ke debutanizer. Benzene, toluene and xylenes kemudian diekstraksi


dari stable reformate.

Gambar 2.13. Stabilized Reformate

Solven yang berbeda digunakan untuk mengekstrak senyawa aromatik dari


stabilized reformate stream. S o l v e n y a n g d i g u n a k a n a d a l a h glycol and
sulfolane. Kedua proses memiliki kesamaan system. Dan pada gambar proses ekstraksi
Tetra dari Union Carbide menggunakan tertraethylene glycol sebagai pelarut. Umpan

reformate yang mengandung senyawa aromatik, parafin, dan nafta, setelah bertukar panas
dengan raffinate panas, secara berlawanan kemudian dikontakkan dengan larutan aqueous
tetraethylene glycol dalam kolom ekstraksi. Larutan yang panas yaitu pelarut yang kaya
akan senyawa aromatik didinginkan dan dimasukkan ke dalam kolom stripper melalui
bagian atasnya. Ekstrak senyawa aromatik kemudian dipurifikasi dengan distilasi
ekstraktif dan recovery pelarut dilakukan dalam steam stripping. Raffinate (kandungan
utama berupa parafin, isoparafin, dan sikloparafin) dicuci dengan air untuk memperoleh
kembali sisa pelarut dan kemudian dikembalikan ke storage. Pelarut direcycle ke tower
ekstraksi.
Ektraknya yang terdiri dari Senyawa aromatik dan ethylbenzen kemudian
difraksionasi. Benzen dan toluen diperoleh secara terpisah sedangkan ethylbenzen dan
xylene dalam bentuk campuran (senyawa aromatik C8).
Toluene hydrodealkylation and disproportionation

Toluene Hydrodealkylation:
Hydrodealkylation dari senyawa aromatic yang biasanya toluene digunakan juga
sebagai cara menghasilkan senyawa Benzena. Reaksinya sebagai berikut :
C6H5CH3 + H2 -----> C6H6 + CH4
Reaksi senyawa alkil aromatic yang lebih komplek dari Benzena sebagai berikut:
C6H4(CH3)2 + H2 ----------> C6H5CH3 ----------> C6H6 +CH4

Gambar 2.14. Diagram Proses Hydrodealkylation

Hydrodealkylation dari toluene dapat dioperasikan dengan kondisi catalytic atau


thermal . Toluene dicampur dengan fraksi yang lebih berat dari benzene fractionation
column. Campuran tersebut dipanaskan bersama hydrogen pada tekanan tertentu. Stream
dimasukan ke dalam reactor yang mengandung katalis. Disini, toluene bereaksi dengan
hidrogen, dan benzena serta methana dapat dihasilkan. Benzena kemudian dipisahkan dari
metana didalam separator dengan tekanan tinggi. Gas yang mengandung metana dibuang ke
atas dan produk kemudian dikirim ke kolom fraksinasi dimana distilasi digunakan untuk
recover benzene Toluene dan fraksi berat aromatic yang lain direcycle kembali ke umpan.
Ada 70 to 85 persen tingkat konversi toluene menjadi benzene melalui proses ini.

Toluene disproportionation:
Senyawa aromatic yang teralkilasi ditranskilasikan untuk memproduksi benzene. Contoh
metode yang digunakan adalah Tatoray process. Pada proses ini, toluene dan C9
aromatics dikonversikan ke benzene dan xylena.
2C6H5CH3

------->

C6H6 + C6H4(CH3)2

C6H5 + C6H3(CH3)3 ------------> 2C6H4(CH3)2

Gambar 2.15. Diagram proses Toluene disproportionation

Toluena dikirim ke separator untuk meghilangkan gas. Product stream kemudian


dikirim melalui clay towers yang memisahkan benzene, toluene, and xylene menggunakan
distillasi. Toluene yang tidak bereaksi kemudian direcycle. Benzena dan Xilent murni dihasilkan.
Jika Feednya C9 and C10 aromatics, campuran benzene, toluene and xylenes akan dihasilkan
dan benzene yang terbentuk akan lebih kecil.
Pyrolysis Gasoline
Pyrolysis gasoline adalah produk dari steam cracking gas paraffin, naphtha, gas
oils dan hirdrokarbon yang digunakan untuk membuat ethylene. Pyrolysis gasoline
dapat memiliki kandungan diolefin mencapai 5%. Dan 60% nya merupakan
senyawa aromatic, serta 50% nya adalah benzene. U ntuk mengh ilangk an diolefin,
Proses cenderung ke polimerisasi, sehingga harus dikonversikan menjadi olefin melalui
hydrotreating. Ini kemudian, dapat digunakan sebagai gasoline. Ini kemudian
diproses hydrotreated untuk mensaturasikan olefin dan menghilangkan sulfur.
Benzena diekstraksi melalui melalui solvent extraction dan kemudian didistillasi.
Proses ini menyumbang 30%-35% dalam produksi benzene dunia.

Gambar 2.16. Pyrolysis gasoline

Gambar diatas adalah block flow diagram dari integrated pyrolysis gasoline treatment
process. Pertama raw pygas masuk pada unit depentanizer/hydrogenation dimana pada unit
ini pemisahan fraksi komponen dan reaksi hidrogenasi dilakukan dalam satu kolom
sebagaimana pada gambar 8. Kemudian produk berupa C5 dan fraksi yang lebih ringan di
ambil di kolom bagian atas sedangkan fraksi yang lebih berat masuk ke unit dehexanizer
atau deoctanizer yang bertujuan untuk memisahkan gasoline (C9)yang berguna, dengan
komponen fraksi yang lebih rendah (C6-C8). Komponen fraksi (C9) kemudian masuk ke
degum tower yang terintegrasi dengan unit hidrogenasi untuk dihilangkan kandungan
mercaptannya. Di sisi lain, komponen C6-C8 masuk ke unit aromatic extraction yang
terintegrasi dengan proses hidrodesulfurisasi. Dalam unit ini kandungan H 2S dan komponen
fraksi yang lebih ringan (C4-C5) dihilangkan dari bagian atas kolom, sedangkan bagian
bawah merupakan aliran BTX yang terkonsentrasi. Selanjutnya BTX yang terkonsentrasi ini
masuk ke unit benzene tower/treated. Di unit ini terjadi reaksi hidrogenasi pada bagian atas
kolom yang berisi bed katalis dan pemisahan juga terjadi di bawahnya. Benzen kemudian
diperoleh dari bagian atas kolom, sedangkan xylene dan toluen dari bawah.
Produksi Benzen dari Batu bara cair (coal tar)
Pembuatan benzene dari coal hanya sebagai produk samping dari proses karbonisasi batu
bara yang tujuan utamanya untuk menghasilkan coke(kokas). Dari proses pengolahan batu

bara melalui proses kerbonisasi didapatkan 70% coke, sisanya terdiri dari komponen kimia
dan kokas dalam bentuk gas sebagai produk samping.

Gambar 2.17. Produk benzene dari Coal

Coke digunakan sebagai sumber panas pada blast furnace untuk proses pengolahan dan
pembuatan besi dan baja. Sehingga produksi kokas tergantung pada permintaan dari industry
besi dan baja. Menjelang perang dunia II, aktivitas pada industry besi dan baja mengalami
peningkatan yang sangat signifikan karena kebutuhan senjata yang besar dari negara peserta
perang dunia, sehingga kebutuhan kokas pada industry besi dan baja meningkat.
Meningkatnya produksi kokas menyebabkan suplay bahan kimia dari batu bara ikut
meningkat pesat sebagai produk samping dari proses karbonisasi batu bara.
Pada tahun 1910, produksi kokas mencapai 70 juta ton dalam satu tahun.
Menjelang akhir perang dunia I, produksi kokas mencapai 97 juta ton/tahun. Namun setelah
perang dunia II produksi kokas menurun, sementara kebutuhan bahan kimia semakin
meningkat dan tidak mampu dipenuhi oleh pabrik kokas. Sehingga harus dipenuhi melalui
proses pengolahan minyak bumi. Sehingga pada tahun 1950 an kebutuhan bahan kimia
sebagian besar dipenuhi dari proses pengolahan minyak dan gas bumi.

Gambar 2.18. Alur Pemrosesan Batubara Cair melalui Proses Brown Coal Liquefaction (BCL)

Langkah pertama adalah memisahkan air secara efisien dari batubara yang
berkualitas rendah. Langkah kedua melakukan proses pencairan di mana hasil produksi
minyak yang dicairkan ditingkatkan dengan menggunakan katalisator, kemudian
dilanjutkan dengan proses hidrogenasi di mana heteroatom (campuran sulfur-laden,
campuran nitrogen-laden, dan lain lain) pada minyak batubara cair dipisahkan untuk
memperoleh bahan bakar bermutu tinggi, kerosin, nafta dan bahan bakar lainnya.
Kemudian sisa dari proses tersebut (debu dan unsur sisa produksi lainnya) dikeluarkan.
2.2.2. Toluena
Toluena terdapat secara alami didalam minyak bumi dalam jumlah sedikit dan
biasanya dihasilkan dari produksi gasoline dengan catalytic reformer atau dari kokas
batubara. Pemisahan akhir dilakukan dengan distilasi atau ekstraksi menggunakan solvent
untuk mengekstraksi aromatik BTX (Benzena, Toluena, dan Xylene). Pada umumnya
reaksi yang digunakan pada proses ini adalah:

Berikut ini adalah skema penggambaran pembuatan toluena pada salah satu industri yang
berbahan baku naphta.

Gambar 2.19. Skema pembuatan toluene

2.3. Pengolahan Limbah Industri Benzena & Toluena


2.3.1. Limbah Padat
Teknologi pengolahan limbah padat yang melibatkan pembakaran bahan organik,
bertemperatur tinggi, didefinisikan sebagai pengolahan termal. Limbah padat diubah
jadi gas, abu, partikulat, dan panas. Terdiri dari energy recovery dan non energy
recovery. Mengurangi volume limbah padat 95-96%.

Gambar 2.20 Insenerator


Contoh insenerator adalah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber,
starved air unit, rotary klin, dan fluidized bed incinerator.
Proses Kerja insenerator adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan dan pembakaran limbah padat
Limbah padat dikumpulkan kedalam bunker. Limbah dipindahkan dengan crane
kedalam ketungku, T= 100 C suhu didalam pembakaran (sisa pembakaran yang tidak
terbakar: slag). Kemudian slag akan dimasukan kedalam penimbunan sampah.
2. Produksi uap panas
Gas dari pembakaran tungku naik menuju boiler. Uap panas akan dihasilkan dengan
mensirkulasikan air melaui boiler ( T = 90 C, P = 40 bar). Didalam kondesator uap
akan berubah menjadi air.
3. Pembersihan gas buang dengan presipitator plastik
Gas dialirkan menuju presipitator untuk memisahkan debu dan gas buang
4. Pembersihan gas buang dengan scrubber
Gas buang dibersihkan dengan air pada nozzle. Air ini mengandung zat kimia aktif.
Scrubber pertama memisahkan logam berat dan asam dari gas buang. Scrubber kedua

akan berfugnsi untuk memisahkan sulfur oksida. Sedangkan scrubber ketiga


memisahkan kontaminan.

5. Filter elektroventuri dan katalis


Sisa debu dibersihkan dengan menggunakan filter elektroventuri. Alat ini beroperasi
dengan lingkungan basah.
2.3.2. Limbah Cair
Air limbah industri harus melalui pengolahan awal terlebih dahulu. Seperti proses
ekualisasi yang dapat digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah. Proses
netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena sebagian dari
aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu sama lainnya di bak
ekualisasi. Bisa juga menggunakan proses sedimentasi merupakan proses dimana bendabenda halus yang sudah menggumpal dan siap mengendap. Sedangkan proses yang
pemisahan berdasarkan ukuran menggunakan teknologi membran (Reverse Osmosis
(RO), Nanofiltration (NF), Ultrafiltration (UF), Microfiltration (MF) digunakan untuk
menghilangkan zat padat koloid, tersuspensi atau solid yang terlarut. Jika limbah cair
industri mengandung bahan B3, maka diperlukan pengolahan secara khusus untuk
mengolah limbah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
About Coal Tar http://www.truthaboutcoaltar.com/aboutcoaltar.html (diakses pada 2 Maret
2016)
Anonim. Aromatics Extraction. http://www.cieng.com/a-111-319-ISBL-AromaticsExtraction.aspx. (diakses pada 2 Maret 2016)
Anonim. BTX Recovery. http://www.gtctech.com/technology-licensing/refining/btx-recovery-gtbtx-select/. (diakses pada 3 Maret 2016)
Anonim. Toluene Toxicity Physiologic Effects, Agency for Toxic Substances and Disease
Registry. (diakses pada 3 Maret 2016)
Benzen http://www.ebooks.lib.unair.ac.id/download.php?id=2868 (diakses pada 3 Maret
2016)
Dirokterat Jenderal Industri Argo dan Kimia Departemen Perindustrian. 2009. Roadmap
Industri Petrokimia. http://agro.kemenperin.go.id/e-klaster/file/roadmap/ KIPBAN
TEN1. pdf (diakses pada 3 Maret 2016)
Global Benzene Capacity http://www.plastemart.com// (diakses pada 2 Maret 2016)

You might also like