You are on page 1of 19

BAB III

FORMATION COMPLETION

3.1. Pengertian dan Tujuan Well Completion


Well

Completion

adalah

pekerjaan

tahap

akhir

atau

pekerjaan

penyempurnaan untuk mempersiapkan suatu sumur pemboran menjadi sumur


produksi. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dan mengatasi efek
negatif dari setiap lapisan produktif maka harus dilakukan pemilihan metode well
completion yang tepat dan ukuran peralatan yang sesuai untuk setiap sumur. Tidak
ada dua jenis well completion yang sama persis antara sumur satu dengan yang
lainnya, tetapi selalu bervariasi tergantung dari faktor yang dipertimbangkan.
Tujuan dari well completion adalah mengatur aliran fluida dari formasi produktif
dasar sumur ke permukaan sebaik mungkin.
3.2. Jenis-Jenis Formation Completion
Metoda well completion terbagi atas tiga bagian utama, yaitu bottom hole
(formation) completion, tubing completion dan wellhead completion. Bottom hole
completion dapat dilakukan secara open hole completion, perforated casing
completion dan liner completion.
Pada tubing completion diusahakan agar mampu mengangkat fluida yang
telah berada dalam lubang sumur ke permukaan dengan semaksimal mungkin.
Tubing completion berdasarkan jumlah production string yang digunakan dalam
satu sumur, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu single completion, commingle
completion, dan multiple completion.
Wellhead completion dimaksudkan untuk memberikan keselamatan kerja
pada waktu penggantian atau pemasangan peralatan produksi dibawah permukaan
dan juga berfungsi untuk mengontrol aliran fluida dari sumur.
Dari semua jenis tipe komplesi secara umum, adapun halnya yang akan
dibahas lebih terperinci hanya Bottom hole (Formation) Completion.

3.2.1. Bottom Hole (Formation) Completion


Merupakan jenis komplesi yang berfungsi untuk memaksimalkan aliran
fluida dari reservoir ke dalam lubang sumur. Berdasarkan pemasangan peralatan
dan fungsinya maka formation completion dapat dibagi menjadi beberapa metode
yaitu open hole completion, perforated casing completion dan Liner completion.
3.2.1.1. Open Hole Completion
Merupakan metode yang paling sederhana dan paling murah yaitu
dengan membuka seluruh formasi produktifnya, casing dipasang dan disemen di
atas lapisan produktifnya sehingga formasi produktif tidak tertutup secara
mekanis, sehigga aliran fluida reservoir dapat langsung masuk ke dalam lubang
sumur tanpa penghalang. Gambar 3.1 menunjukkan penampang metode open hole
completion.
Metode ini hanya dipakai untuk formasi yang terkosolidasi dengan baik,
sehingga tidak mudah gugur. Ciri formasinya adalah tebal dan tekanan formasinya
relatif rendah.
Dalam mengevaluasi well performance standart yang dipakai ialah PI dari
open hole yang menembus seluruh zona atau lapisan produktif dimana tidak ada
gangguan permeabilitas di sekitar lubang sumurnya.
Metoda ini merupakan metoda paling sederhana dan termurah, dimana
casing dipasang hanya sampai puncak formasi produktif (Gambar 3.1), sehingga
formasi produktif tidak tertutup secara mekanis. Metoda ini hanya cocok untuk
formasi yang kompak (tidak mudah gugur, harga factor sementasi m 2 sampai
2.2). Misalnya limestone, dimana tidak dikhawatirkan adanya keguguran,

kemudian zone lapisan produktifnya hanya satu tetapi tebal dan tekanan
formasinya relatif cukup rendah.

Gambar 3.1.
Open Hole Completion 2)

Faktor yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam perencanaan open


hole completion adalah kestabilan formasi, dimana hal ini sangat berkaitan dengan
terjadinya keruntuhan lubang bor pada saat operasi dilakukan, baik pemboran
maupun produksi. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesetabilan formasi
pada batuan karbonat adalah sementasi batuan dan kekuatan formasi.
A. Perhitungan Rate Produksi Pada Fully Penetrating Well
Tingkat kedalaman pemboran sangat berpengaruh terhadap besarnya rate
produksi yang di hasilkan. Fully penetrating well merupakan sumur dimana
pemboran menembus seluruh ketebalan formasi produktif.

Untuk kondisi ini dimana aliran fluida membentuk aliran radial, maka
penentuan rate produksi dengan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh
Darcy, sebagai berikut :

7.082kh Pe Pwf

B ln re / rw

..................................................................... (3-1)

B. Perhitungan Rate Produksi Pada Partially Penetrating Well


Partial penetration well merupakan sumur dengan lubang pemboran hanya
mencapai sebagian dari ketebalan formasi produktif sebagaimana terlihat dalam
Gambar 3.2.

Gambar 3.2.
Partially Penetration Well 8)
Muskat menyatakan bahwa kapasitas produksi pada partially penetration
well adalah berbanding lurus terhadap fraksi penembusan/penetrasi dari ketebalan
total formasi produktif.
Untuk sumur-sumur open hole completion, dimana sumur hanya
menembus sebagian formasinya (partially penetrating wells) seperti ditunjukkan
pada Gambar 3.2, maka produktivitas sumur dapat ditentukan sebagai berikut :

7.082khf Pe Pwf
r

1 7 w cos f 90 0

B ln re / rw
2 fh

.................................. (3-2)

dimana :
f

= fraksi penetrasi (D/h), tanpa satuan

D = jarak kedalaman penetrasi, ft.

Partial penetration well dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :


Pengaruh coning.
Adanya pengaruh coning dalam hubungannya dengan partial penetration akan
menggangu effisiensi pengurasan sumur. Gambar 3.2 menunjukkan jenis cone
yang terjadi pada suatu sumur akibat berkurangnya tekanan disekitar sumur.
Cone akan bertambah dengan bertambahnya tekanan drawdown sumur.
Tekanan drawdown maksimum tanpa menyebabkan air masuk ke dalam sumur
dapat diperkirakan dengan rumus :
Pmax = 0.433 (w o) hmax ................................................................ (3-3)
Pengaruh berkurangnya tekanan dasar sumur (Pwf).
Tekanan dasar sumur pada partially penetrating adalah lebih kecil dari pada
kondisi totally penetration.
Pengaruh skin damage.
Adanya perubahan aliran fluida secara radial menjadi spherical karena
pengaruh partial penetration ini akan menyebabkan bertambahnya pressure
drop disekitar lubang bor yang dinyatakan dengan extra skin faktor. Menurut
Brons dan Marting, besarnya pseudo skin dapat ditentukan dan merupakan
fungsi dua parameter, yaitu fraksi penetrasi (b) dan perbandingan ketebalan
lapisan produktif terhadap jari-jari sumur, atau :
b

total int erval penembusan


ketebalan total formasi produktif

ketebalan lapisan produktif


h

rw
jari jari sumur

Jenis komplesi sangat cocok diterapkan pada reservoir solution gas drive.
Pemakaian open hole completion pada suatu formasi mempunyai beberapa
keuntungan dan kelemahan.
Beberapa keuntungan metoda open hole completion adalah :
1. Laju produksi dapat mencapai harga maksimum, karena diameter lubang
sumur yang terbuka adalah lebar didepan formasi produktifnya.
2. Sumur mudah dilakukan pemboran yang lebih dalam saat workover.
3. Tidak memerlukan biaya perforasi dan mengurangi kerusakan formasi.
4. Penggantian sistem komplesi mudah dilakukan, seperti memasang liner atau
perforated completion.
5. Intepretasi log memberikan hasil yang cukup baik.
Sedang kelemahan open hole completion adalah sebagai berikut :
1. Produksi air dan gas sulit dikontrol.
2. Sumur lebih banyak memerlukan pekerjaan workover atau clean-out.
3. Sukar dilakukan stimulasi secara selektif.
4. Pemasangan casing dilakukan dengan cara coba-coba sebelum pemboran
terhadap formasi produktif.
3.2.1.2. Perforated Casing Completion
Dalam metoda ini casing produksi dipasang menembus formasi produktif
dan disemen. Selanjutnya dilakukan perforasi pada interval-interval yang
diinginkan. Dengan adanya casing, maka formasi yang mudah gugur dapat
ditahan. Metoda ini banyak diterapkan pada sumur-sumur dengan formasi
produktif kurang kompak dan banyak fracture atau porositas bergoa, yang dapat
menyebabkan keruntuhan formasi. Untuk komunikasi antara formasi produktif
dengan lubang sumur dilakukan perforasi sebagai saluran masuknya minyak ke
lubang sumur. Perforated casing completion umumnya digunakan pada formasiformasi dengan faktor sementasi (m) lebih kecil dari 1.7.

Perforated casing completion merupakan metode completion yang paling


umum diterapkan dilapangan minyak, karena adanya beberapa faktor yang
menguntungkan, yaitu:
1. Memberikan kemungkinan paling baik untuk pekerjaan-pekerjaan yang akan
datang (workover dan stimulasi sumur).
2. Memungkinkan memproduksi beberapa zona secara bersama-sama melalui
tubing yang terpisah.
3. Zona-zona dapat distimulasi secara selektif.
4. Memungkinkan pemboran melalui zona produktif untuk pemasangan casing
jika diperlukan.
5. Adanya keruntuhan formasi dapat ditahan oleh casing.
Dalam metoda perforated casing completion ini, terlebih dahulu harus
dipahami mengenai teknik perforasi, interval perforasi, pressure drop pada
perforasi dan pemilihan jenis perforator yang sesuai agar pekerjaan ini berhasil
dengan baik.

A. Teknik Perforasi
Pada umumnya teknik perforasi secara konvensional dilakukan dengan
menggunakan wireline, dimana kedalaman perforator ditentukan dengan
mengukur panjang kabel dan penyalaannya dilakukan dipermukaan. Selama
pengerjaan diperlukan lumpur bor untuk mengimbangi tekanan sumur agar tidak
terjadi blow out. Disini ada dua macam perforasi yang umum, yaitu perforasi
overbalance dan perforasi underbalance.
1. Perforasi Overbalance
Teknik perforasi ini dilakukan pada kondisi dimana tekanan dasar sumur lebih
besar dari tekanan formasi, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.3. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa cara ini tidak menguntungkan, dikarenakan
lubang hasil perforasi akan tersumbat oleh partikel-partikel, seperti lumpur
dan serpih pecahan batuan sebagai akibat aliran fluida pemboran dari lubang

sumur ke dalam formasi pada saat pelubangan. Hal ini terjadi karena tekanan
dasar sumur lebih tinggi dari tekanan formasi, sehingga pada saat sumur
diproduksikan, aliran fluida akan terhalang oleh partikel padatan yang
menyumbat lubang perforasi.
2. Perforasi Underbalance
Perforasi underbalance merupakan kebalikan dari teknik perforasi
overbalance, yaitu tekanan dasar sumur lebih kecil dari tekanan formasi. Pada
dasarnya secara teknik perforasi teknik underbalance dapat digolongkan
menjadi dua metoda, yaitu metoda wireline dan tubing conveyed (Gambar
3.4).

Gambar 3.3.
Metoda Perforasi Overbalance 16)

Gambar 3.4.
Metoda Perforasi Underbalance 16)
Karena perforasi dilakukan pada tekanan formasi lebih tinggi dari tekanan
dasar sumur, maka saat setelah perlubangan akan terjadi aliran fluida kedalam
sumur, dimana aliran ini akan membersihkan lubang perforasi dari pecahan
batuan, semen dan padatan lumpur pemboran.
B. Penentuan Interval Perforasi
Penentuan interval perforasi dimaksudkan untuk mendapatkan suatu posisi
dan panjang rangkaian perforasi optimum yang memberikan laju produksi
maksimum tanpa ikut terproduksinya air dan gas. Chierici menggunakan model
potentiometric dalam mencari hubungan antara laju produksi kritis dengan
parameter-parameter reservoir serta produksi untuk menentukan interval perforasi
serta posisinya.
Anggapan-anggapan atau asumsi yang digunakan dalam perhitungan
Chierici ini adalah sebagai berikut :
Reservoir homogen.
Kontak antar muka fluida adalah horizontal pada kondisi statik.
Pengaruh tekanan kapiler diabaikan.

Fluida reservoir bersifat incompressible.


Volume aquifer terbatas dan tidak memiliki kontribusi sebagai mekanisme
dorong reservoir.
Gas cap berkembang dengan kecepatan yang relatif kecil, sehingga gradient
potensialnya diabaikan.
Laju produksi minyak yang melalui sumur produksi tidak boleh melebihi harga :

h 2 wo k h
rDe , f b , hcw h .......................... (3-4)

B
o o

Qoc , w 3.073 10 3

h 2 og k h

Qoc, g 3.073 10

o Bo

rDe , f b , hcg h ........................... (3-5)

dimana :
Qoc,w

= laju produksi maksimum sebelum terjadi water coning, stb/hari

Qoc,g

= laju produksi maksimum sebelum terjadi gas coning, stb/hari

wo

= selisih berat jenis air-minyak, gr/cc

og

= selisih berat jenis minyak-gas, gr/cc

kh

= permeabilitas horisontal, mD

kv

= permeabilitas vertikal, mD

= viskositas minyak, cp

Bo

= faktor volume formasi minyak, bbl/stb

rDe

= parameter jari-jari pengurasan, ft = re / h (k h / k v )

fb

= fraksi total kolom minyak yang dikomplesi

hcg

= jarak dari batas gas-minyak ke puncak interval perforasi, ft

hcw

= jarak dari batas air-minyak ke dasar interval perforasi, ft

= total ketebalan kolom minyak, ft.


Berdasarkan persamaaan (3-4) dan (35), maka bila laju produksi minyak

(Qo) lebih besar dari (Qoc,w) akan terjadi water coning sehingga akan menyebabkan
terproduksinya air. Demikian pula bila Qo lebih besar dari Qoc,g maka akan terjadi

gas coning yang akan menyebabkan terproduksinya gas. Agar tidak terjadi coning
secara simultan, maka Qo harus memenuhi persamaan :
Qo Qow dan Qo Qog ........................................................................ (36)
Dengan diketahuinya harga-harga re, h, kh, kv, o, rw, re, o dan Bo, maka
dengan menggunakan bantuan Gambar 3.5 dapat ditentukan interval perforasi dan
posisinya dengan prosedur sebagai berikut :
a. Hitung harga rDe.
b. Tentukan harga og/ow.
c. Misalkan kemungkinan harga fb.
d. Dengan menggunakan salah satu Gambar 3.5 yang sesuai dengan harga r De,
salah satu dari beberapa kemungkinan harga fb, dan harga og/ow, maka
akan diperoleh harga .
Apabila terdapat aquifer dan gas cap, maka kondisi maksimum laju produksi
kritis secara teoritis adalah memenuhi kondisi berikut :
Qoptimum = Qoc,g = Qoc,w
e. Hitung harga-harga Qoptimum dengan persamaan (3-4) dan (3-5) dengan
menggunakan harga-harga yang telah diperoleh pada langkah d.
f. Dengan mengetahui kemampuan sumur pada berbagai interval perforasi, maka
dari berbagai harga Qoptimum yang telah dihitung pada langkah e dapat
ditentukan harga Qoptimum yang sesuai atau laju kritis yang sesuai dari sumur
yang bersangkutan.
g. Dari harga Qoptimum yang diperoleh pada langkah f, maka harga fb untuk
sumur yang bersangkutan dapat diketahui, sehingga harga-harga berikut
ini diperoleh :
b

= fb h = panjang interval perforasi

hcg = dg h = jarak antara batas gas-minyak sampai puncak perforasi


hcw = h b hcg = jarak antara batas air-minyak, sampai dasar perforasi.

Gambar 3.5.
Kurva Fungsi Terhadap rDe Untuk Menentukan Interval Perforasi 8)

C. Pressure Drop Perforasi


Carl Granger dan Kermit Brown menggunakan analisa nodal untuk
mengevaluasi penurunan tekanan (pressure drop) yang melalui lubang perforasi,
pada berbagai harga density perforasinya. Analisa nodal ini, diterapkan untuk
standart perforated well, dengan menganggap perforated hole turun sebesar 90 o
dan tidak terjadi adanya damage zone disekeliling lubang bor.
Anggapan-anggapan lain yang digunakan dalam mengevaluasi pressure
drop melalui lubang perforasi ini adalah :
1. permeabilitas dari crushed zone atau compact zone adalah :

2. 10% dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan


overbalanced (tekanan hidrostatik dalam lubang bor lebih besar dari pada
tekanan formasi).
a. 40% dari permeabilitas formasi, apabila diperforasi dengan tekanan
underbalanced (tekanan hidrostatik dalam bor lebih kecil dari pada
tekanan formasi).
3. Ketebalan crushed zone adalah inchi.
4. Infinite reservoir, sehingga Pwfs tetap pada sisi dari compact zone. Jadi pada
closed outer boundary, konstanta pada persamaan Darcy dihilangkan.
5. Untuk mengevaluasi pressure drop melalui lubang perforasi digunakan
persamaan dari Jones, Blount dan Galze.
Persamaan yang digunakan untuk open perforation drop sumur-sumur
minyak, yaitu :
Pwfs Pwf = aq2 + bq = P................................................................... (3-7)
Atau :

1
1

rc
rp

14
2.30 10 Bo o

L2p

o Bo ln

re
rp

q
q
3
7.08 10 L p k p

........... (3-8)

dimana :
Bo

= faktor volume formasi, bbl/stb

= densitas minyak, lb/cuft

Lp

= perforation length, ft

kp

= permeabilitas compact zone, mD (kp = 0.1 k formasi, jika overbalance


dan kp = 0.4 k formasi jika kondisi underbalanced)

rp

= jari-jari lubang perforasi, ft

rc

= jari-jari compacted zone, ft (rc = rp + 0.5 inch)

= viskositas minyak, cp.

D. Jenis Perforator

Jenis perforator ada dua macam, yaitu bullet perforator dan shape charge
(jet) perforator.
1. Bullet (Gun) Perforator
Gambar 3.6 memperlihatkan bentuk irisan melintang dari gun perforator.
Gun body terdiri dari silinder panjang yang terbuat dari besi, sejumlah gun
ditempatkan pada gun body dengan interval tertentu. Masing-masing gun berisi
sebuah bullet (peluru) yang terbuat dari baja.

Gambar 3.6.
Bentuk Irisan Melintang Suatu Gun Perforator 2)

Rangkaian gun body yang berisi beberapa gun diturunkan ke dalam sumur
dengan bantuan wire line. Melalui wire line arus listrik dialirkan dari permukaan
menuju igniter (penyala/pematik api) untuk menyalakan propellant (bahan
pembakar) yang terdapat di dalam catridge tube (tempat peluru). Terbakarnya
propellant disertai dengan timbulnya ledakan yang mampu melontarkan bullet
dengan kecepatan yang sangat tinggi, hingga dapat menembus casing, semen dan

formasi yang ditargetkan. Tembakan gun dapat dilakukan secara satu per satu atau
secara serentak. Proses perforasi dengan gun perforator dapat dilihat pada Gambar
3.7.

Gambar 3.7.
Proses Perforasi Dengan Gun Perforator 2)
Berikut beberapa keuntungan penggunaan bullet perforator :
Ekonomis untuk interval perforasi kecil.
Dapat menimbulkan rekahan pada formasi, sehingga dapat memperbesar
permeabilitas didepan lapisan produktifnya.
Lubang yang dihasilkan bulat, sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan
dapat disumbat dengan klep bola.
Pada formasi yang lunak, lubang yang dihasilkan lebih dalam dibandingkan
dengan jet perforator.
Besarnya stand off (jarak perforator dengan casing) tidak begitu
berpengaruh terhadap kekuatan penembusan.

Sedangkan kerugian dari penggunaan gun perforator adalah:

Tidak dapat digunakan untuk formasi bertemperatur tinggi (lebih dari 250 oF).
Pada lapisan tipis, terbentuknya rekahan dapat menyebabkan ikut terproduksinya
air ataupun gas.
Kurang baik untuk casing yang berlapis-lapis dan formasi yang keras, juga
jenis ini tidak dapat digunakan untuk perforasi pada permanent type
completion, karena tidak dapat diturunkan melalui tubing (diameternya lebih
besar dari diameter tubing).
2. Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan bullet perforator. Disini bukan
gaya

explosive

(bahan

peledak

berkekuatan

besar/propellant)

yang

melontarkan bullet, melainkan explosivenya sendiri yang diarahkan oleh


bentuk explosive charge menjadi arus berkekuatan besar ke sasaran yang telah
ditentukan. Proses perforasi dengan menggunakan jet perforator dapat dilihat
pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8.
Proses Perforasi Dengan Jet Perforator 2)

Dalam hal ini liner (penyekat) dan case (tempat bahan peledak) yang
hancur akibat ledakan explosive, akan menyatu dengan arus jet berkekuatan tinggi
( 3000 feet/detik) dan secara bersama-sama menembus casing, semen dan
lapisan produktif yang telah ditargetkan. Masuknya pecahan liner dan case yang
terbawa oleh arus jet (disebut dengan carrot) ke dalam lapisan produktif dapat
menutup perforasi yang telah dibuat. Tetapi disain jet perforator yang baru mampu
mengatasi masalah seperti ini.
Jet perforator ada yang diturunkan pada alat retrievable (yang dapat
diambil kembali) seperti halnya gun perforator, ada pula yang setelah penembakan
dapat hancur dengan sendirinya. Beberapa keuntungan penggunaan jet perforator
adalah sebagai berikut :
Dapat digunakan untuk formasi dengan temperatur tinggi, yaitu hingga 400 oF.
Tidak menimbulkan rekahan yang besar pada semen dan formasi, sehingga
terproduksinya air dapat dicegah.
Lebih murah untuk interval perforasi yang panjang karena dapat menghasilkan
lubang yang banyak untuk sekali pengoperasian.
Penembusan pada formasi yang keras lebih baik dari pada gun perforator.
Cocok untuk perforasi pada permanent type completion, karena dapat
diturunkan melalui tubing (diameternya lebih kecil dari pada diameter tubing).
Kerugian jet perforator adalah sebagai berikut :
Rekahan yang dihasilkan kecil, sehingga tidak dapat menaikkan harga
permeabilitas pada lapisan yang tebal.
Karena lubang yang dihasilkan runcing-runcing dibagian dalam dan
tidak bulat, maka klep-klep bola tidak dapat digunakan untuk menutupnya
bila diperlukan.
Stand off (jarak perforator dengan casing) yang besar akan mengurangi
kecepatan jet.

3.2.1.3. Liner Completion


Metoda ini biasa digunakan untuk formasi produktif dengan faktor
sementasi antara 1.4 sampai 1.7. Liner completion dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan cara pemasangan linernya, yaitu screen liner completion dan
perforated liner completion.
1. Screen Liner Completion
Dalam metoda ini casing dipasang sampai puncak dari lapisan/zona
produktif, kemudian liner dipasang pada formasi produktif yang dikombinasikan
dengan screen, sehingga pasir yang terproduksi tertahan oleh screen. Komplesi
jenis ini ditunjukkan pada Gambar 3.9 (a).
Keuntungan screen liner completion adalah sebagai berikut :
1. Formation damage selama pemboran melewati zona produktif dapat dikurangi
karena tidak dilakukan penyemenan.
2. Pengurangan biaya karena tidak perlu memasang production casing sampai
permukaan dan tidak melakukan perforasi.
3. Dapat disesuaikan dengan cara khusus untuk mengontrol pasir.
4. Pekerjaan pembersihan lubang dapat dihindarkan.
Kerugian screen liner completion adalah sebagai berikut :
1. Produksi air dan gas sulit dikontrol.
2. Stimulasi tidak dapat dilakukan secara selektif.
3. Rig time bertambah dengan digunakannnya cable tool.
4. Sumur tidak mudah ditambah kedalamannya.
5. Fluida tidak mengalir dengan diameter penuh.

(a)

(b)

Gambar 3.9
Liner Completion 2)
(a) Screenliner completion ; (b) Perforatedliner completion
2. Perforated Liner Completion
Dalam metoda ini casing dipasang sampai di atas zona produktifnya,
kemudian disambung dengan casing liner yang disemen dan diperforasi. Jenis
komplesi ini diperlihatkan pada Gambar 3.9 (b).
Keuntungan metoda perforated liner completion adalah sebagai berikut :
1. Produksi gas atau air dapat dikontrol.
2. Stimulasi dapat dilakukan secara selektif.
3. Sumur dapat ditambah kedalaman dengan mudah.

Kerugian metoda perforated liner completion adalah sebagai berikut :


1. Fluida mengalir kelubang sumur tidak dengan diameter penuh.
2. Interpretasi log kritis, karena perlu dilakukan gamma ray log agar tidak salah
memilih lapisan pasir dan menghindari zona sub margin pada saat akan
dilakukan perforasi.
3. Penyemenan liner sulit dilakukan.
4. Ada tambahan biaya untuk perforasi, penyemenan dan rig time.

You might also like