Professional Documents
Culture Documents
Rahajeng Indrasari
22020113130115
2.
Ruli Rahmawati
22020113130119
3.
Sakinah Indirazeni
22020113130136
4.
22020113140058
5.
22020113140062
6.
22020113140063
7.
22020113140072
8.
Ana Vionita
22020113140073
9.
Rossy Ratnaratih
22020113140085
22020113140090
22020113140085
Masyarakat yang menjadi tunawisma bisa dari semua lapisan masyarakat seperti
orang miskin, anak-anak, masyarakat yang tidak memiliki keterampilan, petani, ibu
rumah tangga, pekerja sosial, tenaga kesehatan profesional serta ilmuwan. Beberapa dari
mereka menjadi tunawisma karena kemiskinan atau kegagalan sistem pendukung keluarga
mereka. Selain itu alasan lain menjadi tunawisma adalah kehilangan pekerjaan, ditinggal
oleh keluarga, kekerasan dalam rumah tangga, pecandu alkohol, atau cacat. Walaupun
begitu apapun penyebabnya, tunawisma lebih rentan terhadap masalah kesehatan dan
akses ke pelayanan perawatan kesehatan berkurang.
B. FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA TUNAWISMA
1. Kemiskinan
3. Keluarga
Keluarga adalah tempat seseorang mendapatkan kasih sayang dan perlindungan
yang lebih daripada lingkungan lain. Namun, hubungan keluarga yang tidak harmonis
atau anak dengan keluarga broken home membuat mereka merasa kurang
perhatian,kemyamanan dan ketenangan sehingga
harga diri bukanlah sesuatu yang berharga bagi mereka. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya tunawisma yang berusia produktif.
b) Sikap pasrah pada nasib.
Mareka manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi mereka sebagai
gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan
untuk melakuan perubahan.
itu
dipulangkan
ketempat
asalnya.
Pada
kenyataannnnya,
penanganan ini tidak menimbulkan efek jera bagi mereka sehingga suatu
saat mereka akan kembali lagi menjadi gelandangan dan pengemis. pada
proses penanganan hal yang dilakukan adalah setelah dirazia mereka
dibawa kepanti sosial untuk mendapat binaan, bagi yang sakit dan yang
berusia renta akan tetap tinggal di panti sosial sedangkan yang lainnya
akan dipulangkan. Proses ini dirasakan terlalu mudah dan enak bagi
gelandangan dan pengemis sehingga ia tidak perlu takut apabila terjaring
razia lagi. hal inilah yang membuat mereka terus mengulang kegiatan
yang sama yakni menjadi gelandangan dan pengemis.
kesempatan
untuk
mendapatkan
pendidikan.Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari
kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih
diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga
jender berpengaruh pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi
tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang
lebih besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan
mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri
sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak
terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang
menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga
karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti
wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di samping itu
resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20
tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada
suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5. Seks bebas
Dari perilaku seksual usia dini Anak jalanan perempuan, yang mulai seks bebas
yaitu anak-anak jalanan dengan usia dibawah 14 tahun dan ada yang melakukan
dengan saudaranya sendiri. Hal ini menyebabkan anak jalanan rentan terhadap
penyakit kelamin misalnya HIV atau AIDS.
6. Penggunaan Drugs
Anak jalanan perempuan rela melakukan hal apapun ( merampas, mencuri,
membeli, hubungan seks) yang penting bisa mendapatkan uang untuk membeli
minuman keras, pil dan zat aditif lainnya. Mereka menggunakan itu karena ingin
menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan. (P. Agus. A., 2015)
7. Eksploitasi Seksual
Keberadaan anak jalanan perempuan yang tinggal dijalanan sangat rentan terhadap
eksploitasi khususnya eksploitasi seksual seperti pelecehan, penganiyaan secara
seksual, pemerkosaan, penjerumusan anak dalam prostitusi dan adanya indikasi
perdagangan anak keluar daerah khususnya Riau dan Batam.
D. MASALAH KESEHATAN PADA TUNAWISMA
1. Gangguan Fisik Akut
pada umumnya tunawisma akan mengalami gangguan fisik akut seperti:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegelisahan
Tidak mendapatkan/tidak lengkap untuk imunisasi
Masalah bahasa dan berbicara
Penyakit pernafasan atas dan asma
Infeksi telinga
Gangguan pencernaan/mata
Trauma
Terserang kutu rambut
Skizofrenia
Gangguan bipolar
Depresi
Gangguan kecemasan dan kepribadian antisosial
Kepribadian yang kacau
Bantuan finansial
Memberikan pelayanan publik untuk mencegah terjadinya bantuan publik,
Bantuan hukum
Saran finansial
Menyediakan program konseling keuangan secara gratis kepada tunawisma.
d.
Program relokasi
Memberikan dana yang dibutuhkan bagi tunawisma untuk membayar rumah dan
kebutuhan dasar.
2. Pencegahan Sekunder
Memfokuskan pada populasi tunawisma dengan mendaftar segala kebutuhan serta
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, para tunawisma sulit mengakses khususnya system
pelayanan kesehatan karena mereka tidak memiliki tempat atau alamat yang tetap,
sehingga dengan tujuan mengeluarkan populasi tersebut dari kondisi tersebut dan
mengatasi dampak yang timbul akibat menjadi tunawisma. Langkah untuk pencegahan
sekunder ialah
a. Membutuhkan rumah tradisional tanpa dipungut biaya yang rendah dan
menimbulkan persoalan umum bagi populasi tunawisma adalah mereka
b.
c.
d.
e.
penampungan tersebut.
Memberikan vitamin kepada tunawisma untuk mengompensasi defisit nutrisi
Memahami dan memfasilitasi bahwa para tunawisma selalu melakukan usaha
f.
c.
Bimbingan ketertiban
Bimbingan ketertiban ini diisi oleh Satpol PP yang dilakukan 1 bulan
bimbingan
ketertiban
ini
biasanya
pihak
dinas
sosial
tersebut
bertujuan
untuk
memberikan
rehabilitasi
kepada
Indonesia.Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 Tahun 1980 pasal 1, 5 dan 6, ada
beberapa usaha untuk menanggulangi gelandangan adalah sebagai berikut :
a. Usaha preventif
Adalah usaha secara terorganisir yang meliputi penyuluhan,
bimbingan,
latihan,
dan
pendidikan,
pemberian
bantuan,
i.
dan
akibat
adanya
pergelandangan
dan
ii.
Pembinaan sosial
Pemukiman lokal
b. Usaha represif
ii.
c. Usaha Rehabilitatif
adalah
usaha-usaha
yang
terorganisir
meliputi
usaha-usaha
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2001). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan
Praktik Ed. 3. Jakarta: EGC
Budiarto, E & Anggraeni, D. (2003). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC.
Maurer, Frances A., Smith, Claudia M. 2009. Community/ Public Health Nursing Practice
Health For Families And Populations. 4th ed. Canada: Saunders Elsevier.
P. Agus. A., (2015). Perdagangan Anak dan Perempuan untuk Tujuan Seksual di Riau
Harus Disikapi
Serius.
Artikel
ini
diakses
melalui:
http://www.goriau.com/berita/umum/perdagangan-anak-dan-perempuan-untuk-tujuan-seksualdi-riau-harus-disikapi-serius.html#sthash.CghCmBzW.dpuf
Potter, Patricia A. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.
Jakarta:EGC.
Ramandhana, N. (2010). Gepeng, Anak Jalanan, Pemerintah, dan UUD 1945 Pasal
34
Riskawati. I., Syani. A. (2012). Faktor penyebab terjadinya gelandangan dan pengemis. Jurnal
sosiologie. Vol.1. No.1 : 43-52.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta :
Kencana.Buku Ajar
Sheila L. Videbeck:alih bahasa, Renata Komalasari, Alfrina Hany. 2008. Keperawatan
Jiwa:editor edisi Bahasa Indonesia, Pamilih Eko Karyuni.Jakarta:EGC
Zefianingsih, B. D et all. (2015). Penanggulangan Gelandangan dan pengemis oleh Panti
Sosial Bina Karya di Pangudi Luhur Bekasi. Dalam Unpad press. Diakses dari http:
http://kesos.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/10.-Pelangi-Isu-Kesejahteraan-Sosia
l-_kedua_untuk-KesosUnpadacid.pdf pada tanggal 28 Februari 2016 pukul 18.40.