You are on page 1of 4

Tinjauan yuridis terhadap biaya penebusan atas disitanya

barang jaminan fidusia dilihat dalam UU Nomor 8 dan 42


Tahun 1999.
(Contoh Kasus : Mobil Bumblebee milik artis Charlie Van Houten yang ditarik
leasing)

Disusun oleh:
Nevi Nurul Oktaviani
41151015140211

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum sepenuhnya memegang teguh atas kemajuan dan perkembangan warga
Negaranya. Oleh karena itu, sebaiknya hukum ditegakan dengan baik. Karena baik
tidaknya penegakan hukum didalam suatu Negara dapat dilihat dari kemakmuran warga
Negaranya.
Selama ini penegakan hukum yang sudah ada di Indonesia kurang terpenuhi dan tepat
untuk dijalankan. Ini terlihat dari berbagai kasus yang tumbuh dan bermunculan
meningkat pada setiap tahunnya. Contohnya, kasus perjanjian fidusia yang sedang
marak dilakukan di kalangan masyarakat Indonesia.
Di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat tentang kontrak perjanjian fidusia itu,
karena seiring berjalannya waktu, tahun ke tahun banyak di dirikannya perusahaan yang
menyediakan jasa kontrak perjanjian fidusia.
Perusahaan yang memiliki jasa fidusia selalu banyak diminati oleh masyarakat, karena
hanya dengan fidusia orang dapat mendapatkan barang dengan uang yang sedikit dan
sisanya dapat di angsur, atau hal yang lainnya yang dapat di fidusiakan.
Di lihat karena banyaknya peminat, sehingga perusahaan yang menyediakan jasa
fidusia terkadang memiliki aturan yang tidak sesuai dengan Undang-undang yang ada,
seharusnya dalam pembuatan isi perjanjian fidusia harus berdasarkan syarat sahnya
perjanjian. Tetapi, perjanjian ini tetap saja di sepakati oleh pihak yang menjadi
debiturnya, meskipun sudah banyak terjadi kasus penyitaan barang jaminan fidusia
yang seharusnya hanya dapat dilakukan oleh pengadilan. Tidak hanya itu, setelah
barang jaminan tersebut disita, maka debitur harus membayar biaya sita jika ingin
barangnya kembali. Entah karena ketidak tahuan tentang isi perjanjiannya atau karena
kebutuhan sehingga dia sepakat untuk melakukan isi perjanjian itu.
Sesuai dari uraian di atas, perjanjian fidusia seharusnya sesuai dengan Undang-undang
yang berlaku, salah satu contohnya saat dalam praktiknya tidak merugikan pihak debitur
atau melanggar Undang-undang nomor 8 dan 42 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, masalah dapat di identifikasi


sebagai berikut:
1. Hukum kurang berperan dalam penegakan keadilan kasus fidusia, ini terbukti dari :
a. Semakin banyaknya perusahaan fidusia yang membuat isi perjanjian sepihak
2. Di langgarnya Undang-undang Nomor 8 dan 42 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, ini terbukti dari :
a. Semakin banyaknya perusahaan yang menyita barang jaminan fidusia
b. Barang jaminan fidusia yang telah di sita, dapat di ambil kembali dengan
membayar biaya penebusan barang sitaan.

C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan kepatuhan perusahaan yang mendirikan jasa fidusia terhadap
Undang-undang yang berlaku.
2. Meningkatkan pemahaman pada masyarakat untuk mengerti isi dari perjanjian yang
disepakati.
3. Meningkatkan proses selama perjanjian fidusia itu ada, agar tidak ada pihak yang di
rugikan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat teoritis
a) Untuk mengembangkan pemahaman masyarakat tentang apa itu fidusia.
b) Untuk memberi himbauan, agar masyarakat tidak mudah sepakat tentang
kontrak yang telah di buat tanpa mengerti apa isi kontrak tersebut.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat ikut menegakan hukum yang ada setelah mengetahui
apa itu fidusia dan isi perjanjiannya, meskipun tidak dengan ikut campur tangan
langsung, tetapi setidaknya dengan pengetahuan yang luas dapat membentuk
masyarakat yang paham dan mengerti, bahwa dalam menyetujui suatu perjanjian,
harus mengerti terlebih dahulu isi dari perjanjian tersebut.
E. Kerangka Pemikiran

You might also like