Professional Documents
Culture Documents
FISIKA PLASMA
DAN APLIKASINYA
888
FISIKA PLASMA
DAN APLIKASINYA
Oleh :
DR. MUHAMMAD NUR, DEA
BADAN PENERBIT
Universitas Diponegoro Semarang
ISBN : 978-979-097-093-9
888
Pengantar Penerbit
Muhammad Nur
Fisika Plasma dan Aplikasinya / oleh Muhammad Nur,
: hlm. 113
Font
: Calibri, 10.5
Buku yang ditulis oleh Dr. Muhammad Nur DEA ini merupakan
bagian dari sedikit buku yang membahas Fisika Plasma dan
kemungkinan aplikasinya. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman
yang bersangkutan dalam pengajaran Fisika Plasma di Jurusan Fisika
dan pengalaman penelitian beliau dibidang aplikasi plasma dingin
untuk lingkungan, medis, dan pertanian semakin memperkaya buku ini.
ISBN : 978-979-097-093-9
888
Judul
Penulis
Tata Letak
Desain Sampul
Penerbit
: BADAN PENERBIT
Universitas Diponegoro Semarang
Cetakan I
: 2011
iv
Kata Pengantar
vi
vii
BAB 1
LUCUTAN DALAM GAS ...................................................................... 1
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
viii
1
5
7
8
12
BAB 2
2.1.
2.2.
2.3.
2.5.
2.6.
Muhammad Nur
Pengantar ....................................................................................
Lucutan Korona ..........................................................................
Medan Listrik Pada Elektroda Titik-Bidang....................................
Lucutan Penghalang Dielektrik (Dielectric Barrier Discharge) ......
Pembentukan Lucutan mikro .......................................................
2.4.
Daftar Isi
Pendahuluan ...........................................................................
Definisi .........................................................................................
Jenis-jenis Plasma ........................................................................
2.3.1. Plasma Dingin ..................................................................
2.3.2. Plasma Termik ..................................................................
2.3.3. Plasma Panas....................................................................
Proses terjadinya Plasma..............................................................
2.4.1. Ionisasi ...........................................................................
2.4.2. Dissosiasi .........................................................................
2.4.3. Derajat Ionisasi.................................................................
2.4.4. Keseimbangan Muatan ....................................................
Sifat Kolektif
...........................................................................
Panjang Debye ...........................................................................
15
16
19
19
19
19
19
19
20
20
21
23
24
BAB 3
IONISASI, REKOMBINASI DAN TUMBUKAN DALAM PEMBENTUKAN
PLASMA ..................................................................................... 28
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
Pengantar.....................................................................................
Ionisasi Akibat Proses Penyerapan Radiasi (Fotoionisasi)..............
Rekombinasi.................................................................................
Tumbukan dan Ionisasi .................................................................
ix
28
29
30
31
3.5.
3.6.
3.7.
BAB 4
TUMBUKAN PARTIKEL BERMUATAN.....................................................
4.1.
Pendahuluan................................................................................
4.2.
Dua Partikel Berinteraksi Dengan Potensial Coulomb ...................
4.3.
Integrasi Parameter Tumbukan Berantai .....................................
4.4.
Frekuensi Tumbukan Efektif Untuk Proses Relaksasi.....................
4.4.1. Laju Transfer Energi ..........................................................
4.4.2. Laju Transfer Momentum.................................................
4.5.
Frekuensi Tumbukan Rata-Rata....................................................
4.6.
Momentum Yang Hilang Pada Plasma Termik ...............................
4.6.1. Tumbukan Elektron - Ion ..................................................
4.6.2. Tumbukan Ion - Elektron ..................................................
4.6.3. Tumbukan Ion-ion............................................................
4.6.4. Tumbukan Elektron-Elektron ...........................................
4.7.
Waktu Karakteristik Plasma..........................................................
4.8.
Resitivitas Plasma ........................................................................
4.9.
Penampang Lintang Partikel Tunggal ............................................
4.10. Koefisien Rerata Ionisasi...............................................................
49
49
50
54
55
55
56
58
59
59
60
60
61
61
64
67
69
BAB 6
PLASMA TOKAMAK DAN FUSI NUKLIR .........................................
6.1. Pendahuluan ....................................................................
6.2. Plasma Tokamak ..................................................................
6.3. Konfigurasi Medan Magnetik Plasma Tokamak ....................
6.4. Plasma Tokamak dan Reaktor Fusi........................................
6.5. Fusi Nuklir dan Kriteria Lawson ............................................
6.6. Pembangkit plasma dalam Reaktor Fusi themonuklir ..........
6.7. Kriteria Pembakaran ............................................................
6.8. Realisasi Energi Fusi untuk Pembangkit Tenaga Listrik..........
BAB 5
HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA DALAM PLASMA ................... 72
5.1.
5.2.
5.3.
5.4.
5.5.
Pendahuluan ...........................................................................
Kesetimbangan Termodinamika Total (KTT) .................................
Kesetimbangan Termodinamika Lokal (KTL) .................................
Hukum-hukum Distribusi dan Radiasi Dalam Plasma ...................
5.4.1. Hukum Radiasi Planck ......................................................
5.4.2. Hukum Radiasi Kirchoff ....................................................
5.4.3. Distribusi Radiasi Maxwell................................................
5.4.4. Distribusi Radiasi Boltzmann............................................
5.4.5. Distribusi Radiasi Saha .....................................................
Perubahan Hukum-hukum gas ideal dalam plasma .....................
84
84
85
86
87
88
90
90
95
72
72
72
73
73
74
74
75
75
77
xi
BAB 1
Pengantar
Lucutan gas merupakan kajian yang sudah cukup lama dalam fisika.
Lucutan dalam gas yang paling dikenal dalam alam adalah kilat (lightning). Gas
yang sifat dasarnya merupakan isolator, karena kondisi tertentu berubah menjadi
konduktor. Bagaimana terjadinya kilat dan diikuti dengan petir? Awan yang
berada dekat dengan permukaan bumi memiliki beda potensial yang sangat tinggi
dengan permukaan bumi. Karena radiasi kosmis terjadilah ionisasi pada gas
diantara awan dan bumi tersebut.
Gambar 1.1 Kilat merupakan Lucutan Gas yang terbentuk oleh peristiwa alam
(Courtesy: http://outdoors.webshots.com/photo/1054032381041113742wLgysV)
gas. Peristiwa ini berlangsung terus dan pada satu keadaan tertentu terjadi
guguran elektronik (avalance electronics). Udara (gas) di antara awan dan bumi
menjadi penghantar berbentuk kanal dan memancarkan cahaya putih. Lucutan
elektrik (electrical discharge) telah terjadi di alam, diikuti dengan suara petir
merupakan suara tepukan antara udara yang terpisahkan dalam waktu singkat
oleh kanal lucutan antara awan dengan bumi dan/atau antara awan dengan awan.
Petir di alam ditunjukkan pada gambar 1.1
Dalam laboratorium lucutan elektrik dapat dilakukan dalam tabung berisi
gas. Apabila dua buah elektroda yang berupa plat sejajar diletakkan di dalam
tabung yang berisi gas dengan tekanan tertentu dan kedua elektroda
dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi DC, maka akan terjadi lucutan listrik
diantara elektroda-elektrodanya. Gambar tabung lucutan gas dapat dilihat pada
gambar 1.2, dan gambar artifisialnya dapat dilihat pada gambar 1.3. Elektron dari
katoda akan bergerak menuju anoda dan selama perjalanannya elektron-elektron
tersebut akan menumbuk molekul-molekul dan/atau atom-atom gas diantara
kedua elektroda. Untuk terjadinya ionisasi berantai, tahapan pertama yang harus
dilalui adalah terjadinya ionisasi yang menghasilkan elektron. Elektron pertama
ini diyakini oleh para ilmuwan berasal dari ionisasi gas oleh radiasi sinar kosmis.
Elektron pertama ini dipercepat oleh beda potensial antara dua elektroda plat
dalam tabung lucutan tersebut. Dalam perjalannya elektron ini akan menumbuk
dan mengionisasi atom atau molekul gas lain, demikian seterusnya. Proses
tumbukan beruntun tersebut akan menghasilkan guguran elektronik dan dapat
mengakibatkan terjadinya ionisasi berantai.
Anoda
Katoda
Pada suatu nilai tegangan tertentu akan terlihat adanya pancaran (emisi)
cahaya pada katoda. Pancaran yang terjadi pada katoda akibat rekombinansi
antara ion gas dan elektron sekunder dan akibat panas bramstrahlung ion pada
katoda. Dalam gas sendiri terjadi perubahan yang menyebabkan gas berangsurangsur menjadi penghantar, keadaan ini disebut dadal (breakdown). Setelah
keadaan dadal pijaran katoda yang disebabkan oleh tumbukan-tumbukan ion dan
emisi elektron sekunder akan menimbulkan kenaikan arus, kondisi ini disebut
lucutan normal (normal discharge). Pada keadaan ini proses ionisasi akan terjadi
secara berantai dan tidak lagi memerlukan penambahan tegangan dari luar untuk
2.
Untuk melihat hubungan antara tegangan (V) dan arus listrik (I) dapat
digambarkan pada gambar 1.4.
V (KV)
F
Lucutan Korona
E
G
H
I(A)
Gambar 1.5. Lucutan korona dalam gas Argon sangat murni (Nur,1997)
2me V 2
o
I =
s
d
(1.1)
1.3.
Medan listrik yang tak seragam (non uniform) karena adanya perbedaan
geometri antara elektroda (titik-bidang) menimbulkan medan listrik yang kuat
disekitar ujung elektroda titik. Kuat medan listrik antar elektroda merupakan
fungsi dari jarak (x) antar elektroda. Besar kuat medan listrik ditunjukan dalam
persamaan:
E ( x) =
(1.2)
2V
x2
2d
(r + 2 x - ) ln(1 + )
d
r
2V
E(x = 0 ) =
r ln ( 1 +
(1.3)
2d
)
r
Jarum
(Elektroda titik)
Daerah Ionisasi
+
Garis-garis
medan listrik
E(x)
(-) Anoda
X
Beda Potensial
V
Daerah Aliran Ion
Jarak d
(+) Katoda
Elektroda Bidang
Gambar 1.6 Daerah ionisasi dan aliran pada lucutan pijar korona
1.4.
(R-1)
dengan M adalah N2 atau O2. Di dalam produksi ozon, reaksi yang sebanding juga
terjadi :
O + O3 " 2 O 2
(a)
(b)
(R-2)
Elektroda Aluminium
(Negatif)
Tegangan
Tinggi AC
Penghalang Elektrik
Elektron
e Baru
+
Lucutan Mikro
Ruang
Gas
e
+
O
OH
Penghalang Elektrik
(pyrex)
- +e
e
+
e
Proses tangkapan
elektron
Molekul
gas
e
+
e
+
Elektroda Aluminium
(Negatif)
10
+
+
Elektron
Sekunder
Proses Ionisasi
e
+
+
+
+
Elektroda Kawat Spiral
(Positif)
Lapisan
Penghalang
Dielektrik
Daerah Unipolar
+
+
+
Ion Positif
Elektroda Pasif
11
1.5.
Proses ionisasi
Proses disosiasi dan
eksitasi
Reaksi kimia
Gambar 1.11 Skema pembentukan lucutan mikro.
Gambar lucutan mikro seperti terlihat pada gambar 1.12. Pada tekanan
atmosfer, terjadi tumbukan yang menyebabkan pelipatgandaan elektron yang
dapat membangkitkan rapat muatan pada celah sesaat setelah melewati jarak
yang pendek. Medan listrik lokal menyebabkan pemisahan muatan dengan
kecepatan yang berbeda antara elektron dan ion .Tumbukan ionisasi dalam
daerah dengan medan tinggi sehingga streamer bergerak dengan cepat pada
daerah ionisasi dan tejadi pembentukan kanal plasma.
Durasi waktu nanodetik pada lucutan mikro disebabkan oleh muatanmuatan yang berada pada permukaan dielektrik. Hal ini dapat mengurangi medan
listrik dari lucutan mikro yang menunjukkan muatan arus dihalangi, karena durasi
waktu yang pendek dan transport muatan yang terbatas juga terjadi disipasi
energi . Oleh karena itu pada lucutan mikro, pecahan energi elektron dalam
jumlah besar dapat digunakan untuk eksitasi atom-atom atau molekul di dalam
udara, yang menyebabkan adanya reaksi kimia atau emisi radiasi.
SOAL-SOAL
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lucutan gas
2. Salah satu peristiwa alam yang terkait dengan lucutan gas adalah petir.
Jelaskan hal tersebut.
Jelaskan pula mengapa terjadi cahaya putih di udara jika terjadi petir.
3. Gambarkan kurva I (V) dari suatu arus sebagai fungsi tegangan lucutan gas
dalam tabung. Jelaskan bagian-bagian dalam kurva tersebut.
4. Pada kurva dalam soal nomor 3 terdapat satu nilai V yang memberikan
beberapa nilai I. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lucutan korona, jelaskan pula kapan
12
13
terjadinya lucutan korona positif dan kapan pula lucutan korona negatif.
6. Terdapat perbedaan yang menonjol antara lucutan gas dalam tabung dengan
lucutan korona. Sebutkan perbedaan tersebut :
a. Dari aspek konfigurasi elektroda
b. Dari aspek medan listrik yang dihasilkan
c. Daerah lucutan yang terbentuk
7.
V (mV)
I (mA)
3,6
1,8
3,8
4,2
4,8
4,8
10,8
5,2
18
5,8
27
32
BAB 2
Pengertian Dasar
Tentang Plasma
2.1
8. Lucutan korona dari konfigurasi titik bidang pada soal nomor 8 di bentuk
dengan jari-jari jarum 100 m m dan jarak antar elektroda 5 mm.
Hitunglah medan listrik disepanjang daerah antara titik dan bidang, gunakan
interval jarak sebesar 0,5 mm. Buat pula grafik Kuat medan (E) sebagai fungsi
jarak (m)
Pendahuluan
Studi tentang pelucutan listrik di dalam gas telah melahirkan Fisika Plasma
pada awal 1920, dan sejak itu disiplin ilmu ini telah dicoba untuk dikembangkan
dengan pertimbangan daya tariknya karena merupakan ilmu yang sangat esensial
dalam perkembangan fisika terutama fisika atom dan fisika nuklir. Ketertarikan
para fisikawan pada fisika plasma semakin bertambah setelah adanya perpaduan
antara fisika nuklir dan astronomi. Dengan bantuan fsika nuklir, bersinarnya
bintang-bintang di jagat raya secara terus menerus dapat dijelaskan dengan
adanya reaksi penggabungan inti (reaksi fusi termonuklir) yang terjadi terus
menerus pula di bintang-bintang tersebut. Reaksi fusi termonuklir inilah telah
dicoba untuk ditiru untuk menghasilkan energi. Di awal tahun 50-an, dua
fisikawan Rusia Andrei Sakharov dan Igor Tamm mengusulkan suatu teknik Plasma
Tokamak dan teknik ini telah menjadi satu-satunya model untuk mengusahakan
terjadinya reaksi termonuklir.
Di samping kajian-kajian Plasma Tokamak, kajian-kajian fisika plasma
untuk bidang non-fusi pun sudah cukup berkembang pula mencakup wilayah
aplikasi yang sangat luas. Pemanfaatan sains dan teknologi plasma mulai dari
ruang-ruang sterilisasi medis sampai masalah-masalah jagat raya (astrofsika dan
astronomi). Plasma juga telah digunakan dan mulai difungsikan sebagai gergaji,
mesin bor, kepala solder, sampai pada materi isian pada layar televisi generasi
terbaru dan lapisan tipis pada semikonduktor.
Yang lebih menarik lagi adalah hampir 99% alam semesta merupakan fase
plasma. Namun bidang ini masih sangat terbatas diajarkan dibandingkan disiplin
fsika lainnya. Mungkin karena kerumitan dari disiplin ini yang menyangkut
14
15
Definisi
16
PADAT
ENERGI
GAS
CAIR
ENERGI
PLASMA
Plasma dapat ditemukan pada ruang antar bintang, pada atmosfer bintang
(termasuk matahari), pada tabung lucutan dan pada reaktor termonuklir
eksperimen. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa alam semesta masih cair dari
terbentuk dari plasma. Disinyalir bahwa alam semesta masih 99 % terbentuk dari
plasma.
ENERGI
berbagai disiplin ilmu fsika seperti fsika statistik, mekanika kuantum, teori
tumbukan atau hamburan, fsika atom dan molekul, fsika nuklir, teori kinetik gas,
mekanika fluida, termodinamika, teori gelombang, elektromagnetik,
elektrodinamik, kelistrikan, spekroskopi, kinetik kimia, problem-problem
nonlinear dan lain-lain.
17
2.3
Jenis-jenis Plasma
Ditinjau dari temperaturnya plasma dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu :
2.3.1. Plasma Dingin
Plasma yang terjadi dalam keadaan ketidaksetimbangan termal
(nonthermal equilibrium) antara temperatur elektron dan gas. Temperatur
elektron tinggi tetapi temperatur partikel gas relatif rendah karena tumbukan
elektron dan partikel gas sangat kecil.
Pada plasma dingin ion dan atomatom atau molekulmolekul netral tetap
dalam suhu sekitar 1000 K. elektronelektron dalam plasma jenis ini mempunyai
temperatur cukup tinggi sekitar 50000 K. Plasma dingin sering digunakan dalam
bidang mikroelektronik, pembentukan materi baru dan pembersihan polutan.
2.3.2. Plasma Termik
Gambar 2.3. Ilustrasi perbedaan materi antara fase gas dengan fase
plasma untuk gas hidrogen
Gambar 2.3 menunjukkan perbedaan antara gas dan plasma untuk atom hidrogen
(atom berelektron satu)
Temperatur (K)
108
Reaktor
Fusi
Magnetik
Nebula
106
Angin
Matahari
Fusi
Terkungkung
Korona
Matahari
Neon
Inti
Matahari
Petir
104
Aurora
10
Api
103
2.4.1. Ionisasi
Plasma merupakan gas yang terionisasi, peristiwa ionisasi selalu ada pada
proses terjadinya plasma. Ionisasi didefinisikan sebagai proses terlepasnya
18
19
elektron suatu atom atau molekul dari ikatannya. Energi yang dibutuhkan untuk
melepas satu atau lebih elektron dari orbitnya pada sebuah atom atau molekul
dapat didefinisikan sebagai energi ionisasi Ei. Besarnya energi ionisasi dinyatakan
dalam satuan elektron-volt (eV).
Dalam keadaan stabil ionisasi dapat terjadi apabila energi elektron yang
menumbuk lebih besar atau sama dengan energi ionisasi atom atau molekul
tertumbuk, dapat ditulis dalam persamaan,
1
me ve2 eV i
2
(2.1)
i = n/(n0 + n)
20
e+ i
(2.3)
dengan adalah rapat muatan plasma, e adalah rapat muatan negatif dan i
adalah rapat muatan positif. Dalam keadaan setimbang maka 0 sehingga e i.
Jika rapat muatan elektron adalah muatan elektron dikalikan dengan densitas
elektron (ne) dan rapat muatan positif adalah muatan ion positif dikalikan dengan
densitas ion positif (ni) (e e.ne dan i e.ni ) . Jika 0 maka ne ni, sehingga
dalam kondisi plasma densitas elektron sama dengan densitas ion.
(2.2)
21
Kita akan bandingkan besarnya gaya pemulih dengan gaya gravitasi dan
gaya tekanan. Kita asumsikan model sederhana; plasma yang tersusun oleh
proton dan elektron dalam satu dimensi (slab).
Dengan menganggap densitas ion jauh lebih besar daripada densitas elektron ,
yaitu
(ni - ne )/ ne
1%
gaya gravitasi
N
nmg 10 7 3 << gaya pemulih
volume
m
(2.8)
Densitas muatan
(2.4)
r = e(ni - ne ) 10 ene
-2
.E =
Sepanjang
r
e0
(2.5)
-2
-2
10 ene
dE 10 ene
=
E (x ) =
x
dx
e0
e0
(2.6)
Dengan catatan bahwa E(x)0 untuk x0: ion-ion terdorong ke luar dan elektronelektron tertarik ke dalam.
-
+ + +
-
F ion
+ +
+ +
-
- +
+ +
+
+ -
Sifat Kolektif
F ion
- +
+
+ +
+
Muatan Uji
Gaya pemulih berusaha menghilangkan batas dari muatan positif. Sekarang mari
kita bandingkan besarnya gaya pemulih dengan gaya gravitasi (gaya gravitasi
antara ion-ion dan elektron-elektron) dan gaya tekanan. Dengan mengasumsikan
x1m T = 1 keV, ne = 1019m-3;
10 - 2 en e
gaya pemulih
= rE =
volume
e0
22
) x 3.10
N
m3
(2.7)
+
-
+
-
+
-
Dalam posisi muatan uji berada dalam Plasma , maka muatan uji tersebut akan
dikelilingi oleh awan plasma. Muatan uji tersebut mendapatkan gaya potensial
dari plasma tersebut. Potensial dari plasma tersebut mengikuti persamaan :
23
f (r ) =
r
e 1
exp
4pe 0 r
lD
(2.10)
r
e2 1
ef
n e (r ) n e0 1 + = n e 0 1 +
exp
T
D
4pe 0 T r
= n e0 +
(2.11)
r
n e0
g p D exp
3
r
D
adalah
Panjang Debye
Secara kelistrikan bahwa suatu plasma disebut bermuatan netral itu hanya
berlaku dari sudut pandang makroskopik, sesungguhnya secara mikroskopik
partikel-partikel pembentuk plasma adalah partikel bermuatan dan mengalami
gaya tolak dan tarik dari partikel-partikel di sekitarnya.
Untuk mendapatkan kenetralan muatan potensial setiap partikel harus
terkungkung oleh partikel-partikel di sekitarnya secara bersama-sama. Jika kita
pusatkan perhatian kita pada sebuah muatan uji di dalam suatu plasma misalkan
saja sebuah muatan positif. Maka di sekitar muatan tersebut akan terjadi suatu
potensial secara simetris di sekitar muatan pada jarak tertentu dan muatan positif
tersebut merupakan pusat potensial. Sedangkan elektron-elektron akan merapat
ke muatan uji. Ion-ion positif akan mengungkung muatan uji setelah elektron. Jarijari dari pusat potensial (ion positif muatan uji) ke ion-ion positif yang
mengungkung disebut dengan jari-jari Debye, yang ditunjukkan oleh persamaan
berikut.
e 0T
lD =
(2.12)
n0 e 2
Suatu zat dalam kondisi Plasma akan dapat menunjukkan sifat kolektif
apabila:
1.
g p = N D-1 << 1
2.
(2.14)
l D << L plasma
(2.15)
2
T berhubungan dengan pergerakan termal dalam keadaan normal dan n0 e / e 0
24
25
Parameter
Jarak inter partikel
(rata - rata)
Range interaksi
-1
Plasma
-1
<< n
n3
~ l D >> n
E kinetik
E potensial
Soal - Soal
e / 4pe 0 n
>> 1
-1
= 4pl2D n
1.
2.
3.
3 3 23
N D >> 1
4p
4.
Jadi telah kita lihat bahwa panjang karakteristik untuk melindungi gangguan
elektromegnetik pada plasma, yang pertama dan yang paling penting adalah
adanya sifat kolektif. Akan tetapi hanya untuk gangguan yang sifatnya statik.
5.
6.
Uraikanlah apa yang dimaksud dengan bola Debye. Jelaskan pula tentang
sifat kolektif dari plasma.
Jika panjang Debye l D temperatur plasma dengan densitas sebesar n0
sebesar T maka jabarkanlah bahwa panjang Debye mengikuti persamaan
2
l D = e 0T / e n
dengan e adalah muatan elementer dan e 0 adalah
permitivitas vakum.
= 4p
Panjang karakteristik
T
me
(2.16)
e 0T
lD =
e2n
Waktu karakteristik t =
8.
(2.17)
e 0T / e 2 n
e 0m
lD
=
=
vth
e2n
T /m
Frekuensi karakteristik w p =
7.
1
e2n
=
frekuensi plasma
t
e 0m
(2.18)
(2.20)
~
2 n
2
+
n
=0
p
t 2
plasma
26
e 0m
dengan m adalah
e2n
(2.19)
f (r )
r
e 1
exp , dengan r adalah jarak dan n densitas
4pe 0 r
lD
27
3.2.
BAB 3
Pengantar
28
hv W
l
ch
We
ch
untuk ionisasi
Ei
(3.2)
(3.3)
h(v1 - v 2 ) = We
(3.4)
dengan v1 frekuensi foton datang dan v2 adalah frekuensi foton yang diemisikan.
Kemungkinan lain adalah energi sisa dapat digunakan sebagai energi kinetik dari
atom yang tereksitasi. Pada kasus ionisasi penyerapan foton, kemungkinan ketiga
dari energi yang tersisa dapat digunakan sebagai energi kinetik dari elektron yang
dibebaskan, sehingga memberikan kecepatan awal elektron yang tinggi. Elektronelektron yang dihasilkan dari radiasi disebut dengan fotoelektron.
29
Fotoionisasi tidak hanya terjadi akibat adanya radiasi dari luar, akan tetapi
juga bisa disebabkan oleh radiasi yang diemisikan oleh atom atau molekul dalam
gas itu sendiri. Emisi ini dapat diakibatkan oleh deeksitasi ataupun rekombinasi
pada atom atau molekul pada gas tersebut. Foton yang diemisikan oleh atom yang
kembali pada keadaan dasar dapat diserap oleh atom yang lain pada gas yang
sama untuk bereksitasi. Hal yang sama mungkin saja terjadi apabila atom yang
kedua kembali pada keadaan dasar, mengemisikan foton dengan panjang
gelombang yang sama. Hal ini terjadi berulang-ulang sampai foton kehilangan
boundaries. Keadaan tersebut disebut dengan resonance radiation dan sering
terjadi pada gas-gas yang terionisasi.
3.3.
Rekombinasi
REKOMBINASI
e
e
p+
p+
p+
e
Rekombinasi Tumbukan
e
p+
Ionisasi Radiatif
p+
Ionisasi Tumbukan
p+
p+
p+
Rekombinasi Radiatif
30
31
Misalkan v1 adalah kecepatan akhir partikel m dalam arah y dan keadaan awal
partikel M adalah diam, maka untuk tumbukan elastis sempurna dapat dituliskan
bahwa:
m-M
v
(3.5)
m+M
Jika tumbukan adalah tumbukan tak elastis, energi maksimum yang diberikan
pada atom gas yang bermassa M yang awalnya diam dapat pula diturunkan
dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan energi. Persamaan akan
menjadi:
v1 =
Karena telah diasumsikan bahwa keadaan awal partikel M adalah diam, maka
persamaan di atas akan berubah menjadi
m.v = m.v1 + M.V1
Hukum kekekalan energi yang terjadi pada saat tumbukan adalah sebagai
berikut:
1 2 1 2 1
mv = mv1 + MV12 + W p
2
2
2
Vx
Vy
32
(3.9)
dW p
dv1
(3.8)
1 2 1 2 1 m2
(v - v1 )2 + W p
mv = mv1 +
2
2
2 M
(3.7)
vy
vx
(3.6)
m
[mv - (m + M )v1 ]
M
(3.10)
33
mv = (m + M )v1
(3.11)
atau
v1
m
=
v m+M
(3.12)
Hal ini berarti bahwa pertambahan energi potensial maksimal terjadi ketika
perbandingan antara kecepatan akhir dengan kecepatan awal partikel sama
dengan perbandingan massa partikel dengan massa total kedua partikel. Jika
1
massa kedua partikel sama maka akan didapatkan bahwa v1 = 2 v dan berdasar
persamaan 3.7 akan diperoleh pula V1 = v1. Ketika partikel yang datang adalah
elektron dengan m <<M maka kecepatan akhirnya akan mendekati:
m
(3.13)
v1 =
v
M
Untuk elektron sebagai partikel yang menumbuk, maka v1 akan jauh lebih kecil
dari kecepatan awal elektron, artinya elektron akan kehilangan hampir semua
energi kinetiknya. Salah satu contoh peristiwa partikel-partikel di alam yang
memberikan fenomena secara makroskopik adalah aurora. Sebuah aurora adalah
munculnya cahaya alami di langit. Aurora sering terjadi di daerah kutub, yang
disebabkan oleh tumbukan partikel bermuatan yang dipengaruhi oleh medan
magnet bumi (lihat gambar 3.3 )
Secara mikroskopik dua buah partikel yang bertumbukan, energi kinetik partikel
yang menumbuk diubah menjadi energi potensial, nilai maksimumnya akan
mengikuti persamaan:
M mv 2
W p (maks ) =
m+M 2
(3.14)
Ketika kedua partikel memiliki massa yang sama maka energi yang diubah
maksimum adalah setengah dari besarnya energi mula-mula, artinya partikel
penumbuk tidak akan kehilangan energi lebih dari setengah energi awalnya,
namun pada kenyataannya energi kinetik yang hilang adalah tiga perempat dan
energi kinetik sisa sebesar seperempat, karena v1 = 1 2 v . Seperempatnya lagi akan
berubah menjadi energi kinetik dari partikel kedua, yang mana memiliki
kecepatan setelah tumbukan sebesar V1 = v1. Setelah terjadi tumbukan kedua
partikel akan meninggalkan pusat tumbukan dengan energikinetik atau dan
kecepatan yang sama. Ketika partikel yang menumbuk adalah elektron m<<M
maka :
1
W p (maks ) = mv 2
2
(3.15)
Hal ini berarti bahwa elektron akan kehilangan seluruh energi kinetiknya dan
berubah menjadi energi potensial dari atom yang ditumbuknya.
Fisika kuantum menyebutkan bahwa atom hanya dapat menyerap energi
yang besarnya tetentu atau bersifat diskrit. Jika Wp besarnya lebih kecil dari energi
yang dibutuhkan untuk eksitasi pertama maka, tumbukan akan bersifat elastis
karena energi sebesar Wp tidak akan diserap oleh atom. Sebaliknya jika Wp bernilai
lebih besar dari energi yang dibutuhkan untuk eksitasi pertama tetapi lebih kecil
untuk eksitasi berikutnya, maka energi yang diserap atom hanya sebesar energi
untuk eksitasi pertama. Kesimpulannya, agar elektron dapat mengionisasi sebuah
atom, maka elektron tersebut harus memiliki energi kinetik sekurang-kurang nya
sama dengan energi ionisasi dari atom tersebut.
Ionisasi akibat tumbukan dapat terjadi pada tumbukan antara elektron
dengan atom, elektron dengan molekul, atom dengan atom, atom dengan
molekul, dan molekul dengan molekul. Tumbukan ini dapat terjadi pada keadaan
netral, tereksitasi, radikal, maupun terionisasi. Jika elektron berfungsi sebagai
partikel penumbuk maka elektron tersebut harus mempunyai energi kinetik yang
lebih besar atau minimal sama dengan energi ionisasi dari atom atau molekul yang
ditumbuk. Secara matematis hal ini dapat dituliskan dengan:
Gambar 3.3 Pola lingkaran simetri yang ditunjukkan oleh foto aurora
(Courtesy: http://www.geo.mtu.edu/weather/aurora/ )
34
1 2
mv Ei
2
(3.16)
35
Pada gas campuran yang terdapat lebih dari sebuah atom, proses yang
mungkin terjadi akibat tumbukan antar atom adalah sebagai berikut:
A* + B s = A + B f
A1* + A2 s = A1 + A2 f atau
A1* + A2 = A1 + A2*
(R.1)
-e
+e
(a)
+
-e
-e
A*
-e
(b)
A
A
A
(c)
+e
-e
A+
A*
-e
-e
(d)
+e
A*
A*
A
A+
(e)
-e
36
(R.2)
Transfer eksitasi
(R.3)
A* + B = A + B *
*
*
+
(R.4)
A + B = A + B f + e Ionisasi orde kedua
+
+
Transfer muatan
(R.5)
A + B = A+ B
*
+
A + B = A + B + e Efek penning
(R.6)
Pada gas molekuler terdapat level energi yang sangat rendah. Level energi
tersebut mampu untuk menyerap energi kinetik dari partikel yang datang tanpa
memindahkan elektron ke level yang lebih tinggi. Level energi tersebut
berhubungan dengan pergerakan relatif atom-atom penyusun molekul. Pada
diatomik molekul, atom-atom penyusunnya bergerak menjauh dan mendekat
dengan periode tertentu. Pergerakan vibrasional ini membutuhkan energi yang
sangat rendah, yang dikenal dengan energi vibrasonal molekular. Selain itu atomatom pada molekul juga bergerak memutar mengelilingi sumbunya, energi
potensial yang berhubungan dengan pergerakan ini adalah energi spin molekular.
Atom-atom pada molekul juga bergerak mengelilingi pusat massa dari molekul
tersebut, energi yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan ini adalah energi
rotasional molekular.
Ionisasi akibat tumbukan juga dipengaruhi oleh densitas gas. Pengaruh
densitas ini menentukan jarak jalan bebas rata-rata. Jarak jalan bebas rata-rata ini
akan sangat menentukan jenis tumbukan elektron dengan atom/molekul gas.
Setiap molekul gas saling bertumbukan antara satu dengan yang lainnya.
Apabila kita mengabaikan pengaruh gravitasi dan pengaruh medan listrik dari
partikel yang bermuatan, molekul dapat dianggap bergerak dalam garis lurus
diantara dua tumbukan berturut-turut. Jarak melintang partikel diantara dua
tumbukan berturut-turut disebut dengan jarak jalan bebas (free path). Tentu saja
jarak jalan bebas merupakan besaran random yang harga rata-ratanya bergantung
pada konsentrasi atom atau densitas gas. Kita asumsikan molekul berbentuk bola
padat dengan diameter yang jauh lebih kecil dari pada jarak antar molekul. Salah
satu molekul menempuh jarak yang lebih jauh sebelum mengalami dua tumbukan
berturut-turut, sedangkan molekul yang lain menempuh jarak yang lebih pendek
sebelum akhirnya saling bertumbukan. Nilai jarak jalan bebas tiap-tiap molekul
atau partikel berbeda, akan tetapi terdistribusikan mendekati harga rata-rata,
yang biasa disebut dengan jarak jalan bebas rata-rata (mean free path).
Untuk menentukan nilai jarak jalan bebas rata-rata l kita asumsikan
terdapat gas stasioner atau molekul bergerak dengan kecepatan yang sangat
lambat dengan jari-jari r1. Kemudian pada gas tersebut dikenakan partikel cahaya
berjari-jari r2 dengan kecepatan yang lebih tinggi. Densitas partikel cahaya akan
37
p (r1 + r2 )
Tabel 3.1 Nilai dari jarak jalan bebas rata-rata ( l g )rata-rata kecepatan (v) dan
frekuensi tumbukan (vc) dari beberapa molekul gas. Dihitung dengan
menggunakan teori kinetik gas pada suhu 288 K dan tekanan 760 torr
(Nasser,1971)
(3.17)
dan pada satu satuan luas penampang lintang tumbukan efektifnya menjadi
2
Np (r1 + r2 )
Gas
(3.19)
1
2
p (r1 + r2 ) N
l=
1
4pr 2 N
(3.20)
le =
109 sec-1
2,016
11,77
1,740
14,8
2,74
He
4,002
18,62
1,230
6,6
2,18
H2O
18,000
4,18
580
13,9
4,60
Ne
20,180
13,22
550
4,2
2,59
N2
28,020
6,28
467
7,4
3,75
O2
32,000
6,79
437
6,4
3,61
Ar
39,940
6,66
391
5,9
3,64
CO2
44,000
4,19
372
8,8
4,59
Kr
82,900
5,12
271
5,3
4,16
Xe
130,200
3,76
217
5,8
4,85
3.5.
pr1 N
v = v1 + v 2
(3.22)
m/sec
Diameter
(3.21)
Pada kondisi tersebut dianggap bahwa kecepatan partikel datang jauh lebih besar
dari pada molekul gas. Akan tetapi jika kecepatannya hampir sama
g =
vc
H2
Pada kondisi lain jika partikel penumbuk adalah elektron yang dengan jari-jari
yang jauh lebih kecil dari molekul (r1>> r2) persamaan (3.19) menjadi
-
Apabila yang digunakan sebagai partikel penumbuk adalah molekul dari gas yang
sama maka r1 = r2 = r sehingga persamaan (3.19) menjadi
-
10-8 m
(3.18)
Dengan N adalah densitas molekul gas. Jarak jalan bebas rata-rata molekul
dinyatakan dengan
l=
Berat Molekul
lg
(3.23)
4 2 r1 N
-
Mengacu pada tumbukan antara dua buah partikel A dan B (gambar 3.5).
Partikel B adalah target yang diam, sedangkan partikel A adalah proyektil yang
datang dengan arah sumbu z. Rapat partikel datang dinyatakan dengan Jin. jumlah
partikel yang terlempar keluar per satuan waktu per satuan sudut ruang dalam
arah (q , f ) dinyatakan dalam Jout (q , f ) .besarnya nilai Jout sebanding dengan fluks
partikel datang Jin. Dapat dituliskan konstanta kesebandingan q (q, f )
J out (q, f )
(3.24)
J in
Inilah definisi dari tampang lintang diferensial untuk tumbukan. Integral tampang
lintang dapat dituliskan sebagai berikut:
(3.25)
s = q (q , f )d W
q (q , f ) =
38
(3.26)
39
Dengan menggunakan persamaan 3.24 dan 3.25 vcoll dapat dibentuk sebagai
berikut:
u coll = J in .s
(3.27)
Vin
(3.28)
J in = N .u in
N(A)
Jout (q)
A
Jin
Dengan N adalah densitas partikel A, dalam kasus ini (gambar 3.7) persamaan 3.27
dapat kembali dituliskan sebagai:
u coll = Nvins
(3.29)
Ketika kasus dibalik, yaitu partikel B yang datang pada sekelompok partikel
A yang diam. Densitas partikel A adalah N dan frekuensi untuk B menumbuk
partikel A diberikan oleh persamaan 3.29. jumlah tumbukan tiap satuan panjang
untuk partikel B dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1
(3.30)
= Ns
vin
Jarak bebas rata-rata untuk partikel B bergerak dalam kelompok partikel A dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
x = u coll
Vin
N(A)
l mfp =
1
1
=
x Ns
(3.31)
t coll =
Gambar 3.6 Berkas partikel A yang menumbuk target partikel B yang diam
40
1
1
=
u coll Nvins
(3.32)
41
q s (q, f ) =
J out , s (q, f )
(3.33)
Tanda s pada subscript menunjukkan jenis tumbukan dan Jout,s jumlah partikel
yang keluar setelah proses tumbukan s. persamaan 3.25 dapat digantikan dengan
persamaan berikut:
(3.34)
Ketika kita tidak terlalu memperhatikan detail dari tumbukan, maka didapatkan
tampang lintang hamburan total, tot, adalah nilai yang digunakan, sesuai dengan
persamaan :
s tot = s s
s
(3.35)
Tampang lintang ini secara sederhana adalah ukuran dari kekuatan tumbukan
(seberapa kuat, seberapa sering terjadinya tumbukan). Besaran yang telah
dikenalkan di atas (v,,,) dapat didefinisikan baik dalam s maupun tot.
Kadang-kadang tampang lintang tumbukan dapat diartikan dengan
kebolehjadian terjadinya tumbukan. Dengan catatan, Kebolehjadian dengan nilai
antara 0 dan 1 harus didefinisikan secara tepat. Berdasarkan berkas partikel B
(kecepatan v dan intensitas I) menerobos kumpulan partikel A (partikel diam
dengan densitas N). jumlah tumbukan antara partikel B dengan A pada jarak
sebesar dx diberikan oleh dx/mfp , dengan mfp adalah jarak bebas rata-rata seperti
pada persamaan (3.31). sebagai akibat dari tumbukan, berkas akan kehilangan
intensitas sebesar (dx/mfp)I. atau dapat dituliskan sebagai berikut:
dI
dx
=I
l mfp
(3.36)
Tanda minus pada sisi kanan persamaan 3.36 mengindikasikan bahwa intensitas
berkas akan berkurang seiring bertambahnya x. setelah menembusi pada jarak L,
itensitas berkas akan menjadi:
I (L ) = I0 exp l
mfp
(3.37)
Dengan I0 adalah intensitas saat x=0, dengan persamaan 3.31 kita peroleh:
I (L ) = I 0 exp(- NsL )
42
(3.39)
J in
s s = q s (q, f )dW
(3.38)
(3.40)
Implikasi hubungan di atas adalah, jika tampang lintang itu besar, kita dapatkan
kebolehjadian tumbukan yang besar (hampir satu), tetapi hal ini tidak proposional
antara kedua kuantitas.
Berdasarkan tumbukan (proses s) antara kumpulan partikel B (dengan
densitas NB) dan kelompok partikel A (dengan densitas partikel NA). dalam kasus
partikel A diam sedangkan partikel B memiliki distribusi kecepatan f(v), jumlah
tumbukan tiap satuan waktu (kecepatan tumbukan) diberikan oleh persamaan:
Rs = N A N B vs s (v )f (v )dv
(3.41)
k s = vs s (v )f (v )dv
(3.42)
Didapatkan hubungan
(3.43)
Rs = N A N B k s
Hal ini dapat diaplikasikan pada kasus reaksi kimia
A+ B C + D
(3.44)
Pada kasus ini kecepatan v adalah rata-rata kecepatan relatif antara A dan B.
karena distribusi kecepatan bergantung dari temperature gas, koefisien reaksi
k A+ B C + D adalah fungsi dari temperatur.
3.6.
n n ion v e = n e rec v e
atau
ion v e
ne
=
nn
rec v e
(3.45)
Dengan ion adalah tampang lintang (keboleh jadian) terjadinya ionisasi dan rec
adalah tampang lintang rekombinasi, ve kecepatan elektron, ne adalah densitas
43
elektron dan nn adalah densitas atom atau molekul netral sedangkan ni adalah
densitas ion.
ne
T 2 [eV ] Ei
3.10 27
exp-
nn
ni m - 3
T
[ ]
(3.46)
Dengan Ei adalah energi ionisasi. Tentang persamaan Saha ini akan dibahas lebih
lengkap dalam bab 5.
Representasi bagus dari transisi kedalam keadaan plasma diberikan
kuantitas ne (ne + nn ) , yang disebut dengan derajat ionisasi relatif . gambar di
bawah ini menunjukkan derajat ionisasi relatif untuk atom Hidrogen dengan
energi ionisasi sebesar 13,6 eV dan densitas nn 1019 m-3 sebagai fungsi temperatur
plasma.
1
0,8
0,6
PLASMA
0,4
0,2
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
T (eV)
19
-3
Gambar 3.8 Derajat ionisasi relatif pada plasma Hidrogen dengan nn = 10 m
Transisi yang drastis pada persamaan Saha dapat kita asumsikan sebagai
perubahan fase. Pada T > Ei ionisasi mendekati 100%. Kesetimbangan Saha
dengan derajat ionisasi mendekati 1 dengan perkataan lain ionisasi terjadi ionisasi
sempurna juga tidak terdapat pada plasma dingin dan plasma termik, keadaan ini
hanya terjadi pada plasma untuk membangkitkan reaksi fusi nuklir baik kondisi
laboratorium maupun secara alami yang terjadi di matahari dan bintang. Gambar
3.8 menunjukkan derajat ionisasi sebagai fungsi temperatur.
3.7.
(3.47)
coulomb b 2
(3.48)
2
Dengan b = e 4pe 0T
('panjang Landau') adalah jarak yang mana energi
elektrostatik sama dengan energi thermal. Perlu diperhatikan bahwa kita
44
45
harapkan panjang efektif untuk interaksi kolektif elektrostatik lebih besar dari
pada b, oleh sebab itu penampang lintang lebih besar sehingga partikel tetap
berinteraksi pada jarak yang lebih besar dari pada b karena kita masih di dalam
2
bola Debye. Dengan memberikan s ion pa a
untuk Hidrogen kita dapat
menghitung derajat ionisasi di atas. Untuk plasma terionisasi kuat
Soal - Soal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jika nilai dari jarak jalan bebas rata-rata ( g ), rata-rata kecepatan (v) dan
frekuensi tumbukan (vc) dari beberapa molekul gas. Dihitung dengan
menggunakan teori kinetik gas pada suhu 288 K dan tekanan 1 atm, maka
anda diminta menghitung kembali dan melakukan koreksi terhadap tabel
dibawah ini
ne
ion
a 2
4e
>
~ 02 = a 02 2 0 T 2
n n Coulomb b
e
(3.49)
Gas
8.
46
Berat Molekul
vc
Diameter
10 -8 m
m/sec
10 9 sec-1
H2
2,016
10,77
1,740
14,8
2,74
He
4,002
18,62
1,230
6,6
2,18
H2O
18,000
8,18
580
13,9
4,60
Ne
20,180
18,22
550
4,2
2,59
N2
28,020
6,28
467
7,4
3,75
47
ne
T 2 [eV ] Ei
3.10 27
exp-
nn
ni m - 3
T dengan Ei adalah energi ionisasi
T adalah suhu
[ ]
plasma dan n adalah densitas gas netral. Gunakan persamaan Saha untuk
mengevaluasi grafik dibawah ini
Persamaan Saha -E1=13,6eVnn=1019m-3
BAB 4
Pendahuluan
1
0,8
0,6
PLASMA
0,4
0,2
0,5
1,5
2,5
3,5
4,5
T (eV)
Pada tumbukan tersebut range-nya sangat pendek, sekitar a o . Pada energi yang
cukup tinggi (T 10keV ) inti atom dapat mengalami tumbukan dan menghasilkan
reaksi fusi nuklir. Pada kasus ini range interaksinya juga sangat pendek, berorde
ukuran inti, sekitar 10 -15 m . Kedua contoh tersebut adalah kasus tumbukan tak
elastis. Bab ini akan difokuskan pada tumbukan antara partikel bermuatan, yang
berada dalam keadaan plasma, dan mempertahankan keadaan plasma.
Tumbukan partikel bermuatan adalah hasil dari gaya Coulomb range jauh dan
dapat diasumsikan sebagai tumbukan elastis.
Tumbukan antar partikel bermuatan dapat dijelaskan sebagai interaksi
antara dua partikel bermuatan. Ini hanya merupakan pendekatan, pada
kenyataannya terjadi bayak tumbukan dalam bola Debye. Tumbukan-tumbukan
lain untuk sementara diabaikan terlebih dahulu, karena diluar bola Debye.
Pada plasma dengan jumlah ion dan elektron yang lebih sedikit
dibandingkan dengan atom netral masih dapat mengalami ionisai kuat dengan
mengalami lebih banyak tumbukan antara partikel-partikel bermuatan
dibandingkan tumbukan dengan atom netral. Hal ini disebabkan karena
48
49
tumbukan Coulomb range jauh. Berdasarkan model sederhana yang kita ambil
dari panjang Landau b, diberikan oleh persamaan:
b~
e2
4pe 0T
(4.1)
Coulomb ~ b 2 ~
10
2
m
2
T[eV ]
(4.2)
[ ]
v = v1 - v 2
(4.7)
Kecepatan pusat massa ini biasanya konstan. Selain itu diambil, kecepatan relatif
antara kedua partikel,
Untuk kasus tumbukan banyak (multiple collisions), karena sudut difleksi kecil
maka pada kenyataannya tampang lintang Coulomb:
Coulomb >> b 2
Agar dapat menghitung tampang lintang tumbukan efektif atau frekuensi
tumbukan untuk berbagai proses dalam keadaan plasma, terlebih dahulu perlu
dibahas secara mendalam mengenai, antara lain:
Laju transfer energi
m=
m1 m2
m1 + m2
(4.8)
v1 - u =
m2
v,
m1 + m2
(4.9)
v2 - u =
m1
v.
m1 + m2
(4.10)
Dalam kerangka pusat massa gaya, gaya-gaya interaksi dua partikel bermuatan
tersebut (F12 = -F21) dapat dituliskan sebagai berikut
.
d
(v1 - u ) = m1m2 v = m
dt
m1 + m2
F21 = m2
.
d
(v 2 - u ) = m1m2 v = m
dt
m1 + m2
(4.4)
(4.5)
u=
50
F12 = m1
m1 v1 + m2 v 2
m1 + m2
(4.11)
(4.12)
Gaya tersebut dapat dikaitkan dengan pusat massa sehingga dapat dituliskan
dalam terma massa tereduksi ( v& )
mv& = F(r )
(4.13)
F(r ) =
q1 q 2 r
4pe 0 r 3
(4.14)
(4.6)
51
z
m2
m1
y
f(r)
r1
b'= b
r2
r
m2 q2
q
b
Parameter Tumbukan
q2
Dari sifat konservasi energi dan momentum kita ketahui hanya kecepatan selalu
tetap walaupun arahnya berubah,
n-r - -m
n-r
v = v,'
(4.15)
- - mn
Kerangka Laboratorium
nX
X Pusat Massa
q
X
'
v1 - u = (v 1 -, u )
(4.16)
'
v2 - u = (v 2 - u )
(4.17)
Kita ketahui bahwa pusat gaya gerak mempunyai momentum linear dan
momentum anguler yang tetap. Lebih lanjut hal ini diselesaikan melalui kerangka
pusat massa (gambar 4.1). Proses dideskripsikan dengan menggunakan
parameter s,v,b. Menggunakan hukum konservasi dan geometri yang sesuai kita
dapatkan
q b
tan = 90
2
b
(4.18)
Tumbukan dua partikel bermuatan ini juga dapat ditinjau dari laboratorium. Pada
kerangka yang berbeda sudut difleksi juga akan berbeda (gambar 4.3). Dengan
menggunakan beberapa metode geometri dapat ditentukan besarnya sudut
difleksi pada kerangka laboratorium seperti persamaan di bawah ini:
m2
v sin q
m1 + m2
tan q L =
m2
u+
v cos q
m1 + m2
(4.20)
dengan
q1 q 2
b90 b90 (v) =
4 pe 0 m v 2
(4.19)
m2
b90
52
53
4.3
DE k @
m1 m 2
1
m1 v 2
q2
2
2
(m1 + m 2 )
(4.21)
Bagaimanakah besarnya bmin dan bmaks ?. Secara sederhana kita ambil bmin = 0 dan
bmaks = , kita dapatkan divergensi logaritma. bmin diambil jika sudut difleksi 900
sehingga
b min b 90
b min DeBroglie = h mv
E k m1 2b 90
Ek
m2 b
m1 m 2 2b 90
1
DE k @ m1 v 2
2
(m1 + m 2 )2 b
(4.22)
sehingga
dE k
m1 m 2
2
= E k n8 b 90
ln
dl
(m1 + m 2 )2
dE k
dl
=
(4.23)
(4.24)
sepanjang db
dE k
dl
semua b
bmaks
bmin
bmaks
bmin
bmaks
bmin
dE k
dl
54
Laju transfer energi juga sering disebut dengan energi yang hilang dalam
tumbukan. Laju transfer energi dapat dituliskan pada persamaan di bawah ini
m1 m 2
(m1 + m 2 )2
dE k
dE k
dE
= v1
=v k
dt
dl
dl
2b 90
n 2 b db
b
bmaks db
bmin b
m1 m 2
1
m1 v 2
2
(m1 + m 2 )2
= E k n8 b
(4.30)
DE k n2 b db
2
90
0 Te e 2 n
D
=
b 90 q 1q 2 4e 0 v 2
Karena ketergantungan logaritma yang sangat lemah, pilihan eksak dari bmin dan
bmaks tidak relevan.
4.4
= DE k ds n
(4.29)
Energi tersebut adalah energi yang hilang pada tumbukan tunggal, dengan sudut
tumbukan kecil dan target yang diam. Mari kita hitung energi yang hilang per
satuan panjang pada interval parameter tumbukan db
(4.27)
bmaks dengan mengingat efek selubung Debye. Di luar Bola Debye, potensial
terhalangi, sehingga tumbukan tidak terjadi b maks D
(4.28)
(4.26)
(4.31)
55
Ek =
1 dE k
E k dt
(4.32)
u Ek = v
q 2q 2
1 dE k
ln
= 8 n 1 2 2
E k dl
(40 ) m1m 2 v 3
(4.33)
u coll = Nsv
Kita dapatkan
uE
q 2q 2
lnL
E k = k = 1 22
nv 2 0 m1 m 2 v 4
Kita dapat menerapkan konsep yang sama dari frekuensi tumbukan efektif dan
penampang lintang yang kita diskusikan pada Ek, maka kita peroleh hubungan
antara tampang lintang momentum dengan tampang lintang terkait energi :
p = Ek
m
m1 + m 2 1
= E k 1 + 2
2m 1
2
m1
Energi
Dp x = m1 v1 - v
'
1x
m2 q
Dp x
m2 q
p x atau
m1 + m 2 2
px
m1 + m 2 2
Elektron - ion
Ion - Elektron
Dp x
m DE k
DE k
2
>>
px
2m1 E k
Ek
56
mi
2m e
Z 2 e 4 ln
2 02 m i m e v 3e
u pe i = u Ee ki
u Ei ke = n e
Z 2 e 4 ln
2 02 m i m e v 3i
1
u pi e = u Ei ke
2
(4.41)
Z 4 e 4 ln
2 02 m i2 v 3i
u pi i = u Ei ki
(4.42)
u pe e = u Ee ke
(4.43)
Ion - Ion
u Ei ki = n i
Elektron - Elektron
u Ee ke = n e
(4.36)
(4.37)
Momentum
u Ee ki = n i
Dp x 1 m1 + m 2 DE k
=
px
2 m1
Ek
1
E (untuk m2 << m1 ),
2 k
(4.35)
Seperti pada transfer energi, dalam laju transfer momentum atau sering juga
disebut dengan momentum yang hilang dalam tumbukan, kita asumsikan sudut
difleksi tumbukan adalah sudut-sudut kecil. Partikel yang bergerak adalah partikel
sebagai proyektil, sehingga v1 = v dan v2 = 0, maka untuk perubahan momentum
mengikuti persamaan:
(4.39)
e4
ln
2
2 0 m e2 v 3e
(4.40)
Dengan Z adalah jumlah muatan dari ion. Pada prinsipnya ln e ln I,tetapi karena
ketergantungan yang sangat lemah, logdivergensi biasanya diabaikan. Untuk
mempermudah diambil suatu bentuk umum dari frekuensi tumbukan yang
berbasis pada pertukaran energi u E untuk tumbukan spesies j (proyektil) dan
spesies k (target) dapat dirumuskan seperti persamaan:
k
(4.38)
jk
Ek
Z 2j Z 2k ln
~ nk
m j m k v -j3
(4.44)
57
5
4.5
4
3.5
4.5
2.5
2
1 dA
A dt
(4.45)
dA
dt
Dan rata-rata
dibentuk di atas fungsi distribusi f (v- ) . Persamaan (4.45)
dapat menjelaskan bahwa pada saat awal dengan t = 0 harga A = A0, setelah selama
tA perubahan A=A(t) akan seorde dengan Ao(gambar 4.4). Persamaan 4.45
tersebut adalah persamaan umum frekuensi tumbukan dalam plasma.
58
Ao
1.5
uA =
DA
A=A (t)
1
0.5
0
10
12
14
16
18
20
4.6
m
f e (v e ) = n e e
2pTe
m (v - v d )2
2
exp- e e
2Te
(4.46)
Dengan menggunakan fungsi distribusi ini akan dicari momentum yang hilang
pada plasma termik. Diambil kembali frekuensi tumbukan antara elektron sebagai
proyektil dan ion sebagai target.
u pe i (v e ) = n i
Z 2 e 4 ln
4 02 m e 2 v 3e
(4.47)
Total momentum yang hilang per satuan volume per satuan waktu didefinisikan
sebagai frekuensi tumbukan rata-rata, didekati dari perubahan momentum.
59
_ei
1
P
up =
(4.48)
dp
dt
_ii
up
dengan
dp
1
=
f e (v )m e vu p (v )d 3 v
dt
ne
(4.49)
dengan u
u p i dan
up
_ei
p
(4.50)
~ u pe i (v the )
dengan v the = Te m e . Perhitungan tepat dengan mengasumsikan v d = v d x ,
v d << v the dan ln L konstan , tak tergantung v, menghasilkan
Te
Ti
2 2 _ei
Z u p
(4.54)
1 me
2 m i
1 2 q i2 q i'2 ln L i
n i'
3 p 4pe 02 m1i 2 Ti3 2
m i'
m i + m i'
12
(4.55)
_ei
1 2 ei
up =
u p (v the ) 0,26u pe i (v the )
(4.51)
3 p
Persamaan di atas merupakan frekuensi tumbukan rerata melalui
pendekatan perubahan momentum untuk plasma termik.
up
1
2
_ei
(4.56)
up
_ie
pe u p = pi u p
_ie
_ei
_ei
_ei
pe
m v
m
up = e d up e up
pi
mi vd
mi
dan
up =
atau
u p << u p
_ie
(4.52)
(4.53)
_ei
Dengan catatan bahwa frekuensi tumbukan ion terhadap elektron sangat kecil
dibandingkan antara frekuensi tumbukan elektron terhadap ion.
4.6.3 Tumbukan Ion-ion
Dalam pembahasan tumbukan ion-ion, pendekatan yang sama dapat
dilakukan seperti pendekatan pada tumbukan elektron-ion dan ion-elektron.
Distribusi yang digunakan tetap distribusi Maxwellian. Dengan menggunakan
kerangka pusat massa didapatkan
60
4.7
t = u -1
(4.57)
Frekuensi tumbukan antar partikel bermuatan juga tergantung pada jenis partikel.
Dapat terjadi tumbukan antar elektron, antar ion atau elektron ion. Rumus di
bawah ini merupakan perbandingan antara waktu karakteristik tumbukan antar
ion dibandingkan dengan waktu karakteristik tumbukan elektron ion,
perbandingan tersebut berdasarkan perbandingan frekuensi tumbukan.
_ii
up
_ei
u p
-1
t pi i
t
ei
p
m
i
me
12
Ti
Te
32
1
Z2
(4.58
Frekuensi plasma dapat diwakili oleh frekuensi tumbukan, antara lain tumbukan
antara ion-ion atau tumbukan antar elektron dan ion.
Sehubungan dengan frekuensi tumbukan dan waktu karakteristik, dalam plasma
terdapat tiga jenis waktu karakteristik,
61
1.
2.
3.
_ee
u e u p ~ u p
(4.60)
Dengan cara yang sama dikenalkan pula tumbukan berbasis ion yakni tumbukan
ion-ion dan tumbukan ion-elektron, dengan frekuensi tumbukan ion adalah
sebagai berikut:
_ii
u i u p = u E k
(4.61)
ue
ui
mi
me
t e ~ 1840 x 0 ,2 ms 0 ,4 s
me
Hal ini berarti pada waktu karakteristik lebih kecil dari waktu karakteristik
kesetimbangan termal, yang pendek t < t Ti Te . Kesetimbangan termal antara
partikel-partikel berbeda jenis pada dua temperatur yang berbeda Te dan Ti
seharusnya sudah tercapai. Jika kesetimbangan termal terjadi plasma akan
mencapai satu temperatur yakni Te = Ti = Tp , Namun waktu karakteristik plasma
selalu tak mencapai waktu karakteristik keseimbangan termal, sehingga plasma di
laboratorium dan plasma secara umum ditemukan pada kondisi Te Ti . Misalnya
pada Kriteria Lawson, nilai yang sama seperti di atas ditemukan tE ~ 1s. Di atas
waktu tersebut seharusnya ion-ion dan elektron-elektron akan berada pada
kesetimbangan termal (yaitu Te dan Ti terdefinisikan dengan baik, dan Te = Ti).
Keadaan pemenuhan kriteria Lawson inilah yang sedang diusahakan para peneliti
yang tergabung dalam International Thermonuclear Experiment Reactor (ITER).
Bila dibandingkan dengan frekuensi Larmor ion dan elektron nilai frekuensi
tumbukan ne dan ni sangat kecil, sehingga gerakan Larmor tidak terganggu oleh
tumbukan.
Perhatikan juga pada suhu T~10 keV kita mempunyai tampang lintang
hamburan Coulomb s coul >> s fusi (lihat gambar 4.5), sehingga ion-ion dihalangi
oleh banyak tumbukan sebelum mereka bisa membangkitkan reaksi fusi. Secara
umum hal tersebut sesuai dengan kaedah- kaedah pada distribusi Maxwellian.
t Ti Te ~
_ei
dTe
dTi
== - u E k (Te - Ti ) 0
dt
dt
_ii
untuk Te = Th dan z =1
(4.62)
u e ~ 5.10 -11 x
u i ~ 10
62
-12
[ ][ ]
n m -3 -1
s
Te3[eV2 ]
[ ][ ]
n m -3
x 3 2 s -1
Ti [eV ]
(4.63)
(4.64)
63
Laju elektron lebih besar atau sama dengan laju termal plasma (nde nthe )
s [m]
Perhitungan ini menyangkut laju elektron. Terdapat dua kasus untuk laju elektron
Terlebih dahulu dibahas laju elektron lebih kecil dari termal plasma (nde << nthe )
s coul
D -T
Pada kasus t pe i @ 1 u pe i (v the ) dan tidak tergantung pada nd. Dalam kasus ini solusi
steady-state dengan percepatan akibat medan listrik diimbangi oleh tumbukan
yang disebabkan oleh ion
t pe i eE = -m e v de
(4.67)
s emisi
t pe i eE =
~ 40
E [KeV]
e2n e
atau J =
(4.68)
meJ
en e
_ei
p
e
(4.69)
m u
4.8
Resistivitas Plasma
(4.65)
(4.70)
Dari perumusan yang diperoleh pada 4.70 dapat ditafsirkan terhadap resistivitas
plasma antara lain:
Tidak ada ketergantungan terhadap densitas plasma. Jika dalam plasma
terdapat n pembawa muatan dan n tumbukan.
resistivitas plasma sebanding dengan Te-3 2
= 5.10 -5 x
(4.66)
64
me u p
m e 1 2 (n iZ)Ze 4 ln
2 m1e 2 Ze 2 ln
= 2
= 2
=
e ne
e n e 3 p 4pe 02 m1e 2 Te3 2 p 3 2 12e 02 Te3 2
me
Zln
[Wm]
Te3[eV2 ]
(4.71)
65
Medan listrik yang ditujukkan pada persamaan 4.76 disebut medan Dreicer.
Perbandaingan antara energi kinetik elektron dengan tengan energi termik selalu
lebih besar dengan perbandingan antara medan Dreicer dan medan dalam
plasma. 1
dE k
= J 2
dt
(4.72)
m e v 2d
>
Te
Fc
Untuk laju elektron nde nthe (laju termik spesies plasma), vde tidak dapat
lagi diasumsikan bebas dan penyelesaian dengan keadaan tunak (steady state) tak
lagi diperlukan. Pada keadaan ini nilai frekuensi rerata tumbukan elektron ion
tidak dapat lagi diasumsikan sebagai distribusi Maxwellian. Di sisi lain frekuensi
tumbukan elektron ion dalam plasma tetap diambil sebagai fungsi kecepatan.
Dengan memperhitungkan tumbukan antara elektron dan ion serta elektron
dengan elektron, maka diperoleh:
e E > u pe i + u pe e m e v d
3
1
Z n e ln
m e v 2d > 1 + e 2
2
2 4pe 0 E
atau didefinisikan
n e e 3 ln Z
E D :=
1 +
2
8pe 02 Te
66
(4.75)
~ Ve-2
~ linear
vthi
vd
vthe
(4.74)
Elektron dalam medan listrik ini mengalami percepatan bukan perlambatan. Jika
dipercepat, percepatan menjadi lebih tinggi dan walaupun Fc < qE. Itu disebut
dengan daerah 'run-away' atau daerah elektron berkecepatan tinggi. Sebelum
daerah ini terdapat daerah elektron dipercepat oleh E, dikenal sebagai daerah
tumbukan menyeret (drag collision) karena gaya gesekan tidak mampu untuk
mengimbangi gaya yang diberikan oleh medan listrik (lihat gambar 4.6). Dengan
menuliskan u pe i dan u pe e dalam bentuk vd kita dapatkan
Daerah
Run - Away
qE
dv d
= -eE - u pe i + u pe e m e v d
(4.73)
dt
Pertanyaan kuncinya adalah tanda pada ruas kanan. Untuk elektron dalam medan
listrik, gaya yang dialami oleh elektron karena medan listrik lebih besar dari gaya
yang disebabkan oleh gerakan elektron.
(4.77)
Arti dari bentuk tersebut adalah untuk E = E D daerah run-away dicapai pada saat
energi kinetik sama dengan energi termik elektron
1
E drift = m e v 2d = Te
2
me
ED
E
4.9
ion =
(4.76)
Fisika Plasma dan Aplikasinya
1
n n ion
(4.79)
67
dengan nn adalah densitas partikel netral dan vel adalah kecepatan elektron dengan
mengasumsikan bahwa ne >> nn, me << mn dan Te >> Tn , maka untuk partikel tunggal
ion dapat dituliskan jarak jalan bebas rata-rata: u i = n n ion v e
(4.80)
b.
Sifat
Dalam sub bab sebelumnya telah dibicarakan tampang lintang ionisasi dan
rekombinasi dalam plasma, dimana kondisi gas terionisasi diharapkan dapat
dipertahankan terus-menerus. Suatu besaran yang sangat penting untuk dapat
dikontrol adalah koefisien rerata ionisasi s u . Dalam lucutan gas dengan
mengambil ionisasi karena tumbukan maka laju ionisasi sangat menentukan. Laju
ionisasi merupakan jumlah tumbukan yang mengakibatkan ionisasi. Hal ini
disebabkan oleh elektron yang berkecepatan ve dan mempunyai energi Te, serta
mengikuti distribusi Maxwellian.
ion
sion
~pa2
~10-20m2
srec
~10eV
~150eV
Dengan nn adalah densitas target yang bermuatan netral, dan s ion .n e adalah
koefisien rerata ionisasi.
Gambar 4.7. Penampang lintang ionisasi dan rekombinasi untuk atom hidrogen
Dari gambar 4.7 dapat dimengerti bahwa s ion akan bernilai nol untuk energi
elektron sebagai proyektil masuk sangat kecil. Energi elektron tersebut belum
mencapai energi ambang atom atau molekul terionisasi (Ei) setelah Ee Ei dan
terus dinaikkan. Tampang lintang ionisasi akan bertambah besar dan mencapai
titik maksimum pada energi tertentu setelah melalui titik masimum s akan
menurun dengan bertambahnya energi elektron. Tampang lintang rekombinasi
diawali dengan nilai tertentu untuk energi elektron Ee = 0, dan terus berkurang
dengan bertambahnya energi elektron. Pada suatu energi tertentu, justru
rekombinasi tak terjadi lagi. Ini dapat dipahami karena elektron sangat energetik
dan tangkapan elektron oleh ion tak dapat terjadi.
ion v e =
dv f (v ) (v )v
dv f (v )
e e
e e
atau
ion v e =
ion
(4.82)
1
s ion (ve ) ve f e (ve )dve
ne 0
(4.83)
lel =
h
me v e
68
69
Soal - Soal
(svc)
(sionve)
1.
Bedakan antara jari-jari Bohr dan panjang Landau, dan kaitannya dengan
tumbukan antar partikel bermuatan dalam plasma.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Elektron dalam plasma Hidrogen mempunyai suhu sebesar 120 eV. Gas
yang membentuk plasma tersebut hampir teionisasasi sempurna.
Hitunglah besarna resitivitas plasma tersebut.
(stecve)
Te(ev)
untuk
T < Ei
Gambar 4.8. s ion ve sebagai fungsi dari T. Dengan catatan bahwa s ion ve 0
kemudian terdapat partikel yang mempunyai energi yang lebih besar daripada
E1 , yaitu memungkinkan untuk mengioniasi.
Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa koefisien rerata ionisasi dan koefisien rerata
rekombinasi tergantung pada temperatur atau energi elektron. Pada energi
elektron yang rendah koefisien rekombinasi lebih besar dari koefisien ionisasi.
Koefisien ionisasi terus meningkat dengan meningkatnya energi elektron.
Sebaliknya, koefisien rekombinasi terus menurun dengan kenaikan energi
elektron. Untuk kasus plasma panas proses rekombinasi sangat kecil
kemungkinan terjadinya, sehingga seluruh gas terionisasi, dan terjadi
kesetimbagan antara ion. Dalam kondisi ini terdapat kesetimbangan
termodinamika.
70
71
sub sistem berlaku hukum-hukum Boltzmann, Saha dan Maxwell. Pada keadaan
ini masih terdapat proses mikro-reversibilitas dari proses tumbukan.
BAB 5
I
T3
Hukum-Hukum
Termodinamika
Dalam Plasma
T2
dI
=0
df
T1
KTT
I= fluks radiasi
T= temperatur
t = waktu
Gambar 5.1 Ilustrasi temperatur dalam keadaan KTL dan KTT suatu plasma
5.1.
Pendahuluan
72
(5.1)
dengan E adalah energi foton, u adalah frekuensi foton dan h adalah konstanta
Planck.
Energi foton akan mengikuti distribusi Bose-Einstein seperti yang ditunjukkan
persamaan berikut:
u () =
8
3
c 3 e h/kT - 1
(5.2)
73
I = B (T) =
2h 2
1
3
exp(h kT )- 1
(5.3)
dengan Il= Bl adalah intensitas radiasi plasma, h adalah konstanta Planck, k adalah
konstanta Boltzmann, l adalah panjang gelombang radiasi, T adalah temperatur
plasma dan u adalah frekuensi.
5.4.2. Hukum Radiasi Kirchoff
Emisi radiasi dalam satuan volume dari suatu plasma dicirikan oleh
koefisien emisinya (eupada frekuensi tertentu, el pada panjang gelombang
tertentu). Emisi radiasi yang merupakan koefisien emisi ini didefinisikan seperti
intensitas spesifik dari radiasi energi yang dipancarkan oleh satu satuan volume
dari plasma persatu satuan waktu, persatu satuan sudut ruang dan persatu satuan
frekuensi atau panjang gelombang.
en =
el =
lim
DE
DVDTDWDu
lim
DE
DVDTDWDl
DV , DT , DW , Dn 0
DV , DT , DW , Dl 0
(5.4)
(5.5)
kinetik
melalui
dN = N f (v ) dv
N
m
= 4 2
N
2kT
m 2
exp d
2kT
(5.7)
dengan f(v) adalah fungsi distribusi Maxwell, m adalah massa partikel, k adalah
konstanta Boltzmann dan T adalah suhu plasma.
Dalam banyak kasus plasma, elektron mempunyai distribusi Maxwell
dengan energi kinetik yang berbeda dengan partikel berat (ion dan atom netral)
sedemikian rupa sehingga sering dinamakan temperatur elektronik (Te) untuk
elektron dan temperatur gas panas (Tg) untuk partikel berat.
5.4.4. Distribusi Radiasi Boltzmann
Jika sejumlah N atom sejenis berada dalam satu satuan volume (cm-3) dari
suatu volume plasma, terdapat sebagian dari atom-atom ini berada pada aras
tereksitasi.
Pada kesetimbangan termodinamika total (KTT) atau kesetimbangan lokal
(KTL), fraksi Ni dari atom-atom ini dengan i aras kuantum dengan energi Ei maka
fraksi atom tereksitasi ini mengikuti distribusi Boltzmann.
Ni
g
E
= i exp - i
N U (T ) kT
(5.8)
dengan gi adalah bobot statistika atom-atom dari plasma pada aras i, Ei adalah
Energi pada aras i, U(T) adalah fungsi partisi atom-atom plasma, k adalah
konstanta Boltzman dan T adalah suhu plasma.
Dari definisi yang disebutkan diatas, koefisien emisi dapat tergantung pada
arah radiasi. Dengan demikian hukum Kirchhoff dapat menjelaskan hamburan
radiasi dalam medan radiasi non-isotropik atau radiasi dengan arah tertentu
karena pengaruh medan eksternal.
74
75
5.5.
(Eip - E ip )
N i N e 2U i (2me k B Te ) 2
=
exp
3
No
Uo
k B Te
h
(5.9)
dengan Ui adalah fungsi partisi ion, Uo adalah fungsi partisi atom netral, me adalah
massa elektron, Eip adalah energi ionisasi, DEip adalah perubahan energi ionisasi, h
adalah konstanta Planck, kB adalah konstanta Boltzmann dan Te adalah temperatur
elektronik.
Z (T ) E
S = Nk B + Nk B ln
+
N T
(5.10)
dengan N adalah jumlah partikel dari jenis partikel yang ditinjau, E adalah energi
total yang berhubungan dan Z(T) adalah fungsi partisi tiap partikel.
Dengan menggunakan pendekatan Stirling diperoleh :
S = k B ln Z tot (T ) +
dengan mengusulkan :
E
T
(5.11)
Z N (T )
(5.12)
N!
tot
dengan Z (T) adalah partisi total. Fungsi-fungsi termodinamika diselesaikan
berdasarkan energi bebas Helmholtz, dihitung :
F=E-TS
(5.13)
atau
F = - kB T ln Ztot(T)
(5.14)
Z tot (T ) =
Gambar 5.2
Foto dari Meghnad Saha seorang astrofisikawan India
yang mengembangkan persamaan ionisasi termal
X + Y <---------> X + Y
Ex + Ey = (Ex + DE)+(Ey - DE)
Pertukaran energi kinetik dan
konservasi
76
Kesetimbangan Boltzmann
B
X + Am + Emn <-----> X + An
Deeksitasi <---- -------> eksitasi
Kesetimbangan Saha
S
X + Ap + Ep <------> X + Aj + + e
Rekombinasi <--- ----> ionisasi
Kesetimbangan Planck
P
An <-------> Am + hn
Absorpsi emisi spontan
An + hn ---------> Am + 2hn
Emisi terstimulasi
E
F
=
2
T T V
T
Dengan
ln Z tot (T )
E = k B T 2
T
V
entropi dari persamaan (D.2) menjadi :
ln Z tot (T )
S = k B ln Z tot (T )+ k B T
T
V
-
(5.15)
(5.16)
(5.17)
dapat dihitung tekanan melalui diferensial total dari fungsi Helmholtz (5.13) untuk
suatu transformasi reversibel :
dF = - SdT - PdV
F
F
=
dT +
dV
T V
V T
Fisika Plasma dan Aplikasinya
(5.18)
77
dengan
F
P = -
T T
(5.19)
ln Z tot (T)
P = k B T
V
T
Entalpi melalui definisi :
(5.20)
H = E + PV
atau
ln Z tot (T )
ln Z tot (T )
+ k B TV
H = k B T 2
T
dV
(5.21)
(5.22)
G = H - TS
Dapat ditulis juga seperti :
ln Z tot (T )
- k B T ln Z tot (T )
G = k B TV
dV
(5.24)
T
Perlu dicatat seluruh fungsi termodinamika (5.14), (5.16), (5.17), (5.20), (5.22) dan
(5.24) akhirnya menunjukkan fungsi-fungsi partisi total. Jika untuk jenis partikel
yang diperhitungkan dalam suatu plasma dilakukan suatu hipotesa merupakan
gas ideal (partikel tanpa interaksi dan tanpa aras-aras energi dalam), fungsi partisi
diselesaikan menjadi :
3
V
Z (T ) = 3 (2pmk B T )2
(5.25)
h
Fungsi partisi total menjadi :
N
3
1 V
(5.26)
2
(
)
Z tot (T ) =
2
p
mk
T
B
3
N! h
78
(5.30)
mc
(5.20) :
Nk B T
P=
V
5
H = Nk B T
2
Z (T )
G = - Nk B T ln
N
dengan memasukkan persamaan umum maka diperoleh :
(5.27)
Z (T ) - k BT
=e
N
berikutnya diperoleh :
(5.32)
G = Nm c
Untuk partikel-partikel murni potensial kimia C menunjukkan bahwa entalpi
bebas untuk satu partikel.
Jadi permasalahan yang dibahas di atas baru menunjukkan satu jenis
partikel dalam plasma. Suatu plasma yang mengandung campuran antara
elektron, ion, dan partikel netral (atom dan molekul) fungsi-fungsi termodinamika
global harus diperhitungkan untuk setiap jenis partikel. Permasalahan ini akan
lebih rumit jika tumbukan-tumbukan antar partikel terdiri dari 3 tipe tumbukan
(elastis, in-elastis dan reaktif). Modifikasi pertama yang harus dilakukan adalah
pada derajat kebebasan eksternal, berikutnya derajat internal dan yang terakhir
adalah perubahan dari sifat partikel (ionisasi dan dissosiasi). Tumbukantumbukan reaktif mengubah jumlah partikel NK. Mekanisme ini akan
meningkatkan temperatur dan terjadi penguapan. Pada kesetimbangan, jumlah
total partikel plasma dituliskan :
N = NK
(5.29)
(5.33)
ln Z Ktot (T )
E K = k B T 2
T
(5.34)
V
Misal bahwa tumbukan-tumbukan reaktif ionisasi-rekombinasi dimana dissosiasirekombinasi sekaligus diproduksi, diperoleh :
P + Q PQ + E
(R5.1)
dengan E adalah energi reaksi dan dapat dituliskan :
DE = E S + dE S
(5.28)
(5.31)
(5.35)
ES adalah energi ambang yang diperlukan untuk ionisasi atau untuk dissosiasi, dES
adalah penurunan dari energi ambang dalam kasus ionisasi. Efek ini akibat
interaksi Coulombian untuk partikel-partikel bermuatan yang terjadi dalam
plasma. Disamping itu untuk energi :
79
ion
- ionisasi : dES 0,
ES = ES
- dissosiasi : dES = 0
ES = ESDis
Tiap partikel (P,Q) yang terbentuk dalam reaksi-reaksi penting dengan energi DE
dapat dituliskan energi yang diberikan pada setiap partikel K:
1
m ' K +dm ' K = DE
2
(5.36)
Karena NK partikel dihasilkan melalui mekanisme yang telah dituliskan
sebelumnya, energi EK untuk jenis partikel ini menaikkan jumlah NK(m'K + dm'K) atau
ln Z Ktot (T )
+ N K (m ' K +dm ' K )
E K = k B T 2
T
V
dapat dituliskan juga
(5.37)
(T ) = Z Ktot (T ) e
(5.38)
(5.39)
(5.40)
NK
ZK
Z (T ) =
NK!
dengan
(5.41)
- (m ' K + dm ' K )
k BT
(5.42)
(5.43)
80
E = EK
tot
(5.48)
(5.49)
tot
(T ) = Z K (T )
F = -k B T ln Z
(5.50)
tot
(T )
(5.51)
ln Z tot (T )
E = k BT
T
(5.52)
V
Tekanan dalam persamaan (5.20), (5.22), entalpi bebas (5.24) dapat dituliskan
menjadi :
ln Z tot (T )
P = k BT
T
(5.53)
2
ln Z tot (T )
ln Z tot (T )
H = k BT
+ k B TV
T
V
V
2
ln Z tot (T )
- k T ln Z tot (T )
G = k B TV
B
(5.54)
(5.55)
(5.44)
Z (T ) =
dengan memberikan
- N K (m ' K + dm ' K )
k BT
N K = e k BT
atau
N k = Z K (T )
(T )+ E
Kita peroleh :
Z K (T ) = Z K (T ) e
tot
Z KN K
NK!
tot
K
(5.47)
S = k B ln Z
dengan
Z Ktot (T ) =
S = SK
K
atau
tot
2 ln Z K (T )
E K = k BT
V
dengan memberikan :
tot
K
3
V
(2pmk BT )2 Z int (T )
3
h
(5.56)
(5.45)
81
(m ' + dm ' K )
- K
3
1 V
Z (T ) =
3 (2pmk B T )2 Z Kint (T )e k BT
K NK!h
NK
tot
(5.57)
3
ln Z Kint (T )
(5.58)
int
ln Z K (T )
N k T
P = K B - NK
(5.59)
V
V
K
K
T
Perlu dicatat bahwa tekanan di dalam plasma merupakan tekanan dalam gas ideal
setelah melalui koreksi karena hasil interaksi (dm'K) antar partikel. Koreksi ini
dihitung dengan mengandaikan m'K tidak tergantung pada volume
(m ' K )
DP = N K
(5.60)
V T
K
Diselesaikan DP melalui penyelesaian :
1
dm ' K = dE s
(5.61)
2
Mekanisme dissosiasi (dES = 0) tidak tergantung pada variasi dari tekanan. Dalam
kasus ionisasi (dES 0). Jadi dES berpengaruh pada tekanan :
2
dE s =
-q
4pe 0 rie
(5.62)
dengan rie adalah jarak elektron-ion. Untuk jarak rie kurang dari panjang Debye,l D,
interaksi sangat efektif, jika rie lebih dari l D maka interaksi dapat diabaikan.
Akhirnya dengan memperhitungkan kondisi fisik, dapat dihitung faktor koreksi
rata-rata dm'K dengan mengandaikan untuk pendekatan pertama :
rie l
(5.63)
Panjang gelombang Debye disini diandaikan seperti jarak rata-rata antar partikel
dan dapat dituliskan :
1
(5.64)
l3D =
n
dengan adalah densitas rata-rata seluruh partikel-partikel bermuatan
sedemikian rupa sehingga dengan memasukkan persamaan (5.60) ke persamaan
n
(5.62) diperoleh :
1
- q 2 -3
dm ' k =
n
8pe 0
(5.65)
82
- Nq 2
DP =
8pe 0
- 13
n
Dengan menuliskan
diperoleh :
DP =
(5.66)
nq 2 1
24pe 0 l D
(5.67)
l2D =
e 0 k BT
nq 2
akhirnya diperoleh koreksi tekanan :
k T
DP = B 3
24plD
(5.68)
(5.69)
P nk B T -
k BT
24pl3D
(5.70)
Dari persamaan 5.70 dapat disimpulkan bahwa tekanan gas ideal mengalami
perubahan jika telah menjadi plasma. Tekanan plasma selalu lebih kecil
dibandingkan gas ideal
SOAL - SOAL
1. Hukum-hukum termodinamika dalam gas sudah tidak berlaku lagi dalam
plasma. Terdapat beberapa kesetimbangan termodinamika dalam plasma.
Sebutkan dan jelaskan!
2. Jelaskan hukum-hukum radiasi dan distribusi dalam plasma. Jelaskan kondisi
agar distribusi terssebut berlaku!
3. Sebelum anda mempelajari fisika plasma, distribusi Saha belum anda ketahui.
Jelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan distribusi Saha!
Jika perbandingan antara densitas atom tereksitasi (Ni) dengan atom netral (N)
diketahui misalnya melalui eksperimen spektroskopi maka melalui persamaan
distribusi Boltzmann N exp ( E ) temperatur eksitasi atom- atom dalam
i
kT
83
dan melepaskan energi yang sangat besar berupa radiasi matahari. Untuk
mendapatkan tipe reaksi yang berlangsung di matahari dalam suatu mesin
energi di bumi merupakan mimpi sejak awal petualangan nuklir untuk energi.
Solusi yang kelihatannya lebih mudah adalah melakukan penggabungan 2 isotop
hidrogen, deutrium (inti yang mengandung 1 proton dan 1 neutron) dan tritium ( 1
proton dan 2 neutron).
BAB 6
Plasma Tokamak
dan Fusi Nuklir
6.1.
Pendahuluan
84
Plasma Tokamak
85
D + T 4 He + n + energi
(R6.1)
Reaksi ini selain membebaskan energi juga melepaskan neutron cepat dari
pembentukan inti atom helium (partikel ). Dalam suatu reaktor fusi, zona reaksi
dikelilingi oleh suatu selimut dan selimut ini merupakan daerah konservasi energi
(energi terbebaskan dari reaksi fusi dan energi kinetik neutron) menjadi energi
panas. Panas tersebut mendidihkan air dan uapnya untuk memutar turbin
pembangkit energi listrik konvensional.
Reaksi fusi terkontrol memang sebuah harapan. Beberapa negara maju
terus saja memacu para ilmuwan mereka untuk mendapatkan suatu teknik yang
mampu menjaga kesetimbangan dan kesetabilan plasma di dalam reaktor dan
memungkinkan terjadinya reaksi fusi terkontrol terus menerus. Pada tahun 80-an
beberapa tokamak telah dibangun seperti TFTR di AS, JET di Uni Eropa, JT-60 di
Jepang dan dua terakhir Tokamak koil superkonduktor Tore Supra di Prancis dan
T-15 di Beka USSR. Dari semua Tokamak yang ada di dunia hanya JET pada tahun
1992 mendapatkan hasil eksperimen yang memungkinkan reaksi fusi terjadi.
Temperatur plasma telah mencapai antara 100 sampai 200 juta kelvin, suatu
kerapatan plasma dalam orde miligram per meter kubik, dan kesetabilan plasma
mencapai antara 1 sampai 2 detik setelah sumber energi luar diputus.
Sebuah mega proyek plasma Tokamak telah direncanakan oleh gabungan
Uni-Eropa Rusia, Amerika Serikat dan Jepang dan akan diputuskan di mana akan
dilakukan pembangunannya pada tahun 1998. Proyek itu bernama International
Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Rencananya ITER akan
mengkombinasikan beberapa teknik unggul dari Tokamak yang telah dilakukan di
negara-negara anggota.
Dalam fase plasma terdapat kesetimbangan termodinamik jika gas
terionisasi total. Ionisasi dalam gas dapat terjadi akibat dari tumbukan antar
molekul gas netral, antar elektron dengan gas netral, antar ion dengan molekul gas
netral. Dalam laboratorium sering ditemui plasma tidak dalam kesetimbangan
thermodinamik (non-equilibrium plasma).
6.3.
86
87
Besarnya energi potensial ini harus sama dengan besarnya energi kinetik dari
Te + 1,94 10 - 4 Te
(6.2)
(R6.2)
D+D T+p
(R6.3)
Pada reaksi DD, jika D dalam bentuk plasma akan dihasilkan sebuah isotop T
dengan temperatur 10 KeV, dan kemudian reaksi akan berlanjut dengan reaksi DT
yang akan menghasilkan sebuah netron.
Partikel-partikel yang bereaksi fusi akan memasuki potensial Coulomb dari
atom, sehingga harus mengalami tuneling. Kebolehjadian sebuah partikel
melakukan tuneling adalah mengikuti persamaan,
D
f G = exp
Dl
88
Reactor
conditions
100
Ignation
Inaccessible
region
10
0.1
QQT=1
TFTR
ALC-C
FT
Year
JT-60u
JET
JET
JET DIII-D TFTA
TFTR
JT-60u
JET
TFTR
JET
DIII-D
TFTR QDT=0.1
JT-60
DIII-D
TFTR
Reactor-relevant
DIII-D
conditions
TEXTOR
ALC-A ASDEX
PLT
1996
1980
PLT
T10
TFR
TFR
0.01
1970
T3
(6.3)
o D - T Exp
0.1
Dengan adalah jarak yang harus ditembus oleh partikel, dan adalah panjang
gelombang de Broglie dari partikel. Misalkan terdapat partikel dengan muatan inti
sebesar Z1 bermassa m dan bergerak dengan kecepatan v berinteraksi dengan
partikel lain dengan muatan inti sebesar Z2, maka partikel tersebut akan memiliki
energi potensial Coulomb sebesar:
Z Z e2
V = 1 2
4pe 0 D
-2
un
0 , 29
e
(6.6)
hi
tra
DT
ss
ln sv
Z Z e2
f G exp - 1 2
e 0 hn
Nilai fG ini sering disebut dengan faktor Gamov.
em
Energi yang dibebaskan ini secara teoretis sebagian akan digunakan untuk
mempertahankan plasma panas dalam reaktor dan sebagian lagi akan dikonversi
menjadi energi listrik. Kebolehjadian terjadinya reaksi DT ditunjukkan oleh
tampang lintang. Tampang lintang efektif untuk reaksi fusi DT pada temperatur di
bawah 100 KeV dapat didekati dengan persamaan berikut:
Br
(6.1)
of
Z Z e2
D= 1 2 2
(6.5)
2pe 0 mv
Dengan memasukkan bahwa panjang gelombang de Broglie adalah =h/(mv)
maka akan diperoleh probabilitas tuneling sebesar:
it
E = Dm.c
2
partikel datang mv sehingga akan diperoleh:
Seperti yang tertulis pada reaksi R6.1 bahwa reaksi DT akan menghasilkan
energi, energi ini diperoleh dari cacat massa Dm = (mD + mT ) - (m4He + n ), oleh teori
relativitas khusus Einstein bahwa energi yang dibebaskan adalah sebesar :
Li
6.5.
(6.4)
10
1965
100
Gambar 6.2 Tiga perkalian fusi ( nTt) sebagai fungsi temperatur ion Ti
dari sejumlah plasma Tokamak di dunia. JT 60-Jepang, D III-Rusia,
JET-Eropa; TFTR-Amerika
89
Lawson diusulkan pada tahun 1957 oleh Lawson, menunjukkan jika inti-inti yang
mengalami penggabungan adalah deutrium-tritium maka perkalian nTt harus
lebih besar dari 6 . 1021 dengan satuan n adalah partikel per meter kubik, t dalam
detik, dan T dalam keV. Kriteria Lawson dapat diringkas menjadi:
21
(6.7)
Kriteria Lawson inilah yang menjadi standar unjuk kerja dari suatu reaktor Fusi
termonuklir. Berbagai reaktor di dunia terus menunjukkan perkembangan tiga
perkalian fusi (triple fusion product) dan perkembangannya dapat dilihat pada
gambar 6.2.
6.6.
Gambar 6.3. Foto satu modul antena ICRF yang digunakan oleh JET (Jet,1997)
Kriteria Pembakaran
n D + nT + 2n He + qi ni = ne
(6.8)
Untuk densitas deutrium dan densitas tritium sama (nD=nT=nDT), dari persamaan
(6.8) maka akan didapatkan:
2n DT = ne - 2n He - qi ni
n
n
1 - 2 He - qi i
ne
ne
n DT =
ne
2
n DT =
ne
(1 - 2 f He - qi f i )
2
(6.9)
Dengan qi adalah besarnya muatan ion, angka 2 didapatkan dari besarnya muatan
inti helium. Pada keadaan yang mantab, laju produksi sama dengan laju
pengurangannya, sehingga menghasilkan persamaan:
n D nT sv
DT
n He
*
t He
(6.10)
t He =
He
dV
volume
(6.11)
GHe dS
suface
Dengan adalah fluks densitas inti helium yang keluar dari volume sebesar V yang
*
terlingkupi luasan sebesar S. Waktu efektif pengungkungan partikel He ( t He )
dirumuskan sebagai:
90
91
*
He
t He
t
=
= He
1 - Rcyc
e
(6.12)
Dengan Rcyc adalah koefisien recycle dan adalah efisiensi pengeluaran yang
dinyatakan dengan Scrape-off layer (SOL), yang terkait dengan pemompaan atom
He keluar dari reaktor fusi. Selama pengosongan muatan, partikel helium
meninggalkan dan kembali memasuki plasma berkali-kali sebelum partikelpartikel tersebut dipompakan keluar. Waktu efektif pengungkungan biasanya
*
>> t He .
lebih besar dari waktu pengungkungan partikel, t He
Ketika sumber bahan bakar dinon-aktifkan, maka densitas plasma akan meluruh
*
dengan waktu karakteristik peluruhan sebesar t p ,peluruhan yang terjadi adalah
peluruhan secara eksponensial, exp( -t/ t *p ), karena proses reaksi berkelanjutan,
maka waktu pengungkungan plasma dapat dituliskan sebagai:
t p = (1 - Rcyc) t *p
(6.13)
*
*
t
Berdasarkan persamaan di atas diperoleh t p < t p . Perbedaan antara p dan t p
Prad = ne ni Li (Te )
(1 - 2 f
He
4 f He
- qi f i )sv
(6.14)
DT
Reaksi fusi akan menghasilkan netron berenergi tinggi, yang akan diubah menjadi
netron termal. Daya dari atom He yang dihasilkan dari reaksi adalah P, maka daya
dari netron termal dapat dituliskan sebagai:
Ea
(6.16)
(6.17)
] )kT
2n DT
Karena
cbr =
(6.18)
B e
= 1 - 2 f He - qi f i dan
ne
16 2p g G
3
3 3 (4pe 0 ) me 2 c 3 h
2
= 3,84 10 - 29 Wm s
kg
(6.19)
Dengan g G 1 yang disebut dengan faktor Gaunt, yang dikenalkan oleh Kramers
untuk menghitung ketidak sesuaian antara mekanika klasik dan mekanika
kuantum. Zeff adalah muatan inti efektif dari ion plasma,
2
i
semua ion
Z eff =
Pa - PBrem - Prad = Pn
DT
Dengan Li adalah fungsi radiasi dari setiap ion ke i, Te adalah temperatur elektron.
Sehingga dengan mengambil qDT = 1 dan qHe = 2, PBrem dapat ditulis sebagai:
net *p =
ne2
(1 - 2 f He - f i qi )2 sv
4
Sedangkan daya yang dipancarkan karena radiasi ion-ion adalah sebagai berikut
E =
DT a
ni
q i ni
2
i
semua ion
ni
ne
(6.20)
semua ion
Pa - PBrem - Prad =
=
92
Dengan mensubtitusikan persamaan (6.17) (6.18) dan (6.19)ke (6.16) dan dengan
asumsi bahwa T = Te = TDT = THe = Ti maka diperoleh kriteria pembakaran seperti
persamaan:
WE
tE
3 (ne k B Te + 2n DT k B TDT + n He k B THe + ni k B Ti )
2
tE
(6.15)
93
(2 - f He + f i [1 - qi ])
3
net E = k B T
2
(1 - 2 f He - f i qi )2 sv Ea
DT
2
c 1 + 2 f +
qi - qi f i k BT - f i Li
He
br
])
6.8.
*
He
t
g =t
E
(6.22)
Ada empat kajian yang terus menerus dilakukan oleh negara-negara yang
melakukan riset dalam bidang energi thermonuklir
1.
2.
3.
4.
(1 - 2 f He - f i [1 - qi ]) sv DT Ea
cbr 1 + 2 f He + f i qi - qi
k B T - f i Li
8f
g = He
3 (1 - 2 f He - f i qi )2 (2 - f He + f i [1 - qi ])sv k B T
DT
((
]))
(6.23)
sv
2 f He
g =
3
4c br (1 + 2 f He ) k B T
(1 - 2 f He )2
(2 - f He ) sv DT k B T
Ea DT
(6.24)
2n DT + 2n He + qimp nimp = ne
(6.25)
f imp =
94
nimp
ne
1 - 2 f He
qimp
(6.26)
95
Li + n T + 4 He
(R6.4)
Li + n T + He + n
(R6.5)
Tritium yang dihasilkan pada reaksi ini akan dikembalikan ke reaktor menjadi
bahan bakar baru (lihat gambar 6.5).
Permasalahan yang masih harus mendapatkan penyelesaian serius adalah
tidak mampunya sistem reaktor plasma tokamak tetap menahan keadaan plasma
pada kondisi kriteria Lawson ketika sumber daya pemanasan plasma (ICRF)
diputus. Di dunia hanya satu kali terjadi di Joint European Torus (JET) dan
berlangsung hanya selama dua menit
Soal-Soal
1. Tuliskan reaksi fusi yang ingin direalisasikan untuk mendapatkan energi dari
penggabungan inti atom.
2. Jelaskan konsep plasma Tokomak dalam pengungkungan medan magnetik
3. Tuliskan kriteria Lawson dan jelaskan keterkaitan antara densitas plasma dan
temperatur agar terjadi reaksi fusi
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktor Gamov. Hitunglah faktor Gamov
untuk reaksi fusi antara Dentrium dan Tritium
5. Pada suatu kondisi temperatur plasma dalam suatu reaktor dengan bahan
bakar fusi adalah D dan T, sebesar 50 ke V . Tentukanlah tampang hitung reaksi
DT dalam reaktor tersebut.
6. Jelaskan hubungan antara daya atom He yang dihasilkan dalam suatu reaksi
fusi dengan energi plasma. Seperti yang kita ketahui bahwa energi plasma
merupakan hasil kali antara daya neutras termal yang dihasilkan dengan
waktu pengungkungan
7. Di dalam reaktor plasma tokamak, partikel-partikel juga mengalami
perlambatan (Brems strakling) dan partikel bermuatan yang bergerak juga
memancarkan radiasi. Apa pengaruhnya terhadap energi plasma.
8. Gambarkan dan jelaskan skema PLTN fusi dan jelaskan mekanisme sampai
dapat dibangkitkan energi listrik dan didistribusikan untuk kepentingan
masyarakat.
96
97
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Chang, J. S., 1993, Energetic Electron Induced Plasma Process for Reduction of Acid
and Greenhouse in Combustion Flue Gas, diedit oleh Penitrante, B. M., and
Schultheis, S. E., NATO ASI Series, Springer Verlag.
Chapman, B., 1990, Glow Discharge Processes, John Willey & Sons, New York.
Chen, J., dan Davidson, J.H., 2002, Electron Density and Energy Distributions in the
Positive DC Corona: Interpretation for Corona-Enhanced Chemical
Reactions, Plasma Chemistry and Plasma Processing, Vol. 22, pp 199-224.
JET (Joint European Torus)., 1997. "JET Joint Undertaking, annual report 1996"
nd
Dojcinovic B.P. , Manojlovic D., Roglic G.M. , Obradovic B.M., Kuraica M.M. and
98
99
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka
Loeb L. B., 1965. Electrical Coronas, Berkeley and Los Angeles: University of
California Press,
Petras Serapinas , Julius alkauskas, ilvinas Eerinskis, Artras Acus., 2010. Local
thermodynamic equilibrium modeling of ionization of impurities in argon
inductively coupled plasma, Spectrochimica Acta Part B 65 1523
Manojlovic D. , Ostojic D.R., Obradovic B.M., Kuraica M.M., Krsmanovic V.D. and
Puric J., 2007. Removal of Phenol and Chlorophenols from Water by New
Ozone Generator, Dessalination, 213 116-122.
Manfred A. Biondi* and Sanborn C. Brown ,1949, Measurement of Electron-Ion
Recombination Phys. Rev. 76, 16971700
Marr, G.V., 1967, Photoionization Processes in Gases, Academic Press, New York.
Stacey M. Weston M., 2005, Fusion Plasma Physics. WILEY-VCH Verlag GmbH &
Co. KGaA, Weinheim
Meek J.M. , Craggs J.D. , 1953. Electrical breakdown of gases, Clarendon, Oxford,.
Miyamoto K. , 1989, Plasma Physics for Nuclear Fusion, Rev. Ed., MIT Press,
Cambridge.
Nasser, E., 1971, Fundamental of Gasseous Ionization and Plasma Electronics,
Wiley-Interscience, New York.
Nur, M., 1997, PhD Thesis, Joseph Fourier University Grenoble,.
Nur, M., Bonifaci N and Denat A., 1997. Non-thermal Electron Mobility in High
density Gaseous Nitrogen and Argon in Divergent Electric Field Vol. IV Proc.
ICPIG XXIII, Toulouse, France pp 12-13,.
Nur, M., Denat A. and Bonifaci N., 1997. Temperature measurement by a
spectroscopic methode in high-density nitrogen positive corona discharges
Vol. IV Proc. ICPIG XXIII, Toulouse, France pp 12-13, Statistical Plasma
Physics: Volume 1:Basic Principal
Nur, M., Hernandez-Avila J.L., Bonifaci N., and Denat A.,1995, Proc. ICPIG XXII ,
Hoboken, New Jersey USA, pp 135-136
Nur, M., J.L. Hernandez-Avila, N. Bonifaci, A. Denat and , Proc. ICDL XII , Roma ,
Italya, pp 135-136, 1995
100
101
Apendiks
Apendiks
Satuan
Pokok SIa
Apendik A
Kuantitas
Intensitas
Panjang
Nama
Meter
Simbol
Kilogram
kg
Waktu
Detk
Temperatur
ampere
Kelvin
Termodinamika
Banyaknya Zat
102
Simbol
Cd
b a h w a a r u s ko n s t a n y a n g ,
jikadipertahankan dalam dua
penghantar sejajar yang lurus yang
p a j a n g nya ta k b e r h i n g ga , ya n g
p e n a m p a n g l i n g ka ra n nya d a p at
diabaikan, dan yang ditempatkan 1 m
terpisah satu sama lain dalam vakum,
akan menghasilkan sebuah gaya di
antara penghantar-penghantar ini yang
sama dengan 2 x 10-7 Newton per meter
panjang. (1946)
pecahan 1/273,16 dari temperature
termodinamika titik triple air. (1967)
mol
mol
Definisi
Intensitas cahaya dalam arah tegak
Definisi
Massa
Arus Listrik
Kandela
Cahaya
Satuan
Pokok SIa
Kuantitas
Nama
Satuan SI
Nama Simbol Pernyataan Pernyataan dalam
dalam
satuan dasar SI
satuan lain
s-1
frekuensi
hertz
Hz
gaya
newton N
Tenaga, kerja
joule
N.m
Kg.m2/s2
tekanan
pascal
Pa
N/m2
Kg/m.s2
watt
J/s
Kg.m2/s3
Kuantitas listrik,
coulomb C
m.kg/s2
Kuantitas kalor
A.s
muatan listrik
Volt
W/A
Kg.m2/A.s3
kapasitans
farad
C/V
A2.s4/kg.m2
Resistans listrik
ohm
V/A
Kg.m2/A2.s3
konduktans
siemen
A/V
A2.s2/kg.m2
103
Apendiks
Apendiks
Satuan SI
Nama Simbol Pernyataan Pernyataan dalam
dalam
satuan dasar SI
Kuantitas
Fluks magnet
weber
Wb
satuan lain
V.s
Medan magnet
tesla
Wb/m2
Kg/A.s2
induktans
henry
Wb/A
Kg.m2/A2.s2
Kg.m2/A.s2
Singkatan
Untuk kebanyakan soal dalam buku ini maka cukup dipakai tiga angka penting, dan
nilai-nilai komputasi (yang dibulatkan) dapat digunakan.
Angstrom
Kandela
Cd
Btu
Coulomb
Kalori
Cal
Farad
Hari
Henry
Derajat
Hertz
Hz
Dyne
Dyn
Joule
Electron volt
eV
Kelvin
Kaki
Ft
Kilogram
Kg
gauss
meter
Gram
Mol
Daya kuda
Hp
newton
Jam
ohm
Inci
In.
pascal
Pa
Mil
Mi
radian
Rad
Menit (busur)
'
detik
Menit (waktu)
Min
siemens
Pon
Lb
steradian
Sr
Putaran
Rev
tesla
Detik (busur)
volt
Atmosper standar
Atm
watt
weber
Wb
tahun
yr
104
Apendiks B
Singkatan
Nama
Ampere
mol
2,99792458
0,004
-19
1,6021892
2,9
-31
9,109534
5,1
-12
8,854187818 0,008
-6
4 (exactly)
11
1,60 x 10 C
9,11 x 10 kg
8,85 x 10 F/m
1,26 x 10 H/m
Perbandingan muatan
ke massa electron
e/me
1,76 x 10 C/kg
1,7588047
2,8
mp
1,67 x 10-27 kg
1,6726485
5,1
1836,15152
0,38
Perbandingan massa
proton ke massa electron
Massa diam neutron
Massa diam muon
Konstanta planck
Panjang gelombang
mp/me 1840
mn
m
h
1,68 x 10-27 kg
1,6749543
5,1
-28
1,883566
5,6
-34
6,626176
5,4
-12
1,88 x 10 kg
6,63 x 10 J.s
2,43 x 10 m
2,4263089
1,6
8,31 J/mol.K
8,31441
31
6,022045
5,1
Compton electron
Konstanta gas molar
NA
23
6,02 x 10 /mol
105
Apendiks
Apendiks
Konstanta
K
Volum molar gas ideal
pada STP c
Vm
Konstanta Faraday
31
10
10
1m
100
10-3
39,37
125
1 km
105
1000
Jari-jari Borhr
a0
5,29 x 10-11 m
5,2917706
0,82
9,284832
3,9
1,4106171
3,9
1,097373177 0,075
-26
1,41 x 10 J/T
-24
9,27 x 10 J/T
5,05 x 10-27 J/T
615
9,274078
3,9
5,050824
1 cm
Konstanta Gravitasi
1,10 x 107 /m
5,67032
Panjang
2,8
5,67 x 10 W/m .K
In.
0,3937
Konstanta Rydberg
Magneton Bohr
32
Konstanta
Stefan-Boltzmann
1,380662
-2
Sudut Ruang
3,9
Cm
. nilai dalam table ini dipilih dari daftar yang lebih panjang yang dikembangkan
oleh E.Richard Cohen dan B.N. Taylor, Journal of Physical and Chemical Reference
Data, Vol.2 No.4 (1973)
1 ft
30,48
0,3048
3,048 x 10-4 12
M2
2
1m
CM
10
-4
1 cm
10
Sudut Bidang
1 menit
1 detik
1 Radian
1 putaran
106
1,667 x 10-2 1
2,778 x 10-4 1,667 x 10-2
57,30
3438
360
2,16 x 10
1
2
1
-2
929,0
-4
6,452
-10
5,067 x 10-6
9,290 x 10
6,452 x 10
5,067 x 10
Ft2
10,76
1,076 x 10-3
1
6,994 x 10-3
5,454 x 10-9
In.
1550
0,1550
144
1
7,854 x 10-7
Mil lingkaran
1,974 x 109
1,974 x 105
1,833 x 108
1,273 x 106
1
lingkarang
1 mil2 = 2,788 x 108 ft2 = 640 acre
1 barn = 10-28 m2
CM3
1
3
Luas
1 m3
Faktor konversi
1 derajat
1,894 x 10-4
1,609
M3
60
0,6214
-2
Volume
Apendik C
6,214 x 10-4
2,540 x 10 1
1 mil
-5
3,281
2,540 x 10
1 in.
-2
Mi
ft
-2
3,281 x 10 6,214 x 10-6
2,540
bagian persejuta
-5
1 in.
1 ft
km
-2
3600
Putaran
Radian
--2
1,745 x 10 2,778 x 10-3
60
1
2,063 x 105
1,129 x 10
6,283
-6
1 cm
10
1 liter
10-3
1 ft
1 in.
106
1000
10-3
1000
-2
2,832 x 10
28,32
-5
16,39
1,639 x 10-2
2,832 x 10
3
li
1,639 x 10
Ft3
35,31
3,531 x 10-8
3,531 x 10-2
1
5,787 x 10-4
In.3
6,102 x 104
6,102 x 10-2
61,02
1728
1
107
Apendiks
Apendiks
Massa
Gaya
g
kg
slug
-5
oz
23
-3
-6
1g
0,001
6,852 x 10
6,024 x 10
2,205 x 10
1,102x 10
1 kg
1000
6,852 x 10-2
2,205
1,102 x 10-3
14,59
32,17
1,602 x 10-3
1 slug
1,459 x 104
1u
1 oz
28,35
1 lb
453,6
-2
2,835 x 10 1,943 x 10
3,108 x 10-2
0,4536
5
1 ton
-3
9,02 x 10
907,2
1,708 x 10
5,465 x 10
3,2 x 10
1 dyne
1N
105
3,125 x 10
1 pdl
0,0005
1 gf
2000
1 kgf
-5
pdl
lb
gf
kgf
10-5
0,2248
1 lb
6,250 x 10
-2
2,732 x 1026 16
29
62,16
3,572 x 10
dyne
ton
lb
-2
4,448 x 10 4,448
-2
1,383 x 10 0,1383
3,108 x 10
7,233
102,0
0,1020
32,17
453,6
0,4536
14,10
1,410 x 10-2
980,7
2,205
70,93
10-3
1000
Massa Jenis
Slug/ft3
1
1,940 x 10-3
1,940
3,108 x10-2
53,71
1 slug/ft3
1 kg/m
1 g/cm
1 lb/ft3
1 lb/in.3
Kg/m3
515,4
1
1000
16,02
2,768 x 104
g/cm3
0,5154
0,001
1
1,602 x 10-2
27,68
Lb/ft
32,17
6,243 x 10-2
62,43
1
1728
Lb/In.
1,862 x 10-2
3,613 x 10-5
Massa
1 atm
1 dyne/cm
5,787 x 10-4
1 inci air
-7
9,869 x 10
1 cm.Hg
1,316 x 10
9,869 x 10-6 10
d
365,2
yr
1
h
8,766 x 103
s
min
5,259 x 105 3,156 x 107
1d
2,738 x 10-3 1
24
1440
8,640 x 104
1h
60
3600
1 min
1,667 x 10-2
60
1s
2,778 x 10-4
1,667 x 10-2 1
1
erg
Ft/s
Km/h
m/s
Mi/h
Cm/s
1 ft/h
1,097
0,0304
0,6818
30,48
0,5925
1 km/h
0,9113
0,2778
0,6124
27,78
0,5400
1 m/s
3,281
3,6
2,237
100
1,944
1 mi/h
1,467
1,609
0,4470
44,70
0,8689
-2
-2
-2
1
ft.lb
knot
1
hp.h
1J
-2
0,01
2,237 x 10
1,944 x 10
1 knot
0,5144
1,151
51,44
108
1,688
1,852
4,725 x 10 478,8
2116
0,1868
249,1
1333
4,015 x 10-3
0,1922
0,1934
7,501 x 10-4 1
5,171
-2
3,591 x 10
27,85
6,895 x 103
47,88
6,944 x 10-2 1
144
Laju
-4
14,70
0,1
1,013 x 105
Lb/ft2
7,501 x 10
1,333 x 10 5,353
-5
Lb/in2
Pa
4,015 x 10
4
1 Pa
1 lb/ft
1 yr
-2
76
-4
1 lb/in.2
Waktu
3,6163x 10-2
cm.Hg
atm
BTU
1
9,48
1x
10-11
1,28
5x
10-3
2545
9,48
1x
10-4
erg
1,05
5x
1010
1
ft.lb
777,9
1,35
6x
107
2,68
5x
1013
107
7,376
x 10-8
1,980
x 106
0,737
6
Hp.h
3,92
9x
10-4
3,72
5x
10-14
5,05
1x
10-7
1
3,72
5x
10-7
J
1055
cal
252,0
kW.h
2,930
x 10-4
10-7
2,389
x 10-8
2,778
x 10-14
1,35
6
0,323
9
3,776
x 10-7
2,68
5x
106
1
6,414
x 105
0,745
7
0,238
9
2,778
x 10-7
eV
6,58
5x
1021
6,24
2x
1011
8,46
4x
1018
1,67
6x
1025
6,24
2x
1018
MeV
6,58
5x
1015
6,24
2x
105
8,46
4x
1012
1,67
6x
1019
6,24
2x
1012
kg
1,17
4x
10-14
1,11
3x
10-34
1,50
9x
10-17
2,98
8x
10-11
1,11
3x
10-27
u
7,07
4x
1018
670,
5
9,09
2x
109
1,80
0x
1016
6,70
5x
109
109
Apendiks
1 cal
1
kW.
h
1 eV
1
MeV
1 kg
1u
Apendiks
3,96
8x
10-3
3413
1,51
9x
10-22
1,51
9x
10-16
8,52
1x
1013
1,41
5x
10-18
4,18
6x
107
3,6 x
1013
3,087
1,60
2x
10-12
1,60
2x
10-6
8,98
7x
1023
1,49
2x
10-3
1,182
x 10-19
2,655
x 106
1,182
x 10-13
6,629
x 1016
1,100
x 10-10
1,55
9x
10-6
1,34
1
4,18
6
1,163
x 10-6
3,6 x
106
8,601
x 105
5,96
7x
10-36
5,96
7x
10-30
3,34
8x
1010
5,55
8x
10-17
1,60
2x
10-19
1,60
2x
10-13
8,98
7x
1016
1,49
2x
10-10
3,827
x 10-20
4,450
x 10-36
3,827
x 10-14
2,61
3x
1019
2,24
7x
1025
1
4,450
x 10-30
2,147
x 1016
2,497
x 1010
1,492
x 10-10
4,145
x 10-17
10
2,61
3x
1013
2,24
7x
1019
10-6
4,65
9x
10-17
4,00
7x
10-11
1,78
3x
10-36
1,78
3x
10-30
1
5,61
0x
1035
9,31
x 108
5,61
0x
1029
931,
0
1,66
0x
10-27
2,80
7x
1030
2,41
4x
1036
1,07
4x
10-9
1,07
4x
10-3
6,02
5x
1026
1
10
3,336 x 10-11
1V
108
3,336 x 10-3
1 stat V
2,998 x 1010
299,8
Resistans
abohm
1 BTU/h
hp
Cal/s
-4
0,2161
3,929 x 10
-3
kW
10
1,113 x 10-21
1 ohm
109
1,113 x 10-12
1 statohm
8,987 x 1020
8,987 x 1011
Kapasitans
-2
1 abF
W
-4
7,000 x 10
2,930 x 10 0,2930
-3
1 ft.lb/s
4,628
1,818 x 10
0,3239
1,356 x 10 1,356
1 hp
2545
550
178,2
0,7457
1 cal/s
14,29
3,087
5,613 x 10-2 1
1 kW
3414
737,6
1,341
1000
1W
3,414
0,7376
0,001
238,9
745,7
abcoul
A.h
statC
2,778 x 10-3
10
2,998 x 1010
1 A.h
360
3600
1,079 x 1013
1 stat C
2,778 x10
-11
-14
3,336 x 10
9,266 x 10
1
3,336 x 10
1F
10
10
8,987 x 1011
1 F
10-15
10-6
8,987 x 105
1 statF
1,113 x 10-21
1,113 x 10-12
1,113 x 10-6
10
statA
1 abamp
10
2,998 x 1010
1A
0,1
2,998 x 109
1 statA
3,336 x 10-11
3,336 x 10-10
mH
10
statH
1,113 x 10-21
-6
1H
10
10
1000
1,113 x 10-12
1 H
1000
10-6
0,001
1,113 x 10-18
1 mH
106
0,001
1000
1,113 x 10-15
1 stat H
Fluks Magnetik
Wb
10-8
1
Maxwell
1
108
1 maxwell
H
0,001
-9
1 Wb
abamp
8,987 x 1020
2,998 x 10
-10
statF
1015
Arus
110
-9
1 abH
1
0,1
109
abH
1 ab C
-4
Induktans
Muatan
1C
-9
abF
Ft.lb/s
statohm
ohm
1 abhom
Daya
BTU/h
statV
V
-8
Medan Magnet
1 Gauss
1T
1 Milli Gauss
Gauss
1
104
0,001
T
10-4
1
10-7
Milli Gauss
103
107
1
111
Indeks
Indeks
Indeks
awan plasma 23
jari-jari debye 24
kesetimbangan termodinamika
70,86
maxwellian 57,58,59,64
medan Dreicer 67
temperatur keseimbangan 21
panjang karakteistik 26
parameter tumbukan 54
tumbukan banyak 50
koefisien recycle 92
kriteria pembakaran 93
probabilitas tuneling 89
tumbukan elastis 49
kriterira pengeluaran 94
reaksifusi 84,92
laju ionisasi 69
reaksi termonuklir 15
tumbukan menyeret 66
lucutan 1
rekombinasi dissosiatif 31
frekuensi karakteristik 26
frekuensi tumbukan 58
waktu karakteristik 26
lucutan elektrik 2
resonance radiation 30
lucutan korona 5
fungsi Helmholtz 77
waktu pengungkungan 89
fusi plasma DT 90
fusitermonuklir 85
lucutan mandiri 4
guguran elektronik 2
hukum distribusisaha 44
lucutan normal 3
interaksibinaire 21
lucutan plasma 8
ionisasi berantai 2
ionisasi gas 2
112
113