You are on page 1of 18

BY: SMA N 6 MADIUN

1. Hanif Himaya (X1 IPA3)

2. Khanifa Fedianti (X1 IPA2)

3. Bernadheta LH. (X1 IPA1)

4. ILLia Fitri.F (X1 IPA1)

A.Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmad taufiq serta hidayahNYA sehingga karya tulis
yang berjudul “Manfaat besar Ubi jalar sebagai bahan bakar (Bioethanol)”
Dapat selesai seperti yang diharapkan.
Kami mengambil ide ini dikarenakan kami ingin mencoba sesuatu
yang sangat bermanfaat tetapi pembuatannya juga sangat sedrhana.Ubi
jalar sangat mudah ditemui di Indonesia karena tanaman ini sangat mudah
beradaptasi di daerah manapun.
Seiring semakin banyaknya kendaraan bermotor maka tentu juga
semakin dibutuhkannya suatu bahan baker baru yang lebih efisien dan ramh
lingkungan basi masyarakat Indonesia secara umum.Dan juga saat ini ubi
jalar sering dianggap remeh oleh kebanyakan orang khususnya bagi
kalantgan atas .Mereka menganggap bahwa ubi jalar adalah makanan bagi
masyarakat menengah ke bawah,padahal sebenarnya Ubi jalar adalah
tumbuhan yang kaya gizi atau bisa juga kita sebut makanan pokok karena
kandungannya yang sangat luar biasa yang kaya manfaat.
Maka dari itu kami ingin mengangkat nama ubi jalar sebagai
Tanaman yang kaya manfaat dan juga dapat menjadi bahan bakar .sehingga
Indonesia yang saat ini kekurangan bahan bakar tidak usah mengimpor dari
Negara lain.

Madiun,10 Oktober 2009

Penyusun.

ii

B.Daftar Isi
Halaman judul…………………………………….i
Kata pengantar……………………………………ii
Daftar Isi…………………………………………..iii

Bab.I
Pendahuluan........................................................
Perumusan masalah.......................................
Tujuan penulisan…………………………….
Bab.II
Telaah pustaka..............................................
Bab.III
Metodologi penulisan………………………..
Bab.IV
Isi.....................................................................
Bab.V
Penutup..........................................................

iii

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dahulunya adalah sebagai Negara pengEkspor di bidang
bahan bakar minyak (BBM) namun kini Indonesia telah menjadi Negara
PengImpor BBM sejak tahun 2000.sungguh sangat menyedihkan karena
terjadi pada saat harga minyak cenderung tidak stabil.Tingginya harga
minyak dunia cenderung mengakibatkan harga di dalam negeri
meningkat.Pemerintah melakukan subsidi terhadap harga BBM,tetapi
harga BBM ini muali dikurangi sejak tahun 2003.Wujud Nyata dari
pengurangan Subsidi ini adalah naiknya harga BBM per 1 oktober 2005
atau 4 tahun lalu.dengan berkurangnya subsidi tidak heran jika harga
BBM di daerah terpencil lebih tinggi dibanding daerah perkotaan.
Cadangan minyak bumi jika terus di konsumsi dan tidk ditemukan
cadangan minyak bumi baru diperkirakan akan habis dalam waktu 23
tahun lagi,karena miny6ak bumi merupakan bahan bakar yang tidak
dapat diperbaharui,cepat atau lambat minyak dunia akan habis,sudah
saatnya masyarakat Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil dengan mengembangkan energi alternative yang
murah dan dapat diperbaharui.
Dengan melihat kekayaan alam Indonesia yang bersumber dari
energi fosil diantaranya panas bumi,boimassa ,tenaga
matahari.konstinitas penggunaan bahan bakar fosil paling sedikit
memunculkan dua ancaman serius,yaitu yang berupa decade mendatang,
masalah suplay harga dan fluktuasi,yang kedua emisi pembakaran bahan
bakar fosil ke lingkungan.Untuk mengurangi tekanan besarnya konsumsi
minyak.
Bioethanol merupakan salah satu pilihan untuk dipergunakan
sebagai bahan bakar pengganti minyak(bensin).Bioethanol ini
merupakan salah satu energi alternative yang dapat menghasilkan energi
ataupun pembawa energi yang lebih terjamin kelanjutannya,lebih ramah
lingkungan dan lebih ekonomis sebagai pengganti atau bahan campuran
bensin atau premium.
Bioethanol adalah ethanol yang dibuat dari Biomassa yang
mengandung pati.Dalam dunia industri umumnya digunakan sebagai
bahan baku industri turunan alcohol,campuran untuk miras,bahan
bakar farmasi atau campuran dari bahn bakar kendaraan. Sumber
bahan baku pembuatan bioethanol terdiri atas tanaman yang
mengandung pati dan selulosa,seperti ubi jalar.
Pada kenyataanya ubi jalar kurang dapat dimanfaatkan oleh
msyarakat ,hal ini sangat disayangkan padahal kita dapat diuntungkan
besar dari ubi jalar karena dapat diambil nilai gunanya yaitu diambil
alkoholnya dengan cara sederhana .

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara mengolah ubi jalar menjadi bioetanol?


2. Bagaimana prospek pengembangan bioetanol dari ubi jalar?
3. Bagaimana prospek penanaman ubi jalar di Kota Madiun?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui cara mengolah ubi jalar menjadi bioetanol.


2. Mengetahui prospek pengembangan bioetanol.dari ubi jalar.
3. Mengetahui potensi penanaman ubi jalar di Kota madiun.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi kepada masyarakat di Kota Madiun bahwa


ubi jalar dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol sebagai bahan bakar
alternatif pengganti premium.
2. Memberikan informasi dan gambaran mengenai prospek
pengembangan bioetanol dari ubi jalar Di kota Madiun.
3. Memberikan gambaran mengenai peluang usaha untuk mengolah ubi
jalar menjadi bioetanol.
4. Memberikan informasi pengetahuan khusus mengenai cara mengolah
ubi jalar menjadi bioethanol kepada masyarakat madiun dan
sekitarnya.
5. Mengetahui manfaat besar ubi bagi masyarakat Kota madiun
khususnya,yang selama ini ubi sering dianggap remeh.
6. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengadaan bahan
baku alternatif glukosa dan bioetanol.
7. Memberikan sumbangan informasi kepada industri alkohol, dan
memberikan nilai lebih terhadap ubi jalar

BAB II: TELAAH PUSTAKA


1.1 Ubi Jalar
Ubi jalar memang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia, karena
sejak puluhan tahun yang lalu sudah mengonsumsi umbi-umbian itu. Citra
ubi jalar sebagai salah satu pilihan sumber karbohidrat belum begitu
populer di kalangan atas, karena selama ini ubi jalar itu dikonsumsi oleh
kalangan ekonomi rendah. Ubi jalar adalah tumbuhan kaya gizi yang bisa
dijadikan sebagai makanan pokok.Karena tumbuhan ini adalah sumber gizi
dibandingkan padi,jagung,sagu dll.
Di samping sebagai bahan makanan, ubi jalar juga dapat digunakan
sebagai bahan baku industri dan pakan ternak dan juga sebagai bahan
makanan tambahan dalam rangka diversivikasi makanan selain
beras.Ubinya mengandung air sekitar 70%, pati ,serta protein, mineral,
serat, kalsium, dan fosfat.. Zat gizi pada ubi jalar, banyak
mengandung vitamin, mineral, fitokimia (antioksidan), dan serat (pektin,
selulosa, hemiselulosa). Kandungan gizi ubi jalar- bukan yang berbentuk
tepung-dalam 100 gr terdapat 76 kalori yang terdiri dari karbohidrat 17,6 g,
protein, 1,57 g, lemak, 0,05 g, serat 3 g, kalsium 30 mg, zat besi 0,61 mg,
magnesium 25 mg, seng 0,30 mg, selenium 0,6 mcg, kalium 337 mg, Vitamin
C 22,7 mg, dan juga terdapat Vit A, E, B-6 dan K dan tidak mengandung
kolesterol.
Manfaat bagi tubuh,Berdasarkan penelitian Marsono, dkk pada 2002,
kata Elvina, ubi jalar sebagai sumber karbohidrat memiliki indeks glikemik
yang rendah (54) dan rata-rata untuk lima kali penelitian berkisar 54-68.
Nilai indeks glikemik (IG) kecil dari 55 termasuk kelompok yang rendah, IG
55-70 (sedang), dan lebih dari 70 (IG tinggi, sehingga ubi jalar termasuk
rendah dan sedang.
IG itu berhubungan dengan efeknya terhadap gula darah. Pangan yang
menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sedangkan
pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG
rendah. Berdasarkan hasil penelitian itu, katanya, IG ubi jalar berada
sedikit di bawah dari talas, singkong (sedang) dan kentang (tinggi), tapi
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu. Sehingga posisi IG ubi
jalar berada antara IG ubi kayu dan talas.Berdasarkan sumber dari Ludvik,
dkk, Diabetes Care 2004, didapatkan bahwa pada penderita diabetes tipe 2
yang mengonsumsi ubi jalar selama tiga bulan, hasilnya mulai terlihat
setelah bulan pertama yang terdapat penurunan gula darah dan terus turun
sampai pada bulan ketiga.
Tidak hanya pada penderita diabetes saja, tapi juga diteliti pengaruh
mengonsumsi ubi jalar terhadap kolesterol.
Kandungan gizi ubi jalar yang memiliki IG rendah itu, katanya,
bermanfaat bagi penderita obesitas, karena mengenyangkan dalam waktu
lama dan membantu membakar lebih banyak lemak tubuh dan lebih sedikit
massa otot.

Biasanya orang diabetes tipe 2 juga bermasalah dengan berat badan.


Selain itu, ubi jalar juga dapat menstabilkan gula darah. Selain itu,
kandungan vitamin, mineral dan fitokimia juga berfungsi sebagai
antioksidan.
Kandungan serat yang berfungsi sebagai komponen non-gizi itu juga
bermanfaat bagi keseimbangan flora usus dan prebiotik.
. Ubi jalar diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Di lain
pihak,pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan
sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan
kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memenuhi
kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut
Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada
2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor,
minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya.
Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 % dari
total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta
barrel pada 2004.
Untuk mencukupi kebutuhan pabrik komersial bioetanol yang
merupakan bahan baku utama gasohol (bahan bakar campuran bensin dan
etanol) B2TPBBPT saat ini memiliki fasilitas pengkajian dan pengembangan
produksi bioetanol menggunakan bahan baku berpati. Agar produksi
bioetanol dapat terus meningkat, Departemen Pertanian harus bersikap
proaktif, yakni mendorong para petani untuk menggenjot produksi aneka
bahan baku, termasuk ubi kayu, ubi jalar,sagu, dan tebu.
Pengembangan gasohol perlu dikembangkan, karena bukan hanya
dapat mengurangi konsumsi bensin, melainkan juga berdampak pada emisi
gas buang kendaraan yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Beberapa
negara yang sudah
mulai menggunakan gasohol berbasis alkohol nabati adalah Amerika
Serikat, Swedia, Perancis, Brasil, dan India. Mulai sekarang Indonesia harus
mengembangkan gasohol. Apalagi, sumber daya hayati berkarbohidrat yang
kita miliki sangat berlimpah.

Disisi lain, kendaraan yang beroperasi di Indonesia kebanyakan


berbahan bakar bensin dan solar yang berasal dari energi fosil. Menurut
Nuralamsyah (2005), konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Secara keseluruhan konsumsi BBM selama tahun 2004 mencapai
61,7 juta kiloliter, dengan rincian 26,9 juta kiloliter minyak solar, 16,2 juta
kiloliter premium, 11,7 juta kiloliter minyak tanah, 5,7 juta kiloliter minyak
bakar, dan 1,1 juta kiloliter minyak diesel. Padahal kemampuan produksi
bahan bakar minyak di dalam negeri hanya sekitar 44,8 juta kiloliter,
sehingga sebahagian kebutuhan bahan bakar di dalam negeri harus diimpor.
Setiap bulan, impor minyak mentah dan BBM mencapai 1,5 Milyar dollar
AS atau sekitar 15 Triliyun rupiah.
Cadangan energi fosil kita semakin hari semakin berkurang,
sedangkan kebutuhannya terus meningkat. Fakta ini membuka peluang
penggunaan energi terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil. Selain semakin menipisnya jumlah cadangan
bahan bakar fosil, alasan penting lain untuk mengurangi penggunaannya
adalah masalah kerusakan lingkungan, harga yang terus melambung, dan
beban subsidi yang semakin besar.

2.3 Bioetanol
Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki
sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat
alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.
Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis
sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan
security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi
mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah,
meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri,
mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara
(bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor
komoditi baru. Bioetanol tersebut bersumber dari karbohidrat yang
potensial sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan
tebu. Adapun konversi biomasa tanaman tersebut menjadi bioethanol adalah
seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel Konversi biomasa menjadi bioetanol


Biomassa Jumlah biomassaKandungan Jumlah hasilBiomassa :
(kg) gula (kg) bioetanol (liter) Bioetanol
Ubi Jalar 1.000 150-200 125 8:1
Sumber data : Balai Besar Teknologi Pati-BPPT,2006
2.4 Bensin
Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang
dimaksudkan untuk kendaraan bermotor. Bensin tersedia atas tiga jenis
yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus. Ketiganya mempunyai mutu
yang berbeda. Mutu bahan bakar bensin dikaitkan dengan jumlah ketukan
(knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakan dengan nilai oktan. Makin
sedikit ketukan makin baik mutu bensin, makintinggi nilai oktannya.

Untuk menentukan nilai oktan, ditetapkan dua jenis senyawa sebagai


pembanding yaitu “isooktana”dan n-heptana. Isooktana menghasilkan
ketukan paling sedikit, diberi nilai oktan 100, sedangkan n-heptana
menghasilkan ketukan paling banyak, diberi nilai oktan 0 (nol). Suatu
campuran yang terdiri dari 80% iso oktana dan 20% n-heptana mempunyai
nilai oktan sebesar (80/100 x 100) + (20/100 x 0) = 80.
Secara umum, alkana rantai bercabang mempunyai nilai oktan lebih
tinggi dari pada isomer rantai lurusnya.
Pertamax hanya terdiri atas senyawa isooktana dan n-heptana,
melainkan mutunya atau jumlah ketukan yang dibutuhkan setara dengan
campuran isooktana dan n-heptana. Premium mempunyai nilai oktan 88 dan
pertamax plus mempunyai nilai oktan 95. Nilai oktan bensin harus dinaikan
sebelum dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan. Hal ini dapat
dilakukan dengan reforming atau menambahkan zat anti ketukan.
Reforming adalah suatu proses untuk mengubah alkana rantai lurus
menjadi rantai bercabang, dengan demikian akan menaikan nilai oktan.
Salah satu zat anti ketukan yang hingga kini masih digunakan
dinegara kita adalah Tetraethyl Lead (TEL). Zat ini dapat menaikan nilai
oktan 15 poin, tetapi dapat menghasilkan timbal hitam bersama asap
kendaraan yang akan menempel pada komponen mesin. Untuk mencegah
supaya timbal hitam tersebut tidak menempel pada komponen mesin
dicampurkan pula etilen bromida, C2H4Br2. Tetapi hal ini justru
menghasilkan timbal bromida yang keluar bersama asap kendaraan, yang
mana senyawa ini sangat beracun yang dapat merusak otak. Dan pada
akhirnya senyawa etilen bromida sekarang diganti menjadi methyl tertiary
buthyl ether (MTBE)

BAB III: METODOLOGI PENULISAN


3.1 Metode Penulisan
Karya tulis ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yakni suatu metode yang menggambarkan suatu fenomena secara
sistematis, dengan hasil yang dinyatakan bukan dalam bentuk angka (non
statistik).

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses penulisan
karya tulis ilmiah ini adalah melalui studi literatur (literature reseach).
Penulis melakukan telaah pustaka yang berupa buku-buku teks, jurnal-
jurnal ilmiah, artikel-artikel di internet, dan sumber-sumber lain yang
berkaitan dengan rumusan masalah yang akan dibahas.

3.3 Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penulisan karya tulis ini
adalah metode analisis deskriptif kualitatif, dimana analisa deskriptif
kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengolah, dan menyajikan data ke dalam bentuk penyajian yang sesuai.

3.4 Sistematika Penulisan


Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan sistematika sebagai
berikut: Bab I Pendahuluan, Bab II Telaah Pustaka, Bab III Metodologi
penulisan, Bab IV Pembahasan(ISI), dan Bab V Penutup.

BAB IV: PEMBAHASAN (Isi)


4.1 Cara mengolah ubi jalar menjadi Bioetanol
ProsesGelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku 3 Kg Ubi jalar segar
dikupas.Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil. Ubi jalar yang telah
dicacah dikeringkan hingga kadar air maksimal 16%. Persis menjadi gaplek.
Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai
cadangan bahan baku. Masukkan 3 kg gaplek yang telah dicacah tadi
kedalam panci stainless steel ,
dihancurkan dan dicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan
mengandung pati 27-30 persen. Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau
dipanaskan selama 2 jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
• Bubur pati dipanaskan sampai 130oC selama 30 menit, kemudian
didinginkan sampai mencapai temperature 95oC yang diperkirakan
memerlukan waktu sekitar ¼ jam. Temperatur 95oC tersebut
dipertahankan selama sekitar 1 ¼ jam, sehingga total waktu yang
dibutuhkan mencapai 2 jam.
• Bubur pati ditambah enzyme termamyl dipanaskan langsung sampai
mencapai temperatur 130oC selama 2 jam.
Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan bertahap mempunyai
keuntungan, yaitu pada suhu 95oC aktifitas termamyl merupakan yang
paling tinggi, sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat aktif.
Pemanasan dengan suhu tinggi (130oC) pada cara pertama ini dimaksudkan
untuk memecah granula pati, sehingga lebih mudah terjadi kontak dengan
air enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi tersebut juga dapat berfungsi untuk
sterilisasi bahan, sehingga bahan
tersebut tidak mudah terkontaminasi.
Gelatinasi cara kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi
dengan enzyme termamyl) pada temperature 130oC menghasilkan hasil yang
kurang baik, karena mengurangi aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan
gelatinasi dengan enzyme pada suhu 130oC akan terbentuk tri-phenyl-furane
yang mempunyai sifat racun terhadap yeast. Gelatinasi pada suhu tinggi
tersebut juga akan berpengaruh terhadap penurunan aktifitas termamyl,
karena aktifitas termamyl akan semakin menurun setelah melewati suhu
95oC. Selain itu, tingginya temperature tersebut juga akan mengakibatkan
half life dari termamyl semakin pendek, sebagai contoh pada temperature
93oC, half life dari termamyl adalah
1500 menit, sedangkan pada temperature 107oC, half life termamyl tersebut
adalah 40 menit (Wasito, 1981).

Hasil gelatinasi dari ke dua cara tersebut didinginkan sampai mencapai


55o C, kemudian ditambah SAN untuk proses sakharifikasi dan selanjutnya
difermentasikan dengan menggunakan yeast (ragi) Saccharomyzes ceraviseze.

Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah glukosa menjadi
ethanol/bio-ethanol (alkohol) dengan menggunakan yeast. Alkohol yang
diperoleh dari proses fermentasi ini, biasanya alkohol dengan kadar 8
sampai 10 persen volume. Sementara itu, bila fermentasi tersebut digunakan
bahan baku gula (molases), proses pembuatan ethanol dapat lebih cepat.
Pembuatan ethanol dari molases tersebut juga mempunyai keuntungan lain,
yaitu memerlukan bak fermentasi yang lebih kecil. Ethanol yang dihasilkan
proses fermentasi tersebut perlu ditingkatkan kualitasnya
denganmembersihkannya dari zat-zat yang tidak diperlukan.
Alkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi biasanya masih
mengandung gas-gas antara lain CO2 (yang ditimbulkan dari pengubahan
glucose menjadi ethanol/bio-ethanol) dan aldehyde yang perlu dibersihkan.
Gas CO2 pada hasil fermentasi tersebut biasanya mencapai 35 persen
volume, sehingga untuk
memperoleh ethanol/bio-ethanol yang berkualitas baik, ethanol/bio-ethanol
tersebut harus dibersihkan dari gas tersebut. Proses pembersihan (washing)
CO2 dilakukan dengan menyaring ethanol/bio-ethanol yang terikat oleh
CO2, sehingga dapat diperoleh ethanol/bio-ethanol yang bersih dari gas
CO2). Kadar ethanol/bio-ethanol yang dihasilkan dari proses fermentasi,
biasanya hanya mencapai 8 sampai 10 persen saja, sehingga untuk
memperoleh ethanol yang berkadar alkohol 95 persen diperlukan proses
lainnya, yaitu proses distilasi.
Proses distilasi dilaksanakan melalui dua tingkat, yaitu tingkat pertama
dengan beer column dan tingkat kedua dengan rectifying column.
Definisi kadar alkohol atau ethanol/bio-ethanol dalam % (persen)
volume adalah“volume ethanol pada temperatur 15oC yang terkandung
dalam 100 satuan volume larutan ethanol pada temperatur tertentu
(pengukuran).“ Berdasarkan BKS Alkohol Spiritus, standar temperatur
pengukuran adalah 27,5o C dan kadarnya 95,5% pada temperatur 27,5 o C
atau 96,2% pada temperatur 15o C
(Wasito, 1981).
Pada umumnya hasil fermentasi adalah bio-ethanol atau alkohol yang
mempunyai kemurnian sekitar 30 – 40% dan belum dpat dikategorikan
sebagai fuel based ethanol. Agar dapat mencapai kemurnian diatas 95% ,
maka alkohol hasilfermentasiharusmelaluiprosesdestilasi.
Distilasi :
Sebagaimana disebutkan diatas, untuk memurnikan bioetanol
menjadi berkadar lebih dari 95% agar dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar, alkohol hasil fermentasi yang mempunyai kemurnian sekitar 40%
tadi harus melewati proses destilasi untuk memisahkan alkohol dengan air
dengan memperhitungkan perbedaan titik didih kedua bahan tersebut yang
kemudian diembunkan kembali.
Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC atau setara titik
didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang
bertitik didih 100 oC. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air
sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.Hasil penyulingan
berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut,
diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu,
perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100 oC. Pada suhu itu,
etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa
yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air
tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. 8 kg
ubi jalar akn menghasilkan 1 liter bioethanol.
Prospek penanaman Ubi jalar di Kota Madiun

Petunjuk pelaksanaan pengembangan energi alternatif secara detail


sudah diatur dalam dokumen Pengelolaan Energi Nasional (PEN).
Didalamnya disebutkan mengenai rencana (roadmap) pengembangan
seluruh jenis energi alternatif. Dalam waktu dekat, pemerintah juga akan
menerbitkan Inpres tentang biofuel (biodisel dan bioetanol) yang akan
merinci insentif bagi pengembangan biofuel, termasuk instruksi kepada
menteri-menteri untuk menindaklanjuti di departemen masing – masing.
Pengembangan perkebunan energi akan memberikan dampak bagi
penghematan sumber energi tak terbarukan, meningkatkan ketahanan
energi nasional dan berkurangnya biaya kesehatan akibat pencemaran
udara serta akan membuka peluang usaha bagi masyarakat, di samping
tujuan utamanya untuk mereklamasi lahan kritis yang ada.
Untuk menjaga keseimbangan lingkungan (bioferacy), variasi
komposisi jenis tanaman sangat dimungkinkan. Namun tetap harus
diperhatikan jenis tanaman yang akan dipilih, sehingga diharapkan mampu
mengangkat harkat plasma nutfah dari endemik Babel ke taraf yang lebih
tinggi.
Dengan diterbitkannya tujuh izin investasi pembangunan pabrik
energi alternatif (biodiesel dan bioetanol) oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) pada pertengahan tahun 2005 yang lalu, memperkuat
indikasi bahwa peluang bisnis di bidang bioenergi sudah dilirik para
investor, sehingga pengembangan perkebunan energi menjadi sesuatu yang
prospektif di masa depan (Agustus 2007).
Dan Di kota madiun sendiri seharusnya lahan –lahan yang kosong dibuat
sebagai perkebunan ubi jalar sehingga pemanfaatan ubi jalar sebagai
bioethanol dapat terealisasikan dengan baik,dan juga dapat
menguntungkan petani di kota madiun sehingga menambah peluang
kerja.
BAB V: PENUTUP
1.1 Simpulan

1. .Tanaman Ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan penghasil


bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
2. .Tanaman Ubi jalar memiliki prospek yang sangat bagus di Kota
madiun

1.2 Saran

1. Agar alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan ini dapat


direalisasikan diKota Madiun, mengingat prospek yang ada cukup
baik.
2. Pemerintah sebaiknya mendukung upaya-upaya yang dilakukan
untuk menciptakan program tersebut.
3. Agar masyarakat dapat mengetahui bahwa tidak selamanya mereka
dapat menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil, mengingat
jumlahnya yang kian hari makin berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Prospek Pertanian Biodiesel dan Bioetanol.
http://www.bppt.go.id/
Anonim. 2007. Bioetanol. http://www.energiterbarukan.net/
Anonim. 2007. Ketika Kendaraan Bergantung pada Tumbuhan.
http://www.trubus-online.com/
Martono, Budi dan Sasongko. 2005. Prospek Pengembangan Ubi Kayu
sebagai Bahan Baku Bioetanol di Provinsi DIY.
http://202.169.224.75/detail.php?
Nuralamsyah, Andi. 2005. Biodiesel Jarak Pagar. PT AgroMedia Pustaka.
Bogor.
Purwati, Ani. 2006. Singkong Berpotensi Jadi Bahan Baku Energi.
http://www.beritabumi.or.id/
Wijuna, Imam. 2007. Mengebor Bensin di Kebun Singkong.
http://www.trubus-online.com/

You might also like