Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
GBHN adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam garis-garis besar
sebagai pernyataan kehendak rakyat. Untuk menjabarkan garis-garis besar haluan negara
ini, disusunlah rencana pembangunan lima tahun atau Repelita. Dengan demikian,
sasaran yang tercantum dalam Repelita, selalu mengacu pada sasaran GBHN.
Dalam pelaksanaannya, disusun antara lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) sebagai rencana operasional tahunan yang menjabarkan sasaran Repelita. Untuk
menjembatani sasaran Repelita dengan APBN, disusun sasaran Repelita Tahunan (Sarlita)
sebagai dokumen yang diacu untuk menyusun sasaran APBN. Dengan demikian antara
GBHN, Repelita, Sarlita, dan APBN saling berkait satu sama lain.
Untuk mencapai sasaran Repelita, dibutuhkan sejumlah dana yang berasal dari:
1. Tabungan Pemerintah,
2. Bantuan Luar Negari (Bantuan Proyek),
3. Dana Masyarakat.
Contoh:
Dalam Buku Repelita VI (1994/95-1998/99) direncanakan pertumbuhan ekonomi sebesar
6,2%, dengan jumlah investasi sebesar Rp. 660,1 triliun.
Dana yang berasal dari pemerintah, diperlukan karena banyak proyek-proyek pemba-
ngunan yang tidak dapat dibiayai dari sumber tabungan masyarakat, seperti sektor
hankam, sektor hukum dan lain sebagainya.
Menurut GBHN, Indonesia menganut sitem anggaran berimbang yang dinamis, artinya
pengeluaran negara sama dengan penerimaannya.
Gambaran pada tahun anggaran 1997/98, jenis dan jumlah penerimaan dan pengeluaran
negara adalah sebagai berikut:
1. Belanja pegawai:
a. gaji/pensiun Rp. 17.048,4 miliar
b. tunjangan beras Rp. 1.309,5 miliar
c. biaya makan/lauk pauk Rp. 1.233,7 miliar
d. belanja pegawai DN Rp. 1.009,9 miliar
e. belanja pegawai LN Rp. 590,5 miliar
2. Belanja barang:
a. belanja barang dalam negeri Rp. 8.478,0 miliar
b. belanja barang luar negeri Rp. 417,2 miliar
3. Subsidi daerah otonom:
a. belanja pegawai Rp. 10.967,8 miliar
b. belanja non pegawai Rp. 568,0 miliar
4. Bunga dan cicilan hutang:
a. hutang dalam negeri Rp. 334,2 miliar
b. hutang luar negeri Rp. 19.236,7 miliar
5. Pengeluaran rutin lainnya Rp. 964,9 miliar
Pembiayaan rupiah adalah selisih antara pencrimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin pemerintah. Jumlah ini disebut pula Tabungan Pemerintah.
C. PENGGUNAAN PENGELUARAN PEMBANGUNAN
D. KLASIFIKASI FUNGSIONAL
1. Sektor Industri
2. Sektor Pertenian dan Kehutanan
3. Sektor Pengairan
4. Sektor Tenaga Kerja
5. Sektor Perdagangan, Pengembangan Usaha Nasional, Keuangan dan Koperasi
6. Sektor Transportasi, Meteorologi dan Geofisika
7. Sektor Pertambangan dan Energi
8. Sektor Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
9. Sektor Pembangunan Daerah dan Transmigrasi
10. Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
11. Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan YME,
Pemuda dan Olah Raga
12. Sektor Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
13. Sektor Kesejahteraan Sosial Kesehatan, Peranan Wanita, Anak dan Remaja
14. Sektor Perumahan dan Pennukiman
15. Sektor Agama
16. Sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
17. Sektor Hukum
18. Sektor Sektor Aparatur Negara dan Pengawasan
19. Sektor Politik, Hubungan Luar Negeri, Penerangan, Komunikasi dan Media Massa
20. Sektor Pertahanan dan Keamanan
Keduapuluh sektor tersebut terbagi dalam 53 Sub Sektor dan 146 program.
1. tingkat Desa/Kelurahan
2. tingkat Keeamatan
3. tingkat Kabupaten/Kodya (Rakorbang Dati II)
4. tingkat Propinsi (Rakorbang Dati I)
5. tingkat Regional/Wilayah (Konregbang)
6. tingkat Pusat (Konasbang)
Hasil dari Konasbang dihimpun dan dievaluasi oleh Bappenas, disusun menurut
prioritasnya, sesuai dengan anggaran yang tersedia.
F. PENGESAHAN ANGGARAN
Dalam pasal 23 UUD 45, disebutkan bahwa "anggaran pendapatan dan belanja Negara
ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat
tidak menyetujui anggaran yang diajukan oleh Pemerintah, maka pemerintah
menjalankan anggaran tahun yang lalu". Atas dasar itu, menjelang pelaksanaan tahun
anggaran baru, Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang APBN kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Pelaksanaan anggaran baru dapat dimulai setelah APBN tahun
anggaran yang bersangkutan disahkan oleh DPR.
G. PELAKSANAAN
1. Rincian sasaran kegiatan yang tercantum dalain dokumen anggaran (DIP dan
dokumen yang dipersamakan)
2. Keputusan Presiden RI Tentang Pelaksanaan APBN
3. Standar satuan harga yang ditetapkan oleh Bappenas dan Departemen Keuangan
I. SIKLUS ANGGARAN
Tahun anggaran dimulai dari tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret. Kegiatan-kegiatan
sepanjang tahun anggaran tersebut adalah sebagai berikut:
April - Mei
Evaluasi program-program yang sedang berjalan dilakukan oleh
Departemen/ Lembaga
Juni - Juli
Kegialan rapat-rapat koordinasi pembangunan tingkat II di daerah.
Persiapan penyusunan lampiran pidato Presiden 16 Agustus
Agustus
Laporan Presiden RI tentang pelaksanaan tahunan Repelita di depan sidang
Paripurna DPR-RI.
Pelaksanaan rapat koordinasi pembangunan tingkat I diselenggarakan di
masing-masing propinsi.
September
Rapat konsultasi regional pembangunan, diselenggarakan di propinsi yang
ditunjuk.
Penyampaian daftar usulan proyek dari Departemen/Lembaga dan daerah.
Oktober
Rapat konsultasi nasional pembangunan di selenggarakan di Jakarta.
Nopember
Penyusunan buku biru yaitu daftar proyek-proyek bantuan luar negeri, yang
dipersiapkan untuk sedang CGI tahun berikutnya.
Desember
Penetapan pagu anggaran.
Rencana alokasi sektor, sub s e k t o r,dan program.
Sidang kabinet paripurna membahas tentang RAPBN dan petunjuk Presiden
RI.
Januari
Penyampaian Rancangan Undang-Undang APBN ke DPR PJ untuk disahkan.
Februari
Proses pembahasan proyek-proyek yang akan dilaksanakan tahun
anggaran berikutnya.
Akhir Maret
Pengesahan APBN dan Pengesahan DIP.
Penyampaian DIP dan dokumen lainnya ke seluruh propinsi.