Professional Documents
Culture Documents
Hal
Kata Pengantar____________________________________________
Daftar Isi_________________________________________________
Khidir AS Mengungkapkan Rahasia Menegakkan Tembok
Artinya : " Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang
anak muda yang yatim dikota Intiqoyah dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka ber dua. Sedang ayahnya adalah
seorang yang sholeh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan
simpanannya itu sebagai Rohmat Tuhanmu, dan bukanlah aku
melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya" .
Lama kelamaan tembok rumah itu jadi akan Roboh, padahal ASROM
dan SHORIM masih kecil, maka emasnya akan terlihat dan dijadikan
rebutan orang-orang Intiqoyah.
Kota itu penduduknya sangat kikir, Nabi Khidir dan Nabi Musa bertamu
tak ditolak dan tak diberi apa-apa walaupun seteguk air, malah disuruh
pergi.
Nah dengan sifatnya yang rakus harta itu maka emas lempengan itu
akan jadi rebutan orang-orang Intiqoyah. Bagaimana dengan Nasib dua
anak yatim itu.
Ingat apa kata Nabi Khidir kepada Nabi Musa," Jadi Aku menegakan
kembali tembok itu tidak untuk mendapat upah, dan upah itu untuk
beli makanan dan minuman."
Padahal yang ada dalam fikiran Nabi Musa dengan menegakkan
tembok bisa dapat upah untuk menghilangkan lapar dan haus
keduanya.
Bagaimana dengan kita apakah belum cukup jelas bahwa kita WAJIB
memperhatikan anak yatim, dengan menganjurkan menyantuni,
menyantuni itu sendiri.
Kisah ini diriwayatkan ole Ats-tsa labi dari imam Ali, yang bermula dari Raja
Iskandar Zulkarnain yang disebut The Great Alexander (Iskandar yang
agung). Sebutan The Great Alexander kepada Raja Iskandar Zulkarnain
karena beliau adalah seorang kaisar yang mampu menaklukkan dunia barat
dan timur.Beliau disegani dan ditakuti orang di seluruh dunia pada
zamannya.Walau demikian, posisi ini tidak menjadikan beliau sombong,
beliau adalah salah seorang raja yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT.
Suatu ketika raja Iskandar Zulkarnain pada tahun 322 SM berjalan di atas
bumi menuju ke tepi bumi (istilah ke tepi bumi ini disebut orang sebelum
Columbus menemukan benua Amerika pada tahun 1492 pada saat itu
anggapan orang bumi itu tidak bulat). Allah mewakilkan seorang malaikat
yang bernama Rafa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Zulkarnain.
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya
kepada sahabatnya: “ kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu
gelap? Dan sahabat menjawab, yaitu kuda betina yang perawan. Kemudian
raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang masih perawan, lalu raja
memilih di antara tentaranya yang sebanyak 6000 orang dipilih yang
cendekiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya.
Setelah menempuh perjalanan jauh maka mereka jumpai dalam
perjalanan,bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti menempuh perjalanan dalam waktu 12
tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu
seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.
Lalu beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang maka didapatilah oleh
beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidir turun dari
kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun dari kudanya
dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “ Ainul Hayat “
( sumber air hidup ) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air
hidup tersebut maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis dibanding
madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut terus menemui
Raja Iskandar Dzulkarnain sedangkan raja tidak pernah tahu apa yang terjadi
pada Nabi Khidir As yaitu pada saat Nabi Khidir melihat Ainul Hayat dan
mandi.
Raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40
hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat maka terlihat oleh Raja,
bumi yang berpasir merah dan terdenganr oleh Raja suara gemericik di
bawah kaki kuda. Kenudian Raja berkata kepada Malaikat Rafail “ Suara
apakah yang gemerincing di bawah kaki kuda tersebut ? “, Malaikat Rafail
menjawab : “ gemericik adalah suara benda apabila seseorang
mengambilnya niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya
niscaya ia akan menyesal juga. Suara gemericik itu membuat orang jadi
penasaran namun semua orang ragu-ragu dalam mentukan sikapnya,
mengambil benda itu atau tidak ?. Kemudian diantara pasukan ada yang
mengambilnya namun hanya sedikit setelah mereka keluar dari tempat yang
gelap itu ternyata bahwa benda tersebut adalah permata yakut berwarna
merah dan jambrut yang berwarna hijau; maka menyesallah pasukan yang
mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, apalagi para pasukan
yang tidak mengambilnya pasti lebih menyesal lagi kenapa mereka begitu
bodoh tidak mengambil permata yang mahal harganya itu.
Demikianlah kisah asal mula Nabi Khidir berumur panjang. Bukti bahwa Nabi
Khidir berumur panjang adalah dari adanya kisah-kisah yang menyebutkan
bahwa beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa As, lalu beliau juga pernah
bertemu dengan Rosullullah SAW dan bahkan pernah berguru Ilmu Fiqih
kepada Imam Anu Hanifah.
***
Salah satu kisah Al-Qur'an yang sangat mengagumkan dan dipenuhi
dengan misteri adalah, kisah seseorang hamba yang Allah SWT memberinya
rahmat dari sisi-Nya dan mengajarinya ilmu. Kisah tersebut terdapat dalam
surah al-Kahfi di mana ayat-ayatnya dimulai dengan cerita Nabi Musa, yaitu:
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku
akan berjalan-jalan sampai bertahun-tahun." (QS. al-Kahfi: 60)
Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa. Lalu Allah SWT mengutus
Jibril untuk bertanya kepadanya: "Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui
di mana Allah SWT meletakkan ilmu-Nya?" Musa mengetahui bahwa ia
terburu-buru mengambil suatu keputusan. Jibril kembali berkata kepadanya:
"Sesungguhnya Allah SWT mempunyai seorang hamba yang berada di
majma' al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu." Jiwa Nabi Musa yang
mulia rindu untuk menambah ilmu, lalu timbullah keinginan dalam dirinya
untuk pergi dan menemui hamba yang alim ini. Musa bertanya bagaimana ia
dapat menemui orang alim itu. Kemudian ia mendapatkan perintah untuk
pergi dan membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu hidup dan melompat
ke lautan maka di tempat itulah Musa akan menemui hamba yang alim.
Akhirnya, Musa pergi guna mencari ilmu dan beliau ditemani oleh
seorang pembantunya yang masih muda. Pemuda itu membawa ikan di
keranjang. Kemudian mereka berdua pergi untuk mencari hamba yang alim
dan saleh. Tempat yang mereka cari adalah tempat yang sangat samar dan
masalah ini berkaitan dengan hidupnya ikan di keranjang dan kemudian ikan
itu akan melompat ke laut. Namun Musa berkeinginan kuat untuk
menemukan hamba yang alim ini walaupun beliau harus berjalan sangat jauh
dan menempuh waktu yang lama.
Inilah aspek yang penting dalam kisah itu. Kisah itu terfokus pada
sesuatu yang ada di dalam jiwa, bukan tertuju pada hal-hal yang bersifat fisik
atau lahiriah. Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka berjalan sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
maka mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya
ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada
muridnya: 'Bawalah ke rnari makanan kita; sesungguhnya kita merasa letih
karena perjalanan hita ini.' Muridnya menjawab: 'Tahukah kamu tatkala kita
mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk
menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut
dengan cara yang aneh sekali.' Musa berkata: 'Itulah (tempat) yang kita cari;
lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami. " (QS. al-Kahfi: 61-65)
Kita sekarang sedang membahas ilmu yang baru. Lalu siapakah pemilik
ilmu ini? Apakah ia seorang wali atau seorang nabi? Mayoritas kaum sufi
berpendapat bahwa hamba Allah SWT ini dari wali-wali Allah SWT. Allah SWT
telah memberinya sebagian ilmu laduni kepadanya tanpa sebab-sebab
tertentu. Sebagian ulama berpendapat bahwa hamba saleh ini adalah
seorang nabi. Untuk mendukung pernyataannya ulama-ulama tersebut
menyampaikan beberapa argumentasi melalui ayat Al-Qur'an yang
menunjukkan kenabiannya.
Pertama, firman-Nya:
Yakni, apa yang aku lakukan bukan dari doronganku sendiri namun ia
merupakan perintah dari Allah SWT dan wahyu dari-Nya. Demikianlah
pendapat para ulama dan para ahli zuhud. Para ulama berpendapat bahwa
Khidir adalah seorang Nabi sedangkan para ahli zuhud dan para tokoh sufi
berpendapat bahwa Khidir adalah seorang wali dari wali-wali Allah SWT.
Salah satu pernyataan Kliidir yang sering dikemukakan oleh tokoh sufi
adalah perkataan Wahab bin Munabeh, Khidir berkata: "Wahai Musa, manusia
akan disiksa di dunia sesuai dengan kadar kecintaan mereka atau
kecenderungan mereka terhadapnya (dunia)." Sedangkan Bisyir bin Harits al-
Hafi berkata: "Musa berkata kepada Khidir: "Berilah aku nasihat." Khidir
menjawab: "Mudah-mudahan Allah SWT memudahkan kamu untuk taat
kepada-Nya." Para ulama dan para ahli zuhud berselisih pendapat tentang
Khidir dan setiap mereka mengklaim kebenaran pendapatnya. Perbedaan
pendapat ini berujung pangkal kepada anggapan para ulama bahwa mereka
adalah sebagai pewaris para nabi, sedangkan kaum sufi menganggap diri
mereka sebagai ahli hakikat yang mana salah satu tokoh terkemuka dari ahli
hakikat itu adalah Khidir. Kami sendiri cenderung untuk menganggap Khidir
sebagai seorang nabi karena beliau menerima ilmu laduni. Yang jelas, kita
tidak mendapati nas yang jelas dalam konteks Al-Qur'an yang menunjukkan
kenabiannya dan kita juga tidak menemukan nas yang gamblang yang dapat
kita jadikan sandaran untuk menganggapnya sebagai seorang wali yang
diberi oleh Allah SWT sebagian ilmu laduni.
***
Kisah Perjalanan Ladunni Nabi Musa AS bersama muridnya serta
Nabi Khidir AS merupakan kisah yang telah lama kita kenal dan sebut-
sebutkan untuk menjadi contoh tauladan kepada manusia yang berilmu.
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”. Maka tatkala mereka sampai
ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka tatkala mereka berjalan
lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah ke mari
makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan
kita ini”.
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu
menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan
bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian
itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya”.
Itulah kisah perjalanan Musa AS bersama Khidir AS. Itulah dia Ilmu yang
diajarkan Allah kepada Khaidir AS yang di sebalik Hitam dan Putih.
***