You are on page 1of 1

PENELITIAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA BAWAH PERMUKAAN KOMPLEKS PEGUNUNGAN BOBARIS MERATUS KALIMANTAN SELATAN

Oleh: Karit. L. Gaol, H. Permana, A. Kadarusman, N.D. Hananto dan Y. Sudrajat

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135, Tlp.: 0222503654, Fax.: 022-2504593.

SARI Pengukuran data gayaberat sebanyak 400 titik ukur telah dilakukan di daerah kompleks ofiolit Bobaris-Meratus, selama kegiatan penelitian 2003 dan 2004. Hasil dari pengukuran ini dibuat dalam bentuk peta kontur anomali Bouguer, model anomali Bouguer 2-D dan model geologi bawah permukaan yang terbagi dalam tiga lintasan utama meliputi jalur yang menghubungkan lintasan Karang Intan Aranio- Riam Kanan- dilanjutkan dari Riam Andungan- Kintap-Asemasem, dengan panjang lintasan sekitar 60 km. Lintasan berikutnya adalah Batibati Pelaihari-Jorong sepanjang 60 km dan lintasan Banjarmasin - Batakan sepanjang 75 km. Pemisahan anomali Bouguer dengan polinomial orde 1,2,3 dan 4 diupayakan untuk memilah-milah penyebab anomali yang lebih dominan dan lebih representatif dengan daerah penelitian. Pola anomali Bouguer (positif) memperlihatkan pola berarah selatan barat - timur utara (SWNE) yang mencerminkan bahwa sebaran anomali tinggian umumnya sejajar dengan pegunungan Bobaris dan Meratus. Anomali tinggian dibatasi oleh pola rendahan dengan pola yang hampir sejajar yang umumnya ditempati batuan sedimen. Pola anomali tinggian itu sendiri tidak terlalu lurus tetapi terpotong-potong kemungkinan oleh sesar. Membandingkan anomali Bouguer dengan anomali sisa tampak bahwa anomali Bouguer sangat mirip dengan anomali sisa orde satu yang lebih merepresentetatifkan karakter batuan lebih dalam. Oleh karena itu dapat ditafsirkan bahwa batuan dasar baik itu yang bersifat batuan granitik maupun peridotit sangat berpengaruh dalam membentuk pola anomali Bouguer tersebut diatas. Kuatnya pengaruh tersebut mencerminkan bahwa batuan penutup batuan dasar relatif tipis atau batuan dasar sangat dangkal. Kompleks geologi Bobaris-Meratus, Kalimantan Selatan, membentuk punggungan enechelon berarah Timurlaut-baratdaya. Kompleks tersebut disusun oleh batuan sedimen Tersier-Kuarter dengan tebal maksimum sampai 3 km. Sedimen tersebut menutupi tidak selaras batuan peridotit. Batuan peridotit mempunyai ketebalan maksimum sekitar 2 km. Alas peridotit ini berupa malihan yang terbentuk selama penyebaran peridotit. Pola kontur anomali Bouguer gayaberat menunjukkan bahwa batuan dasar granitik terletak tidak terlalu dalam. Beberapa tubuh batuan volkanik dijumpai memotong batuan peridotit. Sesar geser maupun normal diperkirakan terbentuk selama pembentukan kompleks tersebut. Dengan demikian model gayaberat dan geologi bawah permukaan membuktikan bahwa kompleks tersebut terbentuk melalui struktur bunga yang diduga terjadi akibat tumbukan lempeng Eurasia dengan lempeng mikrokontinen Australia.

You might also like