Professional Documents
Culture Documents
Gambar Penampang yang memperlihatkan batas lempeng utama dengan pembentukan busur gunungapi
3)
4)
Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunungapi terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulaupulau, seperti Nias, Mentawai, dll.
BAHAYA GUNUNGAPI
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya langsung (Primer)
Aliran lava Aliran piroklastik/awan panas Jatuhan piroklastik/hujan abu Lahar letusan Gas vulkanik beracun
Bahaya Tidak Langsung (Sekunder) Lahar hujan Banjir bandang Longsoran vulkanik Tsunami
BAHAYA LANGSUNG
LELERAN / ALIRAN LAVA
Leleran lava merupakan cairan magma yang keluar ke permukaan bumi, pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.
LAHAR LETUSAN
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air dalam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
BANJIR BANDANG
Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
LONSORAN VULKANIK
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat longsoran vulkanik.
Didunia ada sebanyak 500 buah gunungapi, 400 buah diantaranya terdapat di Indonesia dan yang masih aktif sebanyak 129 buah; di NTB yang masih aktif 3 buah.
RINJANI
3726 m
SANGEANG API
1849 m
TAMBORA
2851 m
GUNUNG TAMBORA
Tambora merupakan gunungapi aktif strato tipe A, dengan ketinggian + 2851 m, memiliki kaldera dengan garis tengah bibir s 7 km dan dasar kawah 3500 x 4000 m, serta mempunyai kedalaman mencapai s 950 m .Di dalam kaldera sebelah barat terdapat sebuah danau dengan garis tengah arah selatan-utara s 800 m, timur-barat 200 m, mempunyai kedalaman mencapai 15 m yang terletak pada ketinggian s 1300 m di atas muka laut (dpl). Pada dasar kawah di bagian selatan terdapat kerucut parasit bergaris tengah mencapai 100 m dengan ketinggian s 10 m, yang disebut Doro Api Toi (Gunungapi Kecil) yang merupakan pusat kegiatan gunungapi Tambora saat ini.
Danau
SEJARAH LETUSAN
Tahun 1815 terjadi letusan besar dengan pembentukan kaldera, korban 92.000 jiwa, pada saat itu menurut van Bemmelen, 1970 (dalam Hirokawa, 1980) tinggi Gunungapi Tambora kurang lebih 4.300 meter dpl sedangkan menurut Untung Handogo (1985) tingginya diperkirakan mencapai 4.000 meter dpl. Tahun 1847 -1913 terjadi letusan di dalam kaldera, terbentuk kawah Doro Api Toi dengan aliran lavanya.
Kabupaten Dompu
Kawasan Daerah Rawan Bencana I yang merupakan daerah aliran sungai Sori Lahamo, Sori Oirao/ Sori Amaru dan Sori Tula/mangge, Sori Kancore dan Sori Naa
Kewaspadaan
1.
Aktifitas status G. Tambora pada level Siaga (level III), direkomendasikan pada kawasan KRB III dan KRB II tidak diperbolehkan melakukan kegiatan apapun dan diminta kepada masyarakat agar menunggu informasi lebih lanjut dari Pemerintah Daerah berdasarkan saran teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) serta dihimbau kepada masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan KRB I untuk meningkatkan kewaspadaan. Apabila kegiatan Gunungapi Tambora pada level Awas (level IV), maka pada KRB III (radius 3 Km dari pusat kaldera) dan KRB II (radius 5 Km dari pusat kaldera dan kawasan hulu sungai Oimarai sepanjang lk. 8 Km) tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun. Serta masyarakat yang bermukim di sekitar KRB I (sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Tambora) harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bahaya lahar, apabila terjadi hujan.
2.
Pemantauan Gunungapi
Alat pengukur tekanan, kelembaban dan suhu udara
Seismograf
Radio SSB
Makna
Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu Ada aktivitas apa pun bentuknya Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar
Tindakan
Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh
SIAGA
WASPADA
Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas Pengamatan rutin Survei dan penyelidikan
NORMAL
Kesimpulan :
Terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II)
Rekomendasi
Masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora. Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan mendekati Puncak G. Tambora.
Kesimpulan
Terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)
Rekomendasi
masyarakat dan pengunjung/wisatawan di sekitar G. Tambora tidak diperbolehkan melakukan aktifitas apapun di G. Tambora dalam kawasan Rawan Bencana(KRB) III dan dalam radius 3 km dari pusat aktifitas G. Tambora. masyarakat di sekitar G. Tambora diharapkan tetap tenang, tidak tepancing isu-isu tentang letusan G. Tambora.
Berdasarkan surat Kepala Badan Geologi Nomor : 1680/45/BGL.V/201, tentang perkembangan aktivitas G. Tambora, tanggal 11 September 2011, Status kegiatan G. Tambora masih berada pada level Siaga (level III).
Mataram - Gunung Tambora (2.851 mdpl) di Pulau Sumbawa, NTB, statusnya meningkat menjadi siaga (level III) sejak Kamis (8/9). Saat ini, radius 3 kilometer dari kawah gunung dinyatakan sebagai zona terlarang. "Status sudah meningkat dari Waspada (level II) ke Siaga (level III). Dalam peta kawasan rawan bencana, radius tiga kilometer dari pusat letusan sudah dinyatakan terlarang karena masuk zona bahaya," kata Kepala Bidang Geologi dan Sumber Daya Mineral Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Muhammadin, di Mataram, Senin (12/9/2011).
(sumber berita) - Aktivitas Gunung Tambora sedang meningkat. Status Siaga (Level III) diberikan pada gunung yang pernah meletus dahsyat pada tahun 1815 silam itu. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, (pelaku penanggulangan bencana) menyiapkan dua jalur evakuasi.
(Sumber berita), Bima: Alat-alat berat dikerahkan ke kaki Gunung Tambora guna membuka jalur evakuasi bagi warga. Jalur itu dibuka mulai dari Desa Kawinda hingga Desa Piong di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, yang akan dijadikan lokasi pengungsian seandainya Tambora meletus hebat. Sejumlah alat berat bantuan dari (SKPD tertentu di Kab. Tertentu) diturunkan untuk membuka jalur evakuasi ini.
Aktivitas Gunungapi Tambora terkini (per 13 Desember 2011) STATUS SIAGA KE WASPADA
Sumber : Situs Resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi , Hari Selasa 18 Oktober 2011 jam 14 : 40 WIB
Kesimpulan
Terhitung tanggal 9 Oktober 2011, pukul 18.00 WITA, status kegiatan G. Tambora diturunkan dari Siaga (Level III) menjadi Waspada (Level II)
Rekomendasi
Mengingat ancaman letusan freatik masih ada maka masyarakat/pengunjung/pendaki tidak mendekati dan memasuki Kawasan Rawan Bencana III yang beradius 2 km dari kawah meliputi bibir kaldera G. Tambora Masyarakat agar tetap tenang, beraktifitas seperti biasa, tidak terpancing isyuisyu terkait dengan aktivitas Gunung Tambora yang tidak jelas sumbernya. Untuk itu masyarakat dapat berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora, dengan alamat Desa Doropeti, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, atau dengan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima, atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung
Terima Kasih