You are on page 1of 184

10 NASIHAT IBNUL QAYYIM UNTUK BERSABAR AGAR TIDAK TERJERUMUS DALAM LEMBAH MAKSIAT

Alih Bahasa: Abu Mushlih Ari Wahyudi Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma badu. Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat: Pertama, hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat. Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya. Kedua, merasa malu kepada Allah Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah Ketiga, senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu Apabila engkau berlimpah nikmat maka jagalah, karena maksiat akan membuat nikmat hilang dan lenyap Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat, merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya.

Kelima, mencintai Allah karena seorang kekasih tentu akan menaati sosok yang dikasihinya Sesungguhnya maksiat itu muncul diakibatkan oleh lemahnya rasa cinta.

Keenam, menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat

Ketujuh, memiliki kekuatan ilmu tentang betapa buruknya dampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri karena dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati

Kedelapan, memupus buaian angan-angan yang tidak berguna. Dan hendaknya setiap insan menyadari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sadar kalau dirinya hanyalah sebagaimana tamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, karena dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan, hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian. Karena sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah waktu senggang dan lapang yang dia miliki karena jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan halhal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh, sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebabsebab di atas yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kokoh maka sungguh dia telah keliru. *** (Diterjemahkan dari artikel berjudul Asyru Nashaaih libnil Qayyim li Shabri anil Mashiyah, www.ar.islamhouse.com)

ADA APA DI BALIK VALENTINES DAY ?


Disusun ulang oleh: Ummu Ziyad Murojaah oleh: Ust Abu Mushlih Ari Wahyudi Ukhti fillah Tanggal 14 Februari seakan-akan menjadi hari yang khusus bagi manusia secara umum, bahkan bagi seorang muslimah sekalipun. Dengan pengaruh dari berbagai media dan lingkungan, para gadis sibuk ikutikutan merayakan hari tersebut. Ada yang sibuk membuat coklat dan kuekue untuk orang yang disayanginya, mengirimkan kartu, atau sengaja mengkhususkan membuat pengakuan cinta untuk lelaki pujaan hatinya.Naudzubillah min dzalik. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan untuk dijauhkan dari perbuatan tersebut Setelah mengetahui fatwa-fatwa yang ada pada artikel sebelumnya, ada baiknya kita juga mengetahui asal usul adanya hari valentine. Dengan demikian, insya Allah kita akan lebih berhati-hati dan tidak segan-segan untuk meninggalkan hari raya tersebut. Apalagi jika kita benar-benar ingin menjadi wanita muslimah sejati, yang sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan sangat takut dengan hukuman-Nya dan berharap keridhoan-Nya. Artikel berikut ini banyak menukil dari majalah As Sunnah dengan disertai berbagai tambahan dari penulis. Definisi Valentines Day Terdapat beberapa definisi yang terdapat di majalah As Sunnah edisi 11 tahun I untuk menjelaskan tentang hari valentine ini. Pertama, A day on which lovers traditionally exchange affectionate messages and gift. It is ovserved on February 14, the date on which Saint Valentine was matyred. (The Encyclopedia Americana, volume XXVII, hal 860) Sebuah hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisi saling mengirimkan pesan-pesan cinta dan hadiah-hadiah. Hari itu diperingati pada tanggal 14 Februari, suatu hari di mana St. Valentine mengalami martir. Kedua, The date on the modern celebration, February 14, is believed to derive in the execution of a Christian martyr, St. Valentine, on February

14, 270. (The Encyclopedia Americana, volume XIII, hal. 464).

Tanggal 14 Februari adalah perayaan modern yang diyakini berasal dari hari dihukum matinya seorang martir Kristen yaitu St. Valentine pada tanggal 14 Februari 270 M. Ketiga, Valentine, St. priest and physician of Rome who suffered martydorn probably during the persecution under Claudius II in 269. his feast is on 14 Feb. The custom of sending valentines probably had its origin in a heathen practice connected with the worship of Juno Februalis at the Lupercalia(*) or perhaps in the mediaval belief the birds commenced to mate onf 14 Feb. (Everymans Encyclopedia, volume XII, hal 388). St. Valentine adalah seorang pendeta dan tabib dari Roma yang (dianggap) martir sewaktu kaisar Claudius II pada tahun 269 M. Peringatan tersebut pada tanggal 14 Febuari. Kebiasaan dengan mengirim valentinevalentine berasal dari upacara penyembahan berhala yang dikaitkan dengan peribadatan Juno Februarlis di goa Lupercal, atau (bisa jadi) pendapat bahwa burung-burung kwain pada tanggal 14 Februari. (*) Lupercalia merupakan upacara keagamaan (ritual) yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kuno yang dilaksanakan setiap tahun untuk menyembah dewa Lupercus, yang oleh mereka dianggap sebagai dewa kesuburan, dewa padang rumput dan pelindung ternak. Sebagai suatu upacara ritual kesuburan, Lupercalia juga dihubungkan dengan penghormatan dan penyembahan kepada dewa Faunus sebagai dewa alam dan pemberi wahyu. Upacara atau festival tersebut dipimpin dan diawasi oleh suatu badan kegamaan yang disebut Luperci dan para pendetanya disebut Luperci. Setiap upacara Lupercalia dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing yang dipimpin oleh para Luperci. Upacara tersebut dilakukan di dalam sebuah gua bernama Lupercal, berada di bukit Palatine, yang merupakan salah satu bukit di kota Roma. Setelah itu dua orang Luperci (dalam sumber lain dua orang pemuda) dibawa ke sebuah altar, kemudian sebuah pisau yang berlumuran darah disentuhkan pada kening mereka dan darah itu diseka dengan kain wool yang telah dicelupkan ke dalam susu. Setelah itu kedua orang tersebut diharuskan tertawa. Kemudian para luperci memotong kulit kambing yang dikorbankan

dan dijadikan cambuk. Kemudian mereka berlari dalam dua geromboloan mengelilingi bukit Palatine dan tembok-tembok kuno di Palatine, mencambuki setiap wanita baik yang mengikuti upacara maupun yang mereka temui di jalanan. Para wanita yang menerima cambukan itu dengan

senang hati karena menurut mereka cambukan itu dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburannya. Upacara Lupercalia ini terus berlangsung sampai pada masa pemerintahan Kaisar Constantin Agung (280 337 M). Kaisar Romawi ini adalah kaisar pertama pemeluk agama Nasrani. Lewat masuknya agama Nasrani itu dan berbagai jalan yang ditempuhnya, dia memegang peranan penting dalam hal merubah agama yang dikejar-kejar dan diancam sebelumnya menjadi agama yang dominan (bersifat nasional). Pengaruh agama nasrani semakin meluas di kerajaan Romawi dan Dewan gereja memegang peranan penting di bidang politik. Pada tahun 494 M, Dewan Gereja di bawah pimpinan Paus Gelasius I merubah bentuk upacara Lupercalia menjadi perayaan purifikasi (pemurnian/pembersihan diri). Dan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I mengubah tanggal perayaan purifikasi yang berasal dari upacara ritual lupercalia dan tanggal 15 Februari menjadi tanggal 14 Februari. Keempat, The St. Valentine who is spoken of as the apostle of Rhaetia, and venerated in passau as its first bishop. (Encyclopedia Briatannica, volume XIV, hal. 949). St. Valentine yang disebutkan itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai uskup yang pertama. Kesimpulan dari keempat definisi tersebut adalah Valentines day dirayakan untuk mengormati dan mengkultuskan st. Valentine yang dianggap martir yang mati dibunuh pada tanggal 14 Februari 269 M (sumber lain menyebutkan 270 M) dan juga dianggap sebagai seorang utusan dan uskup yang dimuliakan. Pengambilan istilah itu juga dikaitkan dengan Lupercalia, upacara keagamaan orang Romawi Kuno dan juga bahwa burung-burung kawin pada tanggal tersebut. Nah, saudariku Apakah engkau tahu apa itu martir? Martir adalah orang yang dianggap mati sebagai pahlawan karena mempertahankan kepercayaan (agama). Kini engkau tahu agama apa yang dipertahankan olehnya. Wallahul mustaan. Ya ukhti bagaimana kita bisa turut serta pada hari yang ditetapkan untuk menghormati orang yang mempertahankan agama yang bukan Islam (ini bukan berarti kita dibolehkan untuk menetapkan hari khusus untuk kematian orang-orang yang mempertahankan agama Islam!).

Dan bila dikaitkan dengan upacara Lupercalia, maka ini juga sangat jauh dari syariat Islam, bahkan penuh dengan kesyirikan yang merusak tauhid. Lihatlah bagaimana upacara tersebut dilaksanakan untuk menyembah dewa-dewa. Padahal tidak ada yang berhak disembah selain Allah Subhanahu wa Taala. Belum lagi keyakinan batil tentang pengaruh

cambukan yang dapat menyebabkan atau mengembalikan kesuburan. Padahal tidak ada yang kuasa untuk memberi kesuburan pada seseorang sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya, Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Asy-Syuura [42]: 50) Ketahuilah saudariku, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali meninggalkan jauh-jauh kebiasaan turut serta merayakan hari Valentine ini. Apakah kita hendak turut serta pada acara yang ditetapkan oleh Nasrani untuk mengkultuskan sang uskup yang mati sebagai martir? Padahal kita ketahui orang-orang Nasrani tidak akan senang sampai kita mengikuti agama mereka. Maka senanglah mereka ketika kita turut berbaur dalam hari raya mereka. Karena Rasululllah shollallahu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kaum tersebut. (HR. Abu Dawud). Atau apakah kita hendak mendukung pula upacara Lupercalia yang penuh muatan syirik dan kemaksiatan?Naudzubillah mindzalik. Cukupkanlah diri kita dengan apa yang telah diturunkan Allah dalam Al-Quran dan yang diajarkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam kepada umatnya. Karena kasih sayang di antara sesama muslim jauh lebih indah dimana Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda,Perumpamaan orang mukmin di dalam saling mencintai, saling mengaishi dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit maka seluruh jasad merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas. (HR. Bukhari dan Muslim). Maka engkau tidak perlu ragu-ragu untuk meninggalkan hari raya tersebut. Bertaubat adalah langkah yang utama dan mulia jika ternyata di hari yang lalu kita menjadi bagian dari perayaan tersebut. Semoga kita terus diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk menjalankan amalan sesuai tuntunan syariat. Aamiin. Maraji: 1. Majalah As Sunnah edisi 11 tahun I. 2. Riyadush Shalihin edisi Indonesia karya Imam Nawawi jilid 1. Takhrij Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani. Duta Ilmu.

ADAB BERPAKAIAN BAGI MUSLIMAH


Penulis: Ustadz Aris Munandar Haruskah Hitam? Terkait dengan warna pakaian terutama pakaian perempuan, terdapat beragam sikap orang yang dapat kita jumpai. Ada yang beranggapan bahwa warna pakaian seorang perempuan muslimah itu harus hitam atau minimal warna yang cenderung gelap. Di sisi lain ada yang memiliki pandangan bahwa perempuan bebas memilih warna dan motif apa saja yang dia sukai. Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan, kata mereka beralasan. Manakah yang benar dari pendapat-pendapat ini jika ditimbang dengan aturan al-Quran dan sunnah shahihah yang merupakan suluh kita untuk menentukan pilihan dari berbagai pendapat yang kita jumpai? Salah satu persyaratan pakaian muslimah yang syari adalah pakaian tersebut bukanlah perhiasan. Dalam syarat ini adalah firman Allah yang artinya, Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. (QS. an Nur:31). Dengan redaksinya yang umum ayat ini mencakup larangan menggunakan pakaian luar jika pakaian tersebut berstatus perhiasan yang menarik pandangan laki-laki.


Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, Tiga jenis orang yang tidak perlu kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang binasa). Yang pertama adalah orang yang meninggalkan jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang muslim yang memiliki kekuasaan yang sah dan memilih untuk mendurhakai penguasa tersebut sehingga meninggal dalam kondisi durhaka kepada penguasanya. Yang kedua adalah budak laki-laki atau perempuan yang kabur dari tuannya dan meninggal dalam keadaan demikian. Yang ketiga adalah seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya padahal suaminya telah memenuhi segala kebutuhan duniawinya lalu ia bertabarruj setelah kepergian sang suami. Jangan pernah bertanya tentang mereka. (HR

Ahmad no 22817 dll, shahih. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa, hal 387).

Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama dengan seorang perempuan yang menampakkan perhiasan dan daya tariknya serta segala sesuatu yang wajib ditutupi karena hal tersebut bisa membangkitkan birahi seorang laki-laki yang masih normal. Di samping itu, maksud dari perintah berjilbab adalah menutupi segala sesuatu yang menjadi perhiasan (baca: daya tarik) seorang perempuan. Maka sungguh sangat aneh jika ternyata pakaian yang dikenakan tersebut malah menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga fungsi pakaian tidak berjalan sebagaimana mestinya. Meski demikian anggapan sebagian perempuan multazimah (yang komitmen dengan aturan agama) bahwa seluruh pakaian yang tidak berwarna hitam adalah pakaian perhiasan adalah anggapan yang kurang tepat dengan menimbang dua alasan. Yang pertama, sabda Nabi,


Wewangian seorang laki-laki adalah yang tidak jelas warnanya tapi nampak bau harumnya. Sedangkan wewangian perempuan adalah yang warnanya jelas namun baunya tidak begitu nampak. (HR. Baihaqi dalam Syuabul Iman no.7564 dll, hasan. LihatFiqh Sunnah lin Nisa, hal. 387). Hadits ini mengisyaratkan bahwa adanya warna yang jelas bukanlah suatu hal yang terlarang secara mutlak bagi seorang perempuan muslimah. Yang kedua, para sahabiyah (sahabat Nabi yang perempuan) bisa memakai pakaian yang berwarna selain warna hitam. Bukti untuk hal tersebut adalah riwayat-riwayat berikut ini:


Dari Ikrimah, Rifaah menceraikan istrinya yang kemudian dinikahi oleh Abdurrahman bin az Zubair. Aisyah mengatakan, Bekas istri rifaah

itu memiliki kerudung yang berwarna hijau. Perempuan tersebut mengadukan dan memperlihatkan kulitnya yang berwarna hijau. Ketika Rasulullah tiba, Aisyah mengatakan, Aku belum pernah melihat semisal yang dialami oleh perempuan mukminah ini. Sungguh kulitnya lebih hijau dari pada pakaiannya. (HR. Bukhari no. 5377).

Dari Ummi Khalid binti Khalid, Nabi mendapatkan hadiah berupa pakaian berwarna hitam berukuran kecil. Nabi bersabda, Menurut pendapat kalian siapakah yang paling tepat kuberikan pakaian ini kepadanya? Para sahabat hanya terdiam seribu bahasa. Beliau lantas bersabda, Bawa kemari Ummi Khalid (seorang anak kecil perempuan yang diberi kunyah Ummi Khalid) Ummi Khalid dibawa ke hadapan Nabi sambil digendong. Nabi lantas mengambil pakaian tadi dengan tangannya lalu mengenakannya pada Ummi Khalid sambil mendoakannya, Moga awet, moga awet. Pakaian tersebut memiliki garis-garis hijau atau kuning. Nabi kemudian berkata, Wahai Ummi khalid, ini pakaian yang cantik. (HR. Bukhari no. 5823). Meski ketika itu Ummi Khalid belum balig namun Nabi tidak mungkin melatih dan membiasakan anak kecil untuk mengerjakan sebuah kemaksiatan. Sehingga hadits ini menunjukkan bolehnya seorang perempuan mengenakan pakaian berwarna hitam yang bercampur dengan garis-garis berwarna hijau atau kuning. Jadi pakaian tersebut tidak murni berwarna hitam. Dari al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, Sesungguhnya Aisyah memakai pakaian yang dicelup dengan ushfur saat beliau berihram (HR. Ibnu Abi Syaibah 8/372, dengan sanad yang shahih). Pada tulisan yang lewat telah kita bahas bahwa yang dimaksud dengan celupan denganushfur adalah celupan yang menghasilkan warna merah. Perbuatan Aisyah sebagaimana dalam riwayat di atas menunjukkan bahwa seorang perempuan muslimah diperbolehkan memakai pakaian berwarna merah polos. Bahkan pakaian merah polos adalah pakaian khas bagi perempuan sebagaimana keterangan di edisi yang lewat. Berikut ini beberapa riwayat yang kuat dari salaf tentang hal ini:

Dari Ibrahim an Nakhai, bersama Alqamah dan al Aswad beliau menjumpai beberapa istri Nabi. beliau melihat para istri Nabi tersebut mengenakan pakaian berwarna merah. Dari Ibnu Abi Mulaikah, aku melihat Ummi Salamah mengenakan kain yang dicelup dengan ushfur (baca: berwarna merah). Dari Hisyam dari Fathimah bin al Mundzir, sesungguhnya asma memakai pakaian yang dicelup dengan ushfur (baca: berwarna

merah) Dari Said bin Jubair, beliau melihat salah seorang istri Nabi yang thawaf mengelilingi Kabah sambil mengenakan pakaian yang dicelup dengan ushfur (Baca: Berwarna merah). (Lihat Jilbab Marah Muslimah karya al Albani hal. 122-123).

Di samping itu riwayat-riwayat di atas juga menunjukkan bahwa pakaian berwarna merah tersebut dipakai di hadapan banyak orang. Singkat kata, yang dimaksud dengan pakaian yang menjadi perhiasan yang tidak boleh dipakai oleh seorang muslimah ketika keluar rumah adalah: 1. Pakaian yang terdiri dari berbagai warna (Baca: Warna warni). 2. Pakaian yang dihias dengan garis-garis berwarna keemasan atau berwarna perak yang menarik perhatian laki-laki yang masih normal. (Fiqh Sunnah lin Nisa, hal. 388). Al Alusi berkata, Kemudian ketahuilah bahwa menurut kami termasuk perhiasan yang terlarang untuk dinampakkan adalah kelakuan mayoritas perempuan yang bergaya hidup mewah di masa kita saat ini yaitu pakaian yang melebihi kebutuhan untuk menutupi aurat ketika keluar dari rumah. Yaitu pakaian dari tenunan sutra terdiri dari beberapa warna (baca:warna-warni). Pada pakaian tersebut terdapat garis-garis berwarna keemasan atau berwarna perak yang membuat mata lelaki normal terbelalak. Menurut kami suami atau orang tua yang mengizinkan mereka keluar rumah dan berjalan di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya dalam keadaan demikian itu disebabkan kurangnya rasa cemburu. Hal ini adalah kasus yang terjadi di mana-mana. (Ruhul Maani, 6/56, lihat Jilbab Marah Muslimah, karya Al Albani hal. 121-122). Jika demikian keadaan di masa beliau, lalu apa yang bisa kita katakan tentang keadaan masa sekarang! Allahul Mustaan (Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan). Meskipun demikian, pakaian yang lebih dianjurkan adalah pakaian yang berwarna hitam atau cenderung gelap karena itu adalah: 1. Pakaian yang sering dikenakan oleh para istri Nabi. Ketika Shafwan menjumpai Aisyah yang tertinggal dari rombongan, Shafwan melihat sosok hitam seorang yang sedang tidur. (HR. Bukhari dan Muslim) 2. Hadits dari Aisyah yang menceritakan bahwa sesudah turunnya ayat hijab, para perempuan anshar keluar dari rumah-rumah mereka seakan-akan di kepala mereka terdapat burung gagak yang tentu berwarna hitam. (HR. Muslim) Serba Serbi Seputar Warna Jilbab Putih

Lajnah Daimah (Komite Fatwa Para Ulama Saudi) pernah mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, Apakah seorang perempuan diperbolehkan memakai pakaian ketat dan memakai pakaian berwarna putih?

Jawaban Lajnah Daimah, Seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk menampakkan diri di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya atau keluar ke jalan-jalan dan pusat perbelanjaan dalam keadaan memakai pakaian yang ketat, membentuk lekuk tubuh bagi orang yang memandangnya. Karena dengan pakaian tersebut, perempuan tadi seakan telanjang, memancing syahwat dan menjadi sebab timbulnya halhal yang berbahaya.Demikian pula, seorang perempuan tidak diperbolehkan memakai pakaian yang berwarna putih jika warna pakaian semisal itu di daerahnya merupakan ciri dan simbol laki-laki. Jika hal ini dilanggar berarti menyerupai laki-laki, suatu perbuatan yang dilaknat oleh Nabi.(Fatawa al Marah, 2/84, dikumpulkan oleh Muhammad Musnid). Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pada asalnya seorang perempuan diperbolehkan memakai pakaian yang berwarna putih asalkan cukup tebal sehingga tidak transparan/tembus pandang terutama ketika matahari bersinar cukup terik. Hukum ini bisa berubah jika di tempat tersebut pakaian berwarna putih merupakan ciri khas pakaian laki-laki maka terlarang karena menyerupai lawan jenis bukan karena warna putih. Oleh karena itu pandangan miring sebagian wanita multazimah (yang komitmen dengan syariat) di negeri kita terhadap wanita yang berwarna putih adalah pandangan yang tidak tepat karena di negeri kita pakaian berwarna putih bukanlah ciri khas pakaian laki-laki, bahkan sebaliknya menjadi ciri pakaian perempuan (Baca: Jilbab). Pakaian Perhiasan Dalam edisi yang lewat, telah kita bahas tentang salah satu yang terlarang untuk pakaian perempuan yaitu bukan perhiasan dan telah kita sebutkan dua kriteria untuk mengetahui hal tersebut. Namun beberapa waktu yang lewat kami dapatkan penjelasan yang lebih tepat mengenai hal ini. Tepatnya dari Syaikh Ali al Halabi, salah seorang ulama dari Yordania. Ketika beliau ditanya tentang parameter untuk menilai suatu pakaian itu pakaian perhiasan ataukah bukan bagi seorang perempuan, beliau katakan, Parameter untuk menilai hal tersebut adalah urf (aturan tidak tertulis dalam suatu masyarakat)(Puncak, Bogor 14 Februari 2007 pukul 17:15). Penjelasan beliau sangat tepat, karena dalam ilmu ushul fiqh terdapat suatu kaedah:Pengertian dari istilah syari kita pahami sebagaimana penjelasan syariat. Jika tidak ada maka mengacu kepada

penjelasan linguistik arab. Jika tetap tidak kita jumpai maka mengacu kepada pandangan masyarakat setempat (urf ).

Misal pengertian menghormati orang yang lebih tua. Definisi tentang hal ini tidak kita jumpai dalam syariat maupun dari sudut pandang bahasa Arab. Oleh karena itu dikembalikan kepada pandangan masyarakat setempat. Jika suatu perbuatan dinilai menghormati maka itulah penghormatan. Sebaliknya jika dinilai sebagai penghinaan maka statusnya adalah penghinaan. Hal serupa kita jumpai dalam pengertian pakaian perhiasan bagi seorang muslimah yang terlarang. Misal menurut pandangan masyarakat kita pakaian kuning atau merah polos bagi seorang perempuan yang dikenakan ketika keluar rumah adalah pakaian perhiasan maka itulah pakaian perhiasan yang terlarang. Akan tetapi di tempat atau masa yang berbeda pakaian dengan warna tersebut tidak dinilai sebagai pakaian perhiasan maka pada saat itu pakaian tersebut tidak dinilai sebagai pakaian perhiasan yang terlarang. Artikel ini merupakan ringkasan artikel yang berjudul Adab Berpakaian bagian ke 3 dan 4 dari beberapa seri artikel di www.muslim.or.id. Silahkan langsung merujuk ke www.muslim.or.id untuk mengetahui adab-adab berpakaian lainnya.

ADAB MENGUAP DAN BERSIN


Penulis: Ummul Husain Murajaah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar Kebanyakan dari kita, mungkin beranggapan bahwa ibadah hanyalah sebatas pada shalat, puasa, haji, dan zakat. Padahal ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Salah satu ibadah yang telah diremehkan oleh sebagian kaum muslim adalah menjaga adab-adab yang telah diajarkan oleh Islam. Adab-adab tersebut memang terkesan sepele, tetapi jika kita mengamalkannya dengan niat beribadah dan dengan niat meneladani Nabi shallallahu alaihi wa sallam, amal tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah Taala. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan hasil sesuai dengan niatnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Salah satu adab islami yang sudah banyak ditinggalkan kaum muslimin adalah adab ketika bersin dan menguap. Banyak kaum muslimin saat ini yang tidak mengetahui adab ini. Ketika bersin, banyak di antara mereka yang tidak mengucapkan alhamdullillah. Mungkin itu disebabkan mereka lupa atau tidak mengetahui keutamaannya. Demikian pula ketika ia menguap, seharusnya seorang muslim menahannya semampu mungkin. Akan tetapi, banyak dari kita, membuka mulut lebar-lebar saat menguap, sehingga semua orang pun bisa melihat seluruh isi mulutnya. Ada pula yang ketika menguap, mengucapkan taawudz, padahal perbuatan semacam ini sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sesungguhnya jika seorang muslim mengetahui betapa besar pahala yang akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Taala ketika seorang muslim meneladani RasulNya shallallahu alaihi wa sallam maka sudah pasti manusia akan berlomba-lomba melaksanakan adab-adab yang telah diajarkan oleh Islam ini. Meskipun hal tersebut dalam perkara yang remeh di mata manusia. Sesungguhnya Allah Membenci Menguap Jika kita mengaku muslim dan mengaku bahwasanya kita mencintai Allah, maka salah satu konsekuensinya adalah mencintai segala sesuatu yang dicintai oleh Allah, serta membenci dan menjauhi segala sesuatu

yang dibenci oleh Allah. Salah satu perkara yang dibenci oleh Allah adalah menguap. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,

Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap. Maka apabila ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan Alhamdullillah). Dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah setiap muslim berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ha, maka saat itu setan menertawakannya. (HR Bukhari). Allah membenci menguap karena menguap adalah aktivitas yang membuat seseorang banyak makan, yang pada akhirnya membawa pada kemalasan dalam beribadah. Menguap adalah perbuatan yang dibenci oleh Allah, terlebih-lebih ketika pada waktu shalat. Para nabi tidak pernah menguap, dikarenakan menguap adalah salah satu aktivitas yang dibenci oleh Allah. Tahanlah Semampumu Jika seseorang ingin menguap, maka hendaklah dia menahannya sebisa mungkin, atau dengan menutup jalan terbukanya mulut dengan menggunakan tangannya. Hal ini sesuai dengan hadits yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Menguap adalah dari setan, maka jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaklah ia menahannya sedapat mungkin. (HR Muslim). Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri, karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk. Sesungguhnya Allah Mencintai Orang yang Bersin Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasullullah shallallahu alaihi wa sallambersabda, Sesungguhnya Allah menyukai bersin. (HR Bukhari). Bersin merupakan sesuatu yang disukai karena bersin dapat menyehatkan badan dan menghilangkan keinginan untuk selalu mengenyangkan perut, serta dapat membuat semangat untuk beribadah. Ketika Bersin Hendaknya Kita 1. Merendahkan suara.

2. Menutup mulut dan wajah. 3. Tidak memalingkan leher. 4. Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.

Macam-Macam Bacaan yang Dapat Kita Amalkan Ketika Bersin Alhamdulillah (segala puji hanya bagi Allah). Alhamdulillahi Rabbil alamin (segala puji bagi Allah Rabb semesta alam). Alhamdulillah ala kulli haal (segala puji bai Allah dalam setiap keadaan) Alhamdulillahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi, mubaarakan alaihi kamaa yuhibbu Rabbuna wa yardhaa (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi penuh berkah dan diberkahi, sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kami). Tunaikanlah Hak Saudaramu Islam adalah agama yang sangat indah, dan salah satu keindahan agama ini adalah memperhatikan keadilan dan memberikan hak kepada sang pemiliknya. Salah satu hak yang harus ditunaikan oleh seorang muslim dan muslimah kepada muslim dan muslimah yang lain adalah bertasymit (mendoakan orang yang bersin) ketika ada seorang dari saudara atau saudari kita yang muslim bersin dan ia mengucapkan alhamdullillah. Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam: jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka datanglah, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah nasihat, jika ia bersin lalu ia mengucapkan alhamdullilah maka doakanlah, jika ia sakit maka jenguklah, jika ia meninggal maka iringilah jenazahnya. (HR Muslim). Ketika ada seorang muslim bersin di dekat kita, lalu dia mengucapkan alhamdullillah, maka kita wajib mendoakannya dengan membaca yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu). Hukum tasymit ini adalah wajib bagi setiap orang yang mendengar seorang muslim yang bersin kemudian mengucapkan alhamdullillah. Setelah orang lain mendoakannya, orang yang bersin tadi dianjurkan untuk mengucapkan salah satu doa sebagai berikut: Yahdikumullah wa yushlih baalakum (mudah-mudahan Allah memberikan hidayah kepada kalian dan memperbaiki keadaan kalian). Yaghfirulahu lanaa wa lakum (mudah-mudahan Alah mengampuni kita dan kalian semua). Yaghfirullaah lakum (semoga Allah mengampuni kalian semua).

Yarhamunnallah wa iyyaakum wa yaghfirullaahu wa lakum (semoga Allah memberi rahmat kepada kami dan kamu sekalian, serta mengampuni kami dan mengampuni kalian). Aafaanallah wa iyyaakum minan naari yarhamukumullaah (semoga Allah menyelamatkan kami dan kamu sekalian dari api neraka, serta memberi rahmat kepada kamu sekalian).

Yarhamunnallah wa iyyaakum (semoga kepada kami dan kepada kalian semua).

Allah memberi

rahmat

Mereka Tidak Berhak Mendapatkannya Kita tidak perlu bertasymit ketika: 1. Ada seseorang yang bersin, dan dia tidak mengucapkan hamdalah. 2. Ada seseorang yang bersin lebih dari tiga kali. Jika seseorang bersin lebih dari tiga kali, maka orang tersebut dikategorikan terserang influenza. Kita pun tidak disyariatkan untuk mendoakannya, kecuali doa kesembuhan. 3. Ada seseorang membenci tasymit. 4. Seseorang yang bersin itu bukan beragama Islam. Walaupun orang tersebut mengucapkan hamdalah, kita tetap tidak diperbolehkan untuk ber-tasymit, karena seorang muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang kafir. Jika orang kafir tersebut mengucapkan alhamdulillah, kita jawab Yahdikumullah wa yushlih baalakum 5. Seseorang yang bersin bertepatan dengan khutbah jumat. Cukup bagi yang bersin saja untuk mengucapkan hamdalah tanpa ada yang ber-tasymit, karena ketika khutbah jumat seorang muslim wajib untuk diam. Begitu pula ketika shalat wajib (shalat fardhu) sedang didirikan, tidak ada keharusan bagi kita untuk ber-tasymit. 6. Kita berada ditempat yang terlarang untuk mengucapkan kalamullah, seperti di dalam toilet. Saudariku marilah kita bersama-sama mengamalkan sunnah (tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam) yang mulia ini. Mulailah untuk membiasakan diri melakukannya di tengah-tengah keluarga, temanteman, dan masyarakat di sekitar kita. Beritahukanlah kepada saudarasaudari kita yang lain untuk ikut mengamalkannya, karena sesungguhnya di dalamnya terdapat karunia yang sangat besar. Bahkan dahulu kaum yahudi pun pernah berpura-pura bersin di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam demi mendapatkan karunia yang besar itu, melalui doa beliau shallallahu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, seharusnya kita sebagai muslim dan muslimah lebih bersemangat lagi untuk mendapatkannya. Sangat disayangkan jika karunia yang sangat besar itu kita tidak mendapatkannya. Bukankah demikian, wahai Saudariku? Wallaahu alam bish shawaab. Maraaji : 1. Adab Menguap dan Bersin, Ismail bin Marsyid bin Ibrahim ar-Rumaih, Pustaka Imam Asy-SyafiI, Bogor.

2. Sepuluh Hak Dalam Islam, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, penerbit: Pustaka Al-Minhaj, Sukoharjo. 3. Matan Hadits Arbain An-Nawawiyah, Imam An-Nawawi

ADAB SALAM DAN SHALAWAT


Penulis: Ummu Sufyan bintu Muhammad Murajaah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar Salah satu bentuk ibadah yang terlalaikan, namun dianggap sebagai hal biasa di kalangan kaum muslimin sekarang ini adalah menulis salam dan shalawat dengan disingkat. Padahal telah diketahui bahwa dalam kaidah penggunaan bahasa Arab, kesempurnaan tulisan dan pembacaan lafadz akan mempengaruhi arti dan makna dari sebuah kata dan kalimat. Lalu, bagaimana jika salam dan shalawat disingkat penulisannya? Apakah akan merubah arti dan makna kalimat tersebut? dalam

Adab Menulis Salam Kata salaam memuat makna keterbebasan dari setiap malapetaka dan perlindungan dari segala bentuk aib dan kekurangan. Salaam juga berarti aman dari segala kejahatan dan terlindung dari peperangan. Oleh karena itu, Islam memerintahkan supaya menampakkan salam dan menyebarluaskannya (Syaikh Salim bin Ied al-Hilali dalam kitab Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin, Bab Keutamaan Salam dan Perintah Untuk Menyebarluaskannya). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala, yang artinya, Dan apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Qs. AnNisaa: 86) Yang dimaksud dengan penghormatan pada ayat diatas adalah ucapan salam, yaitu: 1. Assalaamu alaykum 2. Atau assalaamu alaykum warahmatullaah 3. Atau assalamu alaykum warahmatullaah wabarakaatuh Dalam ayat diatas juga terdapat perintah untuk membalas salam dengan yang lebih baik atau serupa dengan itu. Misalkan ada yang memberi salam dengan ucapan assalaamu alaykum maka balaslah

dengan yang serupa, yaitu waalaykumussalaam. Atau yang lebih baik dari itu, yaitu, waalaykumussalaam warahmatullaah, dan seterusnya. Dari ayat yang mulia di atas dapat diketahui bahwa hukum menjawab atau membalas salam dengan lafadz yang serupa atau sama dengan apa yang diucapkan adalah fardhu

atau wajib. Sedangkan membalas salam dengan lafadz yang lebih baik dari itu hukumnya adalah sunah. Dan berdosalah orang yang tidak menjawab atau membalas salam dengan lafadz yang serupa atau yang lebih baik dari itu. Karena dengan sendirinya dia telah menyalahi perintah Allah Subhanahu wa Taala yang telah memerintahkan untuk membalas salam orang yang memberi salam kepada kita (al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam kitab Al-Masaail, Masalah Kewajiban Membalas Salam). Dari penjelasan di atas, lafadz aslkm bahkan ass dan singkatan yang sejenisnyabukan termasuk dalam kategori salam. Dan bagaimana lafadz-lafadz tersebut dapat disebut salam, sementara dalam lafadz tersebut tidak mengandung makna salam yaitu penghormatan dan doa bagi penerima salam. Bahkan lafadz ass, dalam perbendaharaan kosa kata asing memiliki pengertian yang tidak sepantasnya, bahkan mengandung unsur penghinaan (wal iyyadzubillah). Adab Menulis Shalawat Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, yang artinya,Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai, orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Qs. Al-Ahzaab: 56). Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala memuliakan RasulNya shallallahu alaihi wa sallam, baik di masa hidup maupun sepeninggal beliau. Allah Subhanahu wa Taala menyebutkan kedudukan Nabi shallallahu alaihi wa sallam di sisi-Nya dan membersihkan beliau dari tindakan atau pikiran jahat orang-orang yang berinteraksi dengan beliau. Yang dimaksud shalawat Allah adalah puji-pujian-Nya kepada Rasul shallallahu alaihi wa sallam. Dan yang dimaksud shalawat para malaikat adalah doa dan istighfar. Sedangkan yang dimaksud shalawat dari ummat beliau adalah doa dan mengagungkan perintah beliau shallallahu alaihi wa sallam (Syaikh Salim bin Ied al-Hilali dalam kitab Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin Bab Shalawat Kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam). Disunnahkan sebagian ulama mewajibkannya mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, setiap kali menyebut atau disebut nama beliau, yaitu dengan ucapan: shallallahu

alaihi wa sallam (al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam kitab Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Dalam sebuah riwayat dari Husain bin Ali bin Abi Thalib disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,

Orang yang bakhil (kikir/pelit) itu ialah orang yang (apabila) namaku disebut disisinya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku shallallahu alaihi wa sallam. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal no. 1736, dengan sanad shahih). Syaikh Salim bin Ied al-Hilali mengatakan bahwa disunnahkan bagi para penulis agar menulis shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam secara utuh, tidak disingkat (seperti SAW, penyingkatan dalam bahasa Indonesia pent) setiap kali menulis nama beliau. Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat juga mengatakan dalam kitab Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa disukai apabila seseorang menulis nama Nabi shallallahu alaihi wa sallam, maka bershalawatlah dengan lisan dan tulisan. Ketahuilah saudariku, shalawat ummat kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah bentuk dari sebuah doa. Demikian pula dengan makna salam kita kepada sesama muslim. Dan doa merupakan bagian dari ibadah. Dan tidaklah ibadah itu akan mendatangkan sesuatu selain pahala dari Allah Jalla wa Ala. Maka apakah kita akan berlaku kikir dalam beribadah dengan menyingkat salam dan shalawat, terutama kepada kekasih Allah yang telah mengajarkan kita berbagai ilmu tentang dien ini? Saudariku, apakah kita ingin menjadi hamba-hamba-Nya yang lalai dari kesempurnaan dalam beribadah? Wallahu Taala alam bish showwab. Maraji: 1. Al-Quran dan terjemahan. 2. Al-Masaail Jilid 7, karya al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, cetakan Darus Sunnah. 3. Bahjatun Naadzirin Syarah Riyadhush Shalihin (Terjemah) Jilid 3 dan 4, takhrij oleh Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, cetakan Pustaka Imam asy-Syafii. 4. Sifat Shalawat dan Salam Kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, karya al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, cetakan Maktabah Muawiyah bin Abi Sufyan. 5. Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah Li Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (Terjemah) karya Syaikh Said bin Ali bin Wahf alQahthaniy, Edisi Indonesia Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, penerjemah Hawin Murtadho, cetakan Pustaka at-Tibyan.

ADAB-ADAB MAKAN
Disusun ulang oleh: Ummu Aufa Murojaah: Subhan Khadafi, Lc. a. Memulai makan dengan mengucapkan Bismillah. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Apabila salah seorang diantara kalian hendak makan, maka ucapkanlah: Bismilah. Dan jika ia lupa untuk mengucapkan Bismillah di awal makan, maka hendaklah ia mengucapkan Bismillahi Awwalahu wa Aakhirahu (dengan menyebut nama Allah di awal dan diakhirnya). (HR. Daud Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 3264). b. Hendaknya mengakhiri makan dengan pujian kepada Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Barangsiapa telah selesai makan hendaknya dia berdoa: Alhamdulillaahilladzi athamani hadza wa razaqqaniihi min ghairi haulin minni walaa quwwatin. Niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Daud, Hadits Hasan) Inilah lafadznya,


Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku dan yang telah memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku. Atau bisa pula dengan doa berikut,

) (
Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi dan meski tidaklah dibutuhkan oleh Rabb kita.(HR. Bukhari VI/214 dan Tirmidzi dengan lafalnya V/507)

c. Hendaknya makan dengan menggunakan tiga jari tangan kanan. Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam makan dengan menggunakan tiga jari.(HR. Muslim, HR. Daud) d. Hendaknya menjilati jari jemarinya sebelum dicuci tangannya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai makan maka janganlah ia mengusap tangannya hingga ia menjilatinya atau minta dijilati (oleh Isterinya, anaknya). (HR. Bukhari Muslim) e. Apabila ada sesuatu dari makanan kita terjatuh, maka hendaknya dibersihkan bagian yang kotornya kemudian memakannya. Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Apabila ada sesuap makanan dari salah seorang diantara kalian terjatuh, maka hendaklah dia membersihkan bagiannya yang kotor, kemudian memakannya dan jangan meninggalkannya untuk syaitan. (HR. Muslim, Abu Daud) f. Hendaknya tidak meniup pada makanan yang masih panas dan tidak memakannya hingga menjadi lebih dingin, hal ini berlaku pula pada minuman. Apabila hendak bernafas maka lakukanlah di luar gelas, dan ketika minum hendaknya menjadikan tiga kali tegukan. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu: Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya. (HR. At Tirmidzi) g. Hendaknya menghindarkan diri dari kenyang yang melampaui batas. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Tidak ada bejana yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya memakan beberapa suapan sekedar dapat menegakkan tulang punggungnya (memberikan tenaga), maka jika tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya dengan sepertiga makanan, sepertiga minuman dan sepertiga lagi untuk bernafasnya. (HR. Ahad, Ibnu Majah)

h. Makan memulai dengan yang letaknya terdekat kecuali bila macamnya berbeda maka boleh mengambil yang jauh. Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam: Wahai anak muda, sebutkanlah Nama Allah (Bismillah), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari apa-apa yang dekat denganmu. (HR. Bukhari Muslim) i. Hendaknya memulai makan dan minuman dalam suatu jamuan makan dengan mendahulukan (mempersilakan mengambil makanan terlebih dahulu) orang-orang yang lebih tua umurnya atau yang lebih memiliki derajat keutamaan. Ketika makan hendaknya tidak melihat teman yang lain agar tidak terkesan mengawasi.

j.

k. Hendaknya tidak melakukan sesuatu yang dalam pandangan manusia dianggap menjijikkan. l. Jika makan bersama orang miskin, maka hendaklah kita mendahulukan mereka. Maroji: Disadur dari: Adab adab Harian Muslim, Ibnu Katsir

ADZAB ORANG YANG LALAI DALAM SHALAT


Penulis: Ummu Salamah Farosyah Murojaah: Ustadz Aris Munandar Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Duh! Sudah adzan, sebentar lagi ah shalatnya tanggung kerjaannya tinggal sedikit lagi. Eh kok adzan? Padahal filmnya lagi seru nih! Nanti saja shalatnya kalau filmnya sudah selesai ah. Tapi waktu shalatnya nanti keburu habis?! Tunggu iklan saja deh kalau begitu, shalatnya juga harus cepat nih. Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah Ketahuilah ukhti bahwa orang-orang tersebut di atas termasuk jenis orang yang melalaikan shalatnya. Perhatikanlah firman Allah, yang artinya Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya. (QS. Al-Maauun: 4-5) Al-Haafidz Ibnu Katsir rahimahullahu taala berkata, yang dimaksud orang-orang yang lalai dari shalatnya adalah: 1. Orang tersebut menunda shalat dari awal waktunya sehingga ia selalu mengakhirkan sampai waktu yang terakhir. 2. Orang tersebut tidak melaksanakan rukun dan syarat shalat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Taala dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. 3. Orang tersebut tidak khusyu dalam shalat dan tidak merenungi makna bacaan shalat. Dan siapa saja yang memiliki salah satu dari ketiga sifat tersebut maka ia termasuk bagian dari ayat ini (yakni termasuk orang-orang yang lalai dalam shalatnya). Apa Adzabnya ? Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dari sahabat Samurah bin Junab radhiyallahu anhusebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang tentang sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (dalam kisah tentang mimpi beliau): Kami mendatangi seorang laki-laki yang terbaring dan ada juga yang lain yang berdiri sambil membawa batu besar, tiba-tiba orang tersebut menjatuhkan batu besar tadi ke kepala laki-laki yang sedang berbaring dan memecahkan kepalanya sehingga berhamburanlah

pecahan batu itu di sana sini, kemudian ia mengambil batu itu dan melakukannya lagi. Dan tidaklah ia kembali mengulangi lagi hal tersebut sampai kepalanya

utuh kembali seperti semula dan ia terus-menerus mengulanginya seperti semula dan ia terus-menerus mengulanginya seperti pertama kali. Disebutkan dalam penjelasan hadits ini Sesungguhnya laki-laki tersebut adalah orang yang mengambil Al-Quran dan ia menolaknya, dan orang yang tidur untuk meninggalkan shalat wajib. Lalu Bagaimana Orang yang Meninggalkan Shalat Secara Mutlak ? Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat secara keseluruhan hukumnya kafir keluar dari Islam, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Perbedaan antara kita dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat maka ia telah kafir. (HR. At-Tirmidzi -Shahih) Demikianlah Ukhti, marilah kita bersama-sama berusaha maksimal untuk memperbaiki shalat kita karena ketahuilah bahwa amalan yang pertama akan dihisab oleh Allah di akhirat nanti adalah shalat. Dan kita memohon perlindungan kepada Allah Taala dari kehinaan dan kondisi orang-orang yang di adzab Allah karena lalai dari shalat. Maraji: Setelah Maut Datang Menjemput (Khalid bin Abdurrahman Asy-Syayi)

AGAR BUAH HATI MENJADI PENYEJUK HATI


Kehadiran sang buah hati dalam sebuah rumah tangga bisa diibaratkan seperti keberadaan bintang di malam hari, yang merupakan hiasan bagi langit. Demikian pula arti keberadaan seorang anak bagi pasutri, sebagai perhiasan dalam kehidupan dunia. Ini berarti, kehidupan rumah tangga tanpa anak, akan terasa hampa dan suram. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,


Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal dan shaleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Qs.al-Kahfi: 46) Bersamaan dengan itu, nikmat keberadaan anak ini sekaligus juga merupakan ujian yang bisa menjerumuskan seorang hamba dalam kebinasaan. Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,


Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteriisterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka (Qs. At-Taghaabun:14) Makna menjadi musuh bagimu adalah melalaikan kamu dari melakuakan amal shaleh dan bisa menjerumuskanmu ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ketika menafsirkan ayat di atas, syaikh Abdurrahman as-Sadi berkata, Karena jiwa manusia memiliki fitrah untuk cinta kepada istri dan anak-anak, maka (dalam ayat ini) Allah Subhanahu wa Taala memperingatkan hamba-hamba-Nya agar (jangan sampai) kecintaan ini menjadikan mereka menuruti semua keinginan istri dan anak-anak mereka dalam hal-hal yang dilarang dalam syariat. Dan Dia memotivasi hamba-hamba-Nya untuk (selalu) melaksanakan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya .

Kewajiban Mendidik Anak Agama Islam sangat menekankan kewajiban mendidik anak dengan pendidikan yang bersumber dari petunjuk Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya Subhanahu wa Taala. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. atTahriim: 6) Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu ketika menafsirkan ayat di atas berkata, (Maknanya): Ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu. Syaikh Abdurrahman as-Sadi berkata, Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang dibawa kekuasaan dan tanggung jawabnya . Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melarang Hasan bin Ali radhiallahu anhu memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasanradhiallahu anhu masih kecil, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Hekh hekh agar Hasan membuang kurma tersebut, kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallambersabda, Apakah kamu tidak mengetahui bahwa kita (Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan keturunannya) tidak boleh memakan sedekah? Imam Ibnu Hajar menyebutkan di antara kandungan hadits ini adalah bolehnya membawa anak kecil ke mesjid dan mendidik mereka dengan adab yang bermanfaat (bagi mereka), serta melarang mereka melakukan sesuatu yang membahayakan mereka sendiri, (yaitu dengan) melakukan hal-hal yang diharamkan (dalam agama), meskipun anak kecil

belum dibebani kewajiban syariat, agar mereka terlatih melakukan kebaikan tersebut.

Metode Pendidikan Anak yang Benar Agama Islam yang sempurna telah mengajarkan adab-adab yang mulia untuk tujuan penjagaan anak dari upaya setan yang ingin memalingkannya dari jalan yang lurus sejak dia dilahirkan ke dunia ini. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan hanif (suci dan cenderung kepada kebenaran), kemudian setan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agama mereka (Islam). Dalam hadits shahih lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tangisan seorang bayi ketika (baru) dilahirkan adalah tusukan (godaan untuk menyesatkan) dari setan. Perhatikanlah hadits yang agung ini, bagaimana setan berupaya keras untuk memalingkan manusia dari jalan Allah sejak mereka dilahirkan ke dunia, padahal bayi yang baru lahir tentu belum mengenal nafsu, indahnya dunia dan godaan-godaan duniawi lainnya, maka bagaimana keadaannya kalau dia telah mengenal semua godaan tersebut? Maka di sini terlihat jelas fungsi utama syariat Islam dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam menjaga anak yang baru lahir dari godaan setan, melalui adab-adab yang diajarkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang berhubungan dengan kelahiran seorang anak. Sebagai contoh misalnya, anjuran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bagi seorang suami yang akan mengumpuli istrinya, untuk membaca doa,


Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika seorang suami yang ingin mengumpuli istrinya membaca doa tersebut, kemudian Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.

Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa syariat Islam merupakan satu-satunya metode yang benar dalam pendidikan anak, yang ini berarti bahwa hanya dengan

menerapkan syariat Islamlah pendidikan dan pembinaan anak akan membuahkan hasil yang baik. Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin berkata, Yang menentukan (keberhasilan) pembinaan anak, susah atau mudahnya, adalah kemudahan (taufik) dari Allah Subhanahu wa Taala, dan jika seorang hamba bertakwa kepada Allah serta (berusaha) menempuh metode (pembinaan) yang sesuai dengan syariat Islam, maka Allah akan memudahkan urusannya (dalam mendidik anak), Allah Subhanahu wa Taala berfirman, Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya. (Qs. athThalaaq: 4) Pembinaan Rohani dan Jasmani Cinta yang sejati kepada anak tidaklah diwujudkan hanya dengan mencukupi kebutuhan duniawi dan fasilitas hidup mereka. Akan tetapi yang lebih penting dari semua itu pemenuhan kebutuhan rohani mereka terhadap pengajaran dan bimbingan agama yang bersumber dari petunjuk al-Qur-an dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Inilah bukti cinta dan kasih sayang yang sebenarnya, karena diwujudkan dengan sesuatu yang bermanfaat dan kekal di dunia dan di akhirat nanti. Allah Subhanahu wa Taala memuji Nabi-Nya Yaqub alaihissalam yang sangat mengutamakan pembinaan iman bagi anak-anaknya, sehingga pada saat-saat terakhir dari hidup beliau, nasehat inilah yang beliau tekankan kepada mereka. Allah berfirman,


Adakah kamu hadir ketika Yaqub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab, Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya. (Qs. alBaqarah: 133) semata-semata (tauhid) dan menjauhi perbuatan syirik (menyekutukan-Nya dengan makhluk). Dimana kebanyakan orang pada

saat-saat seperti ini justru yang mereka berikan perhatian utama adalah kebutuhan duniawi semata-mata; apa yang kamu makan sepeninggalku nanti? Bagaimana kamu mencukupi kebutuhan hidupmu? Dari mana kamu akan mendapat penghasilan yang cukup?Renungkanlah teladan agung dari Nabi Allah yang mulia ini, bagaimana beliau menyampaikan nasehat terakhir kepada anak-anaknya untuk berpegang teguh dengan agama Allah , yang landasannya adalah ibadah kepada Allah.

Dalam ayat lain Allah berfirman,


Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Qs. Luqmaan: 13) Lihatlah bagaimana hamba Allah yang shaleh ini memberikan nasehat kepada buah hati yang paling dicintai dan disayanginya, orang yang paling pantas mendapatkan hadiah terbaik yang dimilikinya, yang oleh karena itulah, nasehat yang pertama kali disampaikannya untuk buah hatinya ini adalah perintah untuk menyembah (mentauhidkan) Allah semata-mata dan menjauhi perbuatan syirik . Manfaat dan Pentingnya Pendidikan Anak Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah semoga Allah Subhanahu wa Taala merahmatinya berkata, Salah seorang ulama berkata, Sesugguhnya Allah Subhanahu wa Taala pada hari kiamat (nanti) akan meminta pertanggungjawaban dari orang tua tentang anaknya sebelum meminta pertanggungjawaban dari anak tentang orang tuanya. Karena sebagaimana orang tua mempunyai hak (yang harus dipenuhi) anaknya, (demikian pula) anak mempunyai hak (yang harus dipenuhi) orang tuanya. Maka sebagaimana Allah berfirman,


Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. (Qs. al-Ankabuut: 8) (Demikian juga) Allah berfirman,


Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. at-Tahriim: 6) Maka barangsiapa yang tidak mendidik anaknya (dengan pendidikan) yang bermanfaat baginya dan membiarkannya tanpa bimbingan, maka sungguh dia telah melakukan keburukan yang besar kepada anaknya tersebut. Mayoritas kerusakan (moral) pada anak-anak

timbulnya (justru) karena (kesalahan) orang tua sendiri, (dengan) tidak memberikan (pengarahan terhadap) mereka, dan tidak mengajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban serta anjuran-anjuran (dalam) agama. Sehingga karena mereka tidak memperhatikan (pendidikan) anakanak mereka sewaktu kecil, maka anak-anak tersebut

tidak bisa melakukan kebaikan untuk diri mereka sendiri, dan (akhirnya) merekapun tidak bisa melakukan kebaikan untuk orang tua mereka ketika mereka telah lanjut usia. Sebagaimana (yang terjadi) ketika salah seorang ayah mencela anaknya yang durhaka (kepadanya), maka anak itu menjawab: Wahai ayahku, sesungguhnya engkau telah berbuat durhaka kepadaku (tidak mendidikku) sewaktu aku kecil, maka akupun mendurhakaimu setelah engkau tua, karena engkau menyia-nyiakanku di waktu kecil maka akupun menyia-nyiakanmu di waktu engkau tua. Cukuplah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut menunjukkan besarnya manfaat dan keutamaan mendidik anak,

: :
Sungguh seorang manusia akan ditinggikan derajatnya di surga (kelak), maka dia bertanya, Bagaimana aku bisa mencapai semua ini? Maka dikatakan padanya: (Ini semua) disebabkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah yang selalu diucapkan oleh) anakmu untukmu. Sebagian dari para ulama ada yang menerangkan makna hadits ini yaitu: bahwa seorang anak jika dia menempati kedudukan yang lebih tinggi dari pada ayahnya di surga (nanti), maka dia akan meminta (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Taala agar kedudukan ayahnya ditinggikan (seperti kedudukannya), sehingga Allah pun meninggikan (kedudukan) ayahnya. Dalam hadits shahih lainnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Jika seorang manusia mati maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir (pahalanya karena diwakafkan), ilmu yang terus diambil manfaatnya (diamalkan sepeninggalnya), dan anak shaleh yang selalu mendoakannya. Hadits ini menunjukkan bahwa semua amal kebaikan yang dilakukan oleh anak yang shaleh pahalanya akan sampai kepada orang tuanya, secara otomatis dan tanpa perlu diniatkan, karena anak termasuk bagian dari usaha orang tuanya . Adapun penyebutan doa dalam hadits tidaklah menunjukkan pembatasan bahwa hanya doa yang akan sampai kepada orangtuanya , tapi tujuannya adalah untuk memotivasi anak yang shaleh agar orang tuanya.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani semoga Allah Subhanahu wa Taala merahmatinya berkata, (Semua pahala) amal kebaikan yang dilakukan oleh anak yang

shaleh, juga akan diperuntukkan kepada kedua orang tuanya, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala anak tersebut, karena anak adalah bagian dari usaha dan upaya kedua orang tuanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman,


Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Qs. an-Najm: 39) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh sebaikbaik (rezki) yang dimakan oleh seorang manusia adalah dari usahanya sendiri, dan sungguh anaknya termasuk (bagian) dari usahanya. Kandungan ayat dan hadits di atas juga disebutkan dalam haditshadist (lain) yang secara khusus menunjukkan sampainya manfaat (pahala) amal kebaikan (yang dilakukan) oleh anak yang shaleh kepada orang tuanya, seperti sedekah, puasa, memerdekakan budak dan yang semisalnya. Tulisan ringkas ini semoga menjadi motivasi bagi kita untuk lebih memperhatikan pendidikan anak kita, utamanya pendidikan agama mereka, karena pada gilirannya semua itu manfaatnya untuk kebaikan diri kita sendiri di dunia dan akhirat nanti. Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyejuk (pandangan) mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.


Kota Nabi shallallahu alaihi wa sallam, 20 Jumadal akhir 1430 H Abdullah bin Taslim al-Buthoni

AGAR BUAH HATI TAK LAGI TAKUT HANTU


Penulis: Ummu Rumman Murajaah: Ust. Aris Munandar Ummi, Ahmad pingin ke kamar mandi. Anterin ya Mi Ummu Ahmad (bukan nama sebenarnya) kaget ketika suatu malam Ahmad, anaknya yang sudah berumur 10 tahun tiba-tiba minta diantarkan ke kamar mandi. Ahmad anak shalih kok tumben minta diantar ke kamar mandi? Biasanya berani sendiri. Ahmad takut ketemu hantu Mi kata Ahmad dengan wajah ketakutan. Kisah ini mungkin sangat sering kita jumpai. Tak hanya anak kecil, bahkan banyak orang dewasa yang mengaku takut terhadap hantu. Masih banyaknya budaya dan kepercayaan terhadap hal-hal mistis yang bertentangan dengan syariat, ditambah lagi maraknya cerita maupun filmfilm misteri di tengah masyarakat semakin memperparah kerusakan dan mengikis keimanan. Rasa takut anak kepada hantu, bagaimanapun harus mendapat perhatian khusus dari orang tua. Karena bila ketakutan sang anak tetap terpelihara, tak hanya membentuk mental penakut pada diri anak tetapi juga dapat mengurangi kesempurnaan tauhid yang sangat kita harapkan terbentuk pada diri sang anak. Sekilas tentang Rasa Rakut (Khauf) Sangat penting bagi orang tua untuk bisa melatih anak mengatur rasa takutnya. Bukan hanya sekedar agar anak menjadi pemberani, tetapi lebih karena rasa takut adalah bagian dari ibadah. Rasa takut adalah bagian dari rukun yang harus ada dalam ibadah, di samping rasa cinta dan harap. Macam-macam takut Ulama telah membagi rasa takut menjadi beberapa bagian, yaitu: 1. Takut ibadah atau disebut juga takut sirri (takut terhadap sesuatu yang ghaib). Takut ibadah dibagi menjadi dua macam: a. Takut kepada Allah, yaitu takut yang diiringi dengan merendahkan

diri, pengagungan, dan ketundukan diri kepada Allah. Takut semacam inilah yang akan mendatangkan ketaqwaan dan ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, rasa takut seperti ini hanya boleh ditujukan kepada Allah semata karena merupakan salah satu konsekuensi keimanan.

Allah berfirman, yang artinya, Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran 175) b. Takut kepada selain Allah, yaitu takut kepada selain Allah dalam hal sesuatu yang ditakuti itu sebenarnya tidak dapat melakukannya dan hanya Allah-lah yang dapat melakukannya. Takut semacam ini banyak terjadi pada berhala, takut pada orang mati, takutnya para penyembah kubur kepada walinya, dll. Rasa takut ini merupakan syirik akbar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari keIslaman. 2. Takut yang haram, yaitu takut kepada selain Allah, yang bukan ibadah tetapi menyebabkan ia melakukan keharaman atau meninggalkan kewajiban. Takut semacam ini dapat mengurangi ketauhidan seseorang. 3. Takut thobii (normal). Yaitu takut pada hal-hal yang bisa mencelakakan kita (dengan izin dan kekuatan dari Allah). Misalnya, takut pada binatang buas, api, dll. Takut semacam ini wajar ada pada diri manusia dan dibolehkan selama tidak melampaui batas. 4. Takut wahm (khayalan), yaitu takut pada sesuatu yang sebabnya tidak jelas. Misalnya, takut pada hantu. Takut semacam ini tercela. Seorang anak yang masih dalam fase pertumbuhan dan sedang mengalami masa belajar, ia mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kadang disertai pula daya imajinasi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika ia mendengar cerita tentang berbagai macam hantu entah dari berbagai media massa, atau dari orang-orang di sekitarnya, hal tersebut bisa menimbulkan rasa takut yang berlebihan. Apalagi bila sang anak pernah mengalami trauma karena ditakut-takuti temannya atau karena pernah mengalami gangguan jin. Rasa takut kepada hantu atau setan, bisa mengantarkan kepada syirik akbar. Jika sampai membawa pada peribadatan kepada selain Allah. Bentuknya bermacam-macam, ada yang memberi sesajian agar tidak diganggu, membaca berbagai mantera, datang kepada dukun untuk meminta jimat, dan sebagainya. Pada anak, mungkin tak sampai separah itu. Namun tak jarang kita dapati, karena rasa takut kepada hantu atau semacamnya, anak menjadi takut keluar kamar untuk mengambil wudhu pada pagi hari. Sang anak menjadi menunda-nunda waktu shalat Subuhnya. Ini hanyalah salah satu

contoh. Tetapi sekali lagi, hal ini dapat mengurangi kesempurnaan tauhid sang anak. Ketakutan anak bisa diperparah jika orangtuanya pun tidak paham syariat sehingga demi mengatasi rasa takut anaknya sehingga membawa anak pada kesyirikan. Misalkan menggantungkan jimat pada anak sehingga sang anak terus bergantung pada jimat tersebut hingga ia dewasa.

Cara Mengatasi Rasa Takut Anak kepada Hantu Bagi orang tua sangat penting mengetahui bagaimanakah cara mengatasi ketakutan anak dengan cara yang sesuai syariat. Antara lain: 1. Tanamkanlah pada anak tauhid dan aqidah yang benar. Cobalah cari tahu apa yang sebenarnya ditakutkan oleh sang anak pada saat keadaannya tenang. Rangsanglah anak dengan beberapa pertanyaan. Adik takut hantu ya? Memangnya hantu itu apa sih? Jika sang anak menjawab bahwa hantu adalah pocong, genderuwo, nyi loro kidul, kuntilanak, atau semacamnya, jelaskan bahwa hantu-hantu semacam itu tidak ada sama sekali sehingga tidak perlu ditakutkan. Jika yang ditakutkan anak adalah orang mati, maka jelaskanlah bahwa orang mati takkan bisa memberi manfaat maupun bahaya bagi orang yang masih hidup. Adapun jika sang anak telah mengerti bahwa yang dimaksud orangorang dengan hantu adalah penjelmaan dari setan atau jin yang hendak mengganggu manusia, maka orangtua haruslah menjelaskan kepada anak bahwa tidak ada kekuatan yang paling kuat kecuali kekuatan Allah. Seluruh makhluk, termasuk jin dan setan di bawah pengaturan Allah. Ajarkan pada anak meskipun seluruh jin dan manusia ingin mencelakakannya, akan tetapi Allah tidak menakdirkannya, maka ia takkan celaka. Begitu pula sebaliknya. Sungguh indah contoh yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika beliau menasehati Ibnu Abbas radhiyallahu anhu yang ketika itu masih kecil.Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa ia berkata, Pada suatu hari saya pernah membonceng di belakang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda, Wahai anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan

bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering. (HR. Tirmidzi)

Jelaskan pada anak pada hal apakah ia harus takut (yaitu takut kepada Allah), pada hal-hal apakah ia boleh takut tetapi tidak berlebihan dan hal-hal apa yang ia tidak boleh takut sama sekali. Hendaklah orang tua mengenalkan kepada anak-anaknya kepada Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Karena dengan pengenalan kepada Allah, seorang anak akan mengetahui keagungan Allah, keMahaKayaanNya, kekuasaan-Nya. Yang harus orang tua ingat, mengajarkan rasa takut kepada Allah juga harus disertai pengajaran rasa cinta dan harap kepada Allah. Sehingga hal ini menjadikan anak ikhlas dan giat dalam beramal serta tidak mudah putus asa.

2. Ajarkan wirid dan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ada banyak wirid dan doa yang bisa diajarkan pada anak. Misalnya, wirid pagi dan sore, doa sehari-hari seperti doa masuk WC, doa singgah di suatu tempat, doa hendak tidur, dll. Pilihlah bacaan wirid dan doa sesuai kapasitas kemampuan anak. Tak hanya sekedar menghafal, tapi juga pahamkan mereka arti dari doa tersebut sehingga mereka mengamalkan doa-doa tersebut dengan penuh keyakinan akan manfaat doa bagi dirinya. Ajarkan pada anak bahwa doa dan wirid adalah senjata dan perisai bagi kaum mukmin. Karena itu, bila rasa takut menyerang, yang terbaik dilakukan adalah meminta perlindungan dan pertolongan Allah, Rabb seluruh makhluk. Sesekali ingatkan atau tanyakan pada anak arti dari doa tersebut. Sekaligus untuk mengetahui apakah sang anak sudah mengamalkan doadoa tersebut ataukah belum. 3. Jauhkanlah anak dari hal-hal yang mendatangkan rasa takut kepada hantu. Misalnya cerita misteri, patung dan lukisan makhluk bernyawa, dll. Cerita misteri atau berbau mistis kadang lebih menarik bagi anak karena imajinasi mereka yang tinggi dan masih belum terkontrol baik. Oleh karena itu, kenalkanlah anak dengan kisah-kisah para Nabi, sahabatsahabat Rasulullah, maupun kisah shahih lain yang dapat mengajarkan anak keimanan, keberanian dan akhlaq yang baik. Jangan hanya sekedar menyediakannya buku/majalah, meskipun ini juga hal yang penting. Sesekali ceritakanlah langsung dengan lisan anda agar hikmah dan nilai kisah lebih mengena di hati anak. Ini juga akan lebih mendekatkan orang

tua dengan sang buah hati. 4. Ajarkan pula pada anak untuk tidak menakut-nakuti temannya meski hanya bermaksud untuk bercanda. Pahamkan pada anak untuk bercanda dengan baik. 5. Bila orang tua ternyata adalah seorang penakut, berusahalah untuk tidak menampakkan hal tersebut di depan sang anak. Sebagaimana kita tidak ingin anak menjadi penakut, maka latihlah diri sendiri untuk tetap tenang dan menghilangkan sifat penakut dari diri kita.

Jika suatu ketika sifat penakut kita diketahui oleh sang anak, tak ada salahnya melibatkan anak dalam usaha menghilangkan sifat penakut kita. Astagfirullah, tadi Ummi kok menjerit ya pas lampu mati? Menurut adik, Ummi harusnya gimana? Iya adik benar, harusnya tetap tenang dan minta perlindungan sama Allah. Lain kali kalau Ummi menjerit lagi, adik ingatin Ummi ya. Hal ini juga akan mengajarkan pada anak bagaimana seharusnya ia bersikap ketika ada orang lain atau temannya yang ketakutan. Jangan pula menakut-nakuti anak dengan ancaman yang tak berdasar atau bertentangan dengan syariat. Misalnya, Jangan main dekat sungai ya! Nanti diculik genderuwo penunggu sungai lho Hal ini sering tanpa sadar dilakukan oleh para orang tua. Maka wahai para pendidik, bekalilah diri dengan ilmu syari dalam mendidik anak-anak kita.

6. Berdoalah untuk kebaikan anak Hal yang sering luput dari orang tua adalah berdoa untuk anakanaknya. Padahal doa merupakan salah satu pokok yang harus dipegang teguh orang tua. Doa orang tua bagi kebaikan anaknya adalah salah satu jenis doa yang dijanjikan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan dikabulkan oleh Allah (HR. Baihaqi). Termasuk di antaranya, hendaknya orang tua mendoakan agar anak dilindungi dari gangguan setan. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu bahwa ia berkata, Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memintakan perlindungan untuk Hasan dan Husain dengan mengucapkan, Aku memohon perlindungan untukmu berdua dengan kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan binatang berbisa, dan juga dari setiap mata yang jahat. Selanjutnya beliau bersabda Adalah bapak kalian (yaitu Ibrahim) dahulu juga memohonkan perlindungan untuk kedua puteranya, Ismail dan Ishaq, dengan kalimat seperti ini. (HR. Bukhari) Inilah sebagian cara yang semoga bisa mengatasi rasa takut anak terhadap hantu. Orang tua hendaknya bersabar dalam membantu anak mengatasi rasa takutnya dengan tetap memprioritaskan pendidikan aqidah dan tauhid pada anak. Semoga kelak anak tumbuh menjadi sosok muslim-muslimah yang beraqidah lurus, beramal shalih dan mempunyai ketawakkalan tinggi kepada Allah. Wallahu Taala alam. (Ummu Rumman) Maraji: 1. Bila Anak Anda Takut Hantu, Ummu Khaulah, Majalah As Sunnah

Edisi 02/Tahun VIII/1424H/2004M 2. Mendidik Anak Bersama Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Muhammad Suwaid, penerbit Pustaka Arafah 3. Mutiara Faidah Kitab Tauhid Syaikh Muhammad At Tamimi, Abu Isa Abdullah bin Salam, penerbit Divisi Bimbingan Masyarakat LBI Al Atsary Yogyakarta 4. Syarah Tiga Landasan Utama, Syaikh Abdullah bin Shalih al Fauzan, Pustaka At Tibyan

AKHIRNYA AKU MENGERTI HAKIKAT TAUHID...


Namaku Erlina, aku ingin berbagi cerita kepada saudariku muslimah, bukan untuk mengajarkan tentang fiqih atau hadits atau hal lainnya yang mungkin ukhti muslimah telah jauh lebih dulu mengetahuinya daripada aku sendiri. Karena di masa lalu, aku beragama Kristen Sejak kecil aku beserta kedua adikku dididik secara kristen oleh kedua orangtuaku, bahkan aku telah dibaptis ketika masih berumur 3 bulan dan saat berusia 18 tahun aku telah menjalani sidhi, yaitu pengakuan setelah seseorang dewasa tentang kepercayaan akan iman kristen di depan jemaat gereja. Aku juga selalu membaca Alkitab dan membaca buku renungan semacam buku kumpulan khotbah bersama keluargaku di malam hari. Seluruh keluargaku beragama Kristen dan termasuk yang cukup taat dan aktif. Bahkan dari keluarga besar ayah, seluruhnya beragama Kristen dan sangat aktif di gereja sehingga menjadi pemuka dan pengurus gereja. Sedang dari keluarga ibu, nenekku dulunya beragama Islam, namun kemudian beralih menjadi Katholik. Sejak kecil aku adalah anak yang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan. Tentu saja kegiatan keagamaan yang aku anut saat itu beserta keluarga besarku. Kecintaanku pada agama Kristen demikian kuat mengakar dan terus bertambah kuat seiring pertumbuhanku menjadi wanita dewasa. Sedari kecil aku sangat rajin ikut Sekolah Minggu, bahkan hampir tidak pernah absen. Aku selalu ingin mendengarkan cerita agama Kristen atau cerita dari Alkitab di Sekolah Minggu. Setiap pelajaran Sekolah Minggu kucatat dalam sebuah buku khusus. Cerita-cerita tersebut kuhafal sampai detail, sehingga setiap perayaan Paskah dan Natal aku selalu menjadi juara lomba cerdas tangkas Sekolah Minggu. Pernah suatu ketika, karena aku sering sekali menang, seorang juri memberikan tes tersendiri. Hal ini untuk memastikan bahwa aku layak mendapatkan juara pertama, apalagi saat itu aku masih lebih muda dari peserta dan juara lainnya. Ternyata aku bisa menjawab pertanyaan juri tersebut. Akhirnya aku tetap mendapatkan hadiah, namun hadiah khusus di luar juara satu sampai tiga. Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada peserta lain untuk menjadi pemenang. Ketika aku menginjak usia SMP dan SMA, aku tetap aktif dalam kegiatan persekutuan remaja dan pemuda di sekolah. Aku juga aktif di

tingkat yang lebih besar yaitu kegiatan persekutuan antar siswa Kristen dari sekolah-sekolah se-kota Magelang, juga persekutuan remaja di gereja. Bahkan aku juga ditunjuk menjadi ketua persekutuan remaja di gereja. Setiap minggu aku disibukkan dengan kegiatan persekutuan, mempersiapkan acara, topik, pembicara, membuat undangan dan menyebar undangan. Aku tidak pernah bosan

mengundang rekan-rekan untuk hadir. Walaupun aku tahu ada di antara mereka yang malas hadir, aku tetap memberikan undangan kepada mereka. Betapa semangatnya aku saat itu Setelah lulus SMA, aku meneruskan kuliah di FKG UGM. Dan seperti sebelum-sebelumnya, aku kembali aktif di kegiatan keagamaan (Kristen). Kali ini aku mengikuti kegiatan persekutuan mahasiswa di FKG dan di tingkat UGM. Aku sangat senang dan menikmati kegiatanku tersebut saat itu. Bermacam-macam aktifitas, perayaan Natal, Paskah, panitia lomba vokal grup lagu gerejawi dan lainnya aku ikuti. Aku sering mengajak teman-teman-teman satu kos untuk menyanyi bersama lagu-lagu gerejawi di kos, berdiskusi pemahaman kitab dan lainnya. Ternyata keaktifanku dalam kegiatan keagamaan ini semakin masuk ke dalam ketika aku diajak bergabung dengan pelayanan Para Navigator. Pesertanya sebagian besar mahasiswa. Di sini kami belajar banyak hal tentang kekristenan, dibimbing oleh pembimbing rohani dalam satu kelompok, mengadakan diskusi pemahaman Alkitab setiap minggu dengan menggunakan buku panduan seperti kurikulum yang bertingkat dari dasar ke tingkat tinggi. Di sini kami juga diajarkan dan diminta untuk menghafal ayat-ayat Alkitab dengan diberikan panduan berupa kartu yang berisi ayat untuk dihafalkan-, dan setiap minggu harus bertambah ayat yang kami hafal. Akhirnya aku dapat menyelesaikan paket kurikulum dan diminta membimbing anak rohani. Metode pelayanan ini biasa dikenal dengan metode sel, belajar berkelompok, kemudian berkembang dengan masing-masing anggota yang akan memiliki anak-anak lain untuk dibimbing, sehingga orang-orang yang terlibat di dalamnya akan berkembang dan bertambah banyak. Dalam pelayanan ini, terkadang kami pun diajarkan dan dianjurkan untuk berdakwah mengajak orang lain mengenal dan mengikuti ajaran Kristen. Entah mengapa, setelah aku masuk stase (tingkatan) klinik, mulai ada beberapa teman (muslim) yang mendekati dan ingin memperkenalkan Islam kepadaku. Reaksiku? Jelas marah dan kutolak mentah-mentah. Pernah juga aku dipinjami Al-Quran dan diminta untuk membacanya oleh seorang teman. Sungguh aku sangat marah terhadapnya sampai-sampai aku tak ingin berbicara dengannya. Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia sebut saja A yang alhamdulillah kini telah menjadi suamiku. Kalau teman-teman lain ingin

memperkenalkan Islam dengan cara langsung dengan Al-Quran dan halhal lainnya yang jelas-jelas berbau Islam, maka A mengenalkan Islam dari sisi yang beraroma Kristen. Dan aku sangat antusias saat itu. Apalagi ia menyatakan bahwa jika Kristen lebih benar dari Islam, maka dia akan mengikuti agama Kristen. Kesempatan emas! Pikirku. A juga banyak bertanya tentang Bible, bahkan ia katakan

telah tamat membaca Alkitab Perjanjian Baru sebanyak tiga kali! Aku pikir, orang ini benar-benar tertarik akan agama Kristen. Aku saja belum pernah membaca dari awal hingga akhir kitab tersebut secara berurutan. Aku semakin bersemangat saat itu. Banyak yang dia ketahui tentang Alkitab Kristen dan tentang Kristen. Ternyata sejak kecil ia bersekolah di sekolah Katholik dan mempelajari agama Katholik serta sejarahnya, dan ketika ia kuliah di UGM, ia juga terkadang berkunjung ke toko buku Kristen untuk membaca. Namun, yang terjadi selanjutnya ternyata di luar dugaanku. A memang banyak tahu tentang agamaku, namun ia juga memiliki pengetahuan tentang Islam. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan berkaitan dengan agamaku, yang terkadang pertanyaan itu begitu mudah, namun aku sangat kesulitan menjawabnya. Diskusi-diskusi yang kami lakukan membuat kami menjadi dekat. Aku pun telah lulus kuliah dan bekerja. Begitu pula A, hanya saja dia bekerja di Jakarta. Namun, kami masih terus melanjutkan diskusi tentang agama Kristen yang telah kami lakukan sebelumnya. Ya masih berlanjut seperti itu, pengenalan tentang agama Islam yang dilakukan dengan cara tidak langsung. Dari diskusi-diskusi itulah ia terkadang memasukkan sentilan Islam secara tidak langsung dan tidak aku sadari (karena pertanyaan dan hal-hal yang didiskusikan sebenarnya telah jelas jawabannya di Islam). Banyak bentrok di antara kami dalam diskusi tersebut. Kadang bahkan membuat aku marah, menangis, jengkel. Namun diskusi itu terus berlanjut. Masih ada rasa penasaran, jengkel dan marah yang berbaur menjadi satu. Namun banyak sekali pertanyaan darinya yang tidak bisa aku jawab. Akhirnya A mengusulkan agar meminta pendeta yang ahli untuk diajak diskusi bersama. Wah!! Betapa senangnya aku mendengar sarannya itu. Orang ini benar-benar bersemangat belajar Kristen. Aku sangat berharap akhirnya nanti dia bisa beragama Kristen. Rasanya bahagia jika aku berhasil membuat ia mengikuti iman Kristen. Dengan sebab tersebut, aku mencari dan menghubungi pendeta yang terkenal, senior dan sangat berkualitas di Jogja. Sebut saja pendeta X. Aku berharap pendeta X dapat membantuku memberi pelajaran tentang Kristen kepada A. Keluargaku pun ikut bersemangat dan sangat mendukung rencanaku ini. Saat itu, aku bersyukur bapak pendeta ini mau dan bersedia membantu rencanaku. Akhirnya, kami melakukan diskusi

bertiga. Keadaannya saat itu, bukanlah sebagaimana seseorang yang ingin saling berdebat antar agama. Tidak. Kondisi saat itu, baik A maupun aku sama-sama sebagai orang yang belajar dan mencari kebenaran. Walaupun tidak ada pernyataan sebagaimana yang A lakukan bahwa jika Islam lebih benar aku akan mengikuti agamanya. Mulailah kami berdiskusi setiap pekan di hari Sabtu. Beberapa pertanyaan yang A ajukan antara lain adalah:

1. Kapan dan bagaimana cara Yesus berpuasa? Mengapa orang Kristen tidak berpuasa? Tentang penghapusan hukum Taurat (Yesus menolak membasuh tangan sebelum masuk rumah). 2. Benarkah kisah yang menceritakan Yesus berdoa dengan bersujud? Dan bagaimana orang Kristen berdoa saat ini? Dahulu, orang Yahudi termasuk Yesus dikhitan. Mengapa orang Kristen sekarang tidak? Pendeta menjawab, orang Kristen ada yang berkhitan tapi bukan untuk mengikuti hukum Tuhan (Taurat), tetapi untuk alasan kesehatan. 3. Mengapa orang Kristen tidak mengenal najis? Padahal hal najis di Taurat lebih berat daripada hukum Islam. Pendeta menjawab, dalam Kristen hal itu tidak perlu karena di dalam tubuh kita juga ada najis. 4. Apakah surga itu bertingkat-tingkat menurut Kristen? 5. Pendeta menjawab, Tidak, dalam Kristen surga tidak bertingkattingkat. Lalu kami bertanya, Mengapa dalam injil dikatakan ada surga rendah dan surga tinggi? 6. Terdapat ramalan dalam Alkitab tentang kedatangan anak manusia Ia akan berada di perut bumi tiga hari tiga malam seperti kejadian nabi Yunus di dalam perut ikan. Siapakah dia? 7. Pendeta menjawab, Jelas ramalan untuk Yesus setelah kematian di kayu salib dan dikubur di gua. Akhirnya kami bertiga sama-sama menghitung. Dan berkali-kali, hasil perhitungan itu adalah dua hari dua malam atau maksimal adalah tiga hari dua malam dengan konsekuensi memasukkan hari minggu sebagai satu hari penuh, padahal minggu pagi sebelum matahari terbit- , kubur Yesus telah kosong. Karena perhitungan tersebut tidak cocok dengan ramalan tiga hari tiga malam, pertanyaan tersebut ditunda untuk didiskusikan pekan berikutnya. Saat kami datang pekan berikutnya, pendeta sudah memiliki jawaban, yaitu perhitungan hari orang Yahudi berbeda dengan kita. Waktu itu kami tercengang, heran namun akhirnya tersenyum mengerti bahwa sebenarnya pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sang pendeta. Padahal kejadian nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam di dalam gua selama tiga hari tiga malam mestinya lebih bisa menjawab ramalan tersebut.

Ah, saudariku sebenarnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kami diskusikan saat itu. Kiranya ini cukup untuk menggambarkan diskusi yang terjadi saat itu. Pertanyaan-pertanyaan kami bukanlah pertanyaan yang berat yang berkaitan dengan akidah. Bukan tentang trinitas ataupun ketuhanan Yesus. Namun, itupun banyak yang tidak terjawab. Dan dalam diskusi ini, A tidak pernah mendebat dengan dalildalil Islam, Al-Quran

dan hadits. Sehingga memang terkesan bahwa kami berdua sedang berguru kepada pendeta tersebut. Kami tidak pernah berdebat, menyalahkan atau mempermalukan beliau. Kami tetap hormat, dan pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan berkesan layaknya konfirmasi, Apakah ini benar, Mengapa seperti ini, dan semacamnya, kemudian menilai jawaban yang pendeta tersebut berikan. Dan jika kami tahu sebenarnya beliau tidak dapat menjawab pertanyaan kami, dan tampak jawabannya dipaksakan, tidak logis (seperti tentang ramalan tiga hari tiga malam), maka kami hanya tersenyum dan tidak memperpanjang pembahasan hal tersebut. Saat itu, pendeta tersebut menganjurkan agar kami membaca buku karangan seorang Pastor yang berjudul Gelar-Gelar Yesus. Namun, aku malah mendapati, si pengarang justru mengatakan bahwa di Alkitab tidak ada yang secara langsung menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan dan dia tidak pernah menyatakan diri sebagai Tuhan. Sehingga anjuran ini justru menjadi semakin menambah pertanyaanku dan memperbesar keraguanku akan iman Kristen. Setelah diskusi berlangsung beberapa kali, pendeta tersebut minta maaf karena tidak bisa melanjutkan diskusi lagi karena akan pergi ke luar negeri selama beberapa waktu. Beliau merekomendasikan dua orang pendeta untuk menggantikan posisi beliau selama beliau tidak ada. Pendeta pertama adalah seorang yang dulunya beragama Islam namun keluar (murtad) dari agama Islam dan menjadi pendeta. Saat kami mendatangi rumah pendeta ini, dari pembicaraan dengannya terkesan bahwa beliau menolak dan menghindar dengan alasan yang tidak jelas. Pendeta kedua adalah seorang doktor teologia ahli perbandingan agama dan memiliki kedudukan yang cukup tinggi di sebuah universitas. Karena kesibukan dan kedudukan beliau inilah, kami agak kesulitan menemui beliau. Ketika akhirnya kami berhasil menemuinya, ternyata beliau keberatan dan tidak bersedia berdiskusi bersama kami dengan alasan sibuk. Pendeta kedua ini menyarankan agar kami kembali berdiskusi dengan pendeta X. Karena proses diskusi ini (yang tadinya aku berharap begitu banyak para pendeta ini dapat memberi pelajaran pada A) ternyata sedikit terhambat, akhirnya aku mendatangi pendeta X seorang diri. Aku menceritakan semua hal berkenaan dengan latar belakang diskusi ini dan aku memohon kepada beliau untuk membantuku meneruskan proses

diskusi dengan A. Sayangnya ternyata beliau menolak permintaanku dengan alasan yang tidak jelas bahkan bisa dikatakan tanpa alasan-. Sebagaimana harapan besar lainnya yang jika tertumpu pada seseorang namun ternyata tidak dipenuhi oleh orang tersebut-, maka kekecewaan yang besar pun kurasakan waktu itu. Ketika aku pamit pulang, pendeta tersebut masih sempat berpesan kepadaku,

Apapun yang terjadi, jangan sampai kamu menikah dengan dia (A). Kalau dia tidak mau masuk agama Kristen, pertahankan imanmu (iman Kristen). Gundah, bingung, sedih, dan kekecewaan yang menumpuk, semua bergumul menjadi satu setelah mendapat berbagai penolakan dari pihakpihak yang aku harapkan dapat membantuku memberi penjelasan tentang agama Kristen ini kepada A. Bahkan pihak-pihak ini adalah orang yang kuanggap pakar dan ahli sehingga dapat membantuku menjawab dan menjelaskan tentang agama Kristen kepada A. Aku pun merasakan sesuatu yang janggal dari pesan terakhir dari pendeta X. Aku simpulkan bahwa sebenarnya mereka tidak memiliki argumen dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan aku merasakan bahwa ada sesuatu yang kurang dari agama ini (Kristen). Sejak itulah, aku berusaha melihat dan menilai Islam dan Kristen sebagai dua agama yang sejajar kedudukannya, dan aku berusaha berada pada posisi netral seakan-akan sedang menjadi juri untuk keduanya. Berat dan tertekan. Itu yang aku rasakan ketika harus bergumul dan berusaha keras untuk melepaskan diri dari doktrin Kristen. Doktrin yang telah aku cintai sejak kecil dan telah kuikat secara sungguh-sungguh. Namun, dari sinilah aku mulai membuka diri dengan selain Kristen. Aku baru bisa mulai mempelajari seperti apa Islam sebenarnya. Kesan pertama yang kudapatkan dalam penilaianku adalah, Apa yang jelek dari Islam? Kelihatannya ajarannya ok ok saja. Sambil melakukan ini, aku tetap terus membaca Alkitab Kristen. Suatu ketika, A mengajukan suatu ayat dalam Alkitab yang mengatakan,Jangan sampai kita sudah setiap hari menyeru TuhanTuhan, tetapi tidak selamat seperti yang tertulis dalam Injil. Kata-kata ini terpatri dalam benakku. Malam harinya, aku mencari ayat itu dalam Alkitab dan menemukannya, yaitu pada Matius 7:21, yang isinya, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-ku yang di sorga. Aku termenung seakan-akan tak percaya yang aku baca. Perlahanlahan ku tutup Alkitab yang sedang kubaca tersebut.

Keesokan harinya dan hari-hari sesudahnya terasa seperti hari penuh perenungan untuk pikiran dan benakku. Walaupun aku (berusaha) beraktifitas seperti biasa, namun pikiranku tidak tenang memikirkan ayat tersebut. Untuk meyakinkan diriku, ku baca kembali ayat tersebut berulang-ulang, namun ternyata aku justru menjadi ketakutan setelah

memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Sepertinya ayat ini sangat berkaitan dengan apa yang telah aku lakukan selama ini, dan aku takut ternyata aku termasuk yang pada akhirnya tidak masuk surga. Jangan-jangan apa yang kulakukan selama ini walaupun dengan kecintaan dan kesungguhan dan penuh perjuangan adalah hal sia-sia. Sejak itu, aku mulai tertarik dengan Islam dan menjadikannya alternatif pengganti agamaku. Aku mulai bekerja di luar kota Yogyakarta di sebuah Puskesmas di Banjarnegara. Sendirian tanpa sanak saudara ataupun teman dekat dan sahabat yang dapat kuajak diskusi tentang Islam. Aku belajar tentang Islam dari pengajian-pengajian masjid di desa yang terdengar dari pengeras suara atau acara desa dan kecamatan yang biasanya terdapat sentilan tentang ajaran Islam. Dan tentu saja tak ketinggalan, aku belajar dari diskusi yang sangat sangat banyak dengan A. Sampai pada akhirnya, A menawarkanku untuk masuk Islam, dan akupun menyetujuinya walaupun tidak langsung melaksanakannya. Aku masih terus berdiskusi, belajar dan berpikir sehingga aku benar-benar merasa yakin dan mantap untuk memeluk agama Islam. Dan ketika keyakinan ini bertambah kuat, aku merasa ada kebutuhan mendesak yang harus kulakukan, yaitu aktifitas menyembah Allah. Rasanya keyakinanku akan sia-sia dan terasa hampa jika tidak ada aktifitas ibadah yang harus aku lakukan untuk menyembah Allah. Namun, aku sama sekali belum bisa cara beribadah yang ada pada Islam. Dengan melihat orang sholat di televisi dan memperhatikan teman sholat, akhirnya aku berusaha meniru gerakan sholat. Tentu saja segala sesuatunya masih kacau saat itu. Dengan hanya memakai piyama tidur (tanpa tahu ada aturan harus menutup seluruh aurat saat shalat) menggelar selimut untuk dijadikan sajadah, dan berdiri tidak mengetahui harus menghadap kemana, aku sholat. Ya! Aku sholat! Hanya dengan tiga kalimat yang aku ketahui, bismillahirrahmanirrahim, allahu akbar, dan alhamdulillah dan dengan gerakan yang tanpa urutan dan aturan. Rasanya melegakan karena aku melepaskan keinginan untuk menyembah satu Ilah dan hanya Ilah inilah yang harus aku sembah. Aku lakukan ini berkali-kali tanpa diketahui oleh siapapun. Aku masih belum mengetahui tentang pembagian sholat yang lima waktu. Aku masih sendirian saat itu, menjadi kepala Puskesmas, dan aku pun masih merahasiakan statusku dari siapapun termasuk staf di kantor bahkan Si A tidak tahu kalau aku melakukan sholat karena aku masih malu, takut dan masih menutup diri.

Sehingga tidak ada seorangpun yang dapat mengajariku. Sampailah waktunya

Aku dan A memberanikan diri datang kepada orangtuaku. Di situ, A mengutarakan keinginanku untuk memeluk agama Islam kepada orangtuaku. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Kekagetan luar biasa, marah, tidak percaya mengelegak keluar. Orangtua memintaku mengutarakan sendiri hal tersebut, dan aku pun mengatakan hal yang sama, Aku ingin masuk Islam. Mereka tetap tidak percaya dan memintaku memikirkannya kembali. Aku kembali ke Banjarnegara dan A juga kembali ke Jakarta tempat ia bekerja. Beberapa waktu kemudian, Bapak, Ibu dan adikku menemuiku di Banjarnegara. Menanyakan kembali keputusan akhirku. Saat itu, aku meminta A menemaniku, karena aku dalam kondisi sangat takut dan kalut. Jawabanku pun tetap sama, Aku ingin masuk Islam. Betapa orangtuaku marah mendengarnya. Sebuah kemarahan yang aku belum pernah menyaksikan sebelumnya. Ibu berkata, APA KAMU SANGGUP MENGHIANATI YESUS!!! TEGANYA ENGKAU DENGAN YESUS!!! Rasanya hatiku teriris mendengar teriakan marah dan kekecewaan yang luar biasa dari kedua orangtuaku tersebut. Aku pun memahami jika akan seperti ini, karena seluruh keluarga besar beragama Kristen dan hampir seluruhnya adalah aktivis-aktivis gereja, sering berkhotbah di gereja. Tidak ada satupun yang beragama lain. Dan aku yang diperkirakan juga akan mengabdi dengan sesungguhnya pada agama Kristen ternyata menjadi orang pertama yang masuk ke agama Islam. Tentu ini hal yang sangat berat terutama untuk kedua orangtuaku. Anggapan-anggapan negatif baik dari pihak keluarga, jemaat gereja, keluarga besar lainnya tentu akan datang bertubi-tubi menekan mereka. Dengan keputusanku yang tidak berubah ini, akhirnya hubunganku dengan keluarga menjadi agak renggang. Derai air mata sejak itu masih terus mengalir. Aku sempat ragu ketika mengingat perkataan ibuku, Sanggupkah engkau mengkhianati Yesus. Tegakah pada Tuhan Yesus. Pikiranku terus berkecamuk, Benarkah itu? Benarkah aku harus menyembah Yesus? Benarkah jika aku memeluk Islam, Yesus akan marah? Berkutat pada kebimbangan antara perkataan orangtuaku dan apa yang telah kupelajari dalam Islam. Dalam puncak kebingunganku, aku

bermimpi Aku hendak pergi tidur. Tiba-tiba terdengar ketukan dari jendela kayu yang bersebelahan dengan tempat tidurku. Kubuka jendela tersebut dan aku kaget karena ternyata di depanku ada sesosok Yesus (wajahnya memang tidak jelas, namun berjubah dan dalam mimpi itu aku dipahamkan bahwa itu adalah Yesus). Sosok itu tidak berbicara apa-apa

namun tampak seperti tersenyum, tidak marah dan mengulurkan tangannya (seperti) hendak menyalamiku. Sosok tersebut tidak berbicara namun aku dipahamkan bahwa maksud beliau adalah mengucapkan selamat kepadaku. Setelah itu sosok tersebut berlalu. Aku pun terbangun dalam keadaan bingung dan takut. Apa maksud mimpi ini? pikirku. Apakah ini suatu tanda bahwa pilihanku benar. Waktupun berlalu dan aku semakin mengokohkan keputusanku untuk memeluk agama Islam. A yang hampir selalu hadir dalam perjalananku menggapai hidayah Islam ini akhirnya melamarku. Alhamdulillahakhirnya orangtuaku pun mengizinkan kami menikah. Hubungan kami dengan keluargaku sudah baik kembali sampai saat ini. Kami menikah dengan wali dari KUA. Rasa haru dan bahagia menyelimutiku saat itu. Setelah menikah, aku langsung minta dibelikan mukena dan minta diajarkan shalat. Dan A terus mendampingiku dan mengajarkanku shalat lima waktu. Sampai aku telah dapat melakukan shalat sendiri, A baru bisa menjalankan kewajibannya untuk shalat di masjid. Perjalananku dalam memahami Islam tentu saja tidak berhenti sampai di situ. Setelah lima tahun sejak aku masuk ke dalam agama Islam, aku melanjutkan studi S2 di FK UGM, jurusan Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis (minat Histologi dan Biologi Sel) dan aku seperti tersentak untuk kedua kalinya. Aku baru menyadari dan memahami betapa Allah mengatur segala sistem dalam tubuh kita dengan begitu rapi, canggih, teratur, beralasan dan sempurna sampai ke tahap molekuler, tanpa kita sadari. Aku banyak termenung saat menyadari hal itu, namun juga menjadikanku banyak bertanya kepada dosen pakar saat itu. Subhanallah, Dia-lah pencipta, pengatur, pemelihara yang sedemikian rupa rumitnya. Dan tidak mungkin semua itu berjalan, berproses dan bermekanisme dengan sendirinya. Mulai saat itulah aku lebih terpacu lagi untuk belajar dengan membaca dan memahami Al-Quran. Dan proses belajar itu terus berlangsung sampai sekarang. Dahulu aku telah mengetahui bahwa Allah-lah, Ilah yang disembah dalam agama Islam. Namun, perlu waktu bertahun-tahun untuk aku memahami bahwa hanya Allah-lah Ilah yang BERHAK untuk disembah. Dan pemahaman ini ternyata suatu perkembangan, semakin kita belajar mengenal Rabb kita, insya Allah semakin bertambahlah pemahaman dan ketauhidan kita, dan

akan semakin sadar bahwa masih banyak sekali hal yang tidak kita ketahui. Dari proses pembelajaran inilah aku semakin memahami siapakah Allah yang selama ini aku sembah, mengapa hanya Allah yang harus aku sembah. Kini aku sedikit lebih paham (karena masih banyak hal yang belum aku pahami), tentang kekuatan rububiyah Allah (sebagai pencipta, yang berkuasa) yang melazimkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak disembah dan mengapa

aku tidak boleh mempersekutukan-Nya karena jika aku melakukan kesyirikan maka ia akan menjadi dosa yang tak terampuni (jika tidak bertaubat). Saudariku agama Islam terlalu tinggi, canggih dan terlalu sempurna, dengan konsepnya yang sangat jelas, sehingga agama-agama lain menjadi sangat lemah untuk menjadi pembandingnya, termasuk agama Kristen yang aku anut dahulu.

AKHLAQ UNTUK BUAH HATI


Penyusun: Ummu Aufa Murojaah: Ust. Subhan Khadafi, Lc. Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa taala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua. Karena setiap amanat akan dimintai pertanggungjawaban sebagaimana hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullahshallallahualaihi wasallam bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.(Muttafaqun alaihi) Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim: 6) Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik sesuai Al Quran dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana

perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahuanhu, Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.

Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.

Disamping ikhtiar dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendoakan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih sayang Allah subhanahu wa taala pula. Karena doa orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda, Ada tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian dan doa orangtua atas anaknya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam Shohih dan Dhoif Sunan Abu Daud hadist no. 1536)

Sebagaimana para nabi dan rosul dahulu yang selalu berdoa kepada Allah untuk kebaikan anak cucu mereka.

Doa Nabi Zakaria alaihissalam sebagaimana firman Allah: Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa. (QS. Ali Imran: 38)

Doa Nabi Ibrahim dan Ismail alaihimussalam: Ya Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau. (QS. Al Baqoroh: 128)

Sungguh islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan

orangtua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi buah hatinya lantaran kesibukan mereka atau kejahilan (ketidakmengertian) mereka. Prinsip yang mereka pegang adalah Membahagiakan anak. Namun kebahagiaan yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut?! Ada yang berpendapat bahagia tatkala anaknya bisa mendapatkan sekolah yang favorit dan menjadi bintang kelas, orang yang berpendapat seperti ini maka akan menggebu-gebu untuk mencarikan tempat les dimana-mana, hingga lupa menyisakan waktu untuk mengenalkan islam kepadanya. Adalagi pendapat bahwa kebahagiaan adalah tatkala si anak tidak kekurangan apapun didunia, orangtua tipe ini akan berambisi untuk mencari materi dan materi untuk memuaskan si anak tanpa disertai pendidikan akhlak bagaimana cara mengatur serta memanfaatkan harta yang baik. Dan ada pula sebagian yang

lain bahwa kebahagiaan adalah buah dari keimanan kepada Allah dengan bentuk ketenangan dalam hati; bersabar tatkala mendapat musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan nikmat. Namun jarang ditemukan orangtua yang sependapat dengan tipe ketiga ini. Kebanyakan diantara mereka sependapat dengan tipe 1 dan 2. Dan tatkala mereka tiada, mereka akan berlomba-lomba untuk mewasiatkan harta ini dan itu, padahal telah dicontohkan oleh lukman mengenai wasiat yang terbaik. Bukan sekedar harta atau perhiasan dunia melainkan sesuatu hal yang lebih berharga dari keduanya. Allah subhanahu wa taala berfirman melalui lisan lukman: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata), Hai anakku sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjaln dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. (QS. Luqman: 13-19) Tatkala anak tumbuh menjadi anak pembangkang, suka membantah

kepada orangtua bahkan durhaka kepada orangtua, banyak diantara orangtua yang menyalahkan si anak, salah bergaullah, tidak bermorallah atau alasan-alasan yang lain. Bukan bukan lantaran karena anak salah bergaul saja, si anak menjadi seperti itu namun hendaknya orangtua mawas diri terhadap pendidikan akhlak si anak. Sudahkah dibina sejak kecil? Sudahkah dia diajari untuk memilih lingkungan yang baik? Sudahkah dia tahu cara berbakti kepada orangtua? Atau sudahkah si anak tahu bagaimana beretika dalam kehidupan sehari-

hari dari bangun tidur hingga tidur kembali? Jika jawabannya belum, maka pantaslah jika orangtua menuai dari buah yang telah mereka tanam sendiri. Seperti perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah, Hendaknya anak dijauhkan dari berlebihan dalam makanan, berbicara, tidur dan berbaur dengan perbuatan dosa, sebab kerugian akan didapat dari hal-hal itu dan menjadi penyebab hilangnya kebaikan dunia dan akhirat. Anak harus dijauhkan dari bahaya syahwat perut dan kemaluan sebab jika anak sudah dipengaruhi oleh kotoran syahwat maka akan rusak dan hancur. Berapa anak tercinta menjadi rusak akibat keteledoran dalam pendidikan dan pembinaan bahkan orangtua membantu mereka terjerat dalam syahwat dengan anggapan hal itu sebagai ungkapan perhatian dan rasa kasih sayang kepada anak padahal sejatinya telah menghinakan dan membinasakan anak sehingga orangtua tidak mengambil manfaat daria anak dan tidak meraih keuntungan dari anak baik didunia maupun diakhirat. Apabila engkau perhatikan dengan seksama maka kebanyakan anak rusak berpangkal dari orangtua. Mungkin saat si anak masih kecil belum akan terasa dampak dari arti pentingnya akhlak bagi orangtua namun saat dewasa kelak maka akan sangat terasa bahkan sangat menyakitkan bagi kedua orangtua. Dan perlu ditekankan bahwa akhlak yang baik dari seorang anak adalah harta yang lebih berharga daripada sekedar harta yang kini sedang para orangtua obsesikan. Sebelum terlambat mulailah saat ini menanamkan akhlak tersebut, dari hal yang sederhana: 1. Dengan memberi contoh mengucapkan salam. Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallambersabda: Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.(HR. Muslim) 2. Memperhatikan etika dalam makan. Dari umar bin Abu Salamah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallambersabda kepadaku, Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang paling dekat denganmu. (Muttafaqun alaih)

3. Mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain, misalnya dengan menjenguk orang sakit. Dari Abu Hurairoh radhiyallahuanhu berkata bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallambersabda, Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.(Muttafaqun alaihi) 4. Mengajarkan kejujuran. Dari Ibnu Masud radhiyallahuanhu bahwa Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda, Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Bukhari Muslim) Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang baik pula, generasi pemuda yang taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Wallohu alam bishowab. Maraji: Begini Seharusnya Mendidik Anak -Panduan Mendidik Anak Sejak Masa Kandungan Hingga Dewasa-, karya Al Maghribi bin As Said Al Maghribi

AL GHASLU
Penulis: Ummu Salamah Al Ghaslu adalah meratakan air ke seluruh bagian badan. Adapun menurut syariat adalah meratakan air yang suci ke seluruh bagian badan dengan tata cara yang khusus. Dalil yang mendasari pensyariatannya adalah firman Allah Taala, Dan jika kamu junub maka mandilah. (QS. Al Maidah: 6) Ada beberapa hal yang menjadikan al Ghaslu menjadi wajib, antara lain: 1. Apabila keluar mani disertai memancar meski dalam keadaan tidur. 2. Bertemunya dua kemaluan (senggama), meskipun tidak terjadi inzal (keluarnya air mani). 3. Ketika orang kafir masuk Islam. 4. Berhentinya darah haidh dan nifas. 5. Meninggal dunia bukan karena syahid di medan perang. Adapun tata cara mandi wajib adalah berdasarkan hadist berikut ini, Aisyah radhiyallahu anha berkata, Kebiasaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, apabila hendak mandi karena janabah, beliau mencuci kedua tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian menyela-nyela rambutnya dengan kedua tangannya, sehingga ketika beliau telah menyangka (mengetahui) bahwa beliau telah membasahi kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air sebanyak 3 kali. Kemudian beliau membasuh anggota tubuh yang lain. (HR. Bukhari dalam Al Ghusl (285)). Sedangkan dari hadist Maimunah binti Al Harist radhiyallahu anha, istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mengatakan, Aku meletakkan air untuk mandi janabah bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau lantas menuangkan (air) dengan tangan kanannya pada tangan kirinya sebanyak 2 atau 3 kali. Beliau lalu membasuh kemaluannya. Beliau menepukkan tangannya pada tanah atau tembok-sebanyak 2 atau 3 kalibeliau lantas berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam hidung, membasuh wajah dan kedua lengannya. Beliau lantas mengguyur air di atas kepalanya, lantas membasuh anggota tubuh yang lainnya. Beliau lalu menjauh dan mencuci kedua kakinya. Maimunah berkata, Aku lantas mendatangi beliau dengan membawa kain, akan tetapi beliau tidak

menghendakinya. Beliau kemudian mulai mengusap air dengan kedua tangannya. (HR. Bukhari dalam Al Ghusl (274)). Dari dua hadist di atas, hadist kedua menjelaskan hadist pertama, akan tetapi ada perbedaan antara dua hadist tersebut, yaitu mengenai membasuh kaki, apakah di awal atau

di akhir? Pendapat yang lebih kuat, insya Allah, menyatakan boleh di awal atau di akhir. Sedangkan mengguyur air ke seluruh tubuh wajibnya cuma sekali, pendapat ini yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Kemudian apakah ada perbedaan antara mandi wajib karena haidh dan junub? Wanita tidak wajib membuka pintalan rambutnya ketika mandi wajib, namun wajib ketika mandi haidh. Dalil yang mengatakan tidak wajibnya membuka pintalan rambut ketika mandi junub adalah hadist yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu anha, beliau berkata, aku pernah bertanya, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku seorang wanita yang sangat baik mengepang rambutku. Lalu apakah aku melepasnya untuk mandi janabah? Beliau menjawab, Tidak usah, cukuplah bagimu menuangkan air ke kepalamu tiga kali caukan, kemudian basahilah tubuhmu dengan air, maka engkau telah bersuci. (HR. Muslim). Imam at-Tirmidzi rahimahullah mengatakan, Demikian inilah yang dipahami para ulama. Yaitu bila seorang wanita mandi dari janabah, lalu tidak melepas kepang rambutnya maka mandinya sah setelah menyiram air di atas kepalanya. Dan Ibnu Qayyim rahimahullah menyatakan, Hadist Ummu Salamah ini menunjukkan bahwa wanita tidak wajib melepas kepang rambutnya untuk mandi junub. Maraji: Majalah As Sunnah edisi 11/IX/1427/2006 M Majalah As Sunnah edisi 11/X/1428/2007 M Umdatul Ahkam, Hadist Bukhari Muslim Pilihan (Syaikh Abdul Ghani Al Maqdisi)

AL WALA WAL BARO: KUNCI SEMPURNANYA TAUHID


Penyusun: Ummu Abdirrahman Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguhsungguh sebagaimana Allah Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam. Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka. Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala wal baro. Mengenal Al Wala dan Al Baro Al Wala secara bahasa berarti dekat, sedangkan secara istilah berarti memberikan pemuliaan penghormatan dan selalu ingin bersama yang dicintainya baik lahir maupun batin. Dan al baro secara bahasa berarti terbebas atau lepas, sedangkan secara istilah berarti memberikan permusuhan dan menjauhkan diri. Wahai saudariku, ketahuilah bahwa seorang muslimah yang mencintai Allah dituntut untuk membuktikan cintanya kepada Allah yaitu dengan mencintai hal yang Allah cintai dan membenci hal yang Allah benci. Hal yang dicintai Allah adalah ketaatan terhadap perintah Allah dan orang-orang yang melakukan ketaatan, sedangkan hal yang dibenci Allah adalah kemaksiatan (pelanggaran terhadap larangan Allah) dan orangorang yang melakukan kemaksiatan dan kesyirikan. Oleh karena itu, hendaklah engkau wala terhadap ketaatan dan orang-orang yang melakukan ketaatan dan baro terhadap maksiat dan kesyirikan dan orang-orang yang mempraktekkannya. Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala dan Baro ? 1. Orang yang mendapat wala secara mutlak, yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan

kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid

2. Orang yang mendapat wala dari satu segi dan mendapat baro dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan. 3. Orang yang mendapat baro secara mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan, meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain. Sebagian Tanda Al Wala 1. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat. 2. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka. 3. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin. 4. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang bathil, dsb. 5. Bergabung dengan jamaah mereka dan senang berkumpul bersama mereka. 6. Lemah lembut dan berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada Allah bagi mereka. Di Antara Tanda Al Baro 1. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut. 2. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang penting. 3. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak bergaul dan bersahabat dengan mereka. 4. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka). 5. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam menyempitkan umat Islam. 6. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan tidak bersikap lunak terhadap mereka. 7. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum mereka

sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.

Buah Al Wala wal Baro 1. Mendapatkan kecintaan Allah Allah berfirman, Telah menjadi wajib kecintaanKu bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku. (HR. Malik, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim) 2 Mendapatkan naungan Arsy Allah pada hari kiamat Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku lindungi mereka di bawah naunganKu pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Ku. (Hadits Qudsi riwayat Muslim) 3. Meraih manisnya iman Barangsiapa yang ingin meraih manisnya iman, hendaklah dia mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah. (HR. Ahmad) 4. Masuk surga Tidaklah kalian masuk surga sehingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman sehingga kalian saling mencintai. (HR. Muslim) 5. Menyempurnakan iman Barangsiapa yang mencintai dan membenci, memberi dan menahan karena Allah maka telah sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Hadits Hasan) Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Al Wala wal Baro 1. Seorang muslimah yang memiliki orang tua kafir hendaknya tetap berbuat baik pada orang tua. Dan tidak diperbolehkan menaati orang tua dalam meninggalkan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya. 2. Diharamkan bagi muslimah untuk menikah dengan laki-laki kafir karena agama seorang wanita mengikuti agama suaminya. Maraji: 1. Loyalitas dalam Islam (Syaikh Sholeh Fauzan) 2. Al Wala wal Bara (Ustadz Afifi Abdul Wadud)

AMBILLAH AQIDAHMU DARI AL-QURAN DAN AS-SUNNAH (1): HAK ALLAH ATAS HAMBANYA
Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu Muqoddimah


Segala puji hanya bagi Allah azza wa jalla tempat memuji, minta pertolongan dan mohon ampun. Kita berlindung dari kejahatan hawa nafsu dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Tulisan yang ada di tangan pembaca ini saya susun dalam bentuk tanya jawab yang didasari dengan dalil dari Al-Quran dan Al-Hadits dengan harapan akan memantapkan pembaca dalam memperoleh jawaban yang benar dalam aqidah, sebab Aqidah Tauhid merupakan dasar kebahagiaan menusia di dunia maupun di akhirat. Saya memohon kepada Allah agar risalah ini bermanfaat kaum muslimin menjadikannya amalan yang ikhlas karena Allah. Muhammad bin Jamil Zainu Bab 1: Hak Allah Atas Hamba-Nya Soal 1: Mengapa dan untuk apa Allah menciptakan kita? Jawab 1: Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya. Berdasarkan firman Allah:

Artinya: Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.(Terj. Adz-Dzariyat: 56)

Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Hak Allah atas hamba-Nya adalah supaya hamba itu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu pun denganNya. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim). Soal 2: Apakah ibadah itu? Jawab 2: Ibadah adalah kata atau istilah yang meliputi semua perkara yang dicintai oleh Allah, baik perkataan maupun perbuatan (lahir dan batin), seperti berdoa, shalat, menyembelih hewan (kurban) dan sebagainya. Allah berfirman:


Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Pencipta alam semesta ini. (Al-Anam: 162) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Tidaklah mendekatkan diri hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepada-Nya. (Hadits Qudsi riwayat Bukhari) Soal 3: Bagaimana kita beribadah kepada Allah ? Jawab 3: Beribadah kepada Allah adalah sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nyashallallahu alaihi wa sallam:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan janganlah kalian rusak amalan kalian! (Terj. Muhammad: 33) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.(Hadits shohih riwayat Muslim). Soal 4: Haruskah kita beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap? Jawab 4: Ya, demikianlah kita beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah mensifati orang-orang mukmin:


Artinya: Mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap. (Terj. As-Sajdah: 16) Dan sabda Rasulullah:


Artinya: Aku memohon surga kepada Allah dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka.(Hadits shohih riwayat Abu Dawud). Soal 5: Apa yang dimaksud ihsan dalam beribadah? Jawab 5: Al-Ihsan adalah meyakini bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh Allah dalam beribadah. Allah berfirman:

Artinya: Dialah yang melihatmu ketika kami berdiri (untuk sholat) dan (melihat pula) perubahan gerak-gerik badanmu diantara orang-orang yang sujud. (Terj. Asy-Syuara: 218-219) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Ihsan itu adalah kamu beribadah kepada Allah seakanakan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. (Hadits shohih riwayat Muslim)

(2): MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA


Soal 1: Apa maksud Allah mengutus para Rasul? Jawab 1: Allah mengutus para Rasul supaya mereka berdawah mengajak manusia untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah:


Artinya: Dan sungguh telah kami utus kepada setiap umat itu seorang rasul (agar menyeru kepada umat-nya): Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.(Terj. An-Nahl: 36) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

}
Artinya: Para Nabi itu bersaudara dan dien mereka satu. (Hadits shohih riwayat Bukhori) Soal 2: Apa yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah?

Jawab 2: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya seperti menciptakan, memelihara dan sebagainya. Allah berfirman:


Artinya: Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. (Terj. AlFatihah: 2) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Engkaulah Rabb langit dan bumi. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim) Soal 3: Apa yang dimaksud Tauhid Uluhiyah? Jawab 3: Tauhid Uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam beribadah seperti berdoa, menyembelih kurban, bernadzar dan sebagainya. Allah berfirman:


Artinya: Dan Ilahmu itu adalah ilah yang satu, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang. (Terj. Al-Baqarah: 163) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Maka hendaklah yang pertama kamu serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim) Dan dalam riwayat Bukhari:


Artinya: Sampai mereka mentauhidkan Allah.

Soal 4: Apa yang dimaksud dengan Tauhid Asma wa Shifatillah? Jawab 4: Tauhid Asma dan Sifat adalah menetapkan semua sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sebagaimana RasulNya shallallahu alaihi wa sallam mensifati-Nya dalam hadits shohih sesuai dengan hakekatnya tanpa tawil, tafwidh, tamtsil, dan tanpa tathil (*), seperti istiwa, turun (ke langit dunia), dan lain-lain yang menuju pada kesempurnaan-Nya. Allah berfirman:


Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia, sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Terj. Asy-Syura: 11) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Allah turun ke langit dunia pada setiap malam. (Hadits shohih riwayat Muslim) Maksudnya, turunnya Allah itu sesuai dengan kemuliaan-Nya, tidak menyerupai turunnya salah satu dari makhluk-Nya. (*) 1. Tawil di sini yang dimaksud sesungguhnya adalah tahriif. Ahlul bidah sengaja menyebut diri mereka ahli tawil untuk melariskan kebidahan mereka. Padahal pada hakekatnya semua itu adalah tahriif. Arti tahriif adalah merubah lafazh (teks) dan makna (pengertian) nama-nama atau sifat-sifat Allah, seperti pernyataan golongan Jahmiyah (pengikut Jahm bin Sofwan) mengenai Istawa yang mereka ubah menjadi Istawla(menguasai), dan sebagian ahli bidah lain yang menyatakan arti al-ghadhab (marah) bagi Allah adalah kehendak untuk menyiksa, dan makna ar-rahmah adalah kehendak memberi nikmat. Semua ini adalah tahriif. Yang pertama tahriif lafzhi (tekstual) dan yang berikutnya adalah tahriif secara makna. 2. Tafwidh artinya menyandarkan makna atau interpretasi dari kalimat-

kalimat yang menunjukkan nama dan sifat Allah Taala kepada Allah. Misalnya, kalimat ( tangan Allah), yang mengetahui maknanya adalah Allah. Pernyataan ini adalah ucapan ahlul

bidah yang paling buruk. Tidak ada satupun salafus shaleh yang berbuat demikian. Bahkan seperti yang ditegaskan oleh Imam Malik ketika ditanya, bagaimana istiwa itu? Beliau menjawab, istiwa sudah kita ketahui maknanya, al-kaifu (bagaimana hakekatnya) tidak dikenal, beriman bahwa Allah istiwa (bersemayam) di atas Arsy hukumnya wajib. Mempertanyakan bagaimana (hakekat bentuknya) adalah bidah. 3. Tamtsil artinya menyerupakan atau menyamakan. Maksudnya menetapkan adanya sifat-sifat Allah dan menyatakan sifa-sifat itu sama dengan sifat makhluk-Nya. Sedangkan prinsip Ahlus Sunnah dalam menyatakan bahwa Zat Allah tidak sama seperti zat kita atau mirip zat kita dan seterusnya. Begitupula dengan sifat-Nya. Ahlus Sunnah tidak mengatakan bahwa sifat Allah seperti sifat yang ada pada kita. Kita tidak akan mengatakan tangan-Nya seperti tangan kita, kaki-Nya seperti kaki kita dan seterusnya. Namun wajib atas setiap mumin untuk tetap berpedoman dengan firman Allah:


Artinya: Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya. (Terj. AsySyura: 11) Dan:


Artinya: Adakah kamu tahu ada yang sama dengan-Nya? (Terj. Maryam: 65) Adapun maksud kedua ayat ini adalah bahwasanya tidak ada satupun yang menyerupai dan menyamai-Nya. 4. Tathil artinya meniadakan dan menghapus atau mengingkari semua sifat dari Allah. Jahmiyah dan orang-orang yang mengikutinya melakukan hal ini. Karena itulah mereka dinamakan juga Muaththilah (pelaku tathil). Pendapat mereka ini sangat jelas kebaitlannya. Tidak mungkin di dunia ini ada satu zat yang tidak mempunyai sifat. Al-Quran dan As-Sunnah menyebutkan adanya sifat-sifat Allah itu dan sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya. 5. Kami tambahkan di sini satu prinsip lagi yang belum disebutkan Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu yaitu At-Takyiif yang artinya mempertanyakan bagaimana bentuk hakekat sifat Allah yang

sesungguhnya. Maka diantara prinsip Ahlus Sunnah dalam masalah sifat ini adalah tidak mempertanyakan: Bagaimana istawa Allah, bagaimana tangan-Nya, bagaimana wajah-Nya? Dan seterusnya. Karena membicarakan sifat itu sama halnya dengan membicarakan zat. Sehingga, sebagaimana Allah mempunyai Zat yang tidak kita ketahui hakekat bentuknya, maka demikian pula sifat-sifat-Nya, kita tidak mengetahui bagaimana hakekat dan bentuk atau wujud sifat itu sesungguhnya. Dan juga karena tidak

ada yang mengetahui hal itu kecuali Allah, maka semua itu harus diiringi pula dengan keimanan kita terhadap hakekat maknanya. (Maksudnya, arti kata dari sifat itu kita ketahui tapi hakekat bentuk atau wujudnya seperti apa kita tidak tahu, wallahu alam -ed). Soal 5: Dimana Allah? Jawab 5: Allah itu tinggi di atas Arsy di atas langit. Firman Allah:


Artinya: Ar-Rahman (yang Maha Pengasih) yang tinggi di atas Arsy. (Terj. Thaaha: 5) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Sesungguhnya Allah telah menuliskan takdir, dan kitab catatan takdir itu ada di sisi-Nya di atas Arsy. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim) Soal 6: Apakah Allah bersama kita? Jawab 6: (Ya). Allah bersama kita dengan pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan ilmu-Nya (**), seperti firman Allah:


Artinya: Janganlah kamu berdua takut, karena sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun) sedangkan aku mendengar dan melihat. (Terj. Thaha: 46) Dan sabda Rasulullah:

( (
Artinya: Sesungguhnya kalian berdoa kepada yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia senantiasa bersama kalian (yakni, dengan ilmu-

Nya). (Hadits riwayat Muslim)

(**) Maksudnya di sini, Allah mendengar semua pembicaraan (rahasia maupun terang-terangan), melihat dan mengetahui semua tindak tanduk hamba-hamba-Nya, wallahu alam. Soal 7: Apa faedah tauhid? Jawab 7: Faedah tauhid adalah untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dari siksa di akhirat, mendapatkan hidayah (petunjuk) Allah di dunia dan menutup atau menghapus dosa-dosa. Firman Allah:


Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Terj. Al-Anam: 82) Kezaliman yang dimaksud dalam ayat ini adalah kesyirikan. Sebagaimana disebutkan dalam shahih dari Ibnu Masud ketika dibacakan ayat ini, mereka mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, siapa dari mereka yang selamat dari kezhaliman? Tapi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan:


Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik sedikitpun kepadaNya. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)

(3): SYARAT-SYARAT DITERIMANYA AMAL


Soal 1: Apa syarat-syarat diterimanya amal? Jawab 1: Syarat diterimanya suatu amal di sisi Allah ada tiga, yaitu: 1. Beriman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya. Firman Allah:


Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat tinggalnya. (Terj. AlKahfi: 107) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Katakanlah aku beriman kepada Allah kemudian tetaplah istiqomah (teguh di atas al-haq). (Hadits riwayat Muslim) 2. Ikhlas, yaitu beramal karena Allah bukan karena ingin dilihat atau didengar orang lain. Allah berfirman:


Artinya: Beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Terj. Az-Zumar: 2) 3. Sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Allah berfirman:


Artinya: Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (Terj. AlHasyr: 7) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

Artinya: Barangsiapa yang beramal tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.(Hadits shohih riwayat Muslim)

(4): SYIRIK AKBAR


Soal 1: Apa dosa yang paling besar di sisi Allah? Jawab 1: Dosa yang paling besar adalah syirik kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:


Artinya: Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik) kepada Allah dan sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling besar. (Terj. Luqman: 13) Dan sabda Rasulullah ketika beliau ditanya:

?
Artinya: Dosa apa yang palng besar? Beliau berkata: (Yaitu) kamu mengadakan tandingan bagi Allah padahal Dialah yang telah menciptakanmu. (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim) Kata ( tandingan) pada hadits tersebut bermakna sekutu. Soal 2: Apakah syirik akbar itu? Jawab 2: Syirik Akbar (besar) adalah beribadah kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, meminta berkah (keberuntungan, syafaat, perlindungan dan lain-lain) kepada orang yang mati atau masih hidup tapi tidak berada di tempat orang yang meminta (tidak ada di dekatnya). Firman Allah:


Artinya: Beribadahlah kepada Allah dan jangan kamu sekutukan

Dia dengan sesuatu apapun. (Terj. An-Nisa: 36)

Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Diantara dosa-dosa besar yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah. (Hadits riwayat Bukhari) Soal 3: Apakah syirik itu bercokol pada umat sekarang ini? Jawab 3: Benar, dalilnya adalah firman Allah:


Artinya: Dan kebanyakan dari mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat syirik. (Terj. Yusuf: 106) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga segolongan besar dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan ikut menyembah berhala. (Hadits shohih riwayat Tirmidzi) Soal 4: Apa hukum berdoa kepada orang yang mati atau ghaib? Jawab 4: Berdoa kepada orang yang mati atau ghaib itu termasuk syirik akbar, sebagaimana firman Allah:


Artinya: Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah sesuatu yang tidak memberimu manfaat dan memberimu madharat; sebab jika kamu melakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim. (Terj. Yunus: 106)

Yang dimaksud ( orang-orang yang zhalim) dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang musyrik. Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Barangsiapa yang mati sedang dia menyeru atau berdoa kepada tandingan selain Allah, pasti dia masuk neraka. (hadits shohih riwayat Bukhari) Soal 5: Apakah doa itu ibadah? Jawab 5: Ya, doa itu ibadah, sebagaimana firman Allah:


Artinya: Berdoalah kepada-Ku akan kupenuhi permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina. (Terj. Ghafir: 60) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:


Artinya: Doa itu ibadah. (Hadits shohih riwayat Ahmad dan AtTirmidzi, beliau berkata bahwa hadits tersebut hasan shohih) Soal 6: Apakah orang mati itu bisa mendengarkan doa? Jawab 6: Mereka tidak bisa mendengar, dalilnya firman Allah:


Artinya: Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar. (Terj. An-Naml: 80)


Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan orang

yang di dalam kubur dapat mendengar. (Terj. Faathir: 22)

(5): MACAM-MACAM SYIRIK AKBAR (A)


Soal 1: Bolehkah kita ber-istighatsah (meminta keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan) kepada orang mati atau ghaib? Jawab 1: Tidak boleh, sebagaimana firman Azza wa Jalla:

.
Artinya: Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan. (Terj. An-Nahl: 20-21) Dan firman Allah:


Artinya: Ingatlah ketika kamu mohon pertolongan kepada Rabbmu, maka Dia mengabulkan permintaanmu. (Terj. Al-Anfaal: 9) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Wahai yang Maha Hidup, wahai yang Maha Berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku ber-istighatsah (meminta pertolongan). (Hadits riwayat Tirmidzi) Soal 2: Bolehkah kita melakukan istianah (minta perotolongan) kepada selain Allah? Jawab 2: Tidak boleh, sebagaimana firman Allah:

Artinya: Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan. (Terj. An-Nahl: 20-21) Dan firman Allah:


Artinya: Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. (Terj. Al-Fatihah: 5) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Apabila kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. (Hadits riwayat Tirmidzi: hasan shohih) Soal 3: Bolehkah kita minta pertolongan kepada orang hidup? Jawab 3: Boleh, selama dalam batas kemampuannya, sesuai dengan firman Allah:


Artinya: Tolong-menolonglah dalam berbuat baik dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (Terj. AlMaidah: 2) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Allah itu akan menolong hamba-Nya selama hamba itu

menolong saudaranya.(Hadits shohih riwayat Muslim)

Soal 4: Bolehkah kita bernadzar untuk selain Allah? Jawab 4: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:


Artinya: Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku manadzarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam perutkku menjadi penjaga Baitil Maqdis. (Terj. Ali Imran: 35) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Barangsiapa yang bernadzar kepada Allah untuk mentaatiNya, maka taatilah dan barangsiapa yang bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah bermaksiat kepada-Nya. (Hadits shohih riwayat Bukhari) Soal 5: Bolehkah kita menyembelih kurban untuk selain Allah? Jawab 5: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:


Artinya: Maka shalatlah karena Rabb-mu dan berkurbanlah. (Terj. Al-Kautsar: 2) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Allah melaknat orang yang menyembelih kurban untuk selain Allah. (Hadits riwayat Muslim)

Soal 6: Bolehkah kita melakukan thawaf di kuburan? Jawab 6: Tidak boleh kita thawaf kecuali di Kabah, dalilnya firman Allah:


Artinya: Dan berthawaflah di rumah yang kuno (Kabah) ini. (Terj. Al-Hajj: 29) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Barangsiapa yang thawaf di Kabah tujuh kali dan shalat dua rakaat, adalah pahalanya seperti memerdekakan seorang budak. (Hadits riwayat Ibnu Majah: shohih) Soal 7: Apa hukum sihir? Jawab 7: Sihir termasuk kufur (perbuatan kekafiran), dalilnya firman Allah:


Artinya: Akan tetapi syetan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. (Terj. Al-Baqoroh: 102) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

. .
Artinya: Jauhilah tujuh hal yang membinasakan (yaitu) syirik kepada Allah, sihir, ..(Hadits shohih riwayat Muslim)

Soal 8: Bolehkah kita membenarkan (mempercayai) (apranormal) dan dukun tentang ilmu ghaib? Jawab 8: para peramal


Artinya: Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan yang di bumi yang mengetahui tentang yang ghaib itu kecuali Allah. (Terj. AnNaml: 65) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Barangsiapa yang mendatangi para peramal dan dukun, kemudian dia membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad. (Hadits riwayat Ahmad: shohih) Soal 9: Adakah yang dapat mengetahui perkara ghaib? Jawab 9: Tidak ada satupun yang mengetahui tentang yang ghaib kecuali orang yang dikehendaki oleh Allah dari rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:

.
Artinya: Dialah yang mengetahui yang ghaib dan tidak seorangpun yang diberitahu tentang keghaiban itu kecuali orang yang dikehendakiNya daripara Rasul. (Terj. Jin: 26-27) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Tidak ada yang mengetahui Allah. (Hadits riwayat Thabrani: hasan) perkara ghaib kecuali

Soal 10: Bolehkah kita memakai benang dan kalung untuk mengobati penyakit (tolak bala)? Jawab 10: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:


Artinya: Jika Allah menimpakan kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia. (Terj. Al-Anam: 17) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Ketahuilah, sesungguhnya semua itu hanya akan menambah kelemahan daja, buanglah ia karena sesungguhnya jika kamu mati sedang kamu masih memakainya, maka kamu akan merugi selamanya. (Hadits riwayat Hakim: shohih)

(5): MACAM-MACAM SYIRIK AKBAR (B)


Soal 11: Bolehkah sejenisnya?

menggantungkan

jimat-jimat

atau

yang

lain

yang

Jawab 11: Tidak boleh, dalilnya firman Allah:


Artinya: Jika Allah menimpakan kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia. (Terj. Al-Anam: 17) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Barangsiapa yang menggantungkan diri pada jimat, maka

dia telah musyrik.(Hadits riwayat Ahmad)

( jimat, susuk, dan sejenisnya) adalah segala sesuatu yang digantungkan atau dipergunakan untuk menangkal ain (gangguan akibat pandangan mata).

Soal 12: Apa hukumnya beramal berdasarkan undang-undang atau aturan yang menyelisihi hukum Islam? Jawab 12: Melakukannya adalah kafir apabila ia mengizinkannya atau meyakini kebenarannya, dengan dalil firman Allah:


Artinya: Barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang kafir. (Terj. Al-Maidah: 44) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Dan apabila para pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitab Allah dan tidak pula memilih dari apa yang diturunkan Allah melainkan Allah akan menimpakan kekerasan yang terjadi antara sesama mereka. (Hadits riwayat Ibnu Majah dan yang lainnya: hasan) Soal 13: Bagaimana menolak gangguan syetan yang menanyakan: Siapa yang menciptakan Allah? Jawab 13: Apabila syetan membisikkan pertanyaan itu pada salah seorang diantara kamu, maka mintalah perlndungan kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:


Artinya: Dan jika syetan itu mengganggumu, maka mintalah

perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Terj. Fushshilat: 36)

Dan sabda mengajarkan pada mengucapkan:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah kita cara menolak tipu daya syetan dengan

. .
Artinya: Aku beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, Allah itu Maha Esa, Allah tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorangpun yang menyamai-Nya Kemudian meludah ke kiri tiga kali. Maka dia akan terbebas dari godaan syetan. Ini adalah ringkasan hadits-hadits shohih yang dikeluarkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud. Soal 14: Apa bahaya syirik besar? Jawab 14: Syirik besar menyebabkan kekal di neraka, dengan dalil firman Allah:


Artinya: Sesungguhnya orang yang musyrik kepada Allah maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang zalim. (Terj. Al-Maidah: 72) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

.
Artinya: Barangsiapa yang menghadap Allah dalam keadaan berbuat syirik, pasti dia akan masuk neraka. (Hadits shohih riwayat

Muslim)

Soal 15: Bermanfaatkah amal yang disertai syirik? Jawab 15:


Artinya: Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Terj. AlAnam: 88) Dan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi:

. .
Artinya: Allah berfirrman: Aku tidak butuh pada sekutu-sekutu itu, barangsiapa beramal dengan suatu amalan dan mempersekutukan Aku dengan yang lainnya dalam amalan itu, maka akan Kutinggalkan dia bersama sekutunya. (Hadits shohih riwayat Muslim)

ANAK-ANAK MENGIKUTI PERBUATAN YANG DILAKUKAN ORANGTUA


Diketik ulang oleh: Ummu Aisyah Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berzikir dan bertahlil, bertahmid, dan bertasbih, maka dia pun akan mudah untuk mengucapkan: Laa ilaaha illalloh, Subhanallah, dan Allahu akbar. Begitu pula seorang anak yang dibiasakan untuk mengirim sedekah pada malam hari karena diutus oleh orangtuanya kepada fakir miskin secara rahasia, jelas akan berbeda dengan seorang anak yang disuruh oleh orangtuanya pada malam hari untuk membeli narkoba atau rokok. Seorang anak yang selalu melihat ayahnya berpuasa senin dan kamis, ikut serta dalam shalat berjamaah di masjid jelas akan berbeda dengan seorang ayah yang melihat ayahnya berada di tempat perjudian atau bioskop serta tempat-tempat hiburan yang lainnya. Anda akan melihat seorang anak yang selalu mendengarkan suara adzan mengulang-ngulang lantunan adzan, dan Anda akan melihat seorang anak yang selalu mendengarkan lagu yang dilantunkan orangtuanya, melantunkannya pula. Sungguh indah andaikata seorang ayah adalah pribadi yang slelu berbuat baik kepada kedua orangtuanya dengan berdoa untuk mereka dan memohon ampunan kepada Allah bagi keduanya, selalu menanyakan keadaannya dan tenang berada bersama keduanya, selalu memenuhi kebutuhan keduanya dan memperbanyak berdoa dengan ungkapan: Robbigh firli waliwali dayya Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku Dia akan selalu mengucapkan: Robbbirhamhuma kama robbayani shoghiro Ya Allah, kasihanilah mereka berdua sebagaiaman mereka telah mendidikku diwaktu kecil

Dia pun berziarah ke makam kedua orangtuanya, bersedekah untuk keduanya, menghubungkan kekerabatan dengan orang-orang yamg dekat dengan keduanya, juga memberi kepada orang-orang yang selalu diberi oleh keduanya. Jika seorang anak melihat perangai orangtuanya yang sedemikain, maka dengan izin Allah anak itu akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Dia akan selalu memohon kepada Allah ampunan bagi kedua orangtuanya, dan sealu melakukn sesuatu yang biasa dilakukan oleh kedua orangtunya kepada kakek dan neneknya.

Seorang anak yang dididik shalat oleh orangtuanya jelas akan berbeda dengan seorang anak yang biasa diajarkan menonton film, musik atau sepak bola.

Sesungguhnya jika seoarang anak melihat kedua orangtuanya melakukan shalat malam dengan menangis karena takut kepada Allah juga dengan membaca alquran, niscaya dia akan berfikir kenapa ayahnya menangis? Kenapa dia melakuakn shalat? Dan kenapa dia meninggalkan tempat tidur yang empuk lagi hangat? Kenapa dia memilih air wudhu yang dingin ?!

Kenapa dia meninggalkan tempat tidurnya dengan memilih memohon kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap? Semua pertanyaan ini akan selalu tertanam di dalam pikiran seorang anak dan selalu memikirkannya yang pada akhirnya si anak dengan izin Allah akan meniru apa saja yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.

Demikian pula anak perempuan yang melihat ibunya selalu berhijab dan menutup diri dari laki-laki lain, dia telah dihiasi dengan rasa malu dan sikap menjaga kehormatan, kesucian dirinya telah menjadikan dirinya mulia. Jika ibunya demikian niscaya anaknya juga akan belajar menanamkan rasa malu, menjaga kehormatan dan kesucian dari ibunya. Sedangkan anak perempuan yang melihat ibunya selalu berhias diri di depan setiap laki-laki, bersalaman, dan bercampur baur, tertawa dan

tersenyum dengan laki-laki lain bahkan berdansa dengan mereka, maka anaknya pun akan belajar yang demikian itu darinya.

Maka bertakwalah kalian wahai para ibu dan ayah! Jagalah anakanak kalian, dan jadilah kalian sebagai suri tauladan bagi mereka dnegna perangai yang baik dan tabiat yang mulia. Sebelum itu semua, jadilah kalian sebagai suri tauladan dengan memegang teguh agama Allah juga Nabi-Nya. Maroji: Ensiklopedi Pendidikan Anak hal 38 (Fiqh Tarbiyatil Abnaa wa Thaa-ifatun min Nashaa-ihil Athibba), Mushthafa al-Adawi

ANTARA QADHA DAN FIDYAH BAGI IBU HAMIL DAN MENYUSUI


Penyusun: Ummu Ziyad Murajaah: Ust. Aris Munandar Kondisi fisik seorang wanita dalam menghadapi kehamilan dan saatsaat menyusui memang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya, kalori yang dibutuhkan untuk memberi asupan bagi sang buah hati adalah sama, yaitu sekitar 2200-2300 kalori perhari untuk ibu hamil dan 2200-2600 kalori perhari untuk ibu menyusui. Kondisi inilah yang menimbulkan konsekuensi yang berbeda bagi para ibu dalam menghadapi saat-saat puasa di bulan Ramadhan. Ada yang merasa tidak bermasalah dengan keadaan fisik dirinya dan sang bayi sehingga dapat menjalani puasa dengan tenang. Ada pula para ibu yang memiliki kondisi fisik yang lemah yang mengkhawatirkan keadaan dirinya jika harus terus berpuasa di bulan Ramadhan begitu pula para ibu yang memiliki buah hati yang lemah kondisi fisiknya dan masih sangat tergantung asupan makanannya dari sang ibu melalui air susu sang ibu. Kedua kondisi terakhir, memiliki konsekuuensi hukum yang berbeda bentuk pembayarannya. 1. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya Saja Bila Berpuasa Bagi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk mengqadha (tanpa fidyah) di hari yang lain ketika telah sanggup berpuasa. Keadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat, Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.(Qs. Al Baqarah[2]:184) Berkaitan dengan masalah ini, Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, Kami tidak mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya. (al-Mughni: 4/394) 2. Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan Dirinya dan Buah

Hati Bila Berpuasa Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib mengqadha (saja) sebanyak hari-hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, Para sahabat kami (ulama Syafiiyah) mengatakan, Orang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan mengqadha. Tidak ada fidyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan (di antara Syafiiyyah). Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula (hendaklah) dia berbuka dan mengqadha, tanpa ada perselisihan (di antara Syafiiyyah). (al-Majmu: 6/177, dinukil dari majalah Al Furqon) 3 .Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yang Mengkhawatirkan Keadaan si Buah Hati saja Dalam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. Oleh karena itulah, kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan percobaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. Patokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terpercaya bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti kurang akal atau sakit -. (Al Furqon, edisi 1 tahun 8) Untuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu. Berikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut. Dalil ulama yang mewajibkan sang ibu untuk membayar qadha saja. Dalil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. Pendapat ini dipilih oleh Syaikh Bin Baz dan Syaikh As-Sadi rahimahumallah Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk membayar fidyah saja. Dalill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan qadha dan fidyah, yaitu perkataan Ibnu Abbas radhiallahuanhu, Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin. ( HR. Abu Dawud) Dan perkataan Ibnu Umar radhiallahuanhu ketika ditanya tentang seorang wanita hamil yang mengkhawatirkan anaknya, maka beliau

berkata, Berbuka dan gantinya memberi makan satu mud gandum setiap harinya kepada seorang miskin. (al-Baihaqi dalam Sunan dari jalan Imam Syafii, sanadnya shahih) Dan ayat Al-Quran yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanyaf membayar fidyah adalah, Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka

tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu orang miskin. (Qs. Al-Baqarah [2]: 184) Hal ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang tercakup dalam ayat ini. Pendapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali Hasan hafidzahullah. Dalil ulama yang mewajibkan sang Ibu untuk mengqadha dengan disertai membayar fidyah Dalil sang ibu wajib mengqadha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk mengqadha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. Para ulama berpendapat tetap wajibnya mengqadha puasa ini karena tidak ada dalam syariat yang menggugurkan qadha bagi orang yang mampu mengerjakannya. Sedangkan dalil pembayaran fidyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat berikut, Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin (Qs. Al-Baqarah [2]:184) Hal ini juga dikuatkan oleh perkataan Ibnu Abbas radhiallahuanhu, Wanita hamil dan menyusui, jika takut terhadap anak-anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin. (HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al Bani dalam Irwaul Ghalil). Begitu pula jawaban Ibnu Umar radhiallahuanhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab, Hendaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan. Adapun perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Umar radhiallahuanhuma yang hanya menyatakan untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib mengqadha karena hal tersebut (mengqadha) sudah lazim dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan. Demikian pembahasan tentang qadha dan fidyah yang dapat kami bawakan. Semoga dapat menjadi landasan bagi kita untuk beramal.

Adapun ketika ada perbedaan pendapat dikalangan ulama, maka ketika saudari kita menjalankan salah satu pendapat ulama tersebut dan berbeda dengan pendapat yang kita pilih, kita tidak berhak memaksakan atau menganggap saudari kita tersebut melakukan suatu kesalahan.

Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan bagi para Ibu untuk tetap melaksanakan puasa ataupun ketika membayar puasa dan membayar fidyah tersebut di hari-hari lain sambil merawat para buah hati tercinta. Wallahu aalam. Maraji: 1. Majalah As Sunnah Edisi Khusus Tahun IX/1426H/2005M 2. Majalah Al Furqon Edisi 1 Tahun VII 1428/2008 3. Majalah Al Furqon Edisi Khusus Tahun VIII 1429/2008

ASIYAH, WANITA YANG DITAMPAKKAN SURGA UNTUKNYA


Penulis: Ummu Uwais Herlani Clara Sidi Pratiwi Murajaah: ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar Wanita, sosok lemah dan tak berdaya yang terbayangkan. Dengan lemahnya fisik, Allah tidak membebankan tanggung jawab nafkah di pundak wanita, memberi banyak keringanan dalam ibadah dan perkara lainnya. Mereka adalah sosok yang mudah mengeluh dan tidak tahan dengan beban yang menghimpitnya. Dengan kebengkokannya sehingga Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk bersikap lembut dan banyak mewasiatkan agar bersikap baik kepadanya. Oleh karena itu, tidak mengherankan kiranya jika Allah Tabaroka wa Taala dengan segala hikmah-Nya mengamanahkan kaum wanita kepada kaum laki-laki. Namun, kelemahan itu tak harus melunturkan keteguhan iman. Sebagaimana keteguhan salah seorang putri, istri dari seorang suami yang menjadi musuh Allah Rabb alam semesta. Seorang suami yang angkuh atas kekuasaan yang ada di tangannya, yang dusta lagi kufur kepada Rabbnya. Putri yang akhirnya harus disiksa oleh tangan suaminya sendiri, yang disiksa karena keimanannya kepada Allah Dzat Yang Maha Tinggi. Dialah Asiyah binti Muzahim, istri Firaun. Ketika mengetahui keimanan istrinya kepada Allah, maka murkalah Firaun. Dengan keimanan dan keteguhan hati, wanita shalihah tersebut tidak goyah pendiriaannya, meski mendapat ancaman dan siksaan dari suaminya. Kemudian keluarlah sang suami yang dzalim ini kepada kaumnya dan berkata pada mereka, Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahaim? Mereka menyanjungnya.Lalu Firaun berkata lagi kepada mereka,Sesungguhnya dia menyembah Tuhan selainku. Berkatalah mereka kepadanya,Bunuhlah dia! Alangkah beratnya ujian wanita ini, disiksa oleh suaminya sendiri. Dimulailah siksaan itu, Firaun pun memerintahkan para algojonya untuk memasang tonggak. Diikatlah kedua tangan dan kaki Asiyah pada tonggak tersebut, kemudian dibawanya wanita tersebut di bawah sengatan terik matahari. Belum cukup sampai disitu siksaan yang

ditimpakan suaminya. Kedua tangan dan kaki Asiyah dipaku dan di atas punggungnya diletakkan batu yang besar. Subhanallahsaudariku, mampukah kita menghadapi siksaan semacam itu? Siksaan yang lebih layak ditimpakan kepada seorang laki-laki yang lebih kuat secara fisik dan bukan ditimpakan atas diri wanita yang bertubuh lemah

tak berdaya. Siksaan yang apabila ditimpakan atas wanita sekarang, mugkin akan lebih memilih menyerah daripada mengalami siksaan semacam itu. Namun, akankah siksaan itu menggeser keteguhan hati Asiyah walau sekejap? Sungguh siksaan itu tak sedikitpun mampu menggeser keimanan wanita mulia itu. Akan tetapi, siksaan-siksaan itu justru semakin menguatkan keimanannya. Iman yang berangkat dari hati yang tulus, apapun yang menimpanya tidak sebanding dengan harapan atas apa yang dijanjikan di sisi Allah Tabaroka wa Taala. Maka Allah pun tidak menyia-nyiakan keteguhan iman wanita ini. Ketika Firaun dan algojonya meninggalkan Asiyah, para malaikat pun datang menaunginya. Di tengah beratnya siksaan yang menimpanya, wanita mulia ini senantiasa berdoa memohon untuk dibuatkan rumah di surga. Allah mengabulkan doa Asiyah, maka disingkaplah hijab dan ia melihat rumahnya yang dibangun di dalam surga. Diabadikanlah doa wanita mulia ini di dalam al-Quran, Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang dzalim. (Qs. At-Tahrim:11) Ketika melihat rumahnya di surga dibangun, maka berbahagialah wanita mulia ini. Semakin hari semakin kuat kerinduan hatinya untuk memasukinya. Ia tak peduli lagi dengan siksaan Firaun dan algojonya. Ia malah tersenyum gembira yang membuat Firaun bingung dan terheranheran. Bagaimana mungkin orang yang disiksa akan tetapi malah tertawa riang? Sungguh terasa aneh semua itu baginya. Jika seandainya apa yang dilihat wanita ini ditampakkan juga padanya, maka kekuasaan dan kerajaannya tidak ada apa-apanya. Maka tibalah saat-saat terakhir di dunia. Allah mencabut jiwa suci wanita shalihah ini dan menaikkannya menuju rahmat dan keridhaan-Nya. Berakhir sudah penderitaan dan siksaan dunia, siksaan dari suami yang tak berperikemanusiaan. Saudariku..tidakkah kita iri dengan kedudukan wanita mulia ini? Apakah kita tidak menginginkan kedudukan itu? Kedudukan tertinggi di

sisi Allah Yang Maha Tinggi. Akan tetapi adakah kita telah berbuat amal untuk meraih kemuliaan itu? Kemuliaan yang hanya bisa diraih dengan amal shalih dan pengorbanan. Tidak ada kemuliaan diraih dengan memanjakan diri dan kemewahan.

Saudariku..tidakkah kita menjadikan Asiyah sebagai teladan hidup kita untuk meraih kemuliaan itu? Apakah kita tidak malu dengannya, dimana dia seorang istri raja, gemerlap dunia mampu diraihnya, istana dan segala kemewahannya dapat dengan mudah dinikmatinya. Namun, apa yang dipilihnya? Ia lebih memilih disiksa dan menderita karena keteguhan hati dan keimanannya. Ia lebih memilih kemuliaan di sisi Allah, bukan di sisi manusia. Jangan sampailah dunia yang tak seberapa ini melenakan kita. Melenakan kita untuk meraih janji Allah Taala, surga dan kenikmatannya. Saudarikujangan sampai karena alasan kondisi kita mengorbankan keimanan kita, mengorbankan aqidah kita. Marilah kita teladani Asiyah binti Muzahim dalam mempertahankan iman. Jangan sampai bujuk rayu setan dan bala tentaranya menggoyahkan keyakinana kita. Janganlah penilaian manusia dijadikan ukuran, tapi jadikan penilaian Allah sebagai tujuan. Apapun keadaan yang menghimpit kita, seberat apapun situasinya, hendaknya ridha Allah lebih utama. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan surga tertinggi yang penuh kenikmatan.

ASYIKNYA BELANJA, JANGAN SAMPAI LUPA


Penyusun: Ummu Asma Murajaah: Ust. Aris Munandar Siapa tak kenal aktivitas yang satu ini? Dari anak kecil hingga lanjut usia, baik laki-laki maupun wanita pasti mengenalnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang tergila-gila belanja atau shopping hingga mereka rela menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di mall, supermarket, swalayan atau bahkan pasar. Belanja memang merupakan kebutuhan yang mengharuskan wanita untuk keluar dari rumahnya. Islam tidak melarang wanita untuk keluar dari rumahnya karena pada asalnya keluar rumah adalah dibolehkan sebagaimana suatu kaidah, Hukum sarana yang mubah itu tergantung tujuannya. Begitu pula, keluar untuk berbelanja, baik ke pasar maupun ke pusat-pusat perbelanjaan lainnya merupakan suatu hal yang terkadang sulit untuk dihindari. Namun kaidah ini hanya berlaku apabila keluar rumah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak atau sangat penting. Tentu saja tanpa melupakan hal-hal penting yang harus dipenuhi ketika seorang muslimah keluar dari rumahnya, seperti menutup aurat, tidak berhias (tabaruj), tidak campur baur laki-laki dan perempuan, dll. Jika kita ingat pelajaran ekonomi, kita akan banyak bertemu dengan kata pasar. Istilah pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam rangka melakukan transaksi jual beli. Tentu saja kita mengetahui bahwa ketika ada aktivitas jual beli, maka di sana terdapat akad atau perjanjian antara si penjual dengan pembeli yang dinamakan ijab dan qabul. Lalu apa hubungannya akad ini dengan belanja? Tentu saja ada hubungannya. Akad inilah yang akan menentukan sah atau tidaknya jual beli yang kita lakukan. Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sadi dalam kitab beliau Manhajus Salikiin (Bab Kitab Jual-Beli hal. 139) menyebutkan bahwa asal dari hukum jual beli adalah halal. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al-Baqarah: 275) Jual beli adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah apabila terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu:

1. Keridhaan kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli 2. Barang yang diperjualbelikan dapat diserahterimakan

3. Pelaku jual beli adalah orang yang memenuhi syarat, yaitu baligh dan melakukannya dengan sadar atau tidak gila. 4. Tidak mengandung unsur riba 5. Tidak memperjualbelikan sesuatu yang haram secara syari Hati-hati, Ada Setan! Kita dapat menyaksikan segala kejelekan di pasar dengan penglihatan dan pendengaran kita. Begitu kita masuk pasar, maka ucapan-ucapan kasar bahkan umpatan penjual yang dagangannya tidak jadi dibeli akan mampir di telinga kita. Sepanjang perjalanan kita akan mengetahui ada saja orang yang menipu demi mendapatkan keuntungan. Pembeli akan berkata, Tadi saya membeli di penjual A dengan harga empat ribu, kok di sini enam ribu! padahal penjual A tidak menjual dagangannya dengan harga empat ribu tapi tujuh ribu rupiah dan si pembeli ini tidak pernah menawar dagangan si A. Tidak hanya pembeli yang ingin ambil untung, penjual pun tak kalah taktik. Tapi mangga saya kan besar-besar dan dijamin manis! Boleh dicobain kok! Padahal semua mangganyakarbitan dan ketika si pembeli mencicipi mangganya dipilihkan sampel yang manis dan tidak mewakili dagangannya. Akhirnya sampai di rumah pembeli merasa tertipu dan dirugikan. Intinya, mereka benar-benar berusaha menerapkan prinsip ekonomi Meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya. Mereka tak peduli lagi meski aktivitas yang semula halal berubah menjadi haram akibat menabrak rambu-rambu syariat. Padahal Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orangorang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. (Qs. Muthaffifin: 1-2) Itu kan di pasar, mungkin ini pernyataan sebagian orang. Tapi, siapa bilang di mall, di supermarket atau toko kecil sekalipun setan tidak akan mengambil peran? Ketika kita berjalan-jalan di mall atau supermarket, tak jarang kita melihat wanita-wanita muda berdandan cantik dan dengan PDnya berlenggang mengenakan busana yang serba irit. Pemandangan ini saja sudah cukup mengganggu kita sebagai wanita, apalagi bagi laki-laki! Sering dalam hati terbetik, sungguh kasihan saudari-saudari kita ini yang tanpa sadar telah sukarela mempersilahkan laki-laki melihat kecantikan mereka dan menjadikan mereka sebagai obyek. Mungkin ada yang berdalih, Ah, itu kan tergantung orangnya! Namun yang jelas, hati laki-laki mana yang tidak akan tergoda?? Padahal

Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Al-Ahzab: 59)

Terlupa Karena Asyiknya Berbelanja Islam adalah agama yang penuh hikmah serta kesempurnaan, sehingga Rasulullah pun telah mengajarkan kepada kita berbagai etika dalam kehidupan, bahkan adab ketika di pasar. 1. Hendaknya senantiasa berdzikir kepada Allah di saat masuk pasar. Sebagai seorang muslimah, tentunya keseharian kita tidak boleh lepas dari doa. Bahkan Allah telah memerintahkan kita untuk berdoa dan menyebut orang yang enggan berdoa sebagai orang yang sombong (Qs. Al-Mumin: 60).Rasulullah juga bersabda, Doa itu bermanfaat terhadap apa yang menimpa atau yang belum menimpa. Oleh karena itu wahai sekalian hamba Allah, hendaklah kalian berdoa. (HR. At-Tirmidzi). Nah, ketika kita hendak berbelanja ada banyak pahala yang dapat kita raup melalui doa dalam sekali perjalanan saja. Dimulai dengan doa keluar rumah, doa naik kendaraan hingga doa masuk pasar. Adapun doa masuk pasar yaitu:


Tiada ilah yang berhak diibadahi secara benar melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan bagiNya segala pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dan, Dia Maha Hidup Kekal, tidak pernah mati. Di tangan-Nyalah segala kebaikan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang masuk pasar, lalu mengucapkan doa (tersebut), maka Allah akan mencatat satu juta kebaikan baginya dan akan menghapus satu juta keburukan baginya, dan akan mengangkat derajatnya satu juta tingkatan. (HR. Tirmidzi, Hakim dan Ibnu Majah) Majdi bin Abdul Wahhab Al-Ahmad dalam Syarh Hisnul Muslim-nya menjelaskan maksud dari dan akan mengangkat derajatnya satu juta tingkatan yaitu orang tersebut akan mendapatkannya di surga. Sedangkan maksud dari diangkatnya derajat adalah kedudukannya setelah membaca doa lebih tinggi dari kedudukannya sebelum membaca doa tersebut. 2. Tidak menyaringkan suara dengan berbagai pertengkaran dan perdebatan.

Di antara sifat kepribadian Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah bahwasanya beliau bukanlah seorang yang keras kepala atau keras hati dan bukan pula orang yang suka teriak-teriak di pasar dan juga bukan orang yang membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi ia memaafkan dan mengampuni (HR. Al-Bukhari)

3. Menjaga kebersihan pasar. Pasar tidak boleh dicemari dengan kotoran dan sampah, karena hal tersebut dapat melumpuhkan arus jalanan dan menjadi sumber bau busuk yang mengganggu. 4. Menjaga agar selalu memenuhi akad dan janji serta kesepakatankesepakatan di antara dua belah fihak (pembeli dan penjual). Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. (Qs. Al-Maidah: 1) 5. Mengukuhkan jual beli dengan persaksian atau catatan (dokumentasi). Allah Subhanahu wa Taala telah berfirman, yang artinya, Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli. (Qs. AlBaqarah: 282) 6. Bersikap longgar dan memberikan kemudahan di dalam proses jual beli.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah akan belas kasih kepada seorang hamba yang bersikap longgar apabila menjual, bersikap longgar apabila membeli dan bersikap longgar apabila membayar hutang. (HR. Al-Bukhari) 7. Jujur, terbuka dan tidak menyembunyikan cacat barang jualan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, maka tidak halal bagi seorang muslim membeli dari saudaranya suatu pembelian yang ada cacatnya kecuali telah dijelaskannya terlebih dahulu. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani) 8. Jangan mudah mengobral sumpah di dalam berjual beli. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Hindarilah banyak bersumpah di dalam berjual-beli, karena sumpah itu dapat melariskan barang dagangan kemudian menghilangkan barakahnya. (HR. Muslim) 9. Menghindari penipuan, kecurangan dan pengkaburan serta berlebihlebihan di dalam menarik keuntungan.Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menjumpai setumpuk gandum, maka Nabi memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut, maka jari-jemarinya basah. Maka beliau bersabda, Apa ini, wahai si pemilik makanan? Pemilik makanan menjawab, Terkena hujan, wahai Rasulullah. Maka Nabi bersabda, Kenapa bagian yang basah tidak kamu letakkan di paling atas agar dilihat oleh manusia? Barangsiapa yang curang terhadap kami, maka ia bukan dari golongan kami. (HR. Muslim) 10. Menghindari perbuatan curang di dalam menakar atau menimbang barang dan tidak menguranginya. Allah berfirman, yang artinya, Celakalah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang

apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (Qs. Al-Muthaffifin: 1-3) 11. Menghindari riba, penimbunan barang dan segala perbuatan yang dapat merugikan orang banyak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah mengutuk

12. (melaknat) pemakan riba, pemberinya, saksi dan penulisnya. (HR. Ahmad, dan dishahihkan oleh Al-Albani). Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak akan menimbun barang kecuali orang yang salah. (HR. Muslim) 13. Membersihkan pasar dari segala barang yang haram diperjual belikan. 14. Menghindari promosi-promosi palsu yang bertujuan menarik perhatian pembeli dan mendorongnya untuk membeli, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melarang najasy (Muttafaqunalaih). Najasy adalah semacam promosi palsu. Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Wahai orangorang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama kamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. (Qs. Al-Nisa: 29) 15. Hindarilah penjualan barang rampasan (hasil ghashab) dan curian. 16. Menundukkan pandangan mata dari wanita dan menghindar dari percampurbauran dan berdesak-desakan dengan mereka.Allah Subhanahu wa Taala berfirman, yang artinya, Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (Qs. An-Nur: 30-31) 17. Selalu menjaga syiar-syiar agama (shalat berjamaah, dll), tidak melalaikan shalat berjamaah karena berjual-beli. Maka sebaik-baik manusia adalah orang yang keduniaannya tidak membuatnya lalai terhadap masalah-masalah akhiratnya atau sebaliknya. Allah berfirman, yang artinya, Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) menunaikan zakat. (Qs. An-Nur: 37). Pada intinya, ketika berada di pusat perbelanjaan mata kita akan disuguhi dengan pemandangan yang serba menarik. Barangbarang yang bagus, bahkan orang-orang yang berpenampilan menarik menggoda hati-hati yang lalai. Maka tak heran jika setan pun betah berada di tempat-tempat seperti ini. Nah, supaya aktivitas belanja kita lebih efektif dan bermanfaat, ada beberapa tips yang mungkin dapat membantu.

Tips 1. Perhatikan penampilan Ada sebagian wanita yang menjadikan shopping atau berbelanja sebagai sarana untukngeceng. Demi mendapatkan perhatian dari orang-orang, mereka rela duduk di depan kaca selama berjam-jam dan memoles dirinya agar terlihat cantik. Maka tidak mengherankan apabila mereka tidak merasa takut atau risih, namun justru akan tersenyum bangga ketika laki-laki menggoda mereka karena dandanan mereka yang aduhai. Bertaqwalah wahai kaum wanita! Sesungguhnya setan telah menemukan banyak celah

untuk menggoda manusia melalui dirimu. Jangan sampai engkau buat dirimu yang begitu berharga dan mulia tercampak menjadi sekerat daging yang hina. Jangan salahkan apabila laki-laki tidak menghargaimu karena engkau pun tidak menghargai dirimu. Janganlah engkau ceroboh, sesungguhnya kecantikanmu hanya akan ditemukan oleh laki-laki fasik bila engkau mengumbarnya di mana-mana. Padahal Allah Subhanahu wa Taala telah memuliakan kita dengan syariat-Nya. Hendaknya kita jaga diri kita dengan berhijab yang benar karena hijab itulah yang akan menyelamatkan kita dari pandangan khianat laki-laki yang tidak bertaqwa. Jangan lupa pula untuk membawa make-up kita yang paling berharga, yaitu malu. Sungguh make-up ini akan membantu menjaga diri kita. Wallahul mustaan. Tips 2. Buat daftar belanjaan yang akan dibeli Sebelum kita memutuskan untuk keluar rumah, jangan lupa membuat daftar barang-barang yang akan kita beli. Alangkah baiknya jika kita tengok terlebih dahulu kebutuhan apa saja yang habis sehingga bisa kita masukkan ke dalam daftar belanjaan kita. Setelah itu, kita dapat membuat daftar kebutuhan kita dalam jangka panjang, misalnya kebutuhan untuk sepekan, dua pekan atau bahkan bulanan. Dengan demikian, kita tidak perlu menghabiskan waktu untuk mondar-mandir ke pasar atau supermarket setiap hari. Daftar belanjaan juga akan membantu mengingatkan kita jika ada barang yang lupa dibeli, selain itu juga menghindarkan kita dari belanja barang-barang yang terlihat begitu menarik ketika di toko, namun ternyata ketika sampai di rumah kita bingung sendiri, mau diapakan barang tersebut. Tips 3. Jangan bawa uang berlebih! Peringatan untuk wanita yang hobi berbelanja! Jangan sekali-kali membawa uang lebih dari perkiraan harga seluruh belanjaan dalam list kita. Kalaupun membawanya, usahakan secukupnya saja sebagai jaga-jaga jikalau terjadi sesuatu dalam perjalanan. Membawa uang terlalu banyak akan merepotkan bagi kita yang mudah tergoda dengan barang-barang yang menarik. Apabila uang yang kita bawa hanya cukup untuk membeli barang yang kita perlukan, tentunya kita tidak mungkin akan membeli barang-barang lainnya.

Tips 4. Jangan lupa berdoa! Tips 5. Jagalah pandangan Rumah adalah sebaik-baik tempat perlindungan bagi kaum wanita. Oleh karena itu, apabila wanita keluar dari rumahnya, maka setan akan menghiasinya sehingga tampak begitu menarik hati. Namun bukan berarti kaum wanita akan terhindar dari godaan sementara setan menempatkannya sebagai penggoda. Sesungguhnya wanita adalah saudara laki-laki, apa yang membuat saudaranya terfitnah maka hal itu juga dapat menimpanya. Jangan disangka hanya laki-laki saja yang dapat terfitnah oleh wanita, sesungguhnya setan dapat menancapkan panahnya pada setiap manusia yang lemah hatinya. Demikian pula halnya dengan wanita yang dapat terfitnah oleh laki-laki disebabkan pandangan mata. Sedangkan lakilaki mungkin pula hatinya tertimpa fitnah disebabkan pandangan mata wanita tersebut terhadapnya. Allah berfirman, yang artinya, Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. (Qs. An-Nuur: 31) Tips 6. Bekali diri dengan ilmu dan sabar Sebagai seorang muslimah, tentunya kita harus mendasarkan segala perbuatan kita dengan ilmu agama. Demikian pula ketika berbelanja kita membutuhkan ilmu agar hak penjual maupun hak kita sebagai pembeli dapat terpenuhi. Selain itu, di jaman sekarang ini kita juga sering mendengar adanya produk-produk yang dijual di pasaran yang ternyata tidak jelas kehalalannya. Tidak hanya bermasalah dengan keadaan barang dagangan, terkadang kita juga harus berhadapan dengan penjual yang kurang ramah dan wajah bersungut-sungut. Wajar hati merasa kesal, namun merupakan suatu keutamaan menjadikan sabar sebagai obat ketika menghadapi situasi seperti ini. Belanja memang menyenangkan, namun jangan sampai asyiknya berbelanja membuat kita terlena dan terjebak dalam hal yang siasia. Wallahu alam bishshawab. Maraji: 1. Manhajus Salikiin, Syaikh Abdurrahman bin Nashr As-Sadi

2. Syarah Hisnul Muslim (terjemah), Majdi bin Abdul Wahhab Al-Ahmad 3. Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari, Darul Haq

AYAH, IBU BIARKAN ANANDA ISTIQOMAH


Penulis: Ummu Rumman Murojaah: Ustadz Abu Salman Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu. Allah berfirman, yang artinya, Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaikbaiknya. (Qs. Al Israa 23) Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya. Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka. Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita? Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja. Kaidah Birrul Walidain Saudariku, durhaka atau tidaknya seorang anak tetaplah harus dipandang dari kacamata syariat. Tak semua anak yang melanggar perintah orang tua dikatakan anak durhaka. Karena ketaatan pada orang tua tidak bersifat mutlak. Tidak sebagaimana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang sifatnya mutlak.

Ada beberapa hal yang sering dianggap sebagai kedurhakaan pada orang tua, padahal sebenarnya bukan. Antara lain:

1. Anak menolak perintah orangtua yang melanggar syariat Islam Pada asalnya, seorang anak wajib taat pada orangtuanya. Akan tetapi jika yang diperintahkan orang tua melanggar syariat, maka anak tidak boleh mentaatinya. Yaitu jika orang tua memerintahkan anak melakukan kesyirikan, bidah dan maksiat. Contoh konkritnya: orang tua memerintahkan anak memakai jimat, orang tua menyuruh ngalap berkah pada kyai A, orang tua menyuruh anak berjabat tangan dengan lelaki bukan mahrom, dll. Maka, saat sang anak menolak hal tersebut tidaklah dikatakan durhaka. Bahkan ini termasuk bakti kepada orang tua karena mencegah mereka dari perbuatan haram. Allah berfirman yang artinya, Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. (Qs. Luqman: 15) Namun, seorang anak hendaknya tetap menggunakan adab dan perkataan yang baik. Dan terus mempergauli dan mendakwahi mereka dengan baik pula. 2. Anak tidak patuh atas larangan orangtua menjalankan syariat Islam Tidak disebut durhaka anak yang tidak patuh saat orangtuanya melarang sang anak menjalankan syariat Islam, padahal di saat itu orang tua sedang tak membutuhkannya (misal karena orang tua sedang sakit atau saat keadaan darurat). Contoh konkritnya: melarang anaknya shalat jamaah, memakai jilbab, berjenggot, menuntut ilmu syari, dll. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah wajib mentaati makhluk yang memerintah agar maksiat kepada Allah. (HR. Ahmad). Dan di dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan pula bahwasanya ketaatan hanya dilakukan dalam perkara yang baik. Maka janganlah engkau melakukan perkara yang haram dengan alasan ingin berbakti pada orang tuamu. Tidak wajib bagimu taat pada mereka dalam bermaksiat pada Allah. 3. Orang tua yang marah atas keistiqomahan dan nasihat anaknya Seorang anak wajib menasihati orang tuanya saat mereka melanggar syariat Islam. Apabila orang tua sakit hati dan marah, padahal sang anak telah menggunakan adab yang baik dan perkataan yang

lembut, maka hal ini tidak termasuk durhaka pada orang tua.

Saat gundah menyapamu, Bagaimana ini, aku telah membuat orang tuaku marah? Padahal bukankah keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua (HR. Tirmidzi)? Saudariku, marahnya orang tua atas keistiqomahan dan nasihat anak, tidaklah termasuk dalam hadits di atas. Hadits di atas tidak berlaku secara mutlak, kita tetap harus melihat kaidah birrul walidain. Ingatlah saat Nabi Ibrahim menasihati ayahnya, Wahai ayahku, janganlah kamu menyembah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu durhaka kepada Allah Yang Maha Pemurah. (Qs. Maryam: 44). Orang tua yang menolak kebenaran Islam kemudian mendapat nasihat dari anaknya, kemungkinan besar akan marah. Tapi sang anak tetap tidak dikatakan durhaka. Saudariku, bila orangtuamu marah atas keistiqomahanmu, maka ingatkan dirimu dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Siapa yang membuat Allah murka karena ingin memperoleh ridha manusia, maka Allah akan murka padanya dan Allah menjadikan orang yang ingin ia peroleh ridhanya dengan membuat Allah murka itu akan murka padanya. Dan siapa yang membuat Allah ridha sekalipun manusia murka padanya, maka Allah akan ridha padanya dan Allah menjadikan orang yang memurkainya dalam meraih ridha Allah itu akan ridha pula padanya, sampai-sampai Allah akan menghiasi si hamba dan menghiasi ucapan dan amalannya di mata orang yang semula murka tersebut. (HR. Ath Thabrani) Subhanallah. Perhatikanlah hadits di atas! Ketika engkau menaati orang tuamu dalam bermaksiat pada Allah, agar orang tuamu ridha. Sedangkan sebenarnya Allah Murka padamu. Maka, bisa jadi Allah justru akan membuat orang tuamu tetap murka pula kepadamu. Meski engkau telah menuruti keinginan mereka. Dan sadarkah engkau, saat engkau menuruti mereka dalam perbuatan maksiat pada Allah, maka sejatinya perintah mereka akan terus berlanjut. Tidakkah engkau khawatir Allah akan murka pada orangtuamu disebabkan mereka terus memerintahkanmu bermaksiat kepada-Nya. Saudariku, bukankah hati kedua orang tuamu berada di genggaman

Allah. Maka, yang terpenting bagimu adalah berusahalah meraih ridha Allah dengan keshalihan dan keistiqomahanmu. Semoga dengan demikian Allah Ridha padamu. Semoga Allah menghiasi ucapan dan amalan kita sehingga orang tua kita pun -bi idznillah- akhirnya ridha kepada kita.

Akhlaq Mulia, Penarik Hati yang Banyak Dilalaikan Ustadz Abdullah Zaen, Lc dalam bukunya 14 Contoh Praktek Hikmah dalam Berdakwahberkata, Kerenggangan antara orangtua dan anak itu seringkali terjadi akibat benturan-benturan yang terjadi dampak dari orang tua yang masih awam memaksa si anak untuk menjalani beberapa ritual yang berbau syirik, sedangkan si anak berpegang teguh dengan kebenaran yang telah ia yakini. Akhirnya yang terjadi adalah kerenggangan di antara penghuni rumah tersebut. Hal itu semakin diperparah ketika si anak kurang bisa mencairkan suasana dengan mengimbangi kesenjangan tersebut dengan melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orangtuanya. Padahal betapa banyak hati orang tua -bi idznillah- yang luluh untuk menerima kebenaran yang dibawa si anak bukan karena pintarnya anak beragumentasi, namun karena terkesannya sang orang tua dengan akhlak dan budi pekerti anaknya yang semakin mulia setelah dia ngaji!! Penjelasan ini sama sekali tidak mengecilkan urgensi argumentasi yang kuat, namun alangkah indahnya jika seorang muslim apalagi seorang salafi bisa memadukan antara argumentasi yang kuat dengan akhlak yang mulia!. Maka, akhlaq yang mulia adalah jalan terdekat menuju luluhnya hati orangtua. Anak adalah mutiara hati orang tua. Saat mutiara itu bersinar, hati orang tua mana yang tidak menjadi terang. Percaya atau tidak. Kedekatanmu kepada mereka, perhatianmu, kelembutanmu, bahkan hanya sekedar wajah cerah dan senyummu di hadapan mereka adalah bagaikan sinar mentari yang menghangatkan hati mereka. Sayangnya, banyak dari kita yang justru melalaikan hal ini. Kita terlalu sibuk dengan tuntutan kita karena selama ini orangtua-lah yang banyak menuruti keinginan kita. Seakan-akan hanya orangtua-lah yang wajib berlaku baik pada kita, sedang kita tidak wajib berbuat baik pada mereka. Padahal, kitalah sebagai anak yang seharusnya lebih banyak mempergauli mereka dengan baik. Kita pun terlalu sibuk dengan dunia kita. Juga sibuk dengan temanteman kita. Padahal orang tua hanya butuh sedikit perhatian kita. Kenapakah kita begitu pelit mengirimkan satu sms saja untuk menanyakan kabar mereka tiap hari? Sedangkan berpuluh-puluh SMS kita kirimkan untuk sekadar bercanda ria dengan teman kita.

Kemudian, beratkah bagi kita untuk menyenangkan mereka dengan hadiah? Janganlah engkau remehkan meski sekedar membawa pulang oleh-oleh seplastik singkong goreng kesukaan ayah atau sebungkus siomay favorit ibu. Harganya memang tak seberapa, tapi hadiah-hadiah kecil yang menunjukkan bahwa kita tahu apa kesukaan mereka, apa yang

mereka tak suka, dan apa yang mereka butuhkan, jauh lebih berharga karena lebih menunjukkan besarnya perhatian kita. Dakwahku, Bukti Cintaku Kepada Ayah Ibu Hakikat kecintaan kita terhadap seseorang adalah menginginkan kebaikan bagi dirinya, sebagaimana kita menginginkan kebaikan bagi diri kita sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Tidak akan sempurna keimanan salah seorang di antara kalian, sehingga dia mencintai bagi saudaranya sebagaimana dia mencintai bagi dirinya sendiri. (HR. Bukhari dan Muslim). Maka, wujud kecintaan kita kepada orangtua kita adalah mengusahakan kebaikan bagi mereka. Tahukah engkau kebaikan apa yang dimaksud? Seorang ayah telah berbuat baik kepada anaknya dengan pendidikan dan nafkah yang diberikan. Sedangkan ibunya telah merawat dan melayani kebutuhan anak-anaknya. Maka sudah semestinya anaknya membalas kebaikan tersebut. Dan sebaik-baik kebaikan adalah mengajak mereka kepada kebahagiaan dan menyelamatkan mereka dari api neraka. Allah Taala berfirman, yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu. (Qs. At Tahrim 6) Saudariku, jika engkau benar-benar mencintai orangtuamu, maka jadikanlah dakwahmu sebagai bakti terindahmu kepada mereka. Ingatlah lagi mengenai dakwah Nabi Ibrahim kepada orangtuanya. Bakti pada orang tua sama sekali tidak menghalangi kita untuk berdakwah pada mereka. Justru karena rasa cintalah, yang membuat kita menasihati mereka. Jika bukan kita, maka siapakah lagi yang akan mendakwahi mereka? Apakah harus dengan mengajak mereka mengikuti kajian? Jika bisa, alhamdulillah. Jika tidak, maka sesungguhnya ada banyak cara yang bisa engkau tempuh agar mereka bisa mengetahui ilmu syari dan mengamalkannya. Jadilah engkau seorang yang telaten dan tidak mudah menyerah dalam berdakwah kepada orang tuamu. Ingatlah ketika engkau kecil. Ketika engkau hanya bisa tidur dan menangis. Orangtuamulah yang mengajarimu, mengurusmu, memberimu makan, membersihkanmu dan memenuhi kebutuhanmu. Ketika engkau

mulai merangkak, kemudian berdiri, dengan sabar orangtuamu memegang tanganmu dan melatihmu. Dan betapa senangnya hati orangtuamu melihat langkah kaki pertamamu. Bertambah kesenangan mereka ketika engkau berjalan meski dengan tertatih-tatih. Saat engkau telah bisa berlari-lari, pandangan orangtuamu pun tak lepas darimu. Menjagamu dari melangkah ke tempat yang berbahaya bagimu.

Ketika engkau mulai merasa letih berdakwah, ingatlah bahwasanya orangtuamu telah membesarkanmu, merawatmu, mendidikmu bertahuntahun tanpa kenal lelah. Ya. Bertahun-tahun mereka mendidikmu, bersabar atas kenakalanmu Maka mengapakah engkau begitu mudahnya menyerah dalam berdakwah kepada mereka? Bukankah kewajiban kita hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah Yang Maha Pemberi Hidayah. Maka teruslah berdakwah hingga datang waktunya Allah Membuka hati kedua orangtua kita. Landasi Semuanya Dengan Ilmu Seorang anak dengan sedikit ilmu, maka bisa jadi ia akan bersikap lemah dan mudah futur (putus asa) saat menghadapi rintangan dari orangtuanya yang sudah banyak makan garam kehidupan. Bahkan, ia tidak bisa berdakwah pada orang tuanya. Sedangkan seorang anak yang ilmunya belum matang, bisa jadi ia bersikap terlalu keras. Sehingga orangtuanya justru makin antipati dengan dakwah anaknya. Maka, bekalilah dirimu dengan ilmu berdasarkan Al Quran dan Sunnah berdasarkan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman salafush shalih. Karena dengan ilmulah seorang mampu bersikap bijak, yaitu mampu meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dengan ilmulah kita mengetahui hukum dari permasalahan yang kita hadapi dan bagaimana solusinya menurut syariat. Dengan ilmulah kita mengetahui, pada perkara apa saja kita harus menaati orang tua. Pada perkara apa sebaiknya kita bersikap lembut. Dan pada perkara apakah kita harus teguh layaknya batu karang yang tetap berdiri tegak meski berkali-kali dihempas ombak. Dan yang tidak kalah pentingnya kita bisa berdakwah sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Maka tidak benar jika saat terjadi benturan sang anak justru berputus asa dan tidak lagi menuntut ilmu syari. Padahal dia justru sangat butuh pada ilmu tersebut agar dapat menyelesaikan permasalahannya. Saat terjadi konflik dengan orang tua sehingga engkau kesulitan mendatangi majelis ilmu, usahakanlah tetap menuntut ilmu meski hanya sekedar membaca buku, mendengar rekaman kajian atau bertanya kepada ustadz. Dan segeralah kembali ke majelis talim begitu ada kesempatan. Jangan lupa! Niatkanlah ilmu yang kau cari itu untuk

menghilangkan kebodohan pada dirimu dan orang lain, terutama orangtuamu. Karena merekalah kerabat yang paling berhak atas dakwah kita.

Karena itu, wahai saudarikuIstiqomahlah! Dan bingkailah keteguhanmu dengan ilmu dan amal shalih. Hiasilah dirimu di depan orangtuamu dengan akhlaq yang mulia.Tegar dan sabarlah! Tegarlah dalam menghadapi rintangan yang datang dari orangtuamu. Dan sabarlah dalam berdakwah kepada orang tuamu. Tetap istiqomah dan berdakwah. Sambil terus mendoakan ayah dan ibu. Hingga saat datangnya pertolongan AllahYaitu saat hati mereka disinari petunjuk dari Allah Insyaa Allah Teriring cinta untuk ibu dan bapak Semoga Allah Mengumpulkan kita di surga Firdaus-Nya. Amiin. Maraaji: 1. Durhaka kepada orang Tua oleh ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, majalah Al Furqon edisi 2 Tahun IV 2. 14 Contoh Praktek Hikmah Dalam Berdakwah, Ustadz Abdullah Zaen, Lc. 3. Kajian Bahjah Qulub Al Abror oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, tanggal 4 November 2007

You might also like