You are on page 1of 8

GRAND TEORI KEPERAWATAN ADAPTASI MODEL Sister Callista Roy Konsep Grand Teori Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan

n tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan. Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi Keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat.

Tinjauan Teoritis The Roy Adaptation Model 1. Manusia Sebagai System Adaptive. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Input, Control, Proses Feedback, dan Output. 1) Input (Stimulus) Manusia sebagai suatu sistim dapat menyesuaikan diri dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri 2) Mekanisme Koping. Tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan diri. Ada 2 (dua) Mekanisme koping, yaitu : a. Mekanisme koping bawaan, yaitu ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki b. Mekanisme koping yang dipelajari, yaitu dikembangkan melalui strategi pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan. Ada 2 (dua) Respon Adaptasi :

a. Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan human system. b. Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan human system. 3) Output Respon-respon yang adaptive mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi 4) Subsistem Regulator dan Kognator Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin, dan merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim Kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional. Respon-respon susbsistem tersebut semua dapat terlihat pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi. 1) Perubahan Fungsi Fisiologis Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan. Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen. 2) Perubahan konsep diri Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya. Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah. 3) Perubahan fungsi peran Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang. Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran. 4) Perubahan Interdependensi Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh : kecemasan berpisah. 2. Stimulus.

Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) Stimulus Fokal Stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab infeksi 2) Stimulus Kontektual. Stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat, dan tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh. 3) Stimulus Residual Sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat (faktor predisposisi), sehingga terjadi kondisi Fokal, mis ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran. 3. Tingkat Adaptasi Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. 4. Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif) Adaptasi yang tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.

A. APLIKASI TEORY MODEL ADAPTASI ROY


1. Pengkajian Perilaku 1) Pengakajian Fisiologis. Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis : a. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi. b. Nutrsisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan. c. Eliminasi ; Pola eliminasi. d. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur. e. Intergritas kulit ; Pola fisiologis kulit. f. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perceptual b.d panca indra. g. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit. h. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.

i. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress. 2) Pengkajian Konsep diri. Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik. 3) Pengkajian Fungsi Peran. Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain akibat dari peran ganda. 4) Pengkajian Interdpendensi. Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui hubungan interoersonal terhadap individu dan kelompok. Roy sudah mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut : Gejala berat dari aktivitas Regulator : Gejala Inefektiv dari Kognator : peningkatan deyut jantung dan tekanan darah. Tegang. Hilang nafsu makan. Gangguan informasi. persepsi/ proses

Pembelajaran inefektive. Tidak mampu membuat justifikasi.

Peningkatan kortisol serum Afektive tidak sesuai. Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut. 2. Pengkajian Stimulus. Stimulus yang berpengaruh : Budaya : Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim kepercayaan. Keluarga : Struktur keluarga, tugas keluarga. Fase perkembangan : Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan. Intergritas dari cara-cara : Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep penyesuaian (modes diri, fungsi peran, interdependensi. Adaptive) Efektivefitas Kognator : Persepsi, pengatahuan, skill. Pertimbangan lingkungan : Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen pengobatan, penggunaan obatobatan. Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan. 1. sigenasi. FISIOLOGIS MODE Ok 6. Nyeri akut. sensoris.

s.

Hipoksia/syok

primer.

Nyeri kronis. Sensori overload. Gangguan sensori

Gangguan ventilasi. Inadekuat pertukaran gas. Inadekuat transport Gas Gangguan perfusi jaringan. 2. risi. 3. minasi. urine. 4. ivitas dan istirahat. Inadekuat pola aktivitas dan istirahat. Intolenransi aktivitas. tidur. 5. ergritas kulit. Gatal-gatal. Kekeringan. Infeksi. Immobilisasi. Gangguan 9. Diare. Konstipasi. Kembung. Retensi Urine. Inkontinensia 8. Malnutrisi. Mual,muntah. Anoreksia. eli nut 7.

Potensial injuri.

Kehilangan kemampuan perawatan diri. Gangguan persepsi. Potensial injuri/ hilang kemam-puan merawat diri. cairan dan elektriolit. seluler.; Dehidrasi. Retensi cairan intra Edema.

Shok hipo/hipervolemik. Hyper hipokalsemia. atau

Ketidakseimbangan asam basa. Fungsi Nerologis. Penurunan kesadaran. Defisit memori.

akt

Ketidakstabilan perilaku dan mood. Fungsi endokrin. hormon. Inefektiv regulator

int

Inefektiv pengembangan reproduksi. Ketidakstabilan sikulus ritme stress internal.

Dekubitus KONSEP DIRI Pandangan terhadap personal. Cemas tidak berdaya. Harga diri rendah. Merasa bersalah. INTERDEPENDENSI Kecemasan. Merasa. Ditinggalkan/isolasi.

Pandangan terhadap fisik. Agresi. Kehilangan. Seksual disfungtion. FUNGSI PERAN Transisi peran. Peran berbeda. Konflik peran.

Penurunan konsep seksual.

Kegagalan peran. Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut. 4. Rencana Tindakan STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS Memenuhi kebutuhan Oksigen. Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Kriteria: Istirahat/tidur. 1. menyiapkan tabung oksigen Kriteria dan flow meter. 1. melakukan latihan gerak pada 2. menyiapkan hemodifier berisi pasien tidak sadar. air. 2. melakukan mobilisasi pad pasien 3. menyiapkan slang nasal dan pasca operasi. masker. 3. mengatur posisi yg nyama pada 4. memberikan penjelasan pada pasien. pasien. 4. menjaga kebersihan lingkungan. 5. mengatur posisi pasien. 5. Mengopservasi reaksi pasien. 6. memasang slang nsal dan masker. Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit 7. memperhatikan reaksi pasien. (kebersihan dan kenyamanan fisik) Kriteria Memenuhi kebutuhan Nutrisi: 1. memandikna pasien yang tidak Kriteria sadar/ kondisinya lemah. 1. menyiapkan peralatan 2. mengganti alat-alat tenun sesuai dalam dressing car. kebutuhan/ kotor. 2. menyeiapkan cairan 3. Merapikan alat-alat pasien. infus/makanan/darah. 3. memberikan Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi penjelasan pada pasien. Kriteria 4. mencocokan jenis 1. Mengopservasi tanda-tanda vital cairan/darah/diet makanan sesuai kebutuhan. 5. mengatur posisi 2. melakukan tes alergi pada

pasien. 6. melakukan pemasangan infus/darah/makana

pemberian obat baru. 3. mengobservasi reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Eliminasi kriteria 1. menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter 2. memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter 3. menutup dan memasang selimut. 4. mengobservasi keadaan feses dan uerine. 5. Mengobservasi rekasi pasien. STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual. Kriteria 1. Melaksnakan Orientasi pada pasien baru. 2. memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan. 3. memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana. 4. memperhatikan setiap keluhan pasien. 5. memotivasi pasien untuk berdoa. 6. membantu pasien beribadah. 7. memperhatikan pesan-pesan pasien. STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN 1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan msayarakat. 2. mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien. 3. melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya. 4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien. 5. bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien. 6. mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien 7. perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara benar dalam perawatan. 8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari klein. STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI 1. membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.

2. 3. 4.

membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi. membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi). membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

5. Evaluasi: Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.

You might also like