You are on page 1of 7

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

Ayesha Bilqis, Grasia M, Abednego W, Nurul A, Anshanty W, Alamsyah R 10211020, 10211019, 10211030, 10211032, 10211036, 10211056 Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia E-mail: ayeshabilqis@gmail.com Asisten: Latifah Oktaviani/10210096 Tanggal Praktikum: 23-09-2013
Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tegangan kerja utama dari detektor Geiger-Muller dimana pada tegangan kerja ini detektor akan dapat bekerja dengan optimal dalam menghitung energi radiasi dari Cs137 yang dapat dideteksi. Tegangan kerja ini kemudian digunakan untuk mencari nilai cacahan dengan jumlah dan selang waktu pencacahan yang divariasikan. Selain itu, dilakukan juga pencacahan tanpa bahan radioaktif. Untuk hasil pencacahan, data pengamatannya akan diplot menjadi kurva distribusi Normal dan Poisson. Pada akhirnya, hasil kurva distribusi dari variasi pengambilan data tersebut akan dibandingkan hasilnya lalu dianalisis yang mana yang menghasilkan distribusi cacahan lebih baik. Hasil pencacahan dengan dan tanpa bahan radioaktif pun dibandingkan dan dianalisis. Kata kunci: Geiger-Muller, ionisasi, Normal, Poisson

I. Pendahuluan Percobaan kali ini menggunakan detektor Geiger-Muller untuk mengukur energi radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif Cs-137. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tegangan kerja dari detektor Geiger-Muller. Energi radiasi yang dideteksi keluarannya akan berbentuk nilai cacahan hasil dari pencacahan yang dilakukan berulang dalam variasi jumlah dan selang waktu tertentu dengan menggunakan tegangan kerja yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah itu, dilakukan pengolahan data untuk kemudian dijadikan kurva distribusi hasil cacahan. Radioaktivitas adalah suatu peristiwa pemancaran partikel radioaktif dari peluruhan inti atom yang tidak stabil sehingga menjadi inti atom yang stabil[1]. Pancaran partikel radioaktif ini tidak dapat begitu saja dideteksi oleh panca indera manusia, sehingga dibutuhkan suatu detektor radiasi untuk mendeteksinya. Detektor radiasi bekerja dengan cara mengukur perubahan yang disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap[2]. Salah satu jenis detektor radiasi yang sering digunakan adalah detektor GeigerMuller. Detektor Geiger-Muller terdiri dari tabung logam yang berfungsi sebagai katoda dan kawat yang dipasang di tengah tabung sebagai anoda. Kedua ujungnya ditutup dengan bahan isolator dengan diisi gas mulia sebagai gas utama.

Gambar 1. Detektor Geiger-Muller[3]

Prinsip kerja detektor Geiger-Muller adalah interaksi radiasi dengan materi melalui proses ionisasi[4]. Proses ionisasi akan terjadi ketika radiasi menembus detektor dan berinteraksi dengan gas isian utama. Proses ionisasi akan menghasilkan pasangan ion positif dan negatif. Karena adanya medan listrik antara katoda dan anoda, ion positif akan bergerak menuju katoda sedangkan ion negatif akan tertarik ke anoda. Karena ion-ion tertarik kepada elektroda yang muatannya berlawanan, maka terjadi penurunan jumlah muatan yang mengakibatkan terjadinya penurunan tegangan listrik. Perubahan tegangan listrik ini akan menghasilkan aliran listrik yang dikonversi menjadi angka hasil cacahan radiasi. Jenis distribusi yang digunakan untuk menggambarkan pola distribusi data hasil pencacahan energi radiasi oleh detektor adalah distribusi Poisson dan distribusi Normal. Distribusi Poisson sendiri dinilai sesuai untuk mengukur distribusi pencacahan karena

percobaan dengan distribusi Poisson memiliki salah satu ciri bahwa hasil percobaan pada suatu selang waktu dan tempat tidak tergantung dari hasil percobaan di selang waktu dan tempat lain yang terpisah[5]. Hal ini menyebabkan pengambilan data pada selang waktu yang berbeda tidak akan mempengaruhi probabilitas data yang diamati. II. Metode Percobaan Percobaan ini akan mengukur energi radiasi dari bahan radioaktif Cs-137 dengan menggunakan detektor Geiger-Muller. Tegangan kerja awal pun diatur dengan rentang 350 V-600 V untuk kemudian divariasikan dengan penambahan nilai tegangan sebesar 10 V, dengan masing-masing interval diberi waktu 10 s. Setelah didapatkan data nilai cacahan dari setiap tegangan kerja di antara selang yang telah ditentukan tersebut, maka akan dicari nilai tegangan plateaunya atau nilai tegangan ketika kuantitas cacahannya hampir konstan di beberapa titik. Nilai tegangan plateau inilah yang akan digunakan dalam percobaan selanjutnya. Dengan nilai tegangan plateau ini, tingkat radiasi Cs-137 akan dihitung lebih lanjut dengan variasi jumlah cacahan (m). Jumlah cacahan (m) yang akan dilakukan adalah 50x dan 100x dengan selang waktu 10 s. Lalu 25x untuk masing-masing dengan selang waktu 1 s dan 10 s. Selain itu, akan dilakukan pula pencacahan 25x dengan selang waktu 10 s tanpa bahan radioaktif. Dengan melakukan pencacahan dengan variasi jumlah m, akan didapatkan pola sebaran data cacahan yang kemudian akan diplot dengan aplikasi matlab menjadi kurva dengan distribusi Normal dan Poisson sehingga dapat ditentukan yang mana jumlah cacahan dan selang waktu yang dapat menghasilkan kurva distribusi paling baik. III. Data dan Pengolahan Jarak detektor dan sumber radioaktif tetap untuk semua percobaan, yaitu 8 cm. 1. Menentukan Tegangan Kerja Muller Counter Geiger-

kerja saat nilai cacahannya hampir konstan disebut tegangan plateau.

Gambar 2. Grafik jumlah cacahan terhadap tegangan kerja

Dari grafik di atas, didapat tegangan plateau sebesar 530 V, yang kemudian akan digunakan dalam percobaan selanjutnya. 2. Mengetahui Distribusi Poisson Normal dari Statistik Radioaktif Tegangan kerja yang digunakan 530 V Kurva distribusi Normal dan Poisson untuk jumlah cacahan (m) 50x, waktu cacahan 10 s dan

Gambar 3. Kurva distribusi Normal & Poisson untuk m=50, t=10 s

Berdasarkan data pengamatan (data terlampir), dibuat grafik jumlah cacahan terhadap tegangan kerja untuk menentukan tegangan kerja dimana terdapat kuantitas cacahan yang hampir konstan. Tegangan

Normal Mean = 134,78

Variansi = 157,073

Poisson Mean = 134,78

Variansi = 134,78

Kurva distribusi Normal dan Poisson untuk jumlah cacahan (m) 25x, waktu cacahan 10 s

Kurva distribusi Normal dan Poisson untuk jumlah cacahan (m) 100x, waktu cacahan 10 s

Gambar 6. Kurva distribusi Normal & Poisson untuk m=25, t=10 s Gambar 4. Kurva distribusi Normal & Poisson untuk m=100, t=10 s

Normal Mean = 138,2 Poisson Mean = 138,2

Variansi = 114,833

Normal Mean = 134,66 Poisson Mean = 134,66

Variansi = 120,954

Variansi = 138,2

Variansi = 134,66

Kurva distribusi Normal dan Poisson untuk jumlah cacahan (m) 25x, waktu cacahan 10 s, tanpa bahan radioaktif

Kurva distribusi Normal dan Poisson untuk jumlah cacahan (m) 25x, waktu cacahan 1 s

Gambar 7. Kurva distribusi Normal & Poisson untuk m=25, t=10 s, tanpa Cs-137 Gambar 5. Kurva distribusi Normal & Poisson untuk m=25, t=1 s

Normal Mean = 4,76 Poisson Mean = 4,76

Variansi = 5,19 Variansi = 4,76

Normal Mean = 14,64 Poisson Mean = 14,64

Variansi = 19,5733

Variansi = 14,64

IV. Pembahasan Kurva distribusi untuk jumlah pencacahan 25 kali, 50 kali, dan 100 kali dalam selang waktu pencacahan yang sama, yaitu 10 s, menunjukkan hasil nilai rata-rata

dan variansi dari distribusi Poisson sama dengan nilai rata-rata pada distribusi Normal. Yang berbeda hanya nilai variansi pada distribusi Normal. Hasilnya untuk pencacahan 25x, nilai rata-rata pada distribusi Normal sebesar 138,2 dan variansinya sebesar 114,833. Untuk pencacahan 50x, nilai rata-rata pada distribusi Normal sebesar 134,78 dan variansinya sebesar 157,073. Untuk pencacahan 100x, nilai rata-rata pada distribusi Normal sebesar 134,66 dan variansinya sebesar 120,954. Jika dilihat dari besarnya nilai rata-rata, memang tidak terlalu jauh besar perbedaan nilainya, masih dalam rentang 134-138. Namun jika dilihat dari nilai variansinya, terdapat perbedaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan. Seharusnya semakin besar jumlah cacahannya (m), maka akan semakin besar variansinya. Karena yang diukur dari variansi itu adalah seberapa jauh data tersebar di sekitar rata-rata, maka jika m semakin besar kurva distribusi cacahannya yang dihasilkannya pun akan menjadi semakin baik. Hal ini disebabkan oleh nilai cacahan yang didapat semakin banyak sehingga sebarannya menjadi semakin luas dan sinar radiasi yang ditangkap lebih banyak. Jadi, jumlah pencacahan yang menghasilkan kurva distribusi cacahan yang lebih baik adalah ketika m=100 kali. Kurva distribusi untuk jumlah cacahan 25x dengan selang waktu yang berbeda, 1 s dan 10 s, menghasilkan perbedaan nilai ratarata dan variansi yang jauh berbeda. Nilai ratarata dan variansi dari pencacahan pada selang waktu 10 s lebih besar. Dengan selang waktu yang lebih besar, lebih banyak pulsa yang dideteksi oleh detektor sehingga kemungkinan deteksinya lebih akurat dibandingkan dengan pencacahan dengan waktu yang lebih singkat. Jadi, selang waktu yang menghasilkan distribusi cacahan lebih baik adalah ketika t = 10 s. Hasil pencacahan tanpa bahan radioaktif memiliki perbedaan yang jauh dengan hasil pencacahan yang menggunakan bahan radioaktif. Tanpa bahan radioaktif, nilai cacahan yang dihasilkan sangat kecil, hanya dalam rentang 0-9 cacahan per detik. Hal ini terjadi karena ketika sumber bahan radioaktif ditiadakan, tidak ada energi radiasi yang diukur oleh detektor. Yang ada hanyalah sedikit partikel radioaktif yang sempat

terpancar dan tercampur dengan udara luar, namun hanya sedikit sekali intensitasnya. V. Simpulan Tegangan kerja utama dari detektor GeigerMuller yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 530 V. Jenis distribusi yang dapat digunakan untuk mengetahui pola sebaran dari peristiwa radioaktivitas ini adalah distribusi Normal dan Poisson. Semakin besar jumlah pencacahan saat pengukuran energi radiasi dilakukan, maka semakin baik distribusi yang terjadi. Semakin besar selang waktu pencacahan, maka semakin teliti nilai cacahan yang terdeteksi oleh detektor. VI. Pustaka [1] http://hyperphysics.phy-astr.gsu.edu/ hbase/nuclear/radact.html (diakses pada 24 September 2013, 21.42 WIB) [2] http://www.batan.go.id/pusdiklat/ elearning/Pengukuran_Radiasi/Dasar_02.h tm (diakses pada 24 September 2013, 22.14 WIB) [3] http://www.daviddarling.info/images/ Geiger-Muller_counter.png [4] http://www.batan.go.id/ptrkn/file/ (diakses pada 26 September 2013, 06.56 WIB) [5] Sudjana. 1975. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung

LAMPIRAN
Tabel 1. Tabel tegangan kerja dan nilai cacahan

VGM 350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450 460 470

Nilai Cacahan 0 0 0 0 0 9 98 137 126 139 139 131 129

VGM 480 490 500 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600

Nilai Cacahan 150 136 131 142 130 143 146 145 149 138 161 133 123

Selang waktu pencacahan = 10 s

Tabel 2. Tabel data pengamatan dengan m=50, t=10 s

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nilai Cacahan 143 131 126 137 130 136 133 124 146 138 127 137 119 165 121 125 134 151 122 130 123 121 135 121 135

m 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Nilai Cacahan 129 142 137 134 141 129 161 133 128 112 137 119 142 130 139 148 152 106 137 156 130 165 132 138 152

Tabel 3. Tabel data pengamatan dengan m=100, t=10 s

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nilai Cacahan 128 141 127 148 128 146 152 146 124 125 115 148 146 134 126 119 122 126 150 132 147 113 140 139 107

m 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

Nilai Cacahan 143 119 134 121 116 134 131 129 149 148 147 125 140 143 153 133 150 126 141 139 126 125 132 126 122

m 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75

Nilai Cacahan 137 136 142 120 141 141 139 143 136 157 138 146 140 152 141 122 119 134 140 136 123 135 131 139 140

m 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

Nilai Cacahan 146 137 125 130 147 118 126 127 158 124 139 126 125 143 145 132 116 136 136 145 136 140 111 146 143

Tabel 4. Tabel data pengamatan dengan m=25, t=1 s

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Nilai Cacahan 9 12 19 13 13 19 11 10 21 18 17 9 9

m 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nilai Cacahan 14 13 17 12 7 16 18 14 20 17 13 25

Tabel 5. Tabel data pengamatan dengan m=25, t=10 s

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Nilai Cacahan 130 132 131 158 150 142 139 135 138 126 144 134 135

m 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nilai Cacahan 118 135 129 143 127 163 142 145 151 122 139 147

Tabel 6. Tabel data pengamatan dengan m=25, t=10 s, tanpa Cs-137

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Nilai Cacahan 6 8 7 5 0 2 4 5 6 5 7 7 5

m 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nilai Cacahan 6 9 4 6 3 1 6 4 2 6 4 1

You might also like