You are on page 1of 121

Apresiasi Inovasi

Apresiasi Inovasi
E.1. PENDAHULUAN
ntuk memperoleh data dan informasi komprehensif yang mempunyai keterkaitan
dengan institusi lain dalam menangani permasalahan, perlu dilakukan kegiatan
studi literatur berdasarkan buku-buku yang sudah dirilis secara resmi oleh pihak
berwenang. Dalam pekerjaan ini studi literatur dilakukan dengan membaca dan
mempelajari melalui; buku laporan, text-book, gambar desain, jurnal, proceeding
hasil seminar dan lain sebagainya. Dengan kegiatan studi literatur ini telah banyak
diperoleh informasi yang sangat berharga dalam melaksanakan pekerjaan ini.
Informasi mengenai pantai, permasalahannya dan berbagai jenis bangunan
pengaman pantai yang diperoleh, telah banyak memberikan improvisasi didalam
menentukan pengamanan pantai yang lebih efektif, tepat, ekonomis, dan sesuai
dengan kondisi setempat dengan mengajukan beberapa alternatif pengamanan.
Banyaknya informasi yang didapat akan membawa kita untuk berfikir yang realistis
dalam melaksanakan pekerjaan sehingga langkah-langkah dan skenario yang
diterapkan benar-benar berbasis kepada alur fikir yang rasional, jelas dan terarah.
U
U
E.2. BANJIR
Permasalahan banjir kelihatan sepele tetapi menjengkelkan, banyak pihak tidak
bisa memungkiri hal ini. Mulai dari masyarakat pengguna perumahan, jalan, industri
& real estate, pertanian bahkan pemerintah merasakan hal tersebut.
Saat ini, setelah terjadi bencana banjir di hampir seluruh wilayah negeri, mulailah
manusianya sadar akan pentingnya mencegah banjir secara lebih dini. Kesadaran
tersebut terlihat dari mulai dilakukannya sosialisasi dan penyuluhan tentang
menjaga kelestarian DAS (Daerah Aliran Sungai) serta pelaksanaan program
penghijauan di gunung-gunung yang gundul. Walaupun dalam prakteknya hal ini
U s u l a n T e k n i s E - 1
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
tidak semudah mengucapkannya, kawasan hutan kita masih dijarah disana-sini.
Untuk perhatian bahwa Saat kita menyadari bahwa DAS kitas sudah rusak,
maka hampir tidak mungkin untuk menata kembali seperti semula,
meskipun disediakan dana yang besar, itupun memerlukan waktu yang
tidak sebentar.

Gambar E. 1 Penanganan Terpadu Banjir Kawasan Daerah.

U s u l a n T e k n i s E - 2
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 2 Klasifikasi usaha struktural dan non struktural dalam
manajemen dataran banjir.
E.2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan
Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada
musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia menglamai
bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun berulang, namun
permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung
makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamnnya, maupun
durasinya.
Permasalahan banjir perkotaan diakibatkan :
- Pertambahan penduduk yang sangat cepat.
- Urbanisasi.
- Pemanfaatan lahan yang tidak tertib.
- Belum konsistennya pelaksanaan hukum.
- Pembangunan yang tidak melibatkan masyarakat secara aktif.

U s u l a n T e k n i s E - 3
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 3 Pengaruh urbanisasi pada daerah tangkapan air terhadap laju
limpasan.
Gambar E. 4 Proses pembangunan infrastruktur yang kurang melibatkan
masyarakat.
Gambar E. 5 Proses pembangunan yang melibatkan masyarakat sejak
awal, sehingga hasilnya diterima oleh masyarakat.
U s u l a n T e k n i s E - 4
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 6 Siklus dan tahapan pembangunan yang lengkap.
E.2.2 Penyebab Banjir dan Konsep Penanggulangannya
E.2.2.1 Lokasi Hilir dan Muara
Sungai bermuara ke laut, yang umumnya terletak pada kawasan pantai
yang datar, dan rawan banjir. Banyaknya hambatan yang dialami oleh
aliran sungai, merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah dalam
era otonomi yang baru dibentuk.
- Gelombang pasut (pasang/surut) air laut : membentuk semacam
tembok penghalang di muara sungai, sehingga terjadilah back water.
Selama ini, aliran sungai dimuara harus dilindungi dengan tanggul,
supaya air tidak tumpah ruah, dan menimbulkan banjir.
- Kota besar biasanya berkembang pada muara sungai, dan bangunan
yang tumbuh disepanjang sungai mengganggu aliran sungai. Sampah
dari warga kota, dibuang kedalam sungai sehingga mengurangi
kapasitas sungai tersebut.
- Endapan banyak terjadi pada muara sungai, sehingga kapasitas aliran
berkurang drastis. Belum lagi, bentuk sungai dikawasan pantai yang
berkelok-kelok, ikut menyulitkan aliran, sehingga banyak menimbulkan
banjir.
- Kawasan hilir sungai banyak bendung, karena lokasi ini sangat strategis
untuk mencetak sawah yang luas, mengingat topographi daerah yang
relatif datar. Aliran sungai harus berkompromi dengan bendung
tersebut, khususnya pada saat sungai tersebut banjir.
Masih ada setumpuk hambatan aliran lagi, yang harus disikapi dengan arif
dan diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
U s u l a n T e k n i s E - 5
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.2.2.2 Sistem Konstruksi Penahan Pasang Surut Air Laut
Cara konvesional ini masih banyak dipakai, dimana-mana :
- Dengan memasang pintu air dimuara sungai, yang dibantu oleh Kolam
Tandon.
- Yang lebih murah adalah membangun tanggul tanah sepanjang kiri dan
kanan muara sungai, agar back-water pada waktu laut pasang tidak
tumpah ruah ke daratan dan menyebabkan banjir.
E.2.2.2.1 Pintu air pasang dan kolam tandon
Air laut yang sedang pasang, sangat mengurangi kapasitas muara sungai.
Pintu air dimaksudkan untuk menyekat air laut yang sedang pasang.
Sementara itu, air banjir disimpan didalam Kolam Tandon. Sebaliknya,
setelah air laut surut, maka pintu air dibuka, sehingga aliran sungai
berlangsung ke laut dengan lancar (lihat Gambar E.7).
Oleh karena mahal harganya, maka pintu air dibuat sempit, asal cukup
memadai. Sedangkan dasar pintu diberi konstruksi penahan endapan
lumpur, pasir, dan lain-lain dari muara, agar tidak memasuki sungai (lihat
Gambar E.8.).
U s u l a n T e k n i s E - 6
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi

Gambar E. 7 Denah Kolam Tandon di Muara Sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 7
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 8 Pintu Pasang Air Laut Beraliran Sub-kritikal.
Aliran Sub-Kritikal, berarti garis tinggi kritis dibawah muka air normal,
sehingga tidak terjadi perpotongan antara muka air dengan garis tinggi
kritis. Berarti disini tidak terjadi Loncat air.
Gambar E. 9 Pintu Pasang Air Laut Beraliran Super-Kritikal.
Desain yang ekonomis adalah dengan mematok MSL (Mean Sea
Level/Ketinggian Muka Air Laut Rata-rata) sebagai tail water pintu air
pasang. Jadi, pintu akan ditutup pada saat elevasi muka air laut diasat
MSL, dan sebaliknya pintu dibuka pada saat elevasi muka air laut dibawah
MSL (lihat Gambar E.10).

Gambar E. 10 Elevasi Desain Pintu Air Pasang.
U s u l a n T e k n i s E - 8
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.2.2.2.2 Tanggul Sepanjang Muara Sungai
Cara lain untuk menangkal tingginya pasang air laut adalah dengan
membuat tanggul tanah sepanjang muara sungai. Pemasangan tanggul
tanah harus ada batasnya, karena tanggul yang terlalu tinggi bisa
menyulitkan prasarana lain disekitar muara sungai tersebut.
E.2.2.2.3 Sistem Drainase Sekitar Tanggul Jadi Terganggu
Aliran dari kota atau desa disekitar muara sungai hanya bisa membuang air
hujan kedalam sungai yang sudah di tanggul, apabila muka air sungai
tersebut cukup rendah elevasinya. Tetapi, apabila muka air back water
terlalu tinggi, drainase terganggu total, seperti Gambar E.11.
Supaya aliran sungai besar jangan berbalik merambah kedalam drainase
kota dan desa, maka dibadan tanggul harus dipasang pintu katup, yang
bentuknya terlihat pada Gambar E.12.

Gambar E. 11 Pada Saat Banjir, Aliran Drainase Kedalam Tanggul Terhenti.
U s u l a n T e k n i s E - 9
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 12 Pintu Katup Sederhana dan Pintu Katup Apung.
E.2.2.3 Back Water di Hulu Bendungan
Pada kawasan hilir sungai banyak dijumpai bendungan yang berfungsi
menaikkan permukaan air dimusim kemarau, agar dapat ditumpahkan
kedalam sawah petani. Karena topographi, kawasan hilir relatif datar,
maka luasan sawah yang dapat dicetak sangatlah luas. Tetapi sebaliknya,
pada musim banjir, keberadaan bendung ini tidak dikehendaki, karena
menimbilkan back water dan banjir disebelah hulu bendungan.
U s u l a n T e k n i s E - 10
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 13 Back Water di Hulu Bendungan.
Perencanaan Irigasi kawasan hilir, sebaiknya dilaksanakan secara terpadu
dengan Perencanaan Drainase Kawasan Daerah. Belakangan ini sudah
banyak dipakai bendung gerak, seperti pintu air radial atau Bendung
karet.
E.2.2.4 Aliran Berkelok-kelok di Kawasan Muara
Sungai yang berkelok-kelok dibagian muara perlu diperhatikan dalam
perencanaannya. Pada aliran berkelok ini terjadi super elevasi, yaitu
kenaikan muka air disisi luar belokan dan penurunan muka air disisi
dalamnya. Hal ini perlu diperhatikan terutama bila disekitar sungai sudah
dibangun pemukiman.
E.2.2.5 Penyempitan Alur Sungai
Penyempitan alur sungai dikenal dengan istilah Bottle Neck yang
berupa penyempitan lebar sungai sebagai akibat dari formasi tebing sungai
yang tersusun dari batuan yang keras sehingga aliran yang ada tidak
mampu menciptakan lebar yang semestinya. Penyempitan ini juga bisa
disebabkan oleh ulah manusia.
E.2.2.6 Penyempitan Sungai dibawah Jembatan serta Pier
Penyempitan sungai dibawah jembatan ini bersifat sementara yaitu hanya
dibawah jembatan saja. Meskipun demikian akibat yang ditimbulkan dapat
menyebabkan banjir dibagian hulu sungi karena terjadi efek Back
Water.
E.2.2.7 Hambatan Aliran Sungai Karena Dorongan Arus Masuk
dari Samping
Didalam perjalannya ke laut, aliran sungai menerima arus masuk dari
samping kiri dan kanan. Arus tersebut bisa berupa anak sungai, atau
buangan kelebihan air dari sawah. Kalau sungai tersebut melewati kota
besar, arus masuk tersebut berupa air buangan domestik berasal dari
rumah penduduk kota tersebut, sebelum dibuang kedalam sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 11
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Tergantung pada konstruksi in-let dari arus masuk kedalam sungai
tersebut, maka sungai akan mengalami hambatan yang menyebabkan
kehilangan tinggi tekan sungai, dan dapat memicu terjadinya banjir pada
bagian hulu dari sungai tersebut. (lihat Gambar E.14.).
Gambar E. 14 Bangunan Inlet Arus Masuk Kedalam Sungai yang Kurang
Tepat.
Pada prinsipnya, aliran sungai jangan ditubruk secara frontal. Tertera pada
Gambar E.14, empat kasus yang salah dari konstruksi inlet kedalam
sungai :
(A) Pada tikungan sungai, kecepatan besar berada pada belokan luar. Oleh
karena itu, pada bagian ini jangan dimasuki arus, yang dapat menyebabkan
pusaran air karena belokan dalam, karena pada bagian ini, kecepatan arus
kecil. Dengan demikian kita dapat membantu, agar endapan yang
cenderung terjadi pada belokan dalam ini, bisa dikurangi semaksimal
mungkin.
(B) Sudut yang dibuat antara arus masuk dan sungai jangan terlalu tumpul dan
besar, sehingga memicu terjadinya pusaran air karena tumbukan secara
frontal.
(C) Setelah menerobos Abutment Jembatan, aliran sungai mengalami ekspansi.
Pada bagian hilir abutment ini jangan dimasuki arus, karena dapat
menganggu proses ekspansi aliran sungai, dan menimbulkan pusaran
karena tumbukan frontal.
(D) Pada saat aliran sungai mengalami kontraksi, serat aliran cenderung
berdasak-desakan untuk menuju bagian sungai yang menyempit. Pada
bagian ini jangan dimasuki oleh arus dari luar, karena tumbukan yang
terjadi dapat menyebabkan pusaran air yang serius.
U s u l a n T e k n i s E - 12
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.2.2.8 Hambatan Aliran Sungai Pada Gorong-Gorong
Oleh karena pertimbangan konstruktip dan ekonomis, perlintasan sungai
dengan jalan raya atau jalan kereta api berupa gorong-gorong. Tentu saja
perlintasan semacam inimemberikan hambatan tersendiri yang dapat
memicu banjir dibagian hulu sungai, apabila tidak diperhitungkan secara
cermat.
Mengingat posisi muka air disebelah hulu gorong-gorong tersebut, maka
dapat dibedakan dua macam jenis pengaliran sungai, seperti terlihat pada
Gambar E.15.
Gambar E. 15 Jenis Pengaliran Sungai Menerobos Gorong-Gorong.
E.2.2.9 Perubahan Fungsi Saluran dari Irigasi menjadi Drainase
Pertambahan penduduk perkotaan yang sangat pesat, membutuhkan lahan
yang lebih luas. Akibatnya, banyak sawah diurug untuk kawasan
pertumbuhan baru. Saluran irigasi yang ada dipaksa menjadi saluran
drainase untuk kawasan perumahan baru tersebut. Terjadilah salah fungsi
yang fatal, dan menyebabkan banjir. Tabel E.1 menjelaskan perbedaan
fungsi yang sangat bertolak belakang antara saluran irigasi dengan saluran
drainase. Sedang Gambar E.16 dan E.17 melukiskan kronologis sebelum
dan sesudah sawah diurug.
U s u l a n T e k n i s E - 13
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Tabel E. 1 Perbedaan fungsi saluran irigasi dengan drainase.


Gambar E. 16 Ilustrasi saluran irigasi dan drainase.

Gambar E. 17 Sawah diurug untuk perumahan.
U s u l a n T e k n i s E - 14
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Pilihan muara drainase yang salah, bisa menyebabkan banjir !
Mengurug sawah untuk lahan perumahan baru, harus diikuti dengan
pemilihan muara drainase yang benar Bermuara kedalam Saluran Irigasi,
jelas pilihan yang salah, dan menyebabkan banjir, seperti terlihat pada
Gambar E.17.
Kesalahan pemilihan muara drainase bisa terjadi pada banyak kasus
lainnya. Dibawah ini diuraikan beberapa kiat untuk memilih muara
drainase yang benar:
- Pilih muara drainase sejauh mungkin ke hilir sungai (Gambar E.18).
Sesuai dengan muka air banjir. Bermuara pada hilir sungai dengan peil banjir
yang rendah banyak memberikan manfaat terhadap sistem drainase perumahan
yang kita rencanakan :
1) Muka air saluran primer lebih curam, dimensi saluran lebih kecil, effek
back water tidak begitu berpengaruh.
2) Urugan tanah untuk lahan perumahan yang dibangun bisa lebih hemat,
yaitu dengan peil banjir yang lebih rendah, tentunya.
- Pilih Muara Drainase disebelah hilir bendung irigasi (lihat Gambar E.19).
Tentunya saja disebelah hilir Bendung Irigasi Peil Banjir jauh lebih rendah,
dibanding sebelah hulunya, karena terpengaruh effek pembendungan (back
water).
Gambar E. 18 Pilih muara sejauh mungkin ke hilir sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 15
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 19 Pilih muara dihilir bendung bendung irigasi.
- Kalau ada Tandon Banjir didekat anda, mintalah izin untuk bermuara
kedalam tandon tersebut, jangan bermuara langsung ke laut, atau sungai
besar.
Pada Gambar E.20 diperlihatkan muara drainase yang benar kedalam
Tandon Banjir.
Kebutuhan anda akan Peil Banjir yang rendah didalam Tandon akan
terpenuhi, karena Tandon memiliki Pintu Air dan Pompa yang dioperasikan
untuk mendapatkan Peil Banjir yang rendah elevasinya.
Boleh saja, anda bermuara langsung ke laut atau sungai besar, tetapi
mungkin, anda harus menyediakan pintu air dan pompa sendiri, agar muara
drainase memperoleh Peil Banjir yang rendah elevasinya. Jelas, lebih mahal
bukan !
- Kalau ada pilihan kedalam dua buah sungai, maka pilihan yang paling
rendah elevasi peil banjirnya. Hal ini diperlihatkan pada Gambar E.21.
Masih banyak kasus kesalahan pemilihan muara drainase yang mungkin
belum tercakup pada uraian diatas. Pada prinsipnya pilihan diarahkan pada
Peil Banjir Rendah. Tentu anda ingin menanyakan, bagaimana
mengetahui besarnya elevasi Peil Banjir sebuah sungai, tandon, dan lain-
lain. Cara paling mudah adalah menghubungi Departemen Pekerjaan
Umum di Jakarta, atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah. Karena mereka
telah banyak melakukan studi yang antara lain untuk menghitung Peil
Banjir dari wilayah drainase mereka. Sekaligus, anda dapat memperoleh
U s u l a n T e k n i s E - 16
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Masterplan Drainase, sehingga perencanaan anda tinggal mengacu pada
studi ini.
Khusus untuk Kota Jakarta , ada Dinas Pekerjaan Umum DKI, Subdin Tata
Air di Jatibaru Jakarta. Dinas ini memiliki Kopro Banjir Jakarta, sehingga
banyak studi, Masterplan Drainase Kota Jakarta yang telah dihasilkan.
Mungkin anda dapat memperoleh mengenai Peil Banjir, dari instansi ini.
Gambar E. 20 Pilih muara dihilir bendung bendung irigasi.
Gambar E. 21 Bermuara kesungai yang rendah peil banjirnya.
U s u l a n T e k n i s E - 17
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Khusus untuk anda yang bergerak dalam pengadaan perumahan
(Developer Real Estate) di Jakarta, ada kewajiban untuk mengurus IMP
(Izin Membangun Prasarana) yang dikeluarkan oleh DPU-DKI. Persyaratan
teknis yang harus anda lengkapi :
- Gambar Rencana Site Plan yang sudah disahkan oleh Dinas Tata Kota.
- Hasil Survey Topografi yang sudah disahkan oleh Subdin Survei DPU-DKI,
yang memuat peil ekisting, berupa elevasi yang terkait pada sistem Kopro
Banjir DKI.
- Gambar rencana sistem drainase dan prasarana lain, lengkap dengan pilihan
lokasi pembuangan akhir (muara drainase).
Selanjutnya anda akan mendapatkan informasi dan pengarahan mengenai
Peil Banjir dan ke sungai mana anda harus bermuara. Dengan demikian
bangunan perumahan yang akan anda bangun tidak mengalami banjir, dan
ikut mencegah permasalahan banjir di Jakarta. Pada akhirnya, bangunan
ini, toh akan diserah terimakan kepada Pemda DKI, sehingga sedari awal
Pemda hendak mengarahkan dan mengurangi kemungkinan kesalahan peil
banjir dan kesalahan sistem drainase yang dibuat.
E.2.3 Prasarana dan Sarana(Infrastruktur)
Prasarana dan sarana atau infrastruktur diartikan sebagai fasilitas fisik
suatu kota atau negara yang seringg disebut pekerjaan umum (Grigg,
1988). Pekerjaan umum (public works) telah didefinisikan oleh American
Public Works Assocation (APWA) sebagai berikut (Stone, 1974).
Public works area the physical structures and facilities that area developed
or acquired by the public agenices to house governmental functions and
provide water, power, water disposal, transportation, and similar sevices to
facilitate the achievemnet of common social and economic objective.
Definisi yang lain diberikan oleh AGCA (Associated General Contractors of
American), untuk semua aset yang berumur panjang yang dimiliki oleh
pemerintah daerah, maupun pusat dan utilias yang dimiliki oleh pengusaha
(Kwiatkowski, 1986).
U s u l a n T e k n i s E - 18
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
The nations infrastrukture is its system of public facilities, both publicly
or privately funded, which provide for the delivery of essential services and
a sustained standard of living. This interdependent, yet self-contained, set
of structures provides for mobility, shelter, services, and utilities. It is the
nationss highaways, bridges, railroads, and mass transit systems. It is our
sewers, sewage, sewage teratment plants, water supply systems, and
reservoirs. It is our dams, locks, waterways, and ports. It is our electric,
gas, and power producing plants. It is our court houses, jails, fire houses,
police stations, schools, post offices, and government buildings. Americas
infrastructures is the base upon which society rests. It is condition affects
our life styles and security and each is threatened by its un answered
decay (AGCA, 1982).
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil)
mendefinisikan prasarana dan sarana sebagai berikut (CBUIM, 2002) :
Prasarana dan sarana merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan
untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam
suatu ruang yang terbatas agar manusia dapat bermukim dengan nyaman
dan dapt bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga
dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya
dalam mempertahankan kehidupannya.
Secara lebih lugas dapat dikatakan bahwa infrastruktur (perkotaan) adalah
bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-
instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya
suatu sistem tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Infrastruktur
merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga mampu
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sebagai suatu sistem,
komponen infrastruktur pada dasarnya sangat luas dan banyak, namun
secara umum terdiri dari 12 komponen sesuai dengan sifat dan
karakternya, yaitu :
1) Sistem air bersih, termasuk bendungan, waduk, transmisi, instalasi
pengolah air, dan fasilitas distribusinya.
2) Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, pengolah,
pembuangan (disposal), dan sistem pakai ulang (reuse).
3) Fasilitas manajemen limbah padat atau persampahan.
4) Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, rel kereta api, dan lapangan
terbang.
U s u l a n T e k n i s E - 19
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
5) Sistem transt publik.
6) Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusinya.
7) Bangunan umu, seperti pasar, sekolahan, rumah sakit, kantor polisi dan
fasilitas pemadam kebakaran.
8) Fasilitas perumahan.
9) Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion.
10)Fasilitas perumahan.
11)Taman, tempat bermain, fasilitas rekreasi, dan stadion.
12)Fasilitas telekomunikasi.
Dari keduabelas komponen tersebut, dapat dikelompokkan ke dalam 7
(tujuh) grup infrastruktur, yaitu :
1) Kelompok air; meliputi air bersih, sanitasi, drainase, dan pengendalian
banjir.
2) Kelompok jalan; meliputi jalan raya, jalan kota, dan jembatan.
3) Kelompok sarana transportasi; meliputi terminal, jaringan rel dan
stasiun kereta api, pelabuhan, dan pelabuhan udara.
4) Kelompok pengelolaan limbah; meliputi sistem manajemen limbah
padat (persampahan).
5) Kelompok bangunan kota, pasar dan sarana olah raga terbuka (outdoor
sports).
6) Kelompok energi; meliputi produksi dan distribusi listrik dan gas .
7) Kelompok telekomunikasi.
Sebagai suatu sistem yang terdiri dari banyak komponen, maka
perencanaan infrastruktur harus mempertimbangkan keterkaitan dan
keterpengaruhan antar komponen, beserta dampak-dampaknya.
Perencanaan infrastruktur merupakan proses dengan kompleksitas tinggi,
multi disiplin, multi sektor, dan multi user. Oleh karena itu, perencanaan
infrastruktur tidak bisa sektoral, namun juga tidak bisa terlalu global. Jika
perencanaan terlalu spesifik (besifat sektoral) tanpa mempedulikan
komponen lain, maka akan banyak bertabrakan dengan komponen lainnya.
Sebaliknya jika terlalu global, hasilnya tidak akan efektif (Grigg, 1988).
Perencanaan yang (mungkin) paling baik adalah yang berada diantaranya,
yaitu perencanaan yang didasarkan pada pendekatan permasalahan secara
global pada tingkatan yang tepat dengan mempertimbangkan secara
matang segala dampak eksternalnya, namun masih berkonsentrasi secara
spesifik pada persoalan utama yang ingin dipecahkan.
E.2.4 Infrastruktur Air Perkotaan
U s u l a n T e k n i s E - 20
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Infrastruktur air perkotaan meliputi tiga sistem, yaitu sistem air bersih
(urban water supply), sistem sanitasi (waste water), dan sistem drainase
air hujan (storm water system). Ketiga sistem tersebut saling terkait,
sehingga idealnya dikelola secara integral seperti diilustrasikan pada
Gambar 1.16. Hal ini sangat penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya dan fasilitas, menghindari ketumpang-tindihan tugas dan
tanggung jawab, serta untuk keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya air.
Sebagai contoh, penanganan air hujan dapat dimanfaatkan (sistem
drainase) untuk pengisian air tanah sebagai sumber air bersih.
Gambar E. 22 Sistem infrasturktur perkotaan (Grigg, 1996).
Sistem Air bersih (urban water supply system)
Gambar E. 23 Sistem air bersih (Grigg, 1996).
Sistem Sanitasi (Urban watewater system)
U s u l a n T e k n i s E - 21
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 24 Sistem manajemen air limbah (Grigg, 1996).
E.3. KONSEP DRAINASE
Banjir yang kerap kali terjadi memerlukan penanganan secara komprehensif, tidak
hanya menggunakan metode konvensional melainkan juga dengan metode
penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun yang dimaksud metode
konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai, pembuatan talud, dan
berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode ekohidrolik bertitik
berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya retensi lahan
terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan konsep
penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan faktor
hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu
diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan
penyebab banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air
di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan
sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir
juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang bersangkutan.
U s u l a n T e k n i s E - 22
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Konsep
Drainase
Konvensional
Eco-Drainage
Pembuatan sudetan
Normalisasi sungai
Pembuatan konstruksi sipil
Retensi air
Gambar E. 25 Konsep konvensional dan Eco-drainage.
Gambar E. 26 Ilustrasi ideal penanggulangan banjir dengan konsep
Ekohidrolik.
E.3.1 Drainase Ramah Lingkungan
U s u l a n T e k n i s E - 23
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Eco-drainage atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang
memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu
yang baru bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made
world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat dengan ramah
terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah
terhadap manusia.
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistim drainase sampai saat ini
masih menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus
secepatnya dibuang ke hilir dan atau ke laut. Baru kemudian disadari
bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini ketika
didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air antara
ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin
banyak.
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah,
karena disedot untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk
keperluan primer manusia seperti air minum, tetapi juga untuk keperluan
sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit air ini adalah semakin
menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibat semakin
membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang
terjadi di musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air
di bagian hulu dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha
membangun sistim tampungan (tandon) air pada sistim drainase. Hal ini
berakibat menurunnya recharging air tanah dan pada gilirannya kemudian
berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau menghilangnya
mata air-mata air dari hulu sungai.
Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah
lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama
dengan filosofi pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam
skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek
negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungan-
tampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang
dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi
diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas,
U s u l a n T e k n i s E - 24
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
sedangkan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah
lingkungan digerakkan oleh public community.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi
oleh program pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai
bidang, sebagai berikut:
1. Sistem pembuangan air hujan di rumah
2. Saluran drainase sebagai long storage
3. Penyediaan taman dan kolam di kompleks perumahan
4. Peningkatan luas badan air
5. Penataan kawasan sekitar waduk
6. Pemeliharaan kebersihan
7. Penataan saluran drainase di kawasan industri
Penjelasan singkat mengenai bagian-bagian di atas akan diuraikan di
bawah ini.
E.3.2 Sistem Pembuangan Air Hujan di Rumah
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan
sebanyak mungkin diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di
setiap unit rumah dapat mengikuti alur sebagai berikut :
Air hujan bungker air sumur resapan saluran
Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar E.27
berikut:
U s u l a n T e k n i s E - 25
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
bunker air
air hujan
sumur
resapan
selokan
pengisian
air tanah
air dapat
digunakan
untuk
berbagai
keperluan
air hujan
ditampung
dalam bunker
kelebihan air
dari bunker
mengalir ke
sumur resapan
kelebihan air dari sumur resapan
mengalir ke selokan
Gambar E. 27 Ilustrasi alur air hujan di rumah.
1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker
air. Air yang ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menyiram
tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk keperluan-keperluan
diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini dapat
secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air
dialirkan menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi
sebagai pengisian kembali air tanah.
3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan
kemudian dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal
ini merupakan tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan air
agar dapat meresap ke dalam tanah telah dilakukan
Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker
untuk tiap rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan
keseluruhan volume air hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam
suatu kompleks perumahan menggunakan cara seperti ini, maka jumlah
volume air yang dapat ditampung akan semakin besar. Hal ini juga berlaku
dalam penggunaan sumur resapan pada setiap unit rumah. Walaupun
volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit rumah tidaklah
besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah volume
air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
U s u l a n T e k n i s E - 26
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.3.3 Saluran Drainase Sebagai Long Storage
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah
yang lebih rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk
beberapa kawasan, long storage ini diperlukan karena air tidak dapat
dibuang langsung ke laut akibat adanya pengaruh pasang surut. Namun
untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat berfungsi sebagai
bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang menyerap ke
dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup
penting untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai
kotoran yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long
storage tersebut, air yang ada dapat digunakan untuk melakukan
penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat akan dilakukan
penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air maupun
bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi
persyaratan, perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor
retensi air, dengan konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin
besar.
E.3.4 Kolam Tamandi Kompleks Perumahan
Kolam taman yang ada pada komplek perumahan selain berfungsi sebagai
bagian dari upaya penghijauan, juga dapat difungsikan sebagai bagian dari
proses retensi air. Ilustrasi kolam taman disajikan pada Gambar E.28.
Dalam perencanaan kompleks perumahan, ada baiknya didesain sistim
drainase sedemikian sehingga dapat berfungsi sebagai kolam taman untuk
lingkungan, penyediaan air untuk taman dan untuk kondisi darurat, misal
kebakaran, serta recharging air tanah. Kolam taman dalam komplek
dikelola oleh unit masyarakat dalam komplek tersebut, misalnya dikelola
oleh masyarakat satu RW, dengan jadwal piket setiap RT.
U s u l a n T e k n i s E - 27
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
kolam
taman
rumah
rumah
rumah rumah
rumah
Gambar E. 28 Ilustrasi kolam taman di kompleks perumahan.
Untuk perencanaan kawasan perumahan baru, kolam tanam ini dapat
dibangun satu unit untuk setiap sekian unit rumah yang dibangun di
kompleks yang bersangkutan.
Gambar E. 29 Pengurangan debit puncak dengan kolam tandon
(tampungan sementara).
U s u l a n T e k n i s E - 28
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
KAPAN DIPAKAI TANDON BANJIR ?
Kata Tandon berasal dari Bahasa Jawa, yang artinya reservoir atau
waduk. Di-Jakarta, anda tentu pernah mendengar Waduk Pluit, Setiabudi
dan lain-lain. Kalau dinegeri Belanda, sebutannya adalah polder,
sehingga negeri bawah laut Belanda, sering disebut Negeri Kincir Angin.
Dulu, kincir angin ini dipakai untuk menggerakkan pompa polder.
Dinegeri kita, pemakaian tandon banjir bukan suatu keharusan. Kalau
bisa, malahan harus dihindari, karena tandon banjir biasanya harus
dilengkapi dengan pompa yang sulit dan mahal, Operasi &
Pemeliharaannya.
Secara skematis Gambar E.30 memberikan urutan menu dan kendala
penanganan banjir, dimana tandon banjir dan pompa, jatuh pada pilihan
terakhir. Meskipun pada dekade ini, normalisasi saluran induk sempat
mencuat sebagai prioritas yang rendah, karena benturan yang tidak
terelakkan dengan pembebasan lahan.
Gambar E. 30 Urutan Menu dan Kendala Penangan Banjir.
U s u l a n T e k n i s E - 29
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Pilihan untuk membangun kolam tandon mencuat, ketika saluran induk
drainase harus bermuara pada lokasi yang sulit, seperti :
o Langsung ke laut, dengan pasang naik yang tinggi.
o Melewati tanggul sungai besar yang muka banjirnya tinggi.
Lokasi ini menyebabkan saluran induk drainase mengalami efek back-
water. Khususnya, pada saat debit puncak drainase terjadi pada saat yang
bersamaan dengan pasang naik air laut atau banjir sungai besar, sehingga
menimbulkan luapan dan banjir.
Keadaan ini dilukiskan pada Gambar E.31 dimana ada dua pilihan untuk
menurunkan muka air back water, yaitu :
o Saluran induk di normalisasi (dilebarkan dan diperdalam).
o Di buat tandon banjir dimuaranya. Kalau perlu dipasang pintu air,
dan pompa untuk memompa air tandon langsun ke laut atau sungai
besar.
Pada kawasan perkotaan, saluran induk melewati permukiman padat,
kumuh, sehingga normalisasi tidak bisa lepas dari dampak negatif,
seperti :
o Memerlukan pembebasan lahan, pembongkaran rumah, pemindahan
penduduk, relokasi fasilitas kota, memperpanjang jembatan kota,
dan lain-lain.
o Pada banyak kasus, back-water tidak berhasil diturunkan tuntas,
sehingga masih memerlukan tanggul, akibatnya saluran
sekunder/tersier sulit membuang alirannya ke saluran induk.
o Mempermudah air laut memasuki daratan, dan menyebabkan intrusi
air laut.
o Dengan normalisasi, endapan makin mudah terbentuk. Semakin
lebar sungai, maka kecepatan aliran berkurang drastis.
Semakin lebar saluran, semakin sulit proses pengedukan lumpurnya. Paling
tidak harus dipakai alat berat, padahal dulu cukup dikeduk dengan tenaga
manusia.
U s u l a n T e k n i s E - 30
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 31 Ilustrasi penggunaan tandon.
E.3.5 Peningkatan Luas Badan Air
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya
retensi sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai,
sempadan sungai, dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara
menanami kembali sempadan dan sungai yang telah rusak serta
U s u l a n T e k n i s E - 31
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah di sepanjang
sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir.
E.3.6 Penataan Kawasan Sekitar Waduk
Untuk mendukung terciptanya kawasan waduk yang asri dan terpelihara,
perlu diciptakan kondisi yang memungkinkan masyarakat memiliki peran
dalam pemeliharaan kondisi kawasan sekitar waduk. Hal ini dapat
dilakukan diantaranya dengan membuat daerah hijau dan taman di
sekeliling waduk, yang dilengkapi dengan jalan sebagai bagian dari sarana
rekreasi.
E.3.7 Pemeliharaan Kebersihan
Sebagai bagian dari penataan sistem drainase yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat, pemeliharaan kebersihan merupakan salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat.
Sedimen dan sampah yang menyumbat di saluran merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya banjir dan genangan. Dengan peran aktif
masyarakat untuk membersihkan saluran dalam ruang lingkup kecil di
sekitar tempat tinggalnya secara rutin maka pemeliharaan sistem drainase
dalam ruang lingkup kawasan yang lebih besar pun akan terbentuk. Peran
serta masyarakat dalam pemeliharaan saluran saluran dari sedimen dan
sampah dapat berupa tindakan langsung pembersihan di lapangan, dan
dapat pula berupa penyediaan dana operasional bagi petugas kebersihan
yang ditunjuk.
E.3.8 Penataan Saluran Drainase di Kawasan Industri
Untuk kawasan industri, perencanaan saluran drainase dapat dilakukan
secara terpadu dengan perencanaan jalur kabel listrik, telepon, gas,
maupun kabel lainnya. Penempatan saluran air dan kabel dalam trase
utama di dalam tanah memungkinkan pemeliharaan dilakukan dengan
lebih mudah. Walaupun dalam jangka pendek investasi yang dikeluarkan
untuk konstruksi relatif tinggi, namun untuk jangka panjang biaya
pemeliharaan akan rendah.
U s u l a n T e k n i s E - 32
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4. KONSEP PEMBANGUNAN SUNGAI
BERWAWASAN EKOLOGI-HIDRAULIK (EKO-
HIDRAULIK) SEBAGAI SOLUSI
Konsep yang dapat digunakan dalam pengembangan wilayah sungai di Indonesia.
Konsep tersebut adalah konsep pendekatan integralistik Eko-Hidraulik, konsep
Harmonis dan keseimbangan, konsep kesatuan antara development dan
konservation, konsep drainasi kawasan ramah lingkungan, konsep distribusi banjir
dan konsep Eko-Hidraulik untuk penanggulangan banjir.
Konsep pembangunan sungai tersebut di atas berbeda dengan konsep
konvensional penanganan masalah sungai yang selama ini banyak dianut seperti
misal pembuatan talud, ndinding parapet, pembanguan tanggul, pelurusan,
sudetan, relokasi sungai, pembangunan bendung tanpa fishway dll. Konsep yang
akan dibahas ini merupakan landasan utama yang perlu dipakai untuk mengelola
wilayah sungai di Indonesia selanjutnya.
E.4.1 Pendekatan Integralistik Ekologi dan Hidraulik,
Harmonis Antara Perilaku Alamiah dan Pembangunan
dan Kesatuan Antara Konservasi dan Pembangunan
E.4.1.1 Integralistik Ekologi dan Hidraulik (Eko-Hidraulik)
Holistic concept: River is a complex system, therefore, it's development and
restoration needs holistic approach by giving considerations due to all
corresponding fields (Konsep holistik; Sungai adalah suatu sistem yang komplek,
oleh karena itu pengembangannya dan restorasinya memerlukan pendekatan
holistik dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang berhubungan dengan
sungai).
Definisi lama mengenai sungai, bahwa sungai adalah suatu alur di
permukaan bumi yang berfungsi sebagai saluran drainasi dan terdiri dari aliran air
dan sedimen terangkut, perlu diadakan koreksi secara subtansial. Sungai dalam
konsep integralistik didefinisikan sebagai suatu sistem keairan terbuka yang
padanya terjadi interaksi antara faktor biotis dan abiotis yaitu flora fauna disatu sisi
dan hidraulika air dan sedimen disisi yang lain, serta seluruh aktivitas manusia
yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 33
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Jadi pada pembangunan wilayah sungai dengan konsep integralistik, semua faktor
yang terkait perlu mendapatkan perhatian dengan porsi yang sesuai, sehingga
tidak ada komponen dalam ekosistem sungai yang hancur. Kehancuran salah satu
rantai ekosistem sungai (misal flora) maka akan menyebabkan kehancuran
komponen yang lain misal fauna, retensi hidraulis dan erosi tebing sungai. Gambar
dibawah ini menunjukkan komponen-komponen penyusun suatu sungai.
Gambar E. 32 Integralistik komponen ekologi-hidraulik (profit sungai)
Konsekuensi dari konsep integralistik ini adalah bahwa perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan maupun pengembangan sungai harus melibatkan
seluruh tenaga ahli yang kompeten pada masing-masing komponen ekosistem
sungai tersebut. Sungai yang selama ini hanya dikelola oleh salah satu instansi
(KIMPRASWIL) perlu sesegera mungkin diadakan perombakan dengan
memasukkan pengelola yang terkait lainnya seperti kehutanan, pertanian,
lingkungan hidup (ekologi), perindustrian dan Sosial. KIMPRASWIL atau Dinas PU
yang ada nampaknya tidak pernah akan mampu melaksanakan tugas pengelolaan
sungai secara multisektor.
E.4.1.2 Harmonis Antara Karakteristik Alamiah dan Pembangunan
Harmony concept: Technical river developments must be harmoniously
conducted with consideration of natural riverbehaviors (Konsep keseimbangan:
U s u l a n T e k n i s E - 34
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Teknik rekayasa pada sungai harus diharmoniskan dengan kondisi dan perilaku
alam). Dalam pembangunan di wilayah sungai, perilaku sistem alamiah sungai
perlu didefinisikan terlebih dulu secara mendetail (lihat Bab I Sungai Sebagai
Sistem Komplek dan Teratur).
Sungai dengan segala karakteristik alamiahnya telah membentuk komposisi
yang paling stabil dibandingkan dengan komposisi buatan. Sehingga perubahan
terhadap karakteristik alamiah akan menurunkan kemampuan sungai untuk
menjaga keseimbangannya. Perubahan karakteristik sungai oleh bangunan teknis
pertama akan direspon oleh sungai dengan berbagai perubahan karakteristik yang
tidak hanya terjadi di daerah yang diubah namun juga terjadi di bagian lainnya
dialur sungai yang bersangkutan.
Konsep keseimbangan adalah upaya yang perlu dilakukan dalam
penanganan sungai sehingga tidak mengganggu keseimbangan yang sudah ada.
Justru keseimbangan sungai tersebut perlu dimanfaatkan dalam rangka
pengembangan sekaligus konservasi.
Sebagai contoh dalam upaya mengatasi longsoran tebing dapat digunakan
dua pilihan penyelesaian yaitu dengan membangun talud memanjang alur sungai
dan dengan menanam vegetasi yang cocok di sepanjang alur sungai yang tererosi
tersebut. Pilihan pertama dipandang dari keseimbangan sungai sangat kontradiktif.
Karena dengan pembuatan talud, sungai akan mengalami destabilisasi. Di bagian
yang ditalud mengalami kenaikan kecepatan arus sehingga mengakibatkan erosi
dasar dan di bagian hilir setelah talud akan menerima energi yang tinggi yang
dapat menyebabkan erosi maupun banjir. Destabilisasi ini berlangsung bersamaan
dengan proses menuju stabilitas baru. Stabilitas barn akan memerlukan
kompensasi berupa erosi dan endapan di tempat-tempat tertentu yang sebelumnya
tidak ada. Stabilitas baru juga memerlukan waktu yang sulit diprediksi. Dengan
mengaktifkan kembali komponen ekologi vegetasi alamiahnya maka baik longsor,
banjir di hilir, mekanisme outflow inflow, kekeringan musim kemarau dll. dapat
dihindarkan. Gambar E.33 menyajikan perbandingan antara konstruksi yang
harmonis antara karakteristik sungai dan yang tidak harmonis.
U s u l a n T e k n i s E - 35
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 33 Perkuatan Tebing; bagian kanan harmoni antara
pembangunan dan karaktistik sungai (talud ramah lingkungan) sedang
bagian kiri tidak harmoni antara pembangunan dan karakteristik sungai
(talud tidak ramah lingkungan).
E.4.1.3 Kesatuan Antara Konservasi din Pembangunan (conservation and
development)
Integrated view of river development and conservation: Let rivers be natural
rivers, if their potentials must be exploited, measures must be taken to eliminate
all negative impacts from such developments (Eksplorasi dan konservasi sungai;
Sungai harus dipelihara seperti sungai alamiah, jika akin dibangun atau
dimanfaatkan potensinya, harus diusahakan sejauh mungkin untuk menanggulangi
dampak negatif yang muncul secara integral dari pembangunan ini).
Konsep exploitation-conservation ini merupakan konsep tunggal yang dalam
setiap penyelesaian permasalahan di wilayah keairan perlu digunakan secara
integral. Philosofi din metode yang dikembangkan harus secara otomatis
mengandung unsur development din conservation. Dalam hal ini konservasi tidak
hanya dipandang sebagai kegiatan pasif jika dampak negatif telah muncul, namun
sebagai kegiatan aktif yang dikembangkan secara bersama-sama dengan
development.
U s u l a n T e k n i s E - 36
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Sebagai misal sekali lagi ketika terjadi longsoran tebing sungai,
penyelesaian masalah bisa dilakukan dengan membuat talud beton atau pasangan
batu atau dengan membuat talud ramah lingkungan yang terbuat dari tumpukan
batu kosong din vegetasi. Dalam konsep river development and conservation maka
dipilih talud ramah lingkungan bukan talud beton atau pasangan batu karena talud
ramah lingkungan merupakan kombinasi dari pembangunan din konservasi sungai.
E.4.2 Drainasi Bebas Banjir dan Ramah Lingkungan
Drainage and resistance concept: Release of access waterto the rivers at an
optimal time which doesn't cause hygienic problems and flood problems such as
increase of river 'peak discharge' and accelerate of river 'peak time' (Konsep
drainasi din retensi; Drainasi air kelebihan ke sungai harus diusahakan sedemikian
sehingga tidak menyebabkan masalah kesehatan din tidak meningkatkan
kemungkinan banjir di hilir seperti meningkatkan banjir puncak din memendeknya
waktu mencapai puncak).
Konsep drainasi konvensional (lama) menekankan pada upaya membuang
atau mengatuskan air kelebihan, dalam hal ini air hujan secepatcepatnya ke
sungai. Konsep ini jika ditinjau lebih jauh akan menimbulkan dampak negatif yang
sangat besar. Dengan diatuskannya air kelebihan ke sungai kemudian ke laut akan
menyebabkan berbagai dampak negatif diantaranya
a. Konservasi air di kawasan yang didrain rendah, dengan kata lain terjadi
penurunan resapan air permukaan ke dalam tanah
b. Banjir di bagian hilir di musim hujan, karena akumulasi air drainasi yang
dibuang secepat-cepatnya ke sungai. Sedang pada musim kemarau terjadi
kekeringan, karena tidak ada suplai air dari air tanah ke dan dari sungai.
c. Fluktuasi debit sungai dan termasuk air tanah yang terkait akan sangat
tinggi pada musim hujan dan kemarau. Hal ini dapat meningkatkan
kelongsoran tanah.
d. Flukstuasi alamiah debit dan muka air sungai berubah, sehingga dapat
mengganggu ekosistem atau ekologi sepanjang sungai
e. Muka air tanah akan cenderung turun karena infiltrasi rendah. Penurunan ini
membawa akibat pada gangguan ekologi dan juga dimungkinkan terjadi
penurunan muka tanah (land subsidence). Pada musim penghujan seluruh
air permukaan didrain dan juga pada musim kemarau. Akibat proses ini
muka air tanah turun terbentuk ruang-ruang kosong dalam struktur tanah.
Ruang kosong dalam tanah ini memungkinkan terjadinya penurunan tanah
U s u l a n T e k n i s E - 37
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
diatasnya. Cara penanggulangan penurunan tanah ini adalah dengan cara
membuat kanal-kanal yang membagi-bagi daerah menjadi kawasan-
kawasan yang dikelilingi kanal. Kanal tersebut tidak berfungsi sebagai
pengatus air dari kawasan yang dibuang ke laut, namun berfungsi sebagai
kolam drainasi kawasan, yang padanya terkumpul air hujan kelebihan.
Tekanan air di kanal-kanal tersebut selanjutnya dapat mempertahankan
daya dukung tanah sekaligus mencegah terjadinya pori-pori kosong.
Solusi masalah konsep drainasi ini adalah dengan menetapkan konsep
drainasi ramah lingkungan. Dalam hal ini drainasi harus didefinisikan sebagai
usaha untuk mengalirkan air kelebihan (air hujan) dengan cara meresapkan air
kedalam tanah, menyimpan dipermukaan tanah untuk menjaga kelembaban udara
dan mengalirkan ke sungai secara proposional sehingga tidak menyebabkan
tambahan beban banjir di sungai.
Dalam segala aspek konsep drainasi konvensional perlu segara direvisi
dengan konsep drainasi ramah lingkungan, missal drainasi perkebunan, pertanian
(irigasi), drainasi kawasan, perkotaan dan perumahan. Drainasi yang sampai
sekarang digunakan untuk masalah tersebut adalah drainasi konsvensional.
Untuk perumahan misalnya, seluruh saluran drainasi perumahan
mengatuskan air dari wilayah perumahan tersebut dan dialirkan secepatnya ke
sungai. Dalam irigasi teknis, selalu dibangun saluran drainasi yang berfungsi
mengatuskan kawasan ketika musim hujan. Pada areal perkebunan dibuat drainasi
memotong kontur tanah untuk secepatnya mengatuskan air yang mungkin
tergenang. Pada wilayah perkotaan, semua mater plan kota mengguanakan
konsep drainasi konvensional dengan menarik garis terpendek dari wilayah yang
bersangkutan menuju sungai terdekat. Pola drainasi konvensional tersebut secara
simultan akan menjadi penyebab banjir dan kekeringan yang serius.
Gambar E.34 dan E.35 di bawah ini menyajikan revisi drainasi
konsvensional menjadi drainasi ramah lingkungan.
U s u l a n T e k n i s E - 38
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi


Gambar E. 34 Drainasi konvensional (atas) dan drainasi ramah lingkungan
(bawah)
U s u l a n T e k n i s E - 39
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi

Gambar E. 35 Drainasi perumahan ramah lingkungan dengan kolam
drainasi (kolam konservasi air hujan)
Hal lain yang memperparah dampak drainasi konvensional serta
memperparah dan mempercepat kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
konsep penyebaran pemukiman yang sangat distruktif bagi DAS yang
bersangkutan.
Penyebaran pemukiman yang terjadi di hampir seluruh wilayah di Indonesia
adalah "penyebaran merata"., dimana perumahan dan pemukiman menyebar
secara hortizontal ke seluruh DAS. Sehingga dalam waktu relatif pendek hampir
seluruh DAS terpenuhi pemukiman. Contoh penyebaran merata ini dapat kits
jumpai di wilayah Medan, Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, Makasar dll. Penyebaran horizontal ini mempunyai dampak
terhadap lingkungan yang sangat distruktif, karena DAS akan rusak total setelah
hanya sepertiga dari lugs DAS tersebut didirikan pemukiman. Hal ini disebabkan
karena setiap luasan perumahan membutuhkan areal 3 kali lipat dari luasan fisik
perumahan tersebut. Misalnya rumah tipe 36 biasanya membutuhkan lugs tanah
100 m2, rumah tipe 25 membutuhkan luas tanah 90 m2, dst.
Jika DAS telah dikuasai pemukiman, sedang drainasi pemukiman dan
sekitarnya menggunakan konsep drainasi konvensional seperti diuraikan
sebelumnya, maka banjir di hilir akan terjadi dengan intensitas tinggi dan
konservasi air di huiu menurun. Cara penyelesaian masalah ini adalah
mengembangkan konsep pemukiman ramah lingkungan, dengan cara membangun
daerah-daerah satelit dengan mengkonsentrasikan perumahan hanya di sekitar
daerah satelit tersebut. Perumahan harus didesain vertikal (rumah tingkat)
sehingga areal yang dibutuhkan mengecil. Berikut ini disajikan ilustrasi
U s u l a n T e k n i s E - 40
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
penyebaran pemukiman tidak ramah lingkungan (penyebaran jamur) dan yang
ramah lingkungan (penyebaran satelit).

Gambar E. 36 Penyebaran pemukiman tidak ramah lingkungan (A) dan
ramah lingkungan, penyebaran satelit terkonsentrasi dan vertikal (B)
Disamping secara drainasi sangat tidak direkomendasi, penyebaran
pemukiman merata dan horizontal ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan
wilayah keairan yang lebih lugs dan sulit untuk dilokalisir. Demikian juga polo
merata ini akan memakan dana yang sangat tinggi untuk pembangunan sarana-
prasarana dan seluruh infrastruktur pemukiman tersebut. Polo tersebut merupakan
polo yang sangat tidak efisien baik ditinjau dari sisi ekologi dan ekonomi.
E.4.3 Konsep Distribusi Banjir Eko-Hidraulik
Flood distribution concept: Disperse the local large floods into many small
floods along the river systems (Konsep distribusi banjir; Banjir lokal yang besar
U s u l a n T e k n i s E - 41
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
sebaiknya bisa dibagi-bagi menjadi banjir kecil-kecil di sepanjang alur sungai).
Sebenarnya banjir diperlukan oleh ekosistem sepanjang sungai sebagai faktor
penting kelangsungan hidup flora dan fauna sungai. Sedang flora dan fauna sungai
merupakan komponen sungai yang sangat vital kaitannya dengan peredaman
banjir dan erosi disepanjang alur sungai.
Kegiatan penanggulangan banjir dengan mengadakan normalisasi, sudetan
dan pelurusan sungai pada dasarnya hanya memindahkan banjir tersebut ke
bagian hilir. Jika dibagian hulu dan tengah dilakukan usaha penanggulangan banjir
dengan metode tersebut maka dapat dipastikan bahwa secara simultan akan
terjadi banjir besar di hilir. Banjir alamiah adalah banjir yang terjadi di sepanjang
alur sungai, yang sudah barang tentu debitnya relatif kecil karena didistribusi
merata sepanjang sungai.

Gambar E. 37 Ilustrasi banjir terdistribusi sepanjang aliran sungai
U s u l a n T e k n i s E - 42
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Distribusi banjir sepanjang sungai ini berfungsi sekaligus sebagai metode
konservasi air, karena distribusi berarti juga memperpanjang waktu meresap air
ke tanah. Dengan distribusi banjir di sepanjang sungai dapat memperkecil fluktuasi
debit sepanjang sungai. Fluktuasi debit yang stabil berarti menghindarkan banjir
musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Tentu saja perlu perbaikan di
daerah aliran sungainya.
_

Gambar E. 38 Banjir besar terkonsentrasi di satu tempat (bagian hulu
ditanggul, disudet ataun diluruskan)
E.4.4 Konsep Penanganan Sungai Kecil
Development, conservation and restoration of rivers muss be started from
the small rivers ("In the small thing hide the big thing') (pembangunan, konservasi
dan restorasi sungai; pembangunan dan restorasi sungai harus dimulai dari sungai
yang paling kecil, di dalam yang kecil itu tersimpan rahasia hal yang besar).
U s u l a n T e k n i s E - 43
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.4.1 Kekeringan di Daerah dan di Perkotaan
Kekeringan sebenarnya tidak hanya melanda daerah-daerah lahan pertanian,
namun di perkotaanpun sebenarnya dilanda kekeringan. Keringan perkotaan
umunya ditandai dengan rendahnya debit sungai-sungai kecil yang melintasi kota
yang bersangkutan atau bahkan tidak ada aliran air sama sekali. Sungai kecil dan
menengah di perkotaan biasanya menjadi keranjang sampah dan saluran comberan
kota yang "mambek", baunya menyengat tanpa ada penggelontoran.
Lebih dari 50 tahun pembangunan fisik Indonesia, khususnya pada
pembangunan wilayah keairan, melupakan pengelolaan dan pelestarian sungai
kecil. Ribuan bahkan jutaan sungai kecil yang sebenarnya dapat berfungsi untuk
menanggulangi kekeringan, mengendalikan banjir, mengkonservasi air dan ekologi
dari suatu kawasan, telah hancur total. Sungai kecil di hampir diseluruh daerah
perkotaan dan pinggiran telah dirubah menjadi saluran pembuangan limbah cair
dan padat serta dirubah bentuknya dari sungai alamiah dengan komponen ekologis
dan hidrologisnya menjadi kanal comberan yang busuk baunya dengan kualitas
yang sangat rendah.
E.4.4.2 Kesalahan Pemahaman Tentang Sungai Kecil
Kesalahan fatal ini terjadi jelas karena keawaman masyarakat terhadap filosofi dan
kegunaan sungai kecil. Pemahaman bahwa sebenarnya sungai kecil merupakan
bagian terpenting dari sistem sungai dan padanya tersimpan rahasia kejadian
kekeringan, banjir dan kerusakan wilayah keairan secara menyeluruh dari suatu
kawasan, sama sekali belum berkembang. Maka perlu dibuka fenomena barn
tentang pentingnya sungai kecil, berikut usaha yang diperlukan untuk melestarikan
dan merepitalisasikan fungsinya, sebelum kekeringan, banjir dan kehancuran
lingkungan yang lebih fatal terjadi.
Sungai dapat dibedakan secara sederhana menjadi kelompok sungai kecil,
sungai sedang dan sungai besar. Contoh sungai besar di Jawa misalnya; Bengawan
Solo, Ciliwung, Citandui, Brantas, dll, di Sumatra misalnya; Musi, Siak, Indragiri
dll., di Kalimantan misalnya; Mahakam, Kapuas, dll. Sungai sedang adalah anak
sungai langsung dari sungai-sungai besar tersebut. Sedangkan sungai kecil adalah
seluruh sungai setelah sungai sedang. Untuk lebih mudahnya, sungai kecil dapat
didefinisikan sebagai sungai yang umumnya melintas di sekitar kits yang lebarnya
hanya sekitar 0,5 m sampai 20 m saja baca Buku Eko-Hidraulika Pembangunan
Sungai, Maryono,A. 2002).
U s u l a n T e k n i s E - 44
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.4.3 Akibat Keterlantaran dan Pembangunan Sungai Kecil
Aktivitas manusia (antropogenik activities) dalam menangani sungai kecil
(juga pada sungai sedang dan besar) merupakan faktor yang sangat penting pada
perubahan ekologi maupun hidraulik sungai yang bersangkutan. Pembangunan
pada sungai kecil, misalnya; pembuatan talud pasangan batu dan beton,
pengurugan tebing sungai, penyempitan tampang sungai, menggunakan daerah
bantaran sungai kecil untuk fasilitas umum dll. Tanpa disadari bahwa kegiatan
tersebut sangat kontra produktif dan bahkan berpengaruh dapat menyebabkan
terjadinya kekeringan, banjir dan kerusakan ekologi lingkungan.
Dengan pembetonan tebing sungai misalnya, berarti menutup seluruh suplai
air tanah dari tebing sungai yang bersangkutan. Perlu disadari bahwa di sepanjang
tebing sungai terdapatjutaan mata air baik yang berskala mikro (kecil) maupun
makro (besar). Mata air ini lah sebagai pensuplai air utama di sungai kecil. Dengan
matinya jutaan mata air ini, maka debit sungai di musim kemarau akan mengecil
secara drastis. Kekeringan akan terjadi karena pasokan air dari dan ke sungai tidak
ado lagi. Lahan di sekitar sungai menjadi kering karena tidak dapat lagi terjangkau
air sungai kecil ini. Demikian juga, debit yang kecil ini jelas tidak mampu lagi
menjadi faktor pengencer air kotor sungai tersebut. Sehingga sungai-sungai kecil di
daerah perkotaan dan pinggiran pada musim kemarau dipenuhi oleh air limbah
perkotaan yang hampir tidak mengalir dan bahkan mengendap di badan sungai
yang bersangkutan. Pada musim penghujan, karena tampang alirannya yang
mengecil dan banyak endapan sampahnya, maka sungai kecil perkotaan ini tidak
mampu lagi meresapkan dan mengalirkan air yang ado di ingkungannya. Akibatnya
adalah terjadinya banjir dan genangan sampah di lingkungan tersebut.
Akibat lain dari pembuatan talud dinding sungai kecil ini adalah matinya
ekosistem sungai secara total. Berbagai jenis plankton, mikroorganisme air, biota
air, amphibi dan seluruh vegetasi tebing sungai mengalami kepunahan masal.
Seluruh amphibi sungai misalnya punch karena mereka tidak bisa naik dan turun ke
sungai lagi, sebagian besar ikon, kepiting, udang dan kerang punch karena
habitatnya berubah total. Dalam ilmu ekologi, kepunahan satu mata rantai utama
suatu ekosistem pasti berakibat kematian seluruh pendukung ekosistem lainnya.
Dengan hancurnya ekologi sungai kecil ini, maka sungai tidak mampu lagi untuk
menguraikan limbah yang ada. Sisasisa bahan organik sama sekali tidak dapat
diuraikan dan akan tetap membusuk dan tertahan di sungai tersebut. Inilah
penyebab utama kenapa sungai kecil di kota dan terutama yang telah dibeton atau
U s u l a n T e k n i s E - 45
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
ditalud justru mengalami kehancuran total menjadi saluran comberan hitam dan
berbau.
Akibat yang sama, yaitu kekeringan di musim kemarau, banjir di musim
hujan dan rusaknya lingkungan, juga akan terjadi jika aktivitas pengurugan sungai
kecil, penyimpitan tampang sungai kecil, penjarahan bantaran sungai kecil dan
aktivtas lain yang tidak didasari dengan konsep kelestarian ekologishidraulis
dilakukan terus-menerus.
E.4.4.4 Solusi Revitalisasi Sungai Kecil
Dengan kondisi sungai kecil di kota dan daerah pinggiran diseluruh Indonesia yang
sudah hancur ini, tidak ada upaya lain yang lebih penting untuk dilakukan kecuali
memperbaiki kembali kondisi ekologi dan hidrologi sungai kecil tersebut. Perlu
dikembangkan talud ramah lingkungan yang mampu menahan erosi dan longsoran
tebing namun sekaligus tidak merusak ekosistem pinggir sungai. Mengadakan
pelarangan terhadap pengurugan, penyempitan dan penutupan total alur sungai
kecil. Sesegera mungkin menetapkan daerah bantaran sungai kecil yang tidak
boleh dieksploatasi. Memperbaiki kondisi ekologi-hidraulik sungai kecil berarti juga
memperbaiki kondisi DAS secara keseluruhan. Perhatian pemerintah yang selama
ini hanya ditujukkan ke sungai-sungai besar saja perlu dikoreksi secara substansial.
Harus disediakan dana cukup untuk mengelola sungai kecil perkotaan dan
pinggiran, mengembalikannya lagi ke fungsi vitalnya sebagai komponen tata air
utama dari suatu kawasan. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan
perannya dalam pengelolaan sungai kecil dengan berwawasan lingkungan.
U s u l a n T e k n i s E - 46
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.5 Implementasi Penentuan Batas Wilayah Sungai
Gambar E. 39 Wilayah Sungai (Daerah memanjang jari-jari sungai dari hilir
hingga hulu selebar lebar sempadan sungai)
Wilayah sungai pada dasarnya adalah wilayah yang berbatasan langsung
dengan sungai beserta komponen-komponen yang terkait langsung dengan sungai.
Secara lateral (memanjang) wilayah sungai adalah seluruh wilayah yang dilewati
alur sungai selabar daerah sempadan sungai. Secara melintang wilayah sungai
adalah daerah sempadan sungai yang terdiri dari seluruh daerah yang pada waktu
banjir maksimal di tergenang air (bantaran banjir), ditambah daerah tebing sungai
dan longsoran serta daerah ekologi penyangga ekosistem sungai. Wilayah sungai
dapat digambarkan seperti pada Gambar E.39 di atas.
Dalam penentuan wilayah sungai, yang paling penting adalah bagaimana
menentukan lebar bantaran sungai. Penentuan lebar bantaran ini sangat penting
U s u l a n T e k n i s E - 47
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
kaitannya dengan penetapan batas dimana bangunan fisik tidak boleh dibangun di
dalam batas tersebut.
Hal ini mengakibatkan tidak tegasnya aparat dan pemerintah daerah tidak
bisa secara tegas menentukan lebar bantaran sungai. Kerancuan ini berakibat
kebingungan para penduduk sejauh mans mereka masih bisa mendirikan
bangunannya di tepi sungai. Sehingga sekarang ini banyak masyarakat yang
membangun rumahnya di pinggir sungai dengan alasan tidak ado ketentuan yang
jelas lebar bantaran sungai yang harus dibebaskan dari bangunan permanen atau
semi permanen. Di bawah ini ilustrasi pembangunan perumahan di tepi sungai
dewasa ini marak dkerjakan di Indonesia.

Gambar E. 40 Kecenderungan Pembangunan Perumahan di bantaran
Sungai
U s u l a n T e k n i s E - 48
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 41 Tipe umum sungai dan penentuan lebar daerah bantaran
sungai
Gambar E.41 menunjukkan 3 buah tipe sungai, yaitu tipe A adalah sungai
dengan bantaran banjir (flood plain) sempit terutama ditemukan pada sungai di
daerah tengah (midstream) sampai memasuki daerah hilir (downstream), Tipe B
adalah sungai dengan bantaran banjir lebar terutama ditemukan di daerah tengah
bagian akhir sampai hilir; sedang Tipe C merupakan sungai tanpa bantaran banjir
U s u l a n T e k n i s E - 49
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
atau tebing sungai cukup terjal pada umumnya ditemukan di daerah hulu
(upstream) sampai masuk ke daerah tengah.
Pada dasarnya penentuan lebar bantaran sungai harus didasarkan pada peta
kontur geografis morphologis (geo-morpho) sungai, tinggi muka air banjir
maksimum dan garis sliding (longsoran). Sehingga lebar bantaran untuk sepanjang
sungai sebenarnya tidak bisa diambil secara seragam. Demikian juga lebar
bantaran sungai satu dengan yang lain. Lebar bantaran secara ekologis,
geomorphologis dan hidraulis ditentukan sebagai berikut:
a. Untuk sungai tipe A dan B (dengan bantaran banjir, pada umumnya sungai
di bagian hilir dan tengah); lebar bantarannya adalah selebar muka air
pada waktu banjir maksimal yang melimpah ke kedua sisi sungai. Jika
secara geomorphologis masih ada tebing setelah batas muka air banjir
maksimal ini, maka lebar bantaran harus ditambahkan lebar
kemungkinan sliding (longsoran tebing).
b. Untuk sungai tipe C (tanpa bantaran banjir, pada umumnya sungai di
bagian hulu/pegunungan). Lebar bantaran adalah diukur dari batas akhir
tebing bagian atas ditambah dengan lebar kemungkinan sliding
(longsoran).
Lebar bantaran tersebut merupakan lebar minimal secara teknis. Untuk
menentukan lebar sempadan sungai perlu dipertimbangkan/ditambahkan lebar
ekologi penyangga dan lebar keamanan sungai. Lebar ekologi penyangga adalah
lebar daerah sempadan sungai di luar daerah bantaran banjir dan bantaran longsor
yang secara ekologi masih punya keterkaitan dengan ekologi sungai yang
bersangkutan. Untuk menentukan lebar ekologi penyangga perlu dilakukan
penelitian flora dan fauna pinggir sungai. Lebar ekologi tidak dapat dibuat seragam
untuk setiap sungai atau untuk satu sungai dari hulu sampai hilir, perlu diadakan
pembagian zone hulu tengah dan hilir.
Secara teknis lebar keamanan sungai ini diambil sesuai dengan tingkat
resiko banjir. Di daerah dengan padat penduduk lebar keamanan lebih besardari
pada di daerah jarang penduduknya. Namun secara sosial justru berkebalikan.
Karena desakan pemukiman di daerah padat justru para umumnya sulit diterapkan
lebar keamanan sungai yang lebih besar dari pada di daerah tanpa penghuni. Untuk
menentukan lebar keamanan perlu kebijakan yang memasukkan pertimbangan
soisal, ekonomi dan geografi setempat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirangkum bahwa lebar
sempadan sungai terdiri dari lebar bantaran banjir (flood plain), lebar bantaran
U s u l a n T e k n i s E - 50
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
longsor (sliding zone), lebar bantaran ekologi penyangga (ecological buffer zone)
dan lebar kemanan (safety zone). Berikut ini disajikan lebar sempadan sungai yang
dikembangkan dari konsep eko-hidraulik.
Gambar E. 42 Lebar sempadan sungai dengan pendekatan konsep eko-
hidraulik
U s u l a n T e k n i s E - 51
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.6 Implementasi Konsep ORPIM (One River One Plan
One Integrated Management)
E.4.6.1 Konsep Integralistik Dalam ORPIM

Gambar E. 43 Kesatuan sungai dalam menejemen (ORPIM) termasuk
kesatuan dalam pengelolaan DAS.
Resep penanganan sungai tidak bisa dilakukan secara partial, sepotong-
sepotong. Penyelesaian harus secara integral, jika tidak maka hanya gali lubang
tutup lobang, artinya penanganan sungai malahan dapat menimbulkan masalah
sungai baru. Dalam penanganan banjir misalnya, balk penanganan banjir jangka
pendek, menengah dan panjang diperlukan implementasi konsep One river one
plan and one integrated management, ORPIM (satu sungai satu perencanaan dan
satu menejemen dari hulu sampai hilir). Artinya bahwa dalam menangani segala
masalah yang berkaitan dengan sungai atau wilayah keairan baik masalah banjir,
masalah pencemaran lingkungan dan kualitas air, masalah pemanfaatan sumber
daya air untuk irigasi, listrik, air minum dan pengembangan sungai untuk wisata,
harus direncanakan dan ditangani secara integral dari daerah di hulu sampai di
hilirsungai secara bersama-sama.
Cara integral juga dimaksudkan dengan mengikut sertakan seluruh
komponen yang terkait dengan sungai atau wilayah keairan tersebut dari hulu
U s u l a n T e k n i s E - 52
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
sampai ke hilir dengan mengelola segala aspek yang berpengaruh, baik aspek
sosial budaya, kelembagaan, ekologi, hidrologi, hidraulika, kualitas air, geologi,
geografi, maupun rencana tats ruang dll. Dalam konsep ini berlaku sistem sharing
dana dan tanggung jawab antara hulu tengah dan hilir.
E.4.6.2 Penanganan Wilayah Sungai
Untuk penanganan wilayah sungai jangka panjang, di samping solusi teknis
dan ekologis juga perlu solusi sosial budaya. Konsep solusi teknis adalah dengan
mengembangkan sistem peringatan dini dengan mengkonversikan data hujan ke
debit banjir di sungai di bagian tengah dan hilir. Konsep solusi ekologis dengan
meningkatkan fungsi retensi ekologis (Eko-hidraulis) disepanjang alur sungai dari
hulu hingga hilir untuk redaman banjir. Menahan air di bagian hulu dan hilir.
Membagi air kelebihan (banjir) di sepanjang alur sungai dari hulu sampai hilir
menjadi banjir kecil-kecil (flood distributions concept) dari pada terkumpul banjir
besar di suatu tempat tertentu. Secara berkala membebaskan daerah bantaran
sungai dari hunian atau konstruksi lain (re-naturalisation). Menerapkan konsep
drainasi baru (free flood drainage concept) untuk bagian tengah dan hulu yaitu
upaya membuang air kelebihan selambat-lambatnya ke sungai dengan syarat tidak
menimbulkan masalah kesehatan lingkungan. Membuat sistem monitoring dan
perencanaan integral dari hulu sampai hilir terhadap segala kegiatan yang dapat
menyebabkan banjir (holistic concept). Sehingga setiap kegiatan yang akan
dilakukan misal pendirian lapangan Golf, pusat industri dll. Harus dianalisis
banjir yang akan ditimbulkannya. Dari aspek sosial perlu diadakan kampanye
pembelajaran sosial penanggulangan banjir masal dengan sasaran masyarakat lugs
dengan melibatkan ahli-ahli sosial dan antropologi sehingga tercipta kesadaran
masal masyarakat.
E.4.7 Konsep Eko-Hidraulik dalam Penanggulangan Banjir
Penanganan banjir, nampaknya tidak bisa diselesaikan dengan mertode-
metode konvensional lagi. Metode konvensional penyelesaian banjir yang sering
dipakai di Indonesia adalah dengan membuat sudetan sungai, normalisasi sungai,
pembuatan tanggul, pembuatan talud dan segala macam konstruksi sipil keras
konvensional lainnya. Kiranya para ahli banjir dan dings terkait harus berfikir keras
untuk lebih konverhensif dalam penyelesaian banjir ini dan tidak terfokus dengan
metode konvensional di atas, sehingga secara berkelanjutan banjirdapatdikurangi
atau dihindarkan.
U s u l a n T e k n i s E - 53
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.7.1 Konsep Eko-Hidraulik (Eco-hydraulics) dan Konsep Hidraulik
Murni (Convensiona/ Hidraulic)
Metode penyelesaian banjir yang ingin diketengahkan disini adalah metode
ecological hydraulics (Eko-hidraulik). Konsep Eko-hidraulik dalam penyelesaian
banjir sangat berbeda dengan konsep konvensional atau cara hidraulik murni yang
disebutkan di atas. Konsep Eko-hidraulik dalam penyelesaian banjir bertitik tolak
pada penanganan penyebab banjir secara integral, sedang konsep konvensional
hidraulik murni bertitik tolak pada penanganan secara lokal akibat dari banjir.
Gambar E. 44 Ilustrasi ideal penanggulangan banjir dengan konsep eko-
hidraulik (FAO & Prinz, 1999)
Konsep Eko-Hidraulik memasukkan dan mengembangkan unsur ekologi
atau lingkungan dalam penyelesaian banjir, sementara konsep hidraulik murni
justru merusak dan menghancurkan lingkungan dalam menyelesaikan banjir.
Konsep hidraulik murni melihat banjir sebagai bukti munculnya daya rusak air
yang hebat, sementara Eko-Hidraulik melihat fenomena banjir bukan sebagai
munculnya daya rusak air, namun banjir diartikan sebagai akibat kerusakan
lingkungan sehingga daya retensi lingkungan terhadap banjir hilang. Dalam
konsep Eko-hidraulik tidak dikenal istilah daya rusak air untuk memberi julukan
U s u l a n T e k n i s E - 54
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
banjir. Namun dikenal dengan rusaknya retensi lingkungan atau daya dukung
lingkungan yang berakibat sering munculnya debit sungai yang ekstrim atau
banjir. Gambar E.44 menunjukkan konsep Eko-hidraulik komprehensif dalam
menanggulangi banjiratau mengelola DAS.
E.4.7.2 Dampak Penanganan Banjir dengan Konsep Hidraulik
Murni
Penyelesaian dengan konsep konvensional yaitu dengan sudetan, pelurusan,
pembuatan tanggul, perkerasan tebing (taludisasi), normalisasi, pembabatan
vegetasi bantaran dll. telah diakui oleh sebagian besar ahli hidro di dunia baik di
Amerika, Jepang, Australia, dan Eropa dan juga di Indonesia justru akan
menciptakan bahaya banjiryang lebih besardan frekuensi banjiryang lebih sering.
Disamping itu cara ini menyebabkan kerusakan yang sangat serius dan dasyat bagi
ekologi sungai secara keseluruhan, sehingga fungsi hidraulik dan ekologi sungaiya
hancur. Pelurusan, sudetan dan tanggul misalnya akan menyebebakan terjadinya
tendensi banjir di hilir lebih tinggi dan menurunkan tingkat retensi di sepanjang
sungai sehingga konservasi air akan menurun drastis. Kekeringan akan lebih
intensif karena membangun pelurusan, tanggul dan sudetan berarti pengatusan air
secepatnya ke hilir, sehingga air tidak berkesempatan meresap ke tanah. Tata air
disepanjang sungai yang dilurusakan, disudet atau ditanggul akan rusak total.
Bekas-bekas sungai atau sungai lama yang terpotong (oxbow) akan menimbulkan
masalah baru, misalnya sebagai sarang nyamuk dan lambat laun menjadi dangkal.
Biasanya masayarakat akan menyerang daerah oxbow ini untuk dijadikan daerah
hunian atau pertanian, karena derah ini biasanya merupakan daerah tak bertuan.
Banjir dapat mengancam lagi di daerah oxbow ini, karena di daerah oxbow praktis
tidak ada air yang mengalir keluar. Sementara sudetan di daerah hilir (wilayah
pantai) telah menyebabkan terjadinya instabilitas garis pantai. Daerah muara
sungai lama akan terjadi abrasi besar-besaran dan daerah muara sudetan baru
akan terbentuk reklamasi yang cepat (contoh konkret adalah masalah abrasi di
pantai utara Jawa missal di daerah Cirebon). Dampak negatif metode konvensional
hidraulik murni ini kiranya sudah sangat jelas dan mudah dicerna oleh masyarakat
awam sekalipun (baca buku Eko-Hidraulik Pengembangaan Sungai, Maryono, 2002
dan Buku Konsep Penanggulangan Banjir dan Kekeringan Untuk Masyarakat Luas,
Maryono 2003).
U s u l a n T e k n i s E - 55
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.4.7.3 Pendekatan Program Penyelesaian Banjir dengan Konsep Eko-
Hidraulik
Di Jerman dan beberapa negara Eropa lainnya serta Jepang, sudah
meninggalkan konsep kuno hidraulik murni ini, dan memulai era baru yaitu
ecological hydraulic. Konsep ecological hydraulic (Eko-Hidraulik) yang dimulai tahun
80-an, dewasa ini di Eropa, Amerika dan Jepang dan sudah sampai tahap
implementasi yaitu dengan banyaknya proyek-proyek renaturalisasi atau restorasi
sungai. Program renaturalisasi diantaranya adalah dengan membelokbelokkan lagi
sungai yang dulunya telah diluruskan; mengganti usulan pelurusan, sudetan,
tanggul dan pembuatan talud sungai dengan proyek reboisasi dan renaturalisasi
sempadan sungai; menghidupkan oxbow sungai lama dengan membuka tanggul
pelurusan yang membatasinya, memelihara kealamiahan sungai-sungai menengah
dan kecil dan mengkonservasi sungaisungai besar yang masih alami, mengganti
talutisasi sungai dengan membebaskan areal sempadan sungai untuk konservasi;
dan masih banyak lagi metode lainnya. Sementara itu, sangat ironis sekali kita di
Indonesia justru sedang ramai-ramainya menyudet, meluruskan, menanggul dan
membeton dinding sungai secara besar-besaran (contoh konkrit Bengawan Solo,
Citandui, Cimeneng, Citarum, Brantas, Code dan masih banyak lagi.).
E.4.7.4 Program Penanggulangan Banjir Dengan Konsep EkoHidraulik
Dalam penanggulangan banjir dengan konsep eko-hidraulik dikenal kunci
pokok penyelesaian banjir, yaitu bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah
Sungai (WS), Sempadan Sungai (SS) dan Badan Sungai (BS) harus dipandang
sebagai kesatuan sistem dan ekosistem ekologi-hidraulik yang integral.
Penyelesaian banjir harus dilakukan secara konverhensif dengan metode menahan
atau meretensi air di DAS bagian hulu, tengah dan hilir; serta menahan air di
sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai dan badan sungai di bagian hulu
tengah dan hilir. Jadi dalam konsep dasar penaggulangan banjir eko-hidraulik
adalah dengan meretensi air dari hulu hingga hilir secara merata. Cara ini sekaligus
merupakan cara menanggulangi kekeringan suatu kawasan atau DAS, karena
sebenarnya banjir dan kekeringan ini merupakan kejadian yang saling-susul dan
saling memperparah. Dalam menahan air ini diberlakukan konsep keseimbangan
alamiah, dalam arti mengacu pada kondisi kharakteristik alamiah sebelumnya.
Penanganan banjir dengan konsep ekologi-hidraulik secara konkrit dimulai
dari:
1. DAS bagian hulu dengan reboisasi atau konservasi hutan untuk
U s u l a n T e k n i s E - 56
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu. Selanjutnya reboisasi juga
mengarah ke DAS bagian tengah dan hilir. Secara selektif membangun atau
mengaktifkan situ atau embung-embung alamiah di DAS yang
bersangkutan.
2. Penataan tataguna lahan yang meminimalisir limpasan langsung dan
mempertinggi retensi dan konservasi air di DAS.
3. Di sepanjang wilayah sungai serta sempadan sungai, tidak perlu diadakan
pelurusan dan sudetan atau pembuatan tanggul, karena caracara ini
bertentangan dengan kunci utama retensi banjir.
4. Sungai yang bermeander justru di dipertahankan sehingga dapat
menyumbangkan retensi, mengurangi erosi dan meningkatkan konservasi.
5. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, di sepanjang sempadan
sungai dan badan sungai justru ditingkatkan, dengan cara menanami atau
merenaturalisasi kebali sempadan sungai yang telah rusak.
6. Erosi tebing-tebing sungai harus ditangani dengan teknologi Eco-
Engineeringdengan menggunakan vegetasi setempat.
7. Memfungsikan daerah genangan atau polder alamiah disepanjang sempadan
sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung air.
8. Mencari berbagai alternatif untuk mengembangkan kolam konservasi
alamiah disepanjang sungai atau di lokasi-lokasi yang memungkinkan baik
di perkotaan-hunian atau di luar perkotaan. Genangan-genangan alamiah ini
berfungsi meretensi banjir tanpa menyebabkan banjir lokal karena banjir
dibagi-bagi di DAS dan disepanjang wilayah, sempadan dan badan sungai.
9. Konsep drainasi konvensional yang mengalirkan air buangan secepat-
cepatnya ke hilir perlu direvisi dengan mengalirkan secara alamiah (lambat)
ke hilir, sehingga waktu untuk konservasi air cukup memadahi dan tidak
menimbulkan banjirdi hilir.
10. Disamping solusi eko-hidro-teknis tersebut, sangat diperlukan juga
pendekatan sosio-hidraulik sebagai bagian dari eko-hidraulik dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat secara terus menerus akan peran
mereka dalam ikut mengatasi banjir.
E.4.7.5 Implementasi Konsep Ekohidraulik
Melihat kejadian baniir, kekeringan dan longsor yang bertubi-tubi akhirakhir
ini, maka perlu sesegara mungkin mengimplementasikan konsep ekohidraulik
U s u l a n T e k n i s E - 57
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
dalam penanggulangan banjir di Indanesai ini. Pemerintah dan pemerintah daerah
perlu sesegara mengadopsi metode Eko-Hidraulik ini guna membuat masterplan
penanggulangan banjir sekaligus untuk mengkonservasi lingkungan.
Penanggulangan banjir dengan cara Eko-Hidraulik secara ekonomi sangat jauh
Iebih murah dibandingkan dengan metode penggulangan banjir konvensional.
Apalagi jika dihitung dampak positif konsep Eko-hidraulik dalam meningkatkan
kualitas lingkungan dan suatainabilitas hasil pembangunannya.
E.4.8 Restorasi Sungai di Indonesia
Masalah restorasi sungai (disebut juga renaturalisasi atau revitalisasi sungai)
di Indonesia sampai penghujung tahun 2002 belum banyak ditertariki. Karena ide
ini masih dianggap mengada-ada, sementara usaha pembangunan sungai dengan
konsep hidraulik murni yang distruktif sedang gencar berjalan. Ide renaturalisasi
sungai dimaksudkan untuk memberi gambaran ke depan tentang pengulangan
sejarah pembangunan sungai di Eropa oleh para insinyur sungai di Indonesia.
Sehingga kesadaran kehati-hatian akan tumbuh dalam pengelolaan sungai,
sehingga restorasinya dikemudian hari tidak diperlukan lagi.
Renaturalisasi di beberapa negara seperti Jerman dan Jepang dilakukan
secara selektif, dalam anti lokas sungai yang akan direnaturalisasi atau restorasi
dipilih dengan pertimbangan hidraulis dan ekologis. Renturaisasi tidak dilkaukan
secara serentak disepanjang sungai misalnya.
Sungai Bengawan Solo dan sungai Citarum misalnya, bisa direnaturalisasi
dengan membuka kembali beberapa tangul Oxbow hasil sudetan. Ekosistem
kawasan Oxbow akan hidup kembali dan konservasi air meningkat. Demikian juga
sungai-sungai kecil di berbagai kota dan pinggiran kota yang sudah ditalud tanpa
alasan kuat, dapat direnaturalisasi secara selektif dengan membongkat talud yang
ada dan menanami bantaran bekas talud tersebut dengan vegetasi setempat yang
cocok. Pulau-pulau buatan dapat diinisiasi pada sungai-sungai kecil dan menengah
di daerah pinggiran kota. Pembangunan pulau-pulau ini akan meningkatkan
deversivikasi ekologi sekaligus meningkatkan retensi hidraulis sungai dan
konservasi. Meandering sungai dapat dikembalikan dengan menginisiasi
terbentuknya meander. Struktur untuk menginisiasi dapat dipilih vegetatif atau
gabungan bronjong batu dan vegetasi. Sehingga secara dinamis sungai akan
berubah berkelok-kelok lagis sesuai dengan kondisi awalnya.
U s u l a n T e k n i s E - 58
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 45 Ilustrasi renaturalisasi sungai yang telah dibangun.
Renaturalisasi dilaksanakan secara selektif dengan pertimbangan hidraulik
dan ekologis dan sosial.Untuk sungai-sungai yang bermuara di dataran rendah
seperti Jakarta dan Semarang, dapat direnaturalisasi dengan memperlebar
bantaran sungai di bagian hulu. Pelebaran sungai ini akan berfungsi sebagai kolam
retensi hulu ketika terjadi banjir, sehingga banjir ditahan di hulu dan dilepaskan
secara perlahan ke hilir.
Cara analisis Eko-hidraulis diatas kedepan menjadi salah satu analisis yang
paling komprehensif, yang akan dipakai pada setiap penyelesaian masalah keairan.
U s u l a n T e k n i s E - 59
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.5. PEMANFAATAN FOTO UDARA, FOTOGRAMTERI
DAN INTERPRETASI FOTO UDARA
DALAMSALURAN DRAINASE
Perencanaan pengaman terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian
banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan
berbagai pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan dalam rangka usaha
pengamanan banjir secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Pembangunan sistem pengamanan dan pengembalian banjir
2. Pekerjaan non-sipil
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem
pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk
sudetan dan lain-lain dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri
dari retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-kadang
kedua sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya pekerjaan
non-sipil adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan yang
dilandasi undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin
terjadi, apabila terjadi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah di daerah
bantaran sungai, mendirikan bangunan yang tahan terhadap genangan air,
asuransi banjir dan kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan adanya bencana
banjir.
Proses verifikasi sebagai tindak lanjut suatu pengaduan dugaan kondisi lingkungan
adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemeriksaan kebenaran pengaduan
dan sejumlah penelitian yang bersifat teknis.
Jenis informasi yang dapat diperoleh dari foto udara yakni :
Informasi kualitatif , antara lain yang berkaitan dengan obyek apa yang ada
di bawah, bagaimana bentuknya, apa warnanya dan apa kegunaannya.
Informasi kuantitatif , antara lain ukuran obyek, beberapa jumlahnya,
dimana (lokasi spasial)
Dari butir verifikasi aspek lingkungan di atas beberapa diantaranya dapat dikaitkan
dengan pemanfaatan foto udara, fotogrametri dan inderaja, baik secara langsung
maupun sebagai alat bantu dari kegiatan forensik lingkungan lainnya. Penelitian
sumber banjir, tingkat pencemaran/ perusakan lingkungan, jenis dan besar
U s u l a n T e k n i s E - 60
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
kerugian, antara lain dapat dikaitkan dengan lokasi geografi (X,Y), jarak, batas
(Xi,Yi), volume, luas, volume, pola drainase. dlsb.
E.5.1 Foto Udara
Foto udara merupakan sumber data/ informasi yang digunakan dalam
teknik Fotogrametri dan Interpretasi Foto. Suatu dugaan pencemaran dan
atau perusakan lingkungan bersumber dari adanya pengaduan. Indikasi
awal dari pencemaran dan atau perusakan lingkungan dapat secara jelas
diperoleh dari foto udara dan atau citra satelit.
Ini merupakan salah satu proses awal suatu kegiatan forensik lingkungan.
Namun demikian penggunaan foto perlu memperhatikan beberapa hal
seperti di bawah ini :
1. dokumentasi yang berkaitan dengan sumber perolehan, tanggal
pengambilan dan skala terkadang tidak pasti.
2. adanya kemungkinan efek dari pengaturan kecerahan (brightness
contrast, hue saturasi)
3. adanya kemungkinan upaya penghilangan informasi yang penting
(critical) dengan cara cropping
4. adanya jenis efek-efek/ distorsi pada foto udara sehingga untuk
kebutuhan informasi yang teliti diperlukan proses (fotogrametri)
5. hal non teknis adalah kemungkinan belum adanya izin pemotretan.
Foto udara merupakan rekaman dari permukaan bumi berdasarkan
proyeksi sentral sedang peta adalah proyeksi orthogonal. Pada saat
pemotretan pesawat terbang tidak mendatar (meskipun kemiringannya
kecil) sehingga foto yang dihasilkan akan mempunyai efek-efek distorsi
baik bentuk geometri maupun skala. Pengaruh relief topografi, proyeksi
sentral akan memperbesar efek distorsi. Demikian pula dengan ketinggian
terbang yang tidak diketahui secara teliti mengakibatkan skala yang tidak
pasti.
Selain efek geometri foto udara di hinggapi pula dengan efek radiometri
seperti gambar yang tidak kontras, terlalu gelap, terlalu terang, kabur dlsb.
Efek-efek geometri maupun radiometri pada foto udara dapat menyulitkan
upaya pengenalan obyek/ feomena melalui teknik interpretasi. Bahkan
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
Bila untuk kegiatan analisis dalam forensik lingkungan tetap diperlukan
foto udara/ citra satelit maka efek-efek tersebut harus dikoreksi terlebih
U s u l a n T e k n i s E - 61
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
dahulu antara lain melalui proses fotogrametri harus dilakukan. Hal-hal di
atas sebenarnya dapat diatasi sejauh peneliti dibekali dengan pengetahuan
yang cukup tentang karakteristik dan proses untuk mendapatkan informasi
yang handal serta relevan dari suatu foto udara.
Skala dan Resolusi.
Skala adalah perbandingan antara ukuran obyek di foto atau peta dengan
ukurannya di tanah. Skala 1 : 1000 artinya satu sentimeter di peta atau
foto sama dengan 1000 cm di tanah atau 10 meter. Untuk interpretasi foto
biasanya digunakan foto perbesaran atau enlarged photo. Pada skala foto
perbesaran inilah interpreter foto mencoba mengenali obyek/ fenomena.
Pada citra fotografis, kemampuan perbesaran foto tergantung dari ukuran
butiran perak bromida film negatif yang digunakan. Sedang pada citra
digital tergantung dari jumlah dan ukuran cell CCD (coupled charged
device) atau pixel (picture element) dari kamera digital yang digunakan.
Ukuran pixel pada CCD hanya beberapa micron saja.
E.5.2 Interpretasi Citra Foto/Satelit
Informasi kualitatif dari suatu obyek atau fenomena dapat diperoleh
melalui teknik interpretasi foto. Melalui teknik interpretasi foto udara
tahapan kajian yang dapat dilakukan adalah :
(1) deteksi : mengenali obyek apa, misalnya sungai, bangunan, jalan, alur
air, dsb.;
(2) identifikasi : jenis obyek, contoh bila bangunan, maka bangunan apa ;
(3) kuantifikasi : berapa banyak,
(4) pengukuran awal : berapa perkiraan panjang/ luas.
Informasi tentang ukuran awal disini adalah bahwa ukuran yang diperoleh
langsung dari foto udara relatif kasar, sedang untuk ukuran yang teliti
selanjutnya dapat diperoleh melalui proses fotogrametri.
Untuk pengenalan obyek/ fenomena interpretasi foto menggunakan
beberapa kunci antara lain :
U s u l a n T e k n i s E - 62
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
1. Derajat kehitaman (tone) dan warna (color), merupakan elemen
dasar yang paling utama dan yang secara langsung digunakan.
2. Ukuran (size), merupakan elemen dasar yang banyak digunakan dalam
membedakan dua jenis obyek dengan kenampakan yang sama, namun
jenis yang berbeda.
3. Bentuk (shape), bentuk juga merupakan elemen dasar utama dalam
pengenalan obyek.
4. Tinggi (height), tinggi merupakan informasi yang tidak kalah pentingnya
setelah tone. Untuk membedakan dua obyek kadang kala dibutuhkan
informasi tinggi bila kunci lainnya kurang pasti.
5. Bayangan (shadow), untuk mengenali jenis suatu obyek dari foto
khususnya sekitar titik utama kadang perlu dibantuan bayangan spesifik
dari obyek tersebut.
6. Derajat kehalusan (texture), kadang diperlukan dalam membedakan
berbagai jenis kebun dengan melihat derajat kehalusan dari kenampakan
pohon-pohon dari kebun tersebut.
7. Pola (pattern), sebagai mana dengan derajat kehalusan, pengenalan
jenis kumpulan obyek dalam suatu area dapat pula dilihat dari polanya.
8. Tempat (site), kunci ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
kinci lain. Obyek dapat dikenali dari tempat atau lokasinya.
9. Keterkaitan (association), pengenalan obyek dapat pula dikenali dari
keterkaitannya dengan unsur atau fenomena tertentu.
E.5.3 Fotogrametri
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu
obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman,
pengamatan/ pengukuran dan interpretasi citra fotografis atau rekaman
gambar gelombang elektromagnetik. Pada bab sebelumya telah diuraikan
bahwa foto udara hasil pemotretan masih dihinggapi efek-efek geometri
maupun radiometri. Untuk mendapatkan informasi metrik yang teliti dari
foto udara seperti lokasi spasial (X,Y,Z), ukuran panjang, luas, elevasi/
ketinggian, dan volume diperoleh melalui proses restitusi fotogrametri.
Untuk ketelitian planimetrik dapat dicapai sampai dengan beberapa
sentimeter sedang untuk tinggi sampai dengan beberapa desimeter
tergantung dari skala foto udara yang digunakan.
U s u l a n T e k n i s E - 63
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Produk-produk informasi yang dapat diperoleh dari foto udara melalui
proses fotogrametri antara lain :
E.5.3.1 Plotting garis 3D (Peta Garis)
Plotting garis 3D dimaksudkan untuk membuat peta garis (planimetris dan
kontur). Ploting dilakukan dengan menggunakan sistem softcopy
photogrammetry (SoCoPH). Data yang dihasilkan berupa vektor data 3D
(x,y,z) untuk selanjutnya dilakukan proses kartografi (pengahalusan,
simbol,Text, pembuatan muka peta), menghasilkan peta garis digital.
Gambar E. 46 Peta garis digital.
U s u l a n T e k n i s E - 64
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.5.3.2 Digital Terrain Model
Digital terrain model adalah suatu bentuk model permukaan bumi dalam
data digital berupa grid-grid (beraturan, tidak beraturan), diaman setiap
titik grid mempunyai data posisi dan ketinggian (x,y,z). Data DTM ini
diperlukan untuk proses pembuatan peta orthophoto. Data DTM diperoleh
dari hasil digitasi kontur dan sample DTM berupa titik-titik spot height
dengan kerapatan yang mencukupi sesuai dengan bentuk permukaan /
topografi. Data ini kemudian diolah dan dibentuk menjadi grid-grid dengan
ukuran grid yang cukup baik.
E.5.3.3 Orthopoto
Orthophoto adalah bentuk penyajian gambar obyek pada posisi
orthographik yang benar. Secara geometrik ekuivalen terhadap peta garis
konvensional dan peta simbol planimetrik yang juga menyajikan posisi
ortografik yang benar. Beda utama antara ortophoto dengan peta yaitu
ortophoto terbentuk oleh gambar kenampakan foto, sedangkan peta
menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan sesuai dengan
skala untuk mencerminkan kenampakan. Orthophoto dibuat berdasarkan
foto perspektif melalui proses rektifikasi differensial, yang meniadakan
pergeseran letak gambar yang diakibatkan oleh kesedengan foto dan
pergeseran relief.
Orthophoto adalah suatu jenis foto yang telah diproses yang mempunyai
ciri-ciri yaitu skala foto sudah benar dan kemiringan foto sudah terkoreksi.
Dengan demikian orthophoto sudah mempunyai sifat sebagai peta. Proses
orthofoto dilakukan dengan cara memproyeksikan objek pada foto/model
yang sudah teroreintasi secara orthogonal dengan bantuan data DTM. Pada
proses ini dipilih daerah yang tidak mengalami dampak pergeseran relief
yang besar, umumnya pada daerah tengah foto.
E.5.3.4 Mozaiking
Proses mozaiking adalah suatu proses untuk menyambungkan satu foto
Orthofoto dengan lainnya, membentuk suatu gambar peta yang utuh.
Selain proses penyambungan, juga dilakukan proses penyeragaman warna
(color balance) agar diperoleh warna yang rata seluruh daerah.
U s u l a n T e k n i s E - 65
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 47 Hasil Mozaiking.
E.5.3.5 Teknik Penyajian Data (Kartografi)
Adalah suatu proses untuk menyajikan peta dalam format yang baku,
sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Pada proses ini, data-data hasil
survey lapangan (toponimi) dimasukan pada peta dalam bentuk simbol
atau text. Pada setiap peta juga diberikan informasi-informasi peta berupa
legenda,informasi skala, arah utara, informasi tepi dan informasi yang
berkaitan dengan pemberi pekerjaan. Sebagai hasil akhir dari proses
kartografi adalah peta (baik peta garis maupun peta foto).
U s u l a n T e k n i s E - 66
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 48 Peta Foto.
U s u l a n T e k n i s E - 67
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 49 Metodologi Pemetaan Metode Fotogrametris .
U s u l a n T e k n i s E - 68
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.6. HIDROLOGI
Gambar E. 50 Siklus Hidrologi.
E.6.1 Limpasan (Runoff)
Sebagaimana telah diuraikan dalam siklus hidrologi, bahwa air hujan yang
turun dari atmosfir jika tidak ditangkap oleh vegetasi atau oleh
permukaan-permukaan buatan seperti atap bangunan atau limpasan edap
air lainnya, maka akan jatuh ke permukaan bumi dan sebagian akan
menguap, berinfiltrasi, atau tersimpan dalam cekungan-cekungan. Bila
kehilangan seperti cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan
akan mengalir langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran
terdekat. Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi
perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan untuk
pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi limpasan
(runoff). Limpasan merupakan gabungan antara aliran permukaan, aliran-
aliran yang tertunda pada cekungan-cekungan, dan aliran bahwa
permukaan (subsurface flow).
U s u l a n T e k n i s E - 69
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.6.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Limpasan
E.6.1.1.1 Faktor Meteorologi
1) Intensitas Hujan
2) Durasi hujan
3) Distribusi curah hujan
E.6.1.1.2 Karakteristik DAS
1) Luas dan bentuk DAS
Gambar E. 51 Pengaruh bentuk DAS pada aliran permukaan.
2) Topografi
Gambar E. 52 Pengaruh kerapatan parit/saluran pada hidrograf aliran
permukaan.
U s u l a n T e k n i s E - 70
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
3) Tata guna lahan
Mulai
Pembacaan Data:
Daerah, JStasiun, JTahun,
Stasiun, Lintang, Bujur, Data
Hujan
Proses perhitungan
jumlah data kosong
Penulisan Hasil:
persentase data kosong
tiap stasiun
Proses perhitungan
jarak antar stasiun
Penulisan hasil:
jarak antar stasiun
Untuk tiap stasiun dan tiap bulan
Proses sortir:
jarak terdekat thd 3 stasiun yang
mempunyai data
Proses pengisian data
kosong
A
A
Penulisan hasi:
data hujan yang
dilengkapi
Proses perhitungan
hujan wilayah
Pembacaan Data:
Bobot wilayah
polygon Thiessen
Penulisan hasil:
hujan wilayah
Hitung hujan
wilayah lagi?
Yes
Analisis Homogenitas
No
Selesai
Gambar E. 53 Bagan alir proses pengolahan data hujan menjadi hujan
wilayah.
E.6.1.2 Memperkirakan Laju Aliran Puncak
E.6.1.2.1 Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak yang umum
dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Metode ini sangat simple
dan mudah penggunaannya, namun penggunaannya terbatas untuk DAS-
U s u l a n T e k n i s E - 71
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
DAS dengan ukuran kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986).
Karena model ini merupakan model kotak hitam, akan tidak dapat
menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan dalam bentuk
hidrograf. Persamaan matematik metode Rasional dinyatakan dalam
bentuk
Qp = 0,002778 CIA (1)
di mana Qp adalah laju aliran permukaan (debit) puncak dalam m
3
/detik, C
adalah koefisien aliran permukaan (0 C 1), I adalah intensitas hujan
dalam mm/jam, dan A adalah luas DAS dalam hektar.
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh DAS selama
paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc) DAS. Jika asumsi ini
terpenuhi, maka curah hujan dan aliran permukaan DAS tersebut dapat
digambarkan dalam grafik pada gambar E.36. Gambar E.36 menunjukkan
bahwa hujan dengan intensitas seragam dan merata seluruh DAS berdurasi
sama dengan waktu konsentrasi (tc). Jika hujan yang terjadi lamanya
kurang dari tc maka debit puncak yang terjadi lebih kecil dai Qq karena
seluruh DAS tidak dapat memberian kontribusi aliran secara bersama pada
titik kontrol (oulet). Sebaliknya, jika hujan yang terjadi lebih lama dari tc,
maka debit puncak aliran permukaan akan tetap sama dengan Qp.
Gambar E. 54 Hubungan curah hujan dengan aliran permukaan untuk
durasi hujan yang berbeda.
U s u l a n T e k n i s E - 72
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Waktu konsentrasi (tc).
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan
yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran
DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil
terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan
waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS secara serentak telah
menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol. Salah satu metode untuk
memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang dikembangkan oleh
Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai berikut :
385 . 0
2
c
xS 1000
xL 87 , 0
t

,
_

(2)
Dimana tc adalah waktu konsentrasi dalam jam, L panjang saluran utama
dari hulu sampai penguras dalam km, dan S kemiringan rata-rata saluran
utama dalam m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan membedakannya menjadi
permukaan lahan sampai saluran terdekat t0 dan (2) waktu perjalanan dari
pertama masuk saluran sampai titik keluaran td, sehingga
tc= t0 + td (3)
dimana
to =
1
1
]
1

S
n
xLx 28 , 3 x
3
2
menit (4)
dan
td =
V 60
L
s
menit (5)
dimana
n = angka kekasaran Manning,
S = kemiringan lahan,
U s u l a n T e k n i s E - 73
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m)
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).
Selain rumus Kirpich, ada beberapa rumus waktu konsentrasi yang lain
yang telah dikembangkan, sebagaimana tercantum dalam Tabel E.2.
Tabel E. 2 Rumus-rumus waktu konsentrasi.
Instensitas hujan (I). Intensitas hujan untuk tc tertentu dapat dihitung
dengan rumus Mononobe atau dari lengkung Intensitas Durasi-Frekuensi
Hujan.
U s u l a n T e k n i s E - 74
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Diagram langkah-langkah perhitungan laju aliran dengan menggunakan
rumus Regional diperlihatkan pada Gambar E.37.
DAS dengan C non
homogen
Luas DAS
A
Sub DAS dengan C
homogen
Kecepatan di
dalam saluran
diperkirakan
Ukur jarak limpas
saluran
Ukur luas setiap
sub DAS
Debit
Q = Cs.Cf.C.A.I
Kemiringan muka
tanah
Ukur Jarak limpas
Permukaan
Koef. frekuensi Cf
Koef. retensi
Cs
Kurva Intensitas
hujan
Intensitas hujan I
waktu konsentrasi
tc = to + td
waktu limpas
saluran td
3
2
1
4
Koefisien C
gabungan
waktu limpas
permukaan to
PROSEDUR PEMAKAIAN RUMUS METHODA RASIONAL
Gambar E. 55 Langkah-langkah pemakaian rumus Rasional.
U s u l a n T e k n i s E - 75
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.6.1.2.2 Metode Hidrograf Nakayasu
Analisis hidrograf yang digunakan menggunakan cara Nakayasu, dengan
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

) 3 , 0 ( 6 , 3
3 , 0
T T
R A C
Q
p
o
p
+

Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3 / detik)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)
1. Bagian lengkung naik (rising limb ) hidrograf satuan mempunyai persamaan :
4 , 2
p
T
t
Qp Qa

,
_

Dimana :
Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m
3
/detik)
t = Waktu (jam)
2. Bagian lengkung turun (decreasing limb)
a. Qd >0,3 Qp :
3 , 0
p
T
T t
3 . 0 * Qp Qd

b. 0,3 Qp > Qd >0,32 Qp :


3 , 0
3 , 0 p
T 5 , 1
T 5 , 0 T t
3 , 0 * Qp Qd
+

c. 0,32 Qp > Qd :
3 , 0
3 , 0 p
T 2
T 5 , 1 T t
3 . 0 * Qp Qd
+

3. Sedangkan waktu Tp = tg + 0,8 tr


dimana untuk
a. L < 15 km tg = 0,21 L0,7
b. L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L Dimana :
L = panjang alur sungai (km)
tg = waktu konsentrasi (jam)
tr = 0,5 tg sampai tg (jam)
T 0,3 = tg (jam)
U s u l a n T e k n i s E - 76
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
4. Dengan besarnya =
untuk daerah pengaliran biasa = 2
untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat
= 15
untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat
= 3
Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan ini adalah :
Panjang sungai
Luas catchment area
Koefisien pengaliran
Tabel E. 3 Contoh asumsi yang digunakan dalam perhitungan Hidrograf
Nakayasu.
No Parameter
1 L (panjang sungai) 15 km
2 tr (satuan waktu hujan)
0.952
5 jam
3 Tg (time lag) 1.27
4 Tp (waktu awal hujan sampai puncak banjir) 2.03 jam
5 a (parameter hidrograf) 2
6 T0,3 2.54
7 F (luas DAS) 39.3 km
2
8 R0 (curah hujan satuan) 1 mm
9 Qmax (debit puncak banjir) 3.47
m
3
/dt/m
m
10 fDAS (koefisien pengaliran) 0.45
11 Qp 1.56
m
3
/dt/m
m
I Tp 2.03 jam
II Tp + T0,3 4.57 jam
U s u l a n T e k n i s E - 77
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
III Tp + T0,3 + 1.5T0,3 9.65 jam
E.7. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
Suatu perencanaan merupakan penjabaran suatu masalah dalam menanggulangi
kebutuhan dalam waktu tertentu dengan diberikan suatu alternatif pemecahan.
Oleh karena itulah dalam pemecahan masalah perlu diberikan suatu bentuk dasar-
dasar perhitungan atau landasan teori yang berkaitan dengan masalah yang
dipecahkan atau ditanggulangi.
Pekerjaan perencanaan teknik, untuk mendapatkan konsep perencanaan dan detail
design dalam gambar dan dokumen yang terpadu sehingga dapat menjadi
pegangan pada waktu pelaksanaan pembangunan dilapangan.
Hasil dari perencanaan teknik, adalah mencakup kumpulan dokumen teknik yang
dapat memberikan gambaran produk yang ingin diwujudkan, dengan
memperhatikan :
Ketentuan teknis
Keadaan serta faktor pengaruh lingkungan dan menggambarkan hasil
optimal sesuai dengan kebutuhan pemakai serta penghematan biaya.
Tugas perencana mencakup pekerjaan pokok, yaitu untuk mendapatkan suatu
perencanaan yang baik diperlukan suatu pendekatan/ pemahaman terhadap
komponen perencanaan dan pemahaman terhadap karakteristik sungai tersebut.
Perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai diadakan, agar disesuaikan dengan
tingkat pengembangan suatu sungai serta kebutuhan masyarakat. Sungai
diperbaiki dan diatur sedemikian rupa, sehingga dapat diadakan pencegahan
terhadap bahaya banjir dan sedimentasi serta mengusahakan agar alur sungai
senantiasa dalam keadaan stabil, sehingga memudahkan pemanfaatan air yang
akan memberikan kemudahan dalam penyadapannya, pelestarian lingkungan dan
menjamin kelancaran serta keamanan lalu-lintas sungai. Jadi tujuan utama dari
perencanaan persungaian ini adalah pengamanan terhadap banjir, pengendalian
alur sungai, dengan memperhatikan peranan sungai sebagai sumber air untuk
berbagai kebutuhan, pelestarian lingkungan dan kelancaran serta keamanan lalu-
lintas sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 78
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Perencanaan pengaman terhadap banjir disebut juga perencanaan pengendalian
banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting dalam menetapkan
berbagai pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan dalam rangka usaha pengamanan
banjir secara umum dapat dibagi menjadi :
3. Pembangunan sistem pengamanan dan pengembalian banjir
4. Pekerjaan non-sipil
Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu sistem
pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur sungai termasuk
sudetan dan lain-lain dan dengan suatu sistem pengendalian banjir yang terdiri dari
retarding basin, waduk pengendalian banjir dan lain-lain. Kadang-kadang kedua
sistem tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Sebaliknya pekerjaan non-sipil
adalah usaha pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan yang dilandasi
undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin terjadi, apabila
terjadi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah di daerah bantaran sungai,
mendirikan bangunan yang tahan terhadap genangan air, asuransi banjir dan
kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan adanya bencana banjir.
Pekerjaan sipil sepenuhnya akan mampu menjamin pencegahan bencana banjir
pada tingkat dibawah debit banjir rencananya, akan tetapi tidak akan mampu
mencegah banjir besar yang melampaui debit banjir rencana tersebut, yang
menyebabkan rusaknya sistem pengamanan dan pengendalian banjir dan terjadilah
banjir yang biasanya cukup besar.
Sebaliknya pekerjaan non-sipil adalah usaha-usaha guna mengurangi kerusakan
sampai pada tingkat yang minimum dengan mengarahkan genangan-genangan
pada daerah-daerah yang tidak penting, mengadakan usaha-usaha pemberitahuan
dini dan mencegah terjadinya tanah longsor. Yang dimaksudkan dengan
perencanaan pengamanan dan pengembalian banjir umumnya adalah perencanaan
yang hanya didasarkan atas pekerjaan sipil dan apabila termasuk pula usaha-usaha
non-sipil, maka usaha-usaha ini disebut, pengendalian banjir menyeluruh.
Dalam perencanaan perbaikan dan pengaturan sungai yang diutamakan adalah
konsep pengaliran banjir sungai secara aman, guna mencegah terjadinya luapan-
luapan yang dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir. Dengan demikian yang
terpenting adalah mempertahankan penampang basah yang memadai sesuai
dengan kapasitas pengaliran rencananya, yakni dengan konsep pencegahan
sedimentasi di dasar sungai dan mengatur alur sungai agar senantiasa dalam
keadaan stabil.
U s u l a n T e k n i s E - 79
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang
berdasarkan analisis dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan
tertentu dengan hasil seoptimal mungkin. Secara garis besar, aspek-aspek umum
yang berkaitan dengan rekayasa pembangunan dapat dikelompokkan menjadi
empat tahapan, yaitu:
1. Tahapan Studi
2. Tahapan Perencanaan
3. Tahapan Pelaksanaan
4. Tahapan Operasi dan Pemeliharaan
Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang
dilaksanakan untuk mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro
rekayasa, penjabaran dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar E.
56.
Gambar E. 56 Tahapan pembangunan sistem drainase perkotaan.
U s u l a n T e k n i s E - 80
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Tahap Studi
Kelayakan
Tahap
Detail Desain
Tahap
Konstruksi
Tahap O & P
Ide atau Sasaran/Tujuan yang Akan Dicapai
Pra Studi Kelayakan
Analisa Teknis
Analisa Ekonomi
Analisa Sosial
Analisa Lingkungan (AMDAL)
Layak
Berhenti
Kaji Ulang
Studi Kelayakan
Analisa Teknis
Analisa Ekonomi
Analisa Sosial
Analisa Lingkungan (AMDAL)
Layak
Berhenti
Kaji Ulang
Rekomendasi Beberapa Alternatif
Seleksi Perancangan
Detail Desain
Pelaksanaan Fisik
Operasi & Pemeliharaan
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Gambar E. 57 Konsep umum tahapan kegiatan pekerjaan dari ide sampai
operasional.
U s u l a n T e k n i s E - 81
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
T
A
H
A
P
P
E
R
S
I
A
P
A
N
Analisis Hidrometri & sistem
Drainase
Penyusunan Layout Daerah
Situasi
Analisis Keandalan Kinerja
bangunan air serta
pengoperasiannya
T
A
H
A
P
A
N
A
L
IS
IS
T
A
H
A
P
R
E
K
O
M
E
N
D
A
S
I
T
A
H
A
P
P
E
N
G
U
M
P
U
L
A
N
D
A
T
A
- Peta-peta topografi terdahulu
- Studi-Studi terdahulu
- Data curah hujan min 10 th
- Data iklim min 10 th
- Tata guna lahan
- RUTR DKI Jakarta
- Data kependudukan
- Data-data jaringan drainase
- Jaringan darinase makro
- Pola Aliran
- Penentuan Batas DAS
- Debit sungai
Survey Hidrometri & Sistem
Drainase
- Layout jaringan drainase
- Batas banjir
- Keadaan lahan saat ini
Survey Bangunan -Bangunan Air
- Dimensi hidrolis dan kapasitas
- Pola aliran
- Informasi saat banjir
- Inventarisasi bangunan air
dan permasalahannya
- Inventarisasi SOP bangunan
air
Survey Topografi
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan Data Primer
(Survey Lapangan)
MULAI
PERSIAPAN
1. INVENTARISASI KEBUTUHAN PEMAKAI
2. KONSEP DESAIN
MANAJEMEN
PROYEK
Penyusunan Desain Rinci
Rekomendasi Beberapa Alternatif
dan Alternatif terpilih
`
L
A
P
O
R
A
N
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
D
I
S
K
U
S
I L
A
P
O
R
A
N
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N
L
A
P
O
R
A
N
S
E
M
E
N
T
A
R
A
D
IS
K
U
S
I
L
A
P
O
R
A
N
S
E
M
E
N
T
A
R
A
L
A
P
O
R
A
N
F
IN
A
L
D
IS
K
U
S
I
L
A
P
O
R
A
N
F
IN
A
L
Penyusunan Dokumen Lelang
- Spesifikasi Teknis
- Syarat-syarat umum dan
Administrasi kontrak
- Syarat-syarat Khusus Kontrak
Daftar Kuantitas Biaya
- Perhitungan Hidraulik
- Perhitungan Struktur Saluran
- Penggambaran
Rekomendasi Alternatif Terpilih
(Final Desain)
`
Gambar E. 58 Konsep pendekatan pelaksanaan pekerjaan perencanaan.
E.7.1 Aspek Teknis
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan atau
perbaikan sistem drainase di perkotaan antara lain :
1. Tuntutan genangan yang terjadi harus lebih kecil dibandingkan dengan daerah
perdesaan.
2. Pembebasan lahan dan relokasi (pemindahan) penduduk lebih sulit
dilaksanakan dibandingkan dengan daerah pedesaan yang jarang penduduknya.
3. Diperlukan penyesuaian-penyesuaian berkaitan dengan adanya limbah domestik
dan limbah industri.
4. Diharapkan sistem drainase yang dibangun/diperbaiki harus sesuai dengan
lingkungan perkotaan.
Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan pada umumnya mengikuti
tahap-tahap sebagai berikut :
1. Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.
2. Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase.
3. Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul, gorong-
gorong, kolam retensi, stasiun pompa, dan lain-lain.
4. Pelaksanaan pekerjaan.
5. Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.
1) Survei dan Investigasi yang diperlukan.
U s u l a n T e k n i s E - 82
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
(1) Umum
(a) Topografi
(b) Iklim
(c) Hidrologi
(d) Daerah Genangan
(e) Tata guna lahan dan rencana pengembangan masa mendatang dan
(f) Sistem drainase yang ada
(2) Topografi
(a) Lokasi sistem drainase
(b) Elevasi permukaan tanah
(c) Batas-batas administrasi
(3) Iklim dan Hidrologi
(a) Data aliran
(b) Data hujan
(c) Data sedimen dan kualitas air
(d) Data pasang surut
(4) Genangan banjir
(a) Tinggi muka air maksimum dan kedalaman genangan
(b) Luas dan persebaran daerah genangan
(c) Lamanya genangan
(d) Sumber air dan arah aliran air
(e) Frekuensi terjadinya genangan
(f) Penyebab terjadinya genangan
Tabel E. 4 Jenis peta untuk perencanaan drainase.
Tabel E. 5 Jenis survei topografi untuk jaringan drainase.
U s u l a n T e k n i s E - 83
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
(5) Sistem drainase yang telah ada
(a) Batas daerah tangkapan air dan luas total
(b) Saluran drainase utama dan panjangnya
(c) Panjang saluran-saluran cabang dan daerah tangkapannya.
(d) Kapasitas masing-masing saluran dan pola alirannya.
(e) Permasalahan drainase di daerah tangkapan.
(f) Kondisi saluran utama sistem drainase yang ada.
2) Merumuskan Rencana Sistem Drainase
(1) Konsep dasar perencanaan drainase perkotaan
(a) Limpasan air banjir dari sungai utama biasa disebut banjir kiriman.
(b) Kapasitas saluran drainase tidak cukup biasa disebut banjir lokal.
(c) Pengaruh air balik dari sungai induk pada saat muka air tinggi akibat
banjir dan/atau air pasang.
(d) Banjir akibat air pasang yang masuk langsung ke daratan maupun lewat
saluran-saluran drainase yang ada.
Perencanaan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
(a) Target rencana perbaikan untuk saluran induk dan fasilitasnya, saluran
induk menggunakan debit rencana dengan kala ulang 5 sampai 25
tahunan, sedangkan saluran tersier dengan periode ulang 2 tahunan.
(b) Pekerjaan perbaikan harus memenuhi persyaratan teknis dan praktis.
(c) Operasi, pemeliharaan, dan pengolahan harus mudah.
(d) Fasilitas dan sistem drainase yang telah ada harus diusahakan sebanyak
mungkin dapat dimanfaatkan.
(e) Komponen infrastruktur lainnya yang sudah ada untuk menghindari
perusakan yang tidak disengaja.
(f) Pembebasan lahan dan relokasi sedapat mungkin dihindari.
(g) Di daerah-daerah yang tidak memungkinkan digunakan sistem gravitasi
penuh, perlu dilengkapi dengan pintu klep dan/atau stasiun pompa pada
keluaran (outlet)nya.
(2) Perencanaan sistem drainase
U s u l a n T e k n i s E - 84
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Langkah pertama yang perlu diperhatikan adalah mengetahui secara pasti
dan rinci penyebab terjadinya genangan. Berdasarkan data kondisi saat ini
dan data genangan, dapat disusun usaha-usaha perbaikan drainase yang
memungkinkan yang dapat dipilih dari beberapa alternatif berikut :
(a) Penurunan debit dengan pembuatan resapan air dan daerah simpanan
(retention area) di daerah hulu dan tengah.
(b) Pembuatan saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan.
(c) Perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase.
(d) Pembuatan pintu klep untuk mengatasi air tinggi di saluran induk.
(e) Pengurangan daerah-daerah rendah.
(f) Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan.
(3) Perencanaan Saluran Drainase
(a) Menentukan debit rencana.
(b) Menentukan jalur (trase) saluran.
(c) Merencanakan profil memanjang saluran.
(d) Merencanakan penampang melintang saluran.
(e) Mengatur dan merencanakan bangunan-bangunan serta fasilitas sistem
drainase.
Tabel E. 6 Kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan.
E.7.2 Aspek Ekonomi dan finansial
1) Tujuan Analisis Ekonomi
Tujuan utama analisis ekonomi adalah :
(1) Melakukan identifikasi tingkat kelayakan suatu proyek secara ekonomis,
atau dengan kata lain melakukan penilaian apakah investasi yang
ditanamkan akan memberikan manfaat ekonomi yang cukup.
(2) Melakukan penilaian seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
oleh penerima manfaat (dalam hal ini masyarakat) jika dibandingkan
dengan tanpa proyek.
(3) Melakukan justifikasi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk
pembangunan proyek tersebut dan kemungkinan pengembalian investasi
(cost recovery) dalam kaitannya dengan pembayaran kembali pinjaman
dari pihak donor.
(4) Melakukan identifikasi terhadap resiko-resiko yang mungkin akan
menjadi kendala bagi proyek untuk mencapai tujuan yang diprogramkan.
2) Komponen Biaya (Cost)
U s u l a n T e k n i s E - 85
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Komponen Biaya (cost) terdiri dari :
(1) Biaya konstruksi (C1), diperoleh berdasarkan hasil estimasi akhir.
(2) Biaya engineering (C2), meliputi biaya studi dan perencanaan
(3) Biaya pembebasan lahan dan pemindahan dan permukiman kembali
penduruk (land acquisition and resettlement cost, C3).
(4) Biaya yang diperlukan untuk pembayaran pajak-pajak (C4), sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
(5) Biaya yang telah lalu (sunk cost, C5)
(6) Biaya operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance cost, O&P
atau O&M, C6)
(7) Biaya penggantian (replacement, C7)
(8) Biaya Administrasi Proyek (C8)
3) Komponen Manfaat atau Keuntungan (Benefit)
Manfaat proyek drainase perkotaan berupa :
(1) Peningkatan nilai lahan.
(2) Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat.
(3) Peningkatan kesehatan lingkungan dan masyarakat.
(4) Pengurangan gangguan lalu lintas.
(5) Penghematan pemeliharaan jalan.
(6) Pengurangan kerugian akibat banjir
Komponen yang biasanya dipakai sebagai dasar perhitungan benefit proyek
drainase meliputi :
(1) Genangan banjir, luas, kedalaman, dan durasi.
(2) Tata guna lahan.
(3) Tingkat kerusakan bangunan dan fasilitas lainnya.
Komponen-komponen tersebut dihitung untuk 3 keadaan, yaitu :
(1) Keadaan saat ini (present condition).
(2) Keadaan saat mendatang tanpa proyek (future without project).
(3) Keadaan saat mendatang dengan proyek (future with project).
4) Langkah-langkah Analisis Ekonomi
Langkah-langkah perhitungan analisis ekonomi proyek, khususnya proyek
drainase perkotaan adalah sebagai berikut :
(1) Perkiraan biaya keseluruhan, initial cost maupun annual cost.
(2) Konversi harga finansial ke harga ekonomi dengan memakai faktor
konveersi.
(3) Jadwal disbursement dari tahun ke tahun.
(4) Tata guna lahan pada saat ini (present), saat mendatang tanpa proyek
(future without project) dan saat mendatang dengan proyek (future with
project).
U s u l a n T e k n i s E - 86
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
(5) Luas genangan banjir pada saat ini (present), saat mendatang tanpa
proyek (future without project) dan saat mendatang dengan proyek
(future with project).
(6) Perkiraan manfaat ekonomi (tangible dan intangible benefits), termasuk
kerugian akibat genangan banjir pada saat ini (present), saat mendatang
tanpa proyek (future without project) dan saat mendatang dengan
proyek (future with project).
(7) Susunan economic cashflow, kemudian hitung nilai EIRR.
(8) Analisis sensitivitas.
5) Kriteria Kelayakan Ekonomi
Untuk menilai kelayakan tersebut dapat digunakan parameter-parameter
berikut :
(1) Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio)
(2) Net Benefit, B-C.
(3) Internal Rate of Return (IRR).
6) Analisis Sensitivitas
Beberapa kondisi yang dapat dilakukan dalam analisis sensitivitas proyek
drainase antara lain : Terjadi kenaikan biaya sebesar 10% dari yang
diperkirakan.
(1) Terjadi penurunan keuntungan sebesar 10% dari keuntungan yang
diperkirakan.
(2) Terjadi kenaikan biaya sebesar 10% dari yang diperkirakan.
(3) Tertundanya penyelesaian proyek, misalnya akibat berlarut-larutnya
pembebasan lahan.
E.7.3 Aspek Sosial Budaya
Pengalaman dalam pembangunan prasarana dan sarana (infrastruktur)
yang dikelola pemerintah sering terjadi setelah kegiatan konstruksi
dinyatakan selesai, terjadi penilaian yang lain oleh masyarakat.
Manajemen proyek menyatakan proyek telah diselesaiakan dengan cara
dan dasar-dasar yang diberikan pemerintah. Penilaian dan evaluasi yang
dilakukan oleh manajemen proyek menyatakan bahwa pekerjaan telah
diselesaikan dengan baik oleh kontraktor dan dapat diterima oleh
pemerintah. Hasil yang dinyatakan baik ternyata oleh masyarakat
dinyatakan jelek dan tidak memenuhi keinginan masyarakat dan akhirnya
ditolak oleh masyarakat. (gambar E.41)
U s u l a n T e k n i s E - 87
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 59 Sistem pelaksanaan pembangunan yang telah dilakukan
saat ini.
Untuk itu sistem pelaksanaan pembangunan harus berpola seperti pada
gambar E.42.
Gambar E. 60 Sistem pelaksanaan pembangunan yang harus dilakukan
pada waktu kedepan..
E.7.4 Aspek Legalitas atau Perundang-undangan
Untuk dapat melaksanakan konsep penanganan banjir secara komprehensif
yang berdasarkan paradigma manajemen air diperlukan seperangkat
ordonansi atau peraturan. Dalam peraturan tersebut harus meliputi filosofi
manajemen air (khususnya air hujan) dan implementasinya ke dalam
pendekatan teknis, susunan institusi, finansial, perilaku masyarakat yang
diharapkan, dan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar peraturan.
Peraturan harus disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh
pengelola dan masyarakat yang menjadi stakeholders.
U s u l a n T e k n i s E - 88
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.7.5 Aspek Kelembagaan
Secara umum organisasi pengelola prasarana dan sarana perkotaan terdiri
dari tiga angkatan, yaitu eksekutif atau direktur, manager menengah dan
operator. Disamping itu diperlukan tingkat keempat sebagai penentu
kebijakan, yaitu pemegang otoritas. Masing-masing tingkatan dari puncak
sampai bawah memerlukan perencana untuk bekerja. Rencana meliputi
visi, misi, tujuan, objektif dan rencana kerja. Fungsi akuntabilitas
didasarkan pada rencana ini dan evaluasi dilakukan pada tingkat
kesuksesan pelaksanaan rencana tersebut.
Organisasi atau lembaga pengelola prasarana dan sarana pengendalian
banjir di perkotaan harus dibentuk tidak hanya pada kawasan perkotaan
saja tetapi juga diseluruh daerah tangkapan air dan kawasan perairan
pantai dimana sumber permasalahan berasal. Institusi ini mempunyai
tanggung jawab mengendalikan peningkatan debit dari daerah hulu dengan
jalan menurunkan aliran permukaan dan meregulasi debit puncak melalui
berbagai macam cara dan bertanggung jawab untuk mengendalikan
pengambilan air tanah ayng berdampak pada amblesan (land subsidence).
Disamping itu lembaga ini juga bertanggungjawab terhadap
pengembangan rencana dan program, persiapan dan implementasi sistem
bangunan, melakukan operasi dan pemeliharaan, manajemen keuangan
dan menjaga sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support
System = DSS).
Gambar E. 61 Struktur Decision Support System (DSS).
U s u l a n T e k n i s E - 89
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.7.6 Aspek Lingkungan
Dampak yang mungkin timbul dari pembangunan sistem drainase antara
lain :
1) Genangan permanen dalam saluran/waduk. Saluran drainase saat musim
kemarau pada umumnya hanya menampung air limbah (domestik dan
Industri), yang debitnya tiak bear. Secara teoritis seharusnya tidak terjadi
genangan, namun kenyatannya banyak saluran drainase di sekitar kita yang
menggenang dan menjadi sarang nyamuk. Ada dua kemungkinan
penyebabnya, yaitu :
(1) Timbunan sampah dan kotoran dalam saluran.
(2) Sedimentasi.
(3) Dasar saluran naik turun.
2) Pencemaran air tanah. Pada musim kemarau, air di dalam saluran berasal
dari limbah domestik dan industri, tidak ada pengenceran. Sehingga air
yang meresap ke dalam tanah adalah air limbah, dan mencemari air tanah
dan sumur penduduk. Untuk diperlukan desain yang benar, misalnya dengan
membuat saluran bertingkat, seperti pada Gambar E.44.
Gambar E. 62 Proses pencemaran air tanah melalui saluran drainase.
Untuk menghindari terjadinya pencemaran air tanah oleh limbah air buangan dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Lining atau Geotextile
- Drainase sistem terpisah
3) Intrusi air asin
Untuk mengatasi atau mencegah terjadinya intrusi air laut dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
- Pintu Air pasang
- Bendung karet
- Lining atau Geotextile
U s u l a n T e k n i s E - 90
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 63 Intrusi air laut melalui saluran drainase.
Gambar E. 64 Bendung karet untuk mencegah intrusi air asin.
4) Pemindahan banjir
U s u l a n T e k n i s E - 91
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 65 Penanganan banjir yang tidak menyeluruh mengakibatkan
banjir berpindah ke lokasi lain.
E.8. SURVEI HIDROMETRI DAN SISTEM DRAINASE
E.8.1 Survei Hidrometri
Maksud dan Tujuan
Maksud survei hidrometri adalah mencari data yang diperlukan dalam
analisa hidrologi dan selanjutnya bertujuan untuk penentuan jenis dimensi
dari jembatan, bangunan drainase disamping untuk penentuan bentuk
potongan melintang sungai.
Untuk mengetahui kondisi hidrografi lapangan. Konsultan akan
mengidentifikasi di lapangan daerah-daerah rendah dimana diperkirakan
perlu dibuat gorong-gorong. Sebelum melaksanakan survei hidrologi
lapangan perlu disiapkan terlebih dahulu peta daerah aliran sungai (DAS)
lokasi yang dimaksud dalam skala yang tepat, sehingga terlihat dengan
jelas air sungai, punggung bukit dan daerah cakupan setiap sub-DAS.
Informasi lapangan berupa elevasi bekas banjir yang terdapat di batuan
tepi sungai maupun informasi dari penduduk setempat akan sangat
membantu dalam mengecek hasil perhitungan banjir teoritas.
Ruang lingkup
o Pola aliran dan jenis permukaan
o Pengukuran kecepatan aliran
U s u l a n T e k n i s E - 92
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
o Pengukuran penampang melintang
o Pengambilan contoh air (sedimen) : Suspended Load, Bed Load
o Pengamatan Terrain daerah tangkapan, pengamatan Tata Guna
Lahan
o Penulusuran sistem drainase
Metodologi Pelaksanaan
1. Menentukan Lokasi Pengukuran Debit Sungai
Untuk meramalkan banjir yang lebih akurat, pengukuran debit sungai
harus dilakukan berkali-kali. Oleh karena itu, pilihlah lokasi yang strategis.
Yang paling ideal untuk mengukur debit adalah pada bangunan air yang
ada di sungai itu, seperti bendungan, pintu air, siphon, talang air, saluran,
gorong-gorong, waduk, dan lain-lain. Khususnya untuk bendungan besar,
anda tidak usah mengukur debit, karena ada operator bendung yang
mencatat tinggi air, dan sekaligus debitnya. Kalau anda beruntung, anda
bisa memperoleh data pengukuran debit sampai beberapa puluh tahun
yang lalu.
Kalau bangunan seperti itu tidak ada, maka sebaiknya adan menghubungi
Litbang air dari Departemen Kimpraswil, yang berlokasi di Bandung.
Banyak sungai ditanah air yang sudah diukur secara rutin, dan dibukukan
debitnya dengan baik.
Lokasi pengukuran debit harus bebas dari olakan air, arus yang tidak
teratur (tidak simetris), erosi pada sisi sungai, interupsi dari inlet atau out-
let anak sungai, atau adanya pengendapan didasarnya. Gambar E.66
memberikan rambu-rambu lokasi pengukuran debit sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 93
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 66 Rambu-rambu lokasi pengukuran debit sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 94
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
2. Pengukuran kecepatan aliran
Sebelum mulai mengukur aliran sungai terlebih dahulu harus dipilih lokasi sekitar
pos duga yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Palung sungai harus sedapat mungkin lurus dengan arah arus kecepatan
sejajar satu dengan yang lain.
a. Dasar sungai sedapat mungkin tidak berubah-ubah, bebas dari batu
besar, tumbuhan air dan bangunan air yang menyebabkan jalur
kecepatan tidak sejajar satu dengan yang lainnya.
b. Dasar penampang sungai sedapat mungkin rata supaya pada waktu
menghitung penampang basah hasilnya mendekati sebenarnya.
Tahap kegiatan pengukuran:
Mengukur pada kedalaman garis vertikal yang akan diukur kecepatannya
kemudian menentukan titik kedalaman pengukuran (0.2; 0.8 atau 0.2; 0.6;
0.8 atau 0.6 saja).
Mengukur jarak dari tepi permukaan sungai ke setiap garis pengukuran
vertikal.
Mencatat jumlah putaran yang terjadi pada setiap titik pengukuran.
Menghitung kecepatan daripada setiap titik pengukuran berdasarkan jumlah
putaran yang diperoleh dan selanjutnya merata-ratakan.
Menghitung luas bagian penampang melintang untuk setiap jalur.
Menghitung besar aliran untuk setiap bagian jalur penampang melintang
dengan menggunakan rumus Q = A . V.
Kegiatan ini terus berulang untuk setiap jalur garis vertikal pada seluruh
penampang melintang.
Besar aliran untuk seluruh penampang basah adalah jumlah kumulatif
seluruh besar aliran bagian dari seluruh vertikal. Kecepatan rata-rata aliran
penampang basah diperoleh dengan membagi besar aliran seluruh
penampang dengan luas seluruh penampang melintang.
U s u l a n T e k n i s E - 95
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
3. Pengukuran penampang melintang
Pengukuran melintang sungai dilakukan pada lokasi/tempat yang sama dengan titik
pengukuran kecepatan arus. Pengukuran penampang melintang akan dicocokkan
terhadap pengukuran topografi, dimana pengukuran melintang dilakukan dengan
interval 400 m pada saluran dan 2000 m pada sungai dengan echosounder atau
sesuai petunjuk direksi.
4. Penelusuran sistem drainase
Penulusuran dilakukan dengan menelusuri saluran atau sungai yang ada dan
kemudian dilakukan pengukuran hidrometri. Penelusuran dihentikan pada cabang
saluran drainase sekunder.
Mengukur Kecepatan Arus dengan Pelampung
Pelampung adalah pengukuran arus yang paling sederhana. Bahan yang bisa
adalah stereofoam (semacam busa putih). Disarankan untuk membentuk seperti
badan kapal, supaya memiliki karakteristik hidrolis yang paling ideal. Yang diukur
adalah kecepatan permukaan pada sepertiga lebar sungai, mengikuti distribusi
kecepatan yang berbentuk parabola datar dan hiperbola tegak, seperti Gambar
E.67.
Gambar E. 67 Distribusi kecepatan aliran pada suatu tampang sungai.
U s u l a n T e k n i s E - 96
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Contoh Penyelesaian
Diketahui : Hasil pengukuran kecepatan arus permukaan suatu sungai pada
sepertiga lebar, masing-masing adalah 1,52 m/detik dan 1.63 m/detik.
Ditanya : Kalau luas penampang sungai tersebut 247 m
2
, berupa debit pada
penampang sungai tersebut?
Penyelesaian : Pengukuran sepertiga lebar sungai digambarkan pada Gambar E.68.
Sehingga kecepatan rata-rata adalah 0.5 x (1.52 + 1.63) = 1.575
m/detik.
Gambar E. 68 Distribusi kecepatan aliran sungai secara horisontal dan
vertikal.
Vrata-rata = 0.80 x VPermukaan = 1.575 =1,26 m
3
/detik
Debit sungai = 247 x 1,26 = 311,22 m
3
/detik
Mengukur Kecepatan Air dengan Current Meter
Bentuk alat ini seperti terlihat pada Gambar E.51. Semakin kuat putaran kincir,
maka semakin besar kecepatana aliran, yang biasanya dinyatakan dalam rumus :
V = kn +m
Dimana : V = kecepatan Aliran (cm/detik)
n = jumlah putaran untuk suatu waktu tertentu.
K dan m = koefisien yang besarnya tergantung jenis alat kincir.
U s u l a n T e k n i s E - 97
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 69 Alat ukur current meter.
Contoh penyelesaian
Di ketahui : Curent Meter dengan kincir no.2, memiliki rumus V = 0.73 n + 24,
dipakai untuk mengukur sungai dengan lebar 12 meter.
Ditanyakan : Lakukan hitungan debit, dengan cara dua titik.
Penyelesaian :
(1) Bagi lebar sungai 12 meter atas interval @ 2m
(2) Pada pusat luasan 2 meter ini, celupkan kincir Curent meter, pada dua titik,
berarti kincir ditempatkan pada kedalam, masing-masing 0,2 d dan 0.8 d dari
dasar sungai, dimana dalam airnya dinyatakan dengan d.
U s u l a n T e k n i s E - 98
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 70 Format Hitungan debit dengan Current meter.
Mengukur debit dengan methode Direct Step.
Bertitik tolak pada kenyataan, bahwa setiap bangunan air yang berbentuk
prismatis, dapat dimanfaatkan sebagai bangunan ukur debit. Hanya muka air dan
kedalamnnya yang selalu berubah sesuai dengan debit yang mengalir. Oleh karena
itu, dengan mencatat data aliran hulu dan hilir, maka kita dapat menghitung debit.
Dalam hal ini, kita memanfaatkan Rumus Direct Step yang memberikan hubungan
jelas antara tampang muka air hulu dan hilir, seperti terlihat pada Gambar E.70.
U s u l a n T e k n i s E - 99
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 71 Sketsa hidrolis rumus direct step.
Pada Gambar E.71, diukur jarak antar tampang, yaitu sebesar L. Selanjutnya
diperoleh hubungan hidrolis tampang hulu dan hilir, menurut Hukum Bernouli :
S0 L + yu +
g 2
V
2
u
= yd +
g 2
V
2
d
+ Sf L
Dalam hal ini : yu +
g 2
V
2
u
= Eu = Spesifik enersi
S0 L + Eu = Ed + Sf L L =
f 0
u d
S S
E E

Dimana : L = Jarak antara tampang hulu hilir (m)


Eu = Enersi Spesifik Tampang hulu (m)
S0 = Kemiringan dasar saluran hulu hilir
Sf = Kemiringan garis tekan hulu hilir
Besarnya Sf dihitung dengan Rumus Manning
Sf =
3 / 4
2 2
R
v n
Dimana : n = angka kekasaran Manning
U s u l a n T e k n i s E - 100
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
V = kecepatan aliran (m/detik)
R = Radius Hidrolik = A/P (m)
A = Luas basah (m
2
)
P = Keliling basah (m)
Apabila besarnya Sf antara tampang hulu hilir tidaklah sama, maka dipakai harga
rata-ratanya.
Contoh
Diketahui : Bagian sungai yang telah diberi pasangan batu kali, telah diukur
dengan Waterpas dan hasilnya, seperti terlihat pada Gambar
E.72.
Ditanyakan : Hitung Debit Aliran dengan Methode Direct Step.
Gambar E. 72 Hasil pengukuran dengan waterpass.
Penyelesaian : Karena diperlukan perhitungan yang sifatnya coba-coba (trial &
Error), pakailah Komputer PC (yang sudah banyak dimiliki di
mana-mana), dan bukalah program Excel.
U s u l a n T e k n i s E - 101
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Buatlah format yang bisa dipakai ulang dan di copy berkali-kali sebagai berikut :
Kolom 1 : Nomor urut
Kolom 2 dan 3 : Nomor stasiun Hulu dan Hilir (untuk menandai lokasinya pada
peta)
Kolom 4,5,dan 6: Ukuran saluran, berupa lebar dasar sungai (kolom 4), lebar atas
sungai (kolom 5), kedalaman sungai (kolom 6)
Kolom 7 dan 8 : Elevasi Dasar sungai hulu dan hilir
Kolom 9 dan 10 : Elevasi muaka air hulu dan hilir
Kolom 11 : Tuliskan trial debit, lihat kolom 20, apakah jarak hulu hilir
sudah sama dengan jarak terukur, dan hentikan tiral.
Kolom 14,15, dan 16 : Menghitung besarnya Sf untuk tiap tampang dengan rumus :
Sf = (Q
2
n
2
)/A
2
R
4/3
Kolom 15 menyimpulkan rata-rata dari kolom 13 dan 14.
Kolom 17,18 dan 19 : Menghitung Enersi Spesifik
E = h + V
2
/2g
Kolom 15 menyimpulkan rata-rata dari kolom 13 dan 14
Kolom 20 : Jarak hulu hilir dihitung, dengan trial debit. Kalau sudah
sama dengan jarak terukur hentikan trial ini.
U s u l a n T e k n i s E - 102
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E. 73 Perhitungan debit dengan metode direct step.
Pada hitungan trial dengan spread-sheet pertama sebesar 12.0 m
3
/detik,
menghasilkan jarak hulu hilir 48,56 m, padahal jarak terukur adalah 50,45 m. Maka
dilanjutkan dengan trial kedua, dan seterusnya. Hasil akhir adalah debit sebesar
13,07 m
3
/detik, yang menghasilkan jarak hulu-hilir 50,45 meter.
Kesimpulan : debit sungai pada saat pengukuran adalah 13,07 m
3
/detik
E.8.2 Survei Bangunan-bangunan Air
Maksud dan Tujuan
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang :
- dimensi hidrolis dan kapasitas bangunan air
- pola aliran yang terjadi
- informasi keadaan bangunan saat banjir
U s u l a n T e k n i s E - 103
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
- inventarisasi bangunan air beserta permasalahannya
- inventarisasi operasi dan pemeliharaan
Ruang lingkup
o Pola aliran, pengukuran dimensi bangunan-bangunan air
o Pengukuran kecepatan aliran yang melewati bangunan-bangunan
air
o Pengukuran penampang melintang
o Pengukuran dimensi maupun elevasi-elevasi saat banjir
o Pengumpulan data operasi dan pemeliharaan
Metodologi Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah :
- wawancara dengan penduduk setempat
- pencatatan langsung di lokasi bangunan air, pemotretan bangunan air
- pengumpulan bahan-bahan tentang operasi dan pemeliharaan langsung di lokasi
- pengukuran penampang dilakukan seperti pada pekerjaan hidrometri
Peralatan
Current meter, Nossel, Botol sampel, Tutup botol, Kamera, Pita ukur, Peta,
Formulir Data.
Output
- Data debit, Data kecepatan aliran sekitar lokasi
- Data ketinggian muka air berupa elevasi banjir, normal dan minimal
- Data dimensi bangunan air
- Inventarisasi bangunan air di wilayah DAS
U s u l a n T e k n i s E - 104
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.9. PERMODELAN DALAM PERENCANAAN
E.9.1 Pemodelan Fluktuasi Muka Air Sungai (Banjir)
Umum
Simulasi hidrodinamis arus menggunakan suatu program yang mempunyai
beberapa modul dengan fungsinya masing-masing. Inti program ini adalah
pemodelan hidraulik yang dapat mensimulasikan perilaku sungai maupun
laut mendekati keadaan nyata dilapangan. Keluaran (output) yang
diharapkan adalah hasil simulasi kondisi nyata (existing) dan desain dalam
kala ulang tertentu. Elevasi muka air, kecepatan aliran dan kondisi pasang
surut dapat dimodelkan dalam hitungan pemodelan keadaan langgeng
(steady) dan tidak langgeng (dinamis-berubah terhadap waktu).
Modul yang akan digunakan dalam pekerjaan ini adalah HEC-RAS untuk
sungai. HEC-RAS 3.1.3 adalah modul yang dapat memodelkan kondisi
sungai dengan segala perubahan elevasi muka air, kecepatan dan beberapa
elemen hidraulis lainnya.
U s u l a n T e k n i s E - 105
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Grafik Pengamatan & Peramalan Pasang Surut
0
124
248
0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360
Waktu (Jam)
T
i
n
g
g
i

M
u
k
a

A
i
r

(
c
m
)
Data pengamatan
Hasil Peramalan
MSL
Hidrograf Banjir Rencana
53
68
83
101
122
136
149
162
0
50
100
150
200
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Waktu (jam)
D
e
b
i
t

(
m
3
/
s
)
2 th
3 th
5 th
10 th
25 th
50 th
100 th
200 th
Pemodelan
a. Kondisi Batas
Kondisi batas hulu debit masukan hasil analisa hidrologi sesuai dengan
catchment/ daerah tangkapan yang dimiliki sungai dalam proyek. Gambar
E.80 berikut ini merupakan contoh debit masukan yang akan menjadi
kondisi batas hulu.

Gambar E. 74 Contoh Hidrograf Banjir Rencana
Batas hilir merupakan pasang surut sesuai ditunjukkan pada Gambar E.81.
Gambar E. 75 Contoh Pasang Surut di Muara
U s u l a n T e k n i s E - 106
DED Pengendalian Banjir Kr. Tadu Kabupaten Nagan Raya
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Analisa banjir adalah analisa luapan air dibandingkan dengan kondisi elevasi
daratan dengan kala ulang tertentu. Luapan air ini bisa menggenangi
pemukiman atau fasilitas umum lainnya.
b. Skema Model
Pemodelan suatu sungai dengan menggunakan Hec-Ras mengikuti alur
existing sungai dengan data potongan melintang sebagai masukan dalam
model. Gambar.. contoh skema model
Gambar E. 76 Contoh Skema Model Sungai
c. Kalibrasi Model
Suatu model simulasi dari komputer dapat digunakan sebagai analisis jika
hasil simulasinya mendekati kenyataan yang ada dilapangan. Data-data
banjir di masa lampau dapat dijadikan acuan sebagai pembanding hasil
model dengan kenyataan yang ada dilapangan. Model yang sudah dikalibrasi
dapat digunakan untuk mendesain atau merencanakan banjir dari suatu
kawasan dengan periode kala ulang yang direncanakan.
U s u l a n T e k n i s E - 107
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Tripa-2
T
r
i
pa
Tripa-1
T
r
i
p
a
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Gambar E.83 berikut ini contoh dari kalibrasi model menggunakan Hec-
Ras. Berdasar informasi yang diterima dari masyarakat dan hasil survey
dapat diketahui lokasi banjir dan kedalaman genangan banjir. Simulasi
model disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan (existing). Lokasi
yang dilingkari merupakan daerah yang banjir hampir setiap tahun dengan
ketinggian genangan 0.3-0.5 m.
a.
Gambar E. 77 Contoh hasil permodelan sungai dengan modul HEC-RAS.
U s u l a n T e k n i s E - 108
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
-300 -200 -100 0 100 200
-3
-2
-1
0
1
2
Tripa Plan: kalibrasi SCS 12/29/2006
C57
Station (m)
E
le
v
a
tio
n
(
m
)
Legend
WS Max WS
Ground
Bank Sta
.08 .045 .08
Tripa-2
T
r
i
p
a
0 5000 10000 15000 20000
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
Tripa Plan: kalibrasi SCS 12/29/2006
Main Channel Distance (m)
E
le
v
a
t
i
o
n

(
m
)
Legend
WS MaxWS
Ground
LOB
ROB
Tripa Tripa-2
Tripa Plan: ex-25yrs-r1 12/29/2006
Legend
WS Max WS
Ground
Bank Sta
Ground
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
d. Hasil Keluaran Model
Output model Hec-Ras dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk seperti
tabel, potongan memanjang maupun melintang. Gambar berikut ini
merupakan salah satu contoh persperktif keluaran model yang
menggambarkan luapan sungai pada kondisi puncak.
Gambar E. 78 Contoh perspektif model sungai di Aceh
E.9.2 Stabilitas Struktur Bangunan
Struktur bangunan pengaman pantai perlu dilakukan perhitungan terhadap
stabilitas bangunan dan daya dukung tanah sehingga mampu memikul gaya
luar, seperti gelombang maupun gaya-gaya luar lainnya seperti adanya
tekanan tanah.
U s u l a n T e k n i s E - 109
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Tripa-2
T
r
i
pa
Tripa-1
T
r i
p
a
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Analisa Penurunan
Penurunan (settlement) dapat didefinisikan sebagai pergerakan vertikal
dasar suatu struktur yang dipengaruhi penambahan beban atau lainnya.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan, biasanya akibat
penambahan beban pada tanah sekitarnya, penimbunan, penurunan muka
air tanah, getaran, berat konstruksi. Besarnya penurunan dapat dinyatakan
dengan persamaan sebagai berikut:
S = Si + Sc + SS
di mana:
Si = penurunan segera (immediate settlement)
Sc = penurunan akibat konsolidasi pertama (primary consolidation
settlement)
Sc = penurunan akibat konsolidasi (secondary consolidation
settlement)
Harga Si jauh lebih kecil daripada harga SC dan waktu yang diperlukan juga
lebih kecil daripada waktu SC. Sedangkan SS merupakan tahapan kedua
sesudah selesainya penurunan pertama, waktu yang diperlukan SS sangat
lama dan harga penurunannya juga kecil.
a. Penurunan Segera (Immediate Settlement)
Penurunan langsung disebabkan karena pemampatan elastis tanah.
Berdasarkan teori elastis, besarnya penurunan (Si) dapat dihitung
dengan rumus:
( )
S
I . 1
E
q . B
S
2
S
o
i

di mana
IS = faktor pengaruh bentuk pondasi yang harga
bergantung pada B dan L
q
o
= gaya netto per unit luas (m)
= angka poisson
ES = modulus kompresi atau elastisitas (Youngs
Modulus)
L = panjang pondasi
B = lebar pondasi
U s u l a n T e k n i s E - 110
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Besaran-besaran yang dapat digunakan untuk analisa penurunan
segera dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel E. 7 Harga I
S
Untuk Macam-macam Bentuk Pondasi.
Faktor Pengaruh Bentuk Pondasi I
S

J enis Pondasi
Pusat Sudut Rata-rata
Bujursangkar 1,12 0,56 0,95 0,82
Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88
Persegi L/B
1,50
2,00
5,00
10,00
100,0
1,36
1,53
2,10
2,52
3,38
0,68
0,77
1,05
1,26
1,69
1,20
1,31
1,83
2,25
2,96
1,06
1,20
1,7
2,20
3,40

Tabel E. 8 Parameter Elastis Berbagai Jenis Tanah.
Faktor Pengaruh Bentuk Pondasi I
S

J enis Pondasi
Pusat Sudut Rata-rata
Bujursangkar 1,12 0,56 0,95 0,82
Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88
Persegi L/B
1,50
2,00
5,00
10,00
100,0
1,36
1,53
2,10
2,52
3,38
0,68
0,77
1,05
1,26
1,69
1,20
1,31
1,83
2,25
2,96
1,06
1,20
1,7
2,20
3,40

Penurunan Akibat Konsolidasi Pertama (Primary Consolidation
Settlement)
Penurunan konsolidasi pertama adalah penurunan yang disebabkan
pemampatan oleh daya mampat lapisan tanah yang di bawah.
Besarnya penurunan (SC) dalam cm, ditentukan dengan rumus:
S
C
= m
V
.P.H
di mana H = tebal tanah (m), atau
U s u l a n T e k n i s E - 111
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
( )

,
_

+
+

o
o
o
C
C
P
P P
xlog
e 1
H . C
S
Nilai CC (indeks kompresi) diketahui dari pengujian laboratorium atau
ditentukan dari Liquid limit (batas cair) tanah jenis lempung umumnya
yang mempunyai batas kepekaan < 4. Rumus indeks kompresi
ditentukan sebagai:
CC = 0,009 (LL 10)
b. Penurunan Akibat Konsolidasi Kedua (Secondary Consolidation
Settlement)
Besarnya penurunan kedua dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut:

,
_

p
ts S
t
t
log H C S
di mana
H
ts
= tebal lapisan tanah pada saat mulai konsolidasi kedua.
= H
t
- S
c
H
t
= tebal lapisan tanah.
S
C
= penurunan pertama konsolidasi.
t = waktu yang dibutuhkan untuk pemampatan kedua.
t
p
= waktu berakhirnya konsolidasi pertama.
C

= koefisien konsolidasi kedua.


Analisa Stabilitas Lereng
Analisa stabilitas lereng dihitung dengan Slice Method (Metode Irisan).
Analisa stabilitas dengan menggunakan metoda irisan dapat dijelaskan pada
Gambar E.85 di mana AC adalah busur kelongsoran coba-coba. Tanah di
atas busur tersebut dibagi menjadi beberapa irisan vertikal dengan lebar
setiap irisan tidak harus sama.
U s u l a n T e k n i s E - 112
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
r sin
A
n
n
C
bn
B
H
r
r
r
1
2
n
n W

Gambar E. 79 Permukaan Bidang Irisan.


Ditinjau irisan ke n seperti terlihat pada Gambar E.86. Berat irisan adalah
Wn. Gaya Nr dan Tr adalah komponen normal dan tangensial dari reaksi R.
Pn dan Pn+1 adalah gaya normal yang bekerja pada kedua sisi irisan. Gaya
geser yang bekerja pada kedua sisi irisan adalah Tn dan Tn+1. Untuk
penyederhanaan tekanan air pori diasumsikan sama dengan nol.
L
n

n
P
n
T
n
W
n
T
n+1
P
n+1
N
r
R=W
n
T
r

Gambar E. 80 Skema Gaya yang Bekerja Pada Analisa Stabilitas Metoda
Elemen Hingga.
U s u l a n T e k n i s E - 113
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Tinjauan keseimbangan,
n n r
cos . W N
Gaya geser penahan dapat diekspresikan sebagai:
( )
S
n
S
n . f
n d r
F
L . tan c
F
) (
) .(( T
+

Tegangan normal pada persamaan di atas adalah sama dengan:
n
n n
n
r
L
cos . W
L
N

Untuk keseimbangan ABC, momen terhadap titik O harus sama dengan


momen penahan terhadap titik O.
r . L . tan
L
cos . W
c
F
1
sin . W
n
n
n n
p n
1 n
S
p n
1 n
n n

,
_

, atau dapat dinyatakan


dalam F
s
( )

p n
1 n
n n
p n
1 n
n n n
S
sin . W
tan . cos . W L . c
F
Catatan : L
n
adalah hampir sama dengan b
n
/ cos
n
, di mana b
n
= lebar
irisan ke n.
Analisa Daya Dukung dan Stabilitas Geser
Analisa daya dukung dilakukan untuk mempelajari kemampuan tanah dalam
mendukung beban struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat
pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di
sepanjang bidang-bidang gesernya. Analisa daya dukung tanah dilakukan
dengan menggunakan persamaan Terzaghi yang diberikan sebagai berikut:
U s u l a n T e k n i s E - 114
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
q C u
N . B .
2
1
N . q N . c q + +
di mana:
c = kohesi tanah
= berat volume tanah
q = tekanan pada dasar pondasi
B = lebar pondasi
N
C
, N
q
, N

= faktor daya dukung Terzaghi yang dipengaruhi


Umumnya analisa daya dukung didasari pada analisa keruntuhan geser lokal
(local shear failure) dan keruntuhan geser umum (general shear failure)
sehingga nilai faktor daya dukung Terzaghi dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel E. 9 Nilai-nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi.
Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal

N
C
N
q
N

N
C
N
q
N


0
5
10
15
20
25
30
34
35
40
45
48
50
5,7
7,3
9,6
12,9
17,7
25,1
37,2
52,6
57,8
95,7
172,3
258,3
347,6
1,0
1,6
2,7
4,4
7,4
12,7
22,5
36,5
41,4
81,3
173,3
287,9
415,1
0,0
0,5
1,2
2,5
5,0
9,7
19,7
35,0
42,4
100,4
297,5
780,1
1153,2
5,7
6,7
8,0
9,7
11,8
14,8
19,0
23,7
25,2
34,9
51,2
66,8
81,3
1,0
1,4
1,99
2,7
3,9
5,6
8,3
1,.7
12,6
20,5
35,1
50,5
65,6
0,0
0,2
0,5
0,9
1,7
3,2
5,7
9,0
10,1
18,8
37,7
60,4
87,1

Penentuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk desain didasari atas
besarnya angka keamanan (FS) yang nilainya sekitar 3 (FSijin = 3). Besarnya
daya dukung tanah untuk suatu struktur yang ada di atasnya dapat
diperoleh menurut persamaan berikut.
U s u l a n T e k n i s E - 115
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
3 FS
P
q
FS
ijin
i
u
>

di mana:
q
u
= daya dukung batas tanah
P
i
= total tekanan yang bekerja pada tanah
Sedangkan kemampuan tanah untuk menahan gaya geser yang terjadi
sebagai berikut:
1,5 FS
F
Fr
FS
ijin
i
i
geser
>

di mana:
Fr
i
= total tegangan yang menahan geser tanah
F
i
= total tegangan yang bekerja pada tanah
Analisa Stabilitas Guling
Analisa stabilitas guling dilakukan untuk melihat kemampuan struktur
dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.
Pengecekan stabilitas guling dilakukan dengan mengecek angka keamanan
struktur yang diberikan oleh persamaan berikut ini.
0 , 2 FS
M
Mr
FS
ijin
i
i
geser
>

di mana:
Mr
i
= total momen yang menahan pengaruh guling
M
i
= total momen yang bekerja pada tanah
U s u l a n T e k n i s E - 116
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.10. ESTETIKA DAN LINGKUNGAN
Karena bangunan pantai merupakan benda asing yang akan merubah
keseimbangan pantai, bagaimanapun juga pembuatan bangunan pengaman pantai
akan berdampak terhadap pantai di sekitarnya. Dalam perencanaan struktur
bangunan pengaman pantai ini harus diperhitungkan seminimal mungkin dampak
yang akan timbul, seperti terjadinya erosi dibagian hilir dari bangunan pantai.
Apabila memungkinkan, struktur pengaman pantai harus diusahakan di mana
dampak dari struktur sangat kecil seperti pada pantai tetangganya.
E.11. RENCANA MUTU KEGIATAN
Sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan pekerjaan SID Pantai dan Muara
Krueng Seumayam. diKabupaten Nagan Raya, maka metodologi pendekatan
pelaksanaan kegiatan tersebut diatas pada usulan teknis ini, kami terapkan Sistem
Jaminan Mutu ISO - 9000 dalam rangka upaya pembenahan manajemen yang
fundamental untuk memberikan landasan yang kokoh dalam memenuhi harapan
pelanggan terutama instansi pemerintah Badan / Lembaga atau Dinas sebagai
pengguna jasa dalam mengelola kegiatan - kegiatan pembangunan.
Sistem Jaminan Mutu standar ISO - 9000 selalu berorientasi pada perbaikan mutu
dan pencegahan tidak terjadinya kegagalan. Sehingga tujuan utama memberikan
jaminan kepuasan bagi pengguna jasa dengan prinsip biaya pencegahan dan
perbaikan jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya kegagalan.
Pengendalian produk / jasa merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kegagalan, maka untuk itu kami tempuh langkah - langkah antara lain :
Mengambil insiatif untuk mencegah munculnya ketidak sesuaian produk /
jasa;
Mengidentifikasi dan mencatat masalah yang mempengaruhi mutu
produk/jasa, proses dan sistem mutu ;
Membahas dan merekomendasikan usul perbaikan melalui jalur yang
ditetapkan;
Memantau efektiftas perbaikan yang direkomendasikan;
U s u l a n T e k n i s E - 117
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
Melakukan pengendalian tindak lanjut sampai ketidak sesuaian terkoreksi.
Penerapan Sistem Jaminan Mutu pada kegiatan pekerjaan Detail Design
Penanggulangan Banjir dan Abrasi Pantai, kami akan selalu memperhatikan hal-hal
sebgai berikut :
Menuntut komitmen yang tinggi dan tanggung jawab yang besar dari
manajemen mutu.
Menuntut keterlibatan dan kejelasan tanggung jawab semua tingkatan atau
komponen dalam pelaksanaan kegiatan Detai Design yang diuraikan pada
Kerangka Acuan Kerja.
Faktor manusia sangat memegang peranan penting. Motivasi dan disiplin
yang lemah akan berakibat pada kelambatan implementasi penerapan
Sistem Jaminan Mutu.
Cenderung untuk berpikir kritis dalam mempertanyakan kegunaan dan
efektivitas serta mencari kelemahan sistem standar dan ini juga akan
mengakibatkan lambatnya penerapan SJM ISO - 9000.
Sebagai kriteria keberhasilan penerapan Sistem Jaminan Mutu, kami konsisten
terhadap hal-hal sebagai berikut :
Produk / hasil kegiatan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan;
Ketersediaan dokumen mutu;
Pemahaman pelaksana / tim yang akan terjun melaksanakan pekerjaan
terhadap prosedur / instruksi kerja;
Konsitensi penerapan.
Selanjutnya penerapan Sistem Jaminan Mutu pada pelaksanaan kegiatan
pekerjaan Detail Design merupakan Metodologi pelaksanaan kegiatan yang kami
usulkan, yaitu dengan dibuatnya RENCANA MUTU KEGIATAN.
Rencana Mutu Kegiatan (RMK) ini dimaksudkan sebagai suatu alat / instrumen
dokumen yang menjadi panduan untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dengan prosedur yang baku,
sekaligus sebagai alat pengendalian pelaksanaannya.
Sebagai jaminan pelaksanaan kegiatan tersebut, maka pada Dokumen Rencana
Mutu Kegiatan ini terdapat adanya suatu sistem mutu seperti tersedianya
organisasi perusahaan yang mantap dan memahami terhadap Sistem Jaminan Mutu
U s u l a n T e k n i s E - 118
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
selain pengalaman yang cukup handal dari Tim yang akan melaksanakan kegiatan.
Pemenuhan terhadap standar baku / prosedur yang ditetapkan dalam
pengamatan, penelitian dan analisa seperti analisa hidrologi, survey pengukuran
dst. Selanjutnya pada sistem mutu ini adanya pengendalian terhadap pelaksanaan
kegiatan, serta adanya rencana / program kegiatan sesuai dengan tahapan
kegiatan yang rinci dan jelas seperti yang tersusun pada bagan alir pekerjaan.
Pengendalian dokumen / rekaman mutu dari setiap kegiatan merupakan bagian
dari penerapan Sistem Jaminan Mutu, yang berguna sebagai dokumen
pelaksanaan.
U s u l a n T e k n i s E - 119
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.1. PENDAHULUAN............................................................................................................................1
E.2. BANJIR..............................................................................................................................................1
E.2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan ..........................................................................................3
E.2.2 Penyebab Banjir dan Konsep Penanggulangannya...................................................................5
E.2.3 Prasarana dan Sarana(Infrastruktur)......................................................................................18
E.2.4 Infrastruktur Air Perkotaan.....................................................................................................20
E.3. KONSEP DRAINASE...................................................................................................................22
E.3.1 Drainase Ramah Lingkungan...................................................................................................23
E.3.2 Sistem Pembuangan Air Hujan di Rumah ...............................................................................25
E.3.3 Saluran Drainase Sebagai Long Storage ................................................................................27
E.3.4 Kolam Tamandi Kompleks Perumahan....................................................................................27
E.3.5 Peningkatan Luas Badan Air...................................................................................................31
E.3.6 Penataan Kawasan Sekitar Waduk..........................................................................................32
E.3.7 Pemeliharaan Kebersihan........................................................................................................32
E.3.8 Penataan Saluran Drainase di Kawasan Industri...................................................................32
E.4. KONSEP PEMBANGUNAN SUNGAI BERWAWASAN EKOLOGI-HIDRAULIK (EKO-
HIDRAULIK) SEBAGAI SOLUSI.........................................................................................................33
E.4.1 Pendekatan Integralistik Ekologi dan Hidraulik, Harmonis Antara Perilaku Alamiah dan
Pembangunan dan Kesatuan Antara Konservasi dan Pembangunan.................................................33
E.4.2 Drainasi Bebas Banjir dan Ramah Lingkungan......................................................................37
E.4.3 Konsep Distribusi Banjir Eko-Hidraulik..................................................................................41
E.4.4 Konsep Penanganan Sungai Kecil...........................................................................................43
E.4.5 Implementasi Penentuan Batas Wilayah Sungai......................................................................47
E.4.6 Implementasi Konsep ORPIM (One River One Plan One Integrated Management)..............52
E.4.7 Konsep Eko-Hidraulik dalam Penanggulangan Banjir...........................................................53
E.4.8 Restorasi Sungai di Indonesia..................................................................................................58
E.5. PEMANFAATAN FOTO UDARA, FOTOGRAMTERI DAN INTERPRETASI FOTO UDARA
DALAMSALURAN DRAINASE...........................................................................................................60
E.5.1 Foto Udara...............................................................................................................................61
E.5.2 Interpretasi Citra Foto/Satelit..................................................................................................62
E.5.3 Fotogrametri............................................................................................................................63
E.6. HIDROLOGI..................................................................................................................................69
E.6.1 Limpasan (Runoff)....................................................................................................................69
1. BAGIAN LENGKUNG NAIK (RISING LIMB ) HIDROGRAF SATUAN MEMPUNYAI PERSAMAAN :.............76
2. BAGIAN LENGKUNG TURUN (DECREASING LIMB)...............................................................................76
3. SEDANGKAN WAKTU TP = TG + 0,8 TR..............................................................................................76
4. DENGAN BESARNYA =.....................................................................................................................77
ASUMSI YANG DIPERGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN INI ADALAH :...................................................77
U s u l a n T e k n i s E - 120
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara
Apresiasi Inovasi Apresiasi Inovasi
E.7. PERENCANAAN SISTEM DRAINASE .....................................................................................78
E.7.1 Aspek Teknis.............................................................................................................................82
E.7.2 Aspek Ekonomi dan finansial...................................................................................................85
E.7.3 Aspek Sosial Budaya................................................................................................................87
E.7.4 Aspek Legalitas atau Perundang-undangan............................................................................88
E.7.5 Aspek Kelembagaan.................................................................................................................89
E.7.6 Aspek Lingkungan....................................................................................................................90
E.8. SURVEI HIDROMETRI DAN SISTEM DRAINASE .................................................................92
E.8.1 Survei Hidrometri.....................................................................................................................92
A. PALUNG SUNGAI HARUS SEDAPAT MUNGKIN LURUS DENGAN ARAH ARUS KECEPATAN SEJAJAR SATU
DENGAN YANG LAIN.................................................................................................................................95
A. DASAR SUNGAI SEDAPAT MUNGKIN TIDAK BERUBAH-UBAH, BEBAS DARI BATU BESAR, TUMBUHAN
AIR DAN BANGUNAN AIR YANG MENYEBABKAN JALUR KECEPATAN TIDAK SEJAJAR SATU DENGAN YANG
LAINNYA...................................................................................................................................................95
B. DASAR PENAMPANG SUNGAI SEDAPAT MUNGKIN RATA SUPAYA PADA WAKTU MENGHITUNG
PENAMPANG BASAH HASILNYA MENDEKATI SEBENARNYA......................................................................95
E.8.2 Survei Bangunan-bangunan Air.............................................................................................103
E.9. PERMODELAN DALAM PERENCANAAN............................................................................105
E.9.1 Pemodelan Fluktuasi Muka Air Sungai (Banjir)....................................................................105
E.9.2 Stabilitas Struktur Bangunan.................................................................................................109
E.10. ESTETIKA DAN LINGKUNGAN............................................................................................117
E.11. RENCANA MUTU KEGIATAN..............................................................................................117
U s u l a n T e k n i s E - 121
Pemetaan Foto Udara Untuk Saluran Drainase
di Kecamatan Bekasi Timur, Barat, Selatan dan Utara

You might also like