You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi

penggunaan sumber ekonomi agar sumber yang tersedia tersebut dapat digunakan secara efisien. Sebuah perusahaan mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan sumber biaya yang ada sangat terbatas. Dengan analisis ini perusahaan menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis manfaat dan biaya merupakan alat bantu untuk membuat keputusan yang terbaik dengan mempertimbangkan kesejahteraan menitikberatkan masyarakat. pada Analisis manfaat dan faktor biaya ini hanya tanpa

efisiensi

penggunaan

produksi

mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di tangan pemegang kekuasaan eksekutif dan juga dalam memilih dan mempertimbangkan faktor lain. Analisis biaya dan manfaat dalam sebuah perusahaan memanglah sangat penting guna mengantisipasi penggunaan sumber daya yang langka agar dapat dimanfaatkan secara efisien dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat setidaknya perusahaan dapat menentukan program-program

yang terbaik untuk perusaanya dan juga sekaligus dapat digunakan untuk menentukan perencanaan-perencanaan kedepan dalam perusahaan tersebut

karena dalam menentukkan sebuah kebijakan dalam perusahaan perlu adanya pertimbangan yang matang dimana dengan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan baik maka resiko dalam perusaan dapat sedikit dikendalikan dan sumber ekonomi yang ada tidak akan terbuang sia-sia. sehingga produktifitas perusahaan akan terganggu dan dapat terus bergerak maju maka dari itu bagaimana melakukan analisis biaya dan manfaat dalam sebuah perusahaan sangatlah penting dan mengetahui peranan analisis biaya dan manfaat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Cost Benefit Analysis? 2. Apa tujuan dilakukan Cost Benefit Analysis? 3. Apa manfaat dari Cost Benefit Analysis? 4. Bagaimana langkah-langkah Cost Benefit Analysis? 5. Bagaimana aplikasi Cost Benefit Analysis?

1.3 Tujuan 1. Memahami pengertian Cost Benefit Analysis? 2. Memahami tujuan Cost Benefit Analysis? 3. Memahami manfaat dari Cost Benefit Analysis? 4. Memahami langkah-langkah Cost Benefit Analysis? 5. Memahami aplikasi Cost Benefit Analysis?

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian CBA (Cost Benefit Analysis) Cost Benefit Analysis atau Benefit-Cost Analysis merupakan metode yang umum digunakan pada proses evaluasi manajemen. Tidak menutup kemungkinan juga analisis ini digunakan dalam tahap perencanaan. Analisis ini digunakan untuk menilai beberapa alternatif sumber daya maupun program yang memiliki manfaat lebih besar atau lebih baik dari alternatif lainnya. Cost Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk alokasi beberapa bahan jika keuntungan ditinjau dari perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah (Orion, 1997). Pengertian Cost Benefit Analysis menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Siegel dan Shimp (1994), Cost Benefit Analysis merupakan cara untuk menemukan alas an dalam menentukan biaya pengambilan alternatif dari pengukuran hasil yang menguntungkan dari alternative tersebut. Analisis ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.

b.

Vogenberg (2001) mendefinisikan Cost Benefit Analysis sebagai tipe analisisyang mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter. CBA merupakan tipe penelitian

farmakoekonomi yang komprehensif dan sulit dilakukan karena mengkonversi benefit atau manfaat ke dalam nilai uang. c. Menurut Schniedrjans, et. al. (2004), Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternatif tindakan yang akan dilakukan. d. Menurut Keen (2003), Cost benefit Analysis merupakan analisis bisnis untuk memberikan gambaran kenapa harus memilih atau tidak memilih spesifikasi dari suatu investasi. Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis cost-benefit, perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu cost-benefit (manfaatbiaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian suatu program atau suatu rencana dengan

mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaatdan biaya dlaam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio finansial atau keuangan. Dibandingkan dengan penerapannya dalam bidang investasi, penerapan analisis cost-benefit telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan analaisis cost benefit antara lain yaitu penerapannya dalam bidang pengembangan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, analisis ini umum digunakan pemerintah untuk menentukan kelayakan pengembangan suatu peroyek. Jadi, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat dari suatu proyek, keputusan maupun kebijakan pemerintah. CBA mengukur biaya dan manfaat dengan menggunakan beberapa ukuran moneter dan berguna untuk memilih alternatif terbaik atau mengevaluasi alternatif dan intervensi yang sudah diterapkan. 2.2 Tujuan CBA (Cost Benefit Analysis) Menurut Dunn (2003) tujuan analisis CBA adalah: a. Untuk merekomendasikan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan dalam bentuk uang.

b. c. d.

Digunakan untuk menganalisis kelayakan/ efisiensi suatu proyek. Dapat digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat. Analisis biaya manfaat dalam pengitungan biaya maupun manfaat diukur dengan mata uang sebagai unit nilai, sehingga memudahkan efisiensi. Dengan penghitungan total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan

atau manfaat dalam bentuk uang, maka akan diketahui perbandingan apakah kebijakan tersebut akan untung atau rugi dalam nilai ekonomi. Apabila diketahui dari penghitungan bahwa kebijakan akan merugi, maka pengambil kebijakan dapat memberikan rekomendasi agar kebijakan berjalan efektif dan dengan dampak yang menguntungkan. Dengan begitu, maka kebijakan dapat dinilai sebagai kebijakan yang menguntungkan dan manfaat dapat diukur. Sehingga dapat mendukung efisiensi kebijakan dengan terhindarnya dari kerugian. Menurut Sjafrijal (2008) analisis penghitungan biaya manfaat hanya dapat digunakan untuk menganalisis proyek/kebijakan yang berskala besar atau makro. Seperti misalnya proyek/ kebijakan yang mempengaruhi kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Penggunaan sumber ekonomi secara efisien. Jika efisiensi terjamin, pencapaian kesejahteraan masyarakat dari kebijakan publik yang diimplementasikan lebih maksimal

(Mangkoesoebroto,2001: 165-166). Dengan keberhasilan suatu kebijakan publik, maka akan membawa dampak positif pada masyarakat yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat. 2.3 Manfaat CBA (Cost Benefit Analysis)

Menurut Tjiptoherijanto (1994) manfaat yang didapatkan dari analisis CBA adalah dapat mencegah kerugian di masa yang akan datang. Dengan menghitung pengeluaran dan dampak/manfaat dari sebuah program secara kuantitatif dalam bentuk uang, maka dapat diprediksikan efektifitas suatu program dan dampaknya, maka hal tersebut akan meminimalisir resiko kerugian di masa datang. Dalam bidang kesehatan, analisis biaya manfaat CBA yaitu pada program-program kesehatan, maka nilai manfaat didapatkan dari biaya yang bisa dicegah apabila program kesehatan tersebut berhasil. Dengan keberhasilan program kesehatan, maka kejadian penyakit dapat ditekan, nilai manfaat didapatkan dengan menominalkan biaya yang dapat dicegah akibat tidak terjadinya penyakit. Mushkin dan Collins (1959) dalam buku Ekonomi Kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994) menyarankan bahwa nilai manfaat mungkin saja diperoleh dengan menghitung biaya ekonomi suatu penyakit. 2.4 2.4.1 Kelebihan danKelemahan dari CBA (Cost Benefit Analysis) Kelebihan dari Cost Benefit Analysis: 1. 2. 3. Dapat dibandingkan. Transparan. Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat meningkatkan efisiensi, pilihan tersebut harus diambil). 2.4.2 Kelemahan dari Cost Benefit Analysis: 1. Penghitungan ekonomi untuk public good dengan mengunakan Cost Benefit Analysis sulit untuk dilakukan.

2.

Tidak

dapat

mengukur

aspek

multi

dimensional

seperti

keberlangsungan, etika, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan dan nilai-nilai sosial yang lain. 3. Cost Benefit Analysis juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada pengambil keputusan, tetapi tidak dengan sendirinya membuat keputusan. 4. Fokus pada efisiensi sehingga sering melupakan equity. Keduanya adalah dua kriteria yang berdiri sendiri dalam ekonomi kesejahteraan. 5. Efisiensi tergantung oleh beberapa pandangan, seperti pemerintah, masyarakat, generasi muda, tua, muda, pria, atau bahkan wanita. 2.5 Langkah Penetapan CBA (Cost Benefit Analisis) Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis. Identifikasi biaya dari masing-masing alternative dan intervensi. Menghitung total biaya dari masing-masing alternative atau intervensi. Identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative dan intervensi. 5. 6. 7. 8. Mentransformasi manfaat dalam bentuk uang. Menghitung total benefit. Menghitung rasio benefit. Melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau intervensi yang paling menguntungkan. 9. Melakukan analisis sensitifitas

2.5.1 Langkah 1 : identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis Dalam melakukan identifikasi alternative atau intervensi dari suatu program kesehatan, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa efektifitas (daya guna) dari intervensi tersebut sudah benar-benar efektif, diakui efektifitasnya dan sudah diterapkan kegunaannya. Intervensi yang dipilih untuk dilakukan analisis dapat lebih dari dua. Semakin banyak intervensi yang akan dianalisis semakin baik hasilnya karena akan memberikan pilihan yang bervariasi dan analisis yang lebih lengkap. Definisi operasional dari masing-masing alternative atau intervensi harus dijabarkan agar tampak perbedaan dari masing-masing intervensi yang akan dianalisis. Contoh : pemberantasan HIV AIDS vs

Pemberantasan TBC. Dalam hal ini ingin dibandingkan mana yang lebih besar manfaatnya apakah program pemberantasan HIV AIDS atau pemberantasan TBC. 2.5.2 Langkah 2 : identifikasi biaya dari masing-masing alternative atau intervensi Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan pengklasifikasian komponen-komponen seluruh biaya dari masing-masing alternative. Semua komponen biaya harus teridentifikasi baik yang bersumber dari anggaran proyek maupun dari anggaran lainnya. Klasifikasi biaya bisa dilakukan menurut beberapa cara lain meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan, biaya langsung dan tidak langsung, biaya kapital.

2.5.3 Langkah 3 : menghitung total biaya dari masing-masing alternatif atau intervensi Setelah seluruh komponen biaya teridentifikasi dan

diklasifikasikan kemudian dilakukan penghitungan total seluruh biaya dalam masing-masing intervensi. Cara penghitungan biaya total sama seperti dalam penghitungan unit cost. 2.5.4 Langkah 4 : identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative atau intervensi Dalam mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya alternative terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Sebagai contoh, bila kita ingin membandingkan program pemberantasan HIV AIDS dengan program pemberantasan TBC, maka kita harus identifikasi manfaat langsung dari program dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung dari program HIV AIDS adalah kesakitan dan kematian akibat HIV AIDS yang dapat dicegah. Sementara manfaat tidak langsung dari program pemberantasan HIV AIDS adalah kerugian dari keluarga dan masyarakat yang dapat dicegah. Demikian juga dengan identifikasi manfaat dari program pemberantasan TBC. 2.5.5 Langkah 5 : mentransformasi manfaat dalam bentuk uang Dalam mentransformasi manfaat dalam bentuk uang, untuk manfaat langsung kita dapat menghitung dengan menguangkan biaya akibat sakit dan akibat kematian dini karena HIV AIDS. Sementara manfaat tidak langsung, kita dapat menguangkan kerugian akibat HIV AIDS baik dari keluarga maupun masyarakat. Demikian juga dengan teknik menguangkan

10

manfaat dari program pemberantasan TBC. Manfaat langsung dari program pemberantasan TBC adalah dengan menguangkan biaya akibat sakit yang tidak dapat dicegah dan akibat kematian dini karena sakit TBC. Manfaat tidak langsung dari program TBC adalah menghitung kerugian yang dapat dicegah akibat kasus TBC di keluarga maupun masyarakat. 2.5.6 Langkah 6 : menghitung manfaat Penjumlahan antara benefit langsung dan tidak langsung dari masing-masing alternative atau intervensi dengan mengkonversikannya dalam bentuk uang. Dalam menghitung manfaat tentunya harus

mempertimbangkan discount rate bila manfaatnya akan diperoleh untuk periode waktu ke depan. 2.5.7 Langkah 7 : menghitung rasio biaya manfaat Setelah data tentang total biaya dan manfaat sudah tersedia maka dilakukan perhitungan Rasio Biaya Manfaat (Cost Benefit Rasio) untuk masing-masing intervensi. Bila intervensi yang dianalisa lebih dari 2 maka dapat dibuat tabel untuk memudahkan dilakukannya analisis untuk masingmasing intervensi. 2.5.8 Langkah 8 : melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau intervensi yang paling menguntungkan Analisis biaya manfaat dilakukan untuk menentukan pilihan yang paling menguntungkan dari beberapa intervensi. Pemilihan rasio yang paling menguntungkan diasumsikan dengan memilih rasio yang paling besar (lebih besar dari 1) dengan menggunakan cost recorvery rate yaitu

11

membandingkan antara benefit dengan biaya untuk melaksanakan intervensi. Untuk melakukan analisis biaya manfaat maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. b. c. d. e. Rasio biaya manfaat masing-masing intervensi. Kebijakan program nasional (berupa prioritas program). Ketersediaan anggaran program. Target yang ingin dicapai. Sarana dan tenaga yang ada.

2.5.9 Langkah 9 : Melakukan analisis sensitivitas Setelah dilakukan analisis untuk menentukan pilihan kemudian dilakukan analisis sensitifitas. Analisis senstivitas dilakukan untuk mengetahui kepekaan tingkat optimal terhadap kemungkinan perubahan setiap variabel atau pilihan yang digunakan. 2.6 Contoh Studi Kasus COST BENEFIT ANALYSIS (CBA) DALAM PENGADAAN ALAT CTSCAN ANTARA PEMBELIAN TUNAI DIBANDINGKAN DENGAN SISTEM KSO DI RS SITI KHODIJAH SIDOARJO OLEH ALIK ROCHANI NURYADI Gambaran Umum Instalasi Radiologi RS Siti Khodijah Pelayanan CT Scan RS Siti Khodijah belum sepenuhnya mencapai optimal. Hal ini disebabkan masih banyaknya pasien yang tidak mendapatkan pelayanan tersebut dikarenakan semakin seringnya alat tersebut tidak dapat digunakan karena rusak. Hal ini disebabkan karena unsur alat CT Scan tersebut sudah tidak ekonomis lagi. Untuk menciptakan pelayanan CT Scan yang

12

optimal pihak manajemen RS Siti Khodijah mempunyai suatu masterplan untuk mengganti alat tersebut dengan melakukan kerjasama operasional dengan pihak ketiga atau dengan membeli alat CT Scan secara tunai. Komposisi sumber daya manusia di RS Siti Khodijah berdasarkan tingkat pendidikan dan spesialisasinya dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 2.1 Keterangan Unit Radiologi RS Siti Khodijah Tahun 2008 No. 1. 2. 3. JENIS TENAGA KETERANGAN JUMLAH Spesialis Radiologi Memiliki SIP 2 orang Radiografer Surat Tugas 1 orang Petugas Proteksi Radiasi (PPR) D III Teknik 4 orang medik Radiologi Memiliki SIKR Tingkat I memiliki 8 orang SIB Fasilitas pelayanan di unit Radiologi RS Siti Khodijah dapat dilihat pada

tabel berikut ini. Tabel 2.2 Fasilitas Pelayanan Unit Radiologi di Rumah Sakit Siti Khodijah tahun 2008 No. Jenis Pelayanan Hari Buka Jam Buka 1. Pelayanan X-Ray Setiap hari 24 jam 2. Pelayanan USG Setiap hari 13.00 15.00 3. Pelayanan CT-Scan Setiap hari 07.0 15.00 Komponen Cost dan Benefit pembelian CT Scan secara tunai

2.6.1

a. Komponen cost 1) Biaya investasi Biaya investasi pada pengadaan alat CT- Scan dengan cara pembelian tunai adalah biaya gedung dan fasilitasnya dan biaya pembelian alat. Tabel berikut merupakan biaya investasi pengadaan alat CT Scan dengan pembelian tunai.

13

Tabel 2.3 Komponen Biaya investasi Pengadaan alat CT Scan dengan Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008 No. Jenis Komponen Biaya % 1. Gedung Rp. 21. 937.500 2,19 % 2. Renovasi Gedung Rp. 1.500.000 0,15 % 3. AC Rp. 1.500.000 0,15 % 4. Rak Buku Rp. 135.000 0,01 % 5. Meja Komputer Rp. 160.000 0,02 % 6. Kursi Lipat Rp. 80.000 0,01 % 7. Alat CT Scan Rp. 2. 500.000.000 97,47 % Jumlah Rp. 2.525.312.500 100 % Berdasarkan tabel 2.3 diatas dapat kita pelajari bahwa biaya investasi yang paling besar adalah komponen biaya untuk pembelian harga CT Scan yaitu sebesar 97, 47 % dari seluruh jumlah biaya investasi yang digunakan dalam pengadaan alat CT - Scan. Nilai aset gedung dihitung per m2 dengan luas ruangan pelayanan CT Scan adalah 29, 25 m2 dan harga per m2 Rp 750.000,2) Biaya operasional Biaya operasional pelayanan CT Scan meliputi biaya gaji pegawai beserta insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya umum. Tabel berikut adalah biaya operasional pengadaan alat CT Scan dengan pembelian tunai. Tabel 2.4 Biaya Operasional Pengadaan Alat CT Scan dengan Cara Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008. No. Jenis Komponen Biaya % 1. Biaya Pegawai Rp. 39.312.047,69,53 % 2. Biaya Film Rp. 6.960.000,12,31 % 3. Biaya ATK Rp. 1.035.600,1,83 % 4. Biaya Umum Rp. 7.712.820,13,64 % 5. Biaya Bahan Habis Pakai (BHP) Rp. 1.522.000,2,69 % Jumlah Rp. 57.582.467,100 % Berdasarkan tabel 2.4 dapat dipelajari bahwa biaya pegawai merupakan biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT Scan yaitu sebesar 69,53 % dari seluruh jumlah biaya operasional. Biaya

14

umum untuk listrik, air dan telepon dihitung dari banyaknya pemakaian biaya tersebut setiap hari dan nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam setahun. Biaya listrik diperoleh dari penjumlahan terdapatnya 13 buah lampu, 1 komputer dan alat CT Scan itu sendiri. Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL) adalah sebesar Rp. 1.380,- per Kwh. Biaya air diperoleh dari banyaknya konsumsi air untuk melayani pemeriksaan CT Scan dimana dibutuhkan 15 liter air per hari, maka rata rata dalam 1 tahun jumlah pemakaian air sebanyak 5.400 liter air. Asumsi Tarif air adalah Rp. 3.500,- per m2. Biaya telepon diperoleh dari frekuensi untuk menelpon pasien maupun dokter radiologi, dimana 1 hari terdapat 3 kali telepon, dengan asumsi tariff sekali telepon sebesar Rp. 500,- persekali panggilan. 3) Biaya Pemeliharaan Biaya pememliharaan dalam pelayanan CT-Scan berupa biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan alat CT Scan itu sendiri. Biaya pemeliharaan dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 2.5 Biaya pemeliharaan Pengadaan Alat CT Scan dengan Cara Pembelian Tunai di RS Siti Khodijah Tahun 2008 No. Jenis Komponen Biaya % 1. Gedung Rp. 420.800,2,97 % 2. Alat CT Scan Rp. 13.750.000,97,03 % Jumlah Rp. 14.170.800,100 % Berdasarkan tabel 2.5 diatas dapat dipelajari bahwa biaya pemeliharaan yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk pemeliharaan alat yaitu sebesar 97,03 % dari total biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan CT Scan dihitung berdasarkan biaya pemeliharaan normatif alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat.

15

4) Biaya kesempatan Biaya kesempatan yang hilang akibat alat yang rusak yang seharusnya dapat melaksanakan proses pelayanan CT Scan. Biaya kesempatan ini dapatdihitung dari rata rata jumlah pasien CT Scan yang dirujuk selama 1 tahun akibat kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan dengan tarif pelayanan CT-Scan. Rata rata jumlah pasien yang dirujuk selama kerusakan alat adalah 35 pasien. Sedangkan tarif pelayanan CT Scan adalah Rp. 650.000,5) Biaya eksternalitas Biaya eksternalitas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang secara tidak langsung akan mendukung kegiatan dalam pelaksanakan proyek. Biaya ini akibat dampak dampak yang tidak terkompensasi dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain. Biaya eksternalitas yang termasuk dalam pelayanan CT Scan adalah biaya pelatihan. Dengan adanya pelatihan maka akan meminimalisasi dampak negatif yang terjadi akibat adanya pelayanan CT Scan, misalnya pelatihan tentang penggunaan alat CT Scan secara baik dan benar. Biaya eksternalitas ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas radiologi yang dilaksanakan sekali dalam setahun dengan jumlah petugas sebanyak 4 orang. Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan dalam 1 tahun adalah sebesar Rp. 5.000.000,6) Biaya Risiko Kehilangan dan Kerusakan Barang Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat dari proses produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01

16

% dari total pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama dan ditargetkan adanya penurunan 5 % setiap tahun. b. Komponen Benefit 1) Pendapatan CT Scan RS Pendapatan rumah sakit dihitung berdasarkan tarif pelayanan CT Scan dari jumlah pelayanan. Pendapatan rumah sakit dari pelayanan CT Scan = tarif biaya pemeriksaan CT Scan x rata rata jumlah kunjungan/tahun. Asumsi bahwa kenaikan tarif pelayanan CT Scan adalah 10 % tiap 2 tahun dan adanya kenaikan jumlah kunjungan 10 % tiap tahun. Dengan tarif biaya pelayanan CT Scan sebesar Rp. 650.000,- maka pendapatan untuk tahun pertama adalah Rp. 237.250.000 2.6.2 Komponen Cost dan Benefit Sistem KSO

a. Komponen Cost 1) Biaya Investasi Biaya Investasi pada pengadaan alat CT-Scan dengan sistem KSO adalah biaya gedung dan fasilitasnya. Biaya investasi dapat dilihat pada table berikut ini Tabel 2.6 Komponen Biaya Investasi Pengadaan Alat CT Scan dengan Sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008 No. Jenis Komponen Biaya % 1. Gedung Rp. 21. 937.500 86,67 % 2. Renovasi Gedung Rp. 1.500.000 5,93 % 3. AC Rp. 1.500.000 5,93 % 4. Rak Buku Rp. 135.000 0,53 % 5. Meja Komputer Rp. 160.000 0,63 % 6. Kursi Lipat Rp. 80.000 0,32 % Jumlah Rp. 25.312.500 100 % Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat kita pelajari bahwa biaya investasi yang paling besar adalah pada komponen biaya gedung yaitu sebesar 86,67 %

17

dari seluruh jumlah biaya investasi yang digunakan dalam pengadaan alat CT Scan dengan KSO. Nilai aset gedung dihitung per m2, dengan luas ruangan pelayanan CT Scan adalah 29,25 m2an harga per m2 Rp. 750.000,2) Biaya operasional Biaya operasional pelayanan CT Scan meliputi biaya gaji pegawai beserta insentifnya, biaya pembelian film, biaya ATK, biaya BHP dan biaya umum. Tabel berikut adalah biaya operasional pengadaan alat CT Scan dengan KSO. Tabel 2.7 Biaya Operasional Pengadaan Alat CT Scan dengan Melalui Sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008. No. Jenis Komponen Biaya % 1. Biaya Pegawai Rp. 39.312.047,69,53 % 2. Biaya Film Rp. 6.960.000,12,31 % 3. Biaya ATK Rp. 1.035.600,1,83 % 4. Biaya Umum Rp. 7.712.820,13,64 % 5. Biaya Bahan Habis Pakai (BHP) Rp. 1.522.000,2,69 % Jumlah Rp. 57.582.467,100 % Berdasarkan tabel 2.7 dapat dipelajari bahwa biaya pegawai merupakan biaya yang paling banyak dikeluarkan untuk pelayanan CT Scan yaitu sebesar 69,53 % dari seluruh jumlah biaya operasional. Biaya umum untuk listrik, air dan telepon dihitung dari banyaknya pemakaian biaya tersebut setiap hari dan nantinya akan dihitung kebutuhannya dalam setahun. Biaya listrik diperoleh dari penjumlahan terdapatnya 13 buah lampu, 1 komputer dan alat CT Scan itu sendiri. Asumsi Tarif Dasar Listrik ( TDL) adalah sebesar Rp. 1.380,- per Kwh. Biaya air diperoleh dari banyaknya konsumsi air untuk melayani pemeriksaan CT Scan dimana dibutuhkan 15 liter air per hari, maka rata rata dalam 1 tahun jumlah pemakaian air sebanyak 5.400 liter air. Asumsi Tarif air adalah Rp. 3.500,- per m2. Biaya

18

telepon diperoleh dari frekuensi untuk menelpon pasien maupun dokter radiologi, dimana 1 hari terdapat 3 kali telepon, dengan asumsi tarif sekali telepon sebesar Rp. 500,- per panggilan. 3) Biaya Pemeliharaan Biaya pememliharaan pada pelayanan CT-Scan dengan KSO berupa biaya pemeliharaan gedung dan pemeliharaan alat CT Scan itu sendiri. Biaya pemeliharaan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.8 Biaya pemeliharaan Pengadaan Alat CT Scan dengan melalui sistem KSO di RS Siti Khodijah Tahun 2008 No. Jenis Komponen Biaya % 1. Gedung Rp. 420.800,2,97 % 2. Alat CT Scan Rp. 13.750.000,97,03 % Jumlah Rp. 14.170.800,100 % Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat dipelajari bahwa biaya pemeliharaan yang paling banyak dikeluarkan adalah biaya untuk pemeliharaan alat yaitu sebesar 97,03 % dari total biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan CT Scan dihitung berdasarkan biaya pemeliharaan normatif alat tersebut yaitu 5 % dari AIC alat. Berdasarkan rencana perjanjian KSO biaya operasional mengenai alat akan dibagi dan atau dibebankan kepada masing masing pihak dengan besaran jumlah yang sama yaitu 50 % pihak pertama dan 50 % pihak kedua. 4) Biaya kesempatan Biaya kesempatan merupakan biaya akibat hilangnya atau rusaknya alat yang seharusnya dapat melaksanakan proses pelayanan CT Scan. Biaya kesempatan ini dapat dihitung dari rata rata jumlah pasien CT Scan yang dirujuk selama 1 tahun akibat kerusakan alat ke rumah sakit lain, dikalikan dengan tarif pelayanan CT-Scan. Rata rata jumlah pasien yang dirujuk

19

selama kerusakan alat adalah 35 pasien. Sedangkan tarif pelayanan CT Scan adalah Rp. 650.000,5) Biaya eksternalitas Biaya eksternalitas merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang secara tidak langsung akan mendukung kegiatan dalam pelaksanakan proyek. Biaya ini akibat dampak dampak yang tidak terkompensasi dari tindakan seseorang terhadap kesejahteraan orang lain. Biaya eksternalitas yang termasuk dalam pelayanan CT Scan adalah biaya pelatihan. Dengan adanya pelatihan maka akan meminimalisasi dampak negatif yang terjadi akibat adanya pelayanan CT Scan, misalnya pelatihan tentang penggunaan alat CT Scan secara baik dan benar. Biaya eksternalitas ini diperoleh dari biaya pelatihan petugas radiologi yang dilaksanakan sekali dalam setahun dengan jumlah petugas sebanyak 4 orang. Biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit untuk pelatihan dalam 1 tahun adalah sebesar Rp. 5.000.000,6) Biaya Risiko Kehilangan dan Kerusakan Barang Biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang dapat terjadi akibat dari proses produksi. Asumsi kerusakan dan kehilangan barang sebesar 0,01 % dari total pembelian alat yaitu sebesar Rp. 250.000,- pada tahun pertama dan ditargetkan adanya penurunan 5 % setiap tahun. b. Komponen Benefit 1) Pendapatan CT Scan RS Pendapatan rumah sakit dihitung pada perjanjian kerjasama operasional yang telah disepakati dengan pihak ketiga dimana rumah sakit

20

memperoleh pendapatan 50 % dari seluruh total pendapatan pelayanan CT Scan. Pendapatan rumah sakit dihitung berdasarkan tarif pelayanan CT Scan dari jumlah pelayanan kemudian dikalikan 50 %. Pendapatan rumah sakit dari pelayanan CT Scan = (tarif biaya pemeriksaan CT-Scan x rata rata jumlah kunjungan /pertahun) x 50 %. Asumsi kenaikan tarif CT Scan adalah 10 % setiap 2 tahun dan asumsi kenaikan jumlah kunjungan rata rata 10 % setiap bulan.

2.6.3

Nilai Cost dan Benefit Dengan adanya inflasi yang terus meningkat setiap tahun maka komponen

cost dan benefit juga akan mengalami kenaikan biaya tiap tahun. Perhitungan cost benefit analysis ini akan dihitung mulai tahun 2010, untuk itu seluruh komponen cost dan benefits pengadaan alat CT-Scan pada tahun 2008 di transformasikan ke tahun 2010. Asumsi kenaikan biaya investasi adalah 10% pertahun. Hal berdasarkan dari terus meningkatnya kecanggihan teknologi mengakibatkan harga alat kesehatan juga semakin meningkat. Asumsi kenaikan biaya operasional adalah sebesar 5% pertahun. Asumsi biaya pemeliharaan gedung sebesar 10% pertahun dan biaya pemeliharaan alat adalah 5% dari AIC alat tersebut. Asumsi kenaikan biaya eksternalitas berdasarkan kebijakan pihak diklat RS Siti Khodijah adalah sebesar 10% setiap tahun. Asumsi biaya resiko kehilangan dan kerusakan barang adalah 0,01% dari total pembelian alat. Perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap komponen pengadaan alat CT-Scan baik pembelian tunai tahun 2010 dapat kita lihat tabel 6.10 berikut ini.

21

Tabel 2.9 Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara Pembelian Tunai di Unit Radiologi RS Siti Khodijah Tahun 2010 Komponen Hasil perhitungan A. Biaya Pengadaan CTScan dengan pembelian tunai 1. Biaya Investasi a. Gedung dan fasilitas (1+10%)x Rp. Rp. 25.820.850,00 b. Pembelian alat 23.473.500.Rp. 2.500.000.000,00 Total biaya investasi (1+10%)x Rp. Rp. 2.524.820.850,00 2. Biaya Operasional 39.312.047.a. Gaji dan insentif Rp. 43.243.251,70 pegawai b. Film 365 x Rp. 20.000.Rp. 7.300.000,00 c. Alat tulis kantor (ATK) Rp. 1.087.380,00 d. Bahan habis pakai (1+5%)x Rp. 1.035.600.Rp. 1.598.100,00 (BHP) (1+5%)x Rp. 1.522.000.e. Biaya umum (1+5%)x Rp. 18.900.1. Air Rp. 19.845,00 2. Listrik Rp. 4.903.416,00 3. Telfon (1+5%)xRp. 4.669.920.Rp. 567.000,00 Total biaya operasional (1+5%)xRp. 340.000 Rp. 58.718.992,70 (1+10%)x Rp. 420.000.3. Biaya pemeliharaan 5% x Rp. 250.000.000,a. Gedung Rp. 462.880,00 b. Alat CT-Scan Rp. 12.500.000,00 Total biaya pemeliharaan (1+10%)xRp. Rp. 12.962.880,00 22.750.000.(1+10%) x Rp. 5.000.000.4. Biaya kesempatan 0,01% x Rp. 2.500.000.000 Rp. 20.475.000,00 5. Biaya eksternalitas Rp. 5.500.000,00 6. Biaya kerusakan dan Rp. 250.000.000,00 kehilangan barang Rp. 2.623.727.722,70 Total Cost B. Manfaat Pengadaan CTScan dengan pembelian tunai Pendapatan rumah sakit 1x365x Rp. 650.000,Total benefit

Rp. 237.250.000,00 RP. 237.250.000,00

Berdasarkan taber 2.9 maka dapat kita pelajari bahwa pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau pendapatan. Hal ini disebabkan karena besarnya pembelian alat CT-Scan yaitu sebesar 76,2% dari seluruh total biaya. Sedangkan perhitungan nilai cost dan benefit dari tiap

22

komponen pengaduan alay CT-Scan dengan KSO tahuun 2010 dapat kita lihat pada tabel 6.11 berikut ini Tabel 2.10 Perhitungan Cost dan Benefit Pengadaan alat CT-Scan dengan Cara KSO di Unit Radiologi RSSK Tahun 2010. Komponen Hasil Perhitungan A. Biaya Pengadaan CT-Scan dengan KSO 1. Biaya investasi a. Gedung dan fasilitas (1+10%)xRp. 23.473.500.- Rp. Total biaya investasi 25.820.850,00 2. Biaya operasional Rp. a. Gaji dan insentif pegawai (1+10%)xRp. 39.312.047.- 25.820.850,00 b. Film 365 xRp. 20.000.c. Alat tulis kantor (ATK) (1+5%) xRp. 1.035.600.Rp. d. Bahan habis pakai (BHP) (1+5%) xRp. 1.522.000.43.243.251,70 e. Biaya umum Rp. 1. Air (1+5%) xRp. 18.900.7.300.000,00 2. Listrik (1+5%) xRp. 4.669.920.Rp. 3. Telepon (1+5%) xRp. 540.000.1.087.380,00 Total biaya operasional Rp. 3. Biaya pemeliharaan 1.598.000,00 a. Gedung (1+10%) xRp. 420.000.b. Alat CT-Scan (5%xRp.275.000.000)50% Rp. Total biaya pemeliharaan 19.845,00 4. Biaya kesempatan (1+10%)xRp. 22.750.000.- Rp. 5. Biaya eksternalitas (1+10% xRp. 5.000.000.4.903.416,00 6. Biaya kerusakan 0,01% xRp. 2.500.000.Rp. kehailangan barang 567.000,00 Rp. Total Cost 58.718.992,70 Rp. 462.880,00 Rp. 6.250.000,00 Rp. 6.712.880,00 Rp. 20.475.000,00 Rp. 5.500.000,00 Rp. 250.000,00 Rp.

23

117.447.722,70 B. Manfaat Pengadaan CTScan dengan pembelian tunai Pendapatan rumah sakit (365xRp. 650.000.-)x50% Total Benefit

Rp. 118.625.000,00 Rp. 118.625.000,00

Berdasarkan Tabel 2.10, maka dapat kita pelajari bahwa pada biaya pengadaan CT-Scan dengan pembelian tunai lebih besar dari manfaat atau pendapatan. Dengan cara penghitungan pada tabel diatasmaka kita dapat menghitung nilai cost dan benefit pengadaan alat VT-Scan selama 10 tahun kedepan. Dari data tersebut dapat dihitung nilai present value cost dan present value benefit masing-masing jenis komponen pengadaan alat CT-Scan 2.6.4 Rasio Present Value Cost dan Benefit Berdasarkan data perhitungan nilai cost dan benefit pengadaan alat CT Scan antara pembelian tunai maupun melalui system KSO diatas, maka dapat kita lihat rasio antara PV Cost dan Benefit pada tabel dibawah ini Tabel 2.11 Rasio PV benefit dan PV Cost Jenis Pengadaan PV Benefit (B) PV Cost (C) alat Ct-Scan Pembelian Tunai 2.897.358.139,66 3.415.342.951.,08 KSO 1.448.679.069,83 852.842.951,08

Rasio B/C 0,85 1,70

Berdasarkan tabel 2.11 dapat dipelajari bahwa nilai manfaat dari pengadaan alat CT Scan baik dengan cara pembelian tunai maupun sistem KSO dalam sepuluh tahun yang akan datang. Keuntungan selama 10 tahun yang akan datang pada pengadaan alat CT Scan dengan cara pembelian tunai lebih besar dibandingkan pengadaan CT Scan dengan melalui sistem KSO. Hal ini dapat dilihat dari PV benefit pengadaan alat dengan pembelian tunai sebesar Rp.

24

2.897.358.139,66 sedangkan pada pengadaan alat CT Scan melalui KSO sebesar Rp. 1.448.679.069,83. Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan alat CT-Scan dengan melalui KSO lebih sedikit yaitu PV sebesar Rp. 852.842.951,08 dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk pngadaan alat CT-Scan dengan cara pembelian tunai yaitu PV sebesar Rp. 3.415.342.951,08. Dari perbandingan PV benefit dan PV cost dari masing masing komponen pengadaan alat CT-Scan maka dapat diketahui bahwa nilai rasio B/C pada pengadaan alat CT Scan dengan cara pembelian tunai adalah 0,85, sedangkan rasio B/C pada pengadaan alat CT-Scan melalui KSO adalah 1,70.

2.6.5

Nett Present Value (NPV) Berdasarkan perhitungan present value masing masing pengadaan alat CT-

Scan, maka didapatkan nilai NPV. Tabel berikut adalah nilai nett present value masing masing pengadaan alat CT Scan. Tabel 2.12 Nett Present Value Pengadaan Alat CT Scan di RS Siti Khodijah Jenis PV Benefit (B) PV Cost (C) NPV (Rp) Pengadaan alat Ct-Scan Pembelian 2.897.358.139,66 3.415.342.951.,08 (-)517.948.811,42 Tunai KSO 1.448.679.069,83 852.842.951,08 (+)595.836.118,75 Berdasarkan tabel 2.12 dapat kita pelajari bahwa pengadaan alat dengan pembelian tunai menunjukkan hasil negatif, artinya benefit tidak cukup untuk menutup cost selama proyek tersebut berjalan selama 10 tahun sehingga proyek tersebut unfovourable. Sedangkan pengadaan alat dengan KSO menunjukkan hail

25

positif, artinya benefit lebih besar dari cost selama proyek tersebut berjalan 10 tahun sehingga proyek tersebut favourable. 2.6.6 Pengadaan Alat CT-Scan yang Paling Menguntungkan Dari hasil perhitungan ratio B/C diperoleh bahwa pengadaan alat CT-Scan melalui sistem KSO menunjukkan hasil positif sedangkan pengadaan alat CTScan dengan pembelian tunai menunjukkan hasil negatif. Hal ini dibuktikan dengan ratio B/C pada pengadaan CT-Scan melalui system KSO lebih besar (rasio B/C = 1,70) daripada pengadaan alat CT-Scan dengan pembelian tunai (rasio B/C = 0,85) dan hasil NPV menunjukkan hasil positif. Maka pada penelitian ini diperoleh pengadaan alat CT Scan dengan melalui system KSO lebih menguntungkan untuk dilaksanakan dibanding pengadaan alat CT-Scan dengan pembelian tunai.

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses analisis sistematis yang berupa perbandingan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan dalam menyelenggarakan kegiatan atau proyek. Cost Benefit Analysis digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan program. Perhitungan manfaat dan biaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Cost Benefit Analysis juga digunakan untuk mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk tindakan

26

yang akan direncanakan akan berubah. Cost Benefit Analysis (CBA) dapat diterapkan dalam bidang kesehatan. Analisis ini dapat digunakan untuk menilai apakah keuntungan lebih besar daripada biaya. Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang harus dilakukan, sebagai berikut: 1. Identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis. 2. Identifikasi biaya dari masing-masing alternative dan intervensi. 3. Menghitung total biaya dari masing-masing alternative atau intervensi. 4. Identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative dan intervensi. 5. Mentransformasi manfaat dalam bentuk uang. 6. Menghitung total benefit. 7. Menghitung rasio benefit. 8. Melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau intervensi yang paling menguntungkan. 9. Melakukan analisis sensitivitas

27

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Aula. 2010. Cost Benefit Analysis. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Aula%20Ahmad%20Ha fidh%20Saiful%20Fikri,%20SE.,M.Si./Cost%20Benefit%20Analysis.pdf. diakses tanggal 3 November 2012 Yuwono, Slamet Riyadi. 2009.Ekonomi Kesehatan (Health Economic) & Kewirausahaan(Entrepreneurship).http://www.fk.unair.ac.id/pptfiles/EKO NOMI%20KESEHATAN-S1-KEBIDANAN-UNAIR.EDIT.ppt. diakses tanggal 3 November 2012 Nuryadi, Alik Rochani. 2009. Cost Benefit Analysis (CBA) Dalam Pengadaan Alat CT-Scan Antara Pembelian Tunai Dibandingkan Dengan Sistem KSO Di RS Siti Khodijah Sidoarjo. Skripsi. Surabaya ; Universitas Airlangga

28

You might also like