You are on page 1of 10

MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

15

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini manusia erat hubungannya dengan dunia kerja. Namun seringkali performansi dari
pekerja itu terganggu oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal seperti bau-bauan,
kelembaban, sirkulasi udara, warna, getaran mekanis, cahaya, suhu, dan kebisingan. Berdasarkan fakta
tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja manusia di dunia kerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik.
Lingkungan kerja fisik sendiri adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. (Alex. S. Nitisemito, 2002 :
183).
Mengingat erat kaitannya antara lingkungan kerja fisik dengan pekerja, maka seharusnya lingkungan
kerja fisik harus diberi perhatian khusus karena jika dibiarkan akan menyebabkan error. Umumnya
lingkungan kerja fisik yang baik tidak hanya memberi rasa nyaman pada pekerjanya tetapi juga dapat
melindungi keselamatan pekerja. Selain itu jika lingkungan kerja fisik baik, juga dapat meningkatkan
performansi pekerja yang nantinya secara tidak langsung dapat menghasilkan manfaat bagi dirinya
maupun perusahaan.
Karena pentingnya pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap pekerja, maka dalam praktikum
Pengukuran Kerja dan Ergonomi akan dianalisis pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap pekerja dan
human error-nya dengan tujuan agar kita dapat mengerti pengaruh empat perlakuan dari faktor cahaya
dan kebisingan terhadap performansi kerja dan menciptakan lingkungan kerja fisik yang tidak hanya
nyaman dan aman akan tetapi meningkatkan produktivitas untuk mengurangi error pada operator.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut.
1. Memahami faktor internal dan eksternal lingkungan kerja fisik.
2. Meneliti pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap performansi operator.
3. Mampu melakukan analisa pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap performansi kerja operator.

1.3 Batasan Praktikum
Berikut adalah batasan yang dapat diberikan:
1. Hal yang di tinjau hanya dari segi kebisingan normal dengan 2 faktor pencahayaan atau
pencahayaan normal dengan 2 faktor kebisingan.

MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

16

1.4 Diagram Alir Praktikum
Berikut ini adalah diagram alir praktikum modul 2 lingkungan kerja fisik.
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Grafik
Mulai
Analisis dan Interpretasi
Data
Pengolahan dengan Two
Way Anova
Ksimpulan dan
Saran
Selesai
Data Cahaya
Gelap, Bising
Intermittent
Data Cahaya
Terang, Bising
Intermittent
Data Cahaya
Terang, Bising
continue
Data Cahaya
Gelap, Bising
continue
Tahap Pendahuluan
Studi Pustaka
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Kesimpulan dan
Saran
Tahap Pengolahan dan
Analisis Data

Gambar 2.1 Diagram alir praktikum

1.5 Alat dan Bahan Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:
1. Set game gambar pola-pola.
2. Alat tulis.
3. Audio System.
4. CD dan audio kebisingan.
5. Dimmer Lamp.
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

17

6. Air Conditioner (AC).
7. Ruang iklim (Climatic Chamber).
8. Stopwatch.

1.6 Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum lingkungan kerja fisik:
1. Menyiapkan lembar berisi pola-pola.
2. Menyiapkan kondisi lingkungan kerja sesuai lembar pengamatan, dengan rincian sebagai berikut:
1 = cahaya gelap, bising intermittent.
2 = cahaya gelap, bising continue.
3 = cahaya terang, bising intermittent.
4 = cahaya terang, bising continue.
3. Operator akan mencari gambar dengan prosedur berikut ini:
a. Terdapat 30 gambar pada setiap perlakuan yang harus dicocokkan oleh operator selama 1
menit.
b. Apabila dalam mencocokkan gambar terdapat ketidaksesuaian maka akan dihitung sebagai
error. Begitu juga dengan gambar yang belum selesai dicocokkan dalam 1 menit akan dihitung
sebagai error.
4. Mencatat hasil pengamatan dan waktu penyelesaian pada lembar pengamatan.
5. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode Two Way Anova.
6. Membuat tabel Two Way Anova dan melakukan analisis pengolahan data.
7. Mengambil kesimpulan.
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

18

BAB II
HASIL & PEMBAHASAN

2.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada saat praktikum adalah pengumpulan data hasil pengujian
faktor eksternal lingkungan kerja fisik. Pengujian yang dilaksanakan pada praktikum kali ini adalah
pengujian pengaruh performansi kerja operator terhadap faktor eksternal yaitu kebisingan dan
pencahayaan . Operator akan mendapatkan 4 perlakuan, yakni:
1. Cahaya gelap dengan bising intermittent.
2. Cahaya gelap dengan bising continue.
3. Cahaya terang dengan bising intermittent.
4. Cahaya terang dengan bising continue.
Setelah melakukan percobaan dengan tiap kondisi, pengamat akan mencatat jumlah error atau
kesalahan dari hasil kerja operator.

2.1.1 Pengumpulan Data Jumlah Error Operator
Berikut adalah 10 data operator yang diperoleh dari 5 kelompok praktikan yang telah diberi 4
perlakuan kondisi lingkungan kerja fisik.
Tabel 2.1 Data Jumlah Error Operator
Kelompok
Jumlah Error Pada Perlakuan
Cahaya Gelap, Bising
Intermittent
Cahaya Gelap,
Bising Continue
Cahaya Terang, Bising
Intermittent
Cahaya Terang,
Bising Continue
21
13 9 0 0
18 27 9 10
22
15 18 10 9
19 16 10 14
23
21 20 13 13
15 15 3 13
24
16 17 15 11
16 16 7 10
25
26 22 15 21
16 16 13 8
Rata-Rata 17.5 17.6 9.5 10.9

2.2 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data jumlah error operator menggunakan software SPSS 20 dan Microsoft Excel.
Pengolahan menggunakan software SPSS 20 untuk mengetahui besar residual, menguji kenormalan
data, homogenitas data, dan pengujian two-way anova.
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

19

2.2.1 Analisis Grafik Faktor Kebisingan dan Pencahayaan terhadap Jumlah Error
Berikut ini adalah grafik pengaruh kebisingan dengan rata-rata banyak error operator.

Gambar 2.2 Grafik pengaruh kebisingan dengan rata-rata banyak error operator

Dari grafik 2.2 terlihat perbedaan rata-rata error operator apabila diberi perlakuan kebisingan pada
lingkungan kerja fisik. Perlakuan tersebut adalah kebisingan intermittent dan continue. Pada Kebisingan
intermitent terjadi error sebanyak 13.5 tetapi pada perlakuan bising continue terjadi peningkatan error
menjadi 14.25. Disini terlihat perbedaan rata-rata antara error perlakuan bising intermittent dan continue
sebesar 0.75 . Hal ini dapat disimpulkan bahwa operator yang terpapar bising continue memilki error yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan operator yang terpapar bising intermitten, namun dilihat dari selisih
dari ke dua perlakuan dapat disimpulkan bahwa tidak begitu signifikan berpengaruh. Sedangkan grafik
pengaruh pencahayaan dengan rata-rata banyak error operator adalah sebagai berikut.

Gambar 2.3 Grafik pengaruh pencahayaan dengan rata-rata banyak error operator

Pada grafik diatas terlihat adanya penurunan rata-rata jumlah error dari pemaparan pencahayaan
dari pencahayaan gelap dan pencahayaan terang yaitu sebanyak 17.55 error pada operator yang bekerja
pada cahaya gelap dan 10.2 error pada operator yang bekerja pada pencahayaan terang. Hal ini
13.5
14.25
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Intermittent Continue
17.55
10.2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Gelap Terang
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

20

menunjukan bahwa pencahayaan gelap menyebabkan terjadinya error lebih banyak daripada
pencahayaan yang terang. Dilihat dari selisih rata-rata error yaitu sebesar 7.35. Hal ini menunjukan bahwa
perlakuan cahaya memiliki dampak yang signifikan terhadap terjadinya error dikarenakan pada
pencahayaan gelap, mata bekerja lebih berat daripada ketika cahaya terang, karena mata berakomodasi
maksimal untuk mengenali lingkungan sekitarnya, sehingga konsentrasi operator melemah dan berakibat
banyaknya jumlah kesalahan yang dilakukan operator saat bekerja. Untuk grafik banyaknya error pada
tiap perlakuan adalah sebagai berikut.


Gambar 2.4 Banyaknya rata-rata error pada tiap perlakuan

Dilihat dari grafik diatas terlihat perlakuan yang menyebabkan banyak error pada operator yaitu
pada perlakuan cahaya gelap bising continue yaitu sebesar 17.6 error dan yang paling sedikit
mengakibatkan error adalah perlakuan cahaya terang bising intermittent yaitu 9.5 error. Error pada
operator paling besar dilakukan pada saat diberikan faktor perlakuan pencahayaan gelap dan bising
continue. Hal tersebut sesuai dengan gambar 2.1 dan gambar 2.2 yang menunjukan error terbanyak pada
paparan bising adalah bising continue dan pada pemaparan cahaya yaitu perlakuan gelap.

2.2.2 Analisis Data Jumlah Error Operator dengan Two-Way Anova
Analisa data jumlah operator akan dilakukan dengan menggunakan SPSS 20. Sebelum melakukan
pengujian two-way anova terlebih dahulu melakukan pengujian asumsi yaitu kenormalan dan
homogenitas data.

17.5
17.6
9.5
10.9
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Cahaya Gelap,
Bising
Intermittent
Cahaya Gelap,
Bising Continue
Cahaya Terang,
Bising
Intermittent
Cahaya Terang,
Bising Continue
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

21

2.2.2.1 Uji Kenormalan Data
Pada uji kenormalan data yang digunakan adalah residual dari data tersebut berikut adalah tabel
residual pada tabel 2.2 beserta tabel hasil output SPSS 20 untuk uji kenormalan data.
Tabel. 2.2 Tabel Residual Tiap Operator
Kelompok
Jumlah Error Pada Perlakuan
Cahaya
Gelap,
Bising
Intermittent
Residual
Cahaya
Gelap,
Bising
Continue
Residual
Cahaya
Terang,
Bising
Intermittent
Residual
Cahaya
Terang,
Bising
Continue
Residual
21
13 -4.5 9 -8.6 0 -9.5 0 -10.9
18 0.5 27 9.4 9 -0.5 10 -0.9
22
15 -2.5 18 0.4 10 0.5 9 -1.9
19 1.5 16 -1.6 10 0.5 14 3.1
23
21 3.5 20 2.4 13 3.5 13 2.1
15 -2.5 15 -2.6 3 -6.5 13 2.1
24
16 -1.5 17 -0.6 15 5.5 11 0.1
16 -1.5 16 -1.6 7 -2.5 10 -0.9
25
26 8.5 22 4.4 15 5.5 21 10.1
16 -1.5 16 -1.6 13 3.5 8 -2.9

Tabel 2.3 Hasil Output Test of Normality Pengolahan SPSS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Residual for Error .137 40 .057 .963 40 .206
a. Lilliefors Significance Correction
H0 : Data berdistribusi normal.
H1 : Data tidak berdistribusi normal.
H0 ditolak jika sig < 0,05 dan H0 diterima jika sig > 0,05 Pada hasil output SPSS, karena nilai Sig.
Shapiro-Wilk = 0, 206 > 0,05 maka H0 diterima. Maka data jumlah error operator telah berdistribusi
normal.

2.2.2.2 Uji Homogenitas Varians
Berikut adalah hasil output SPSS 20 untuk uji homogenitas varians.
Tabel 2.4 Hasil Output Levene's Test of Equality of Error Variances
a
Pengolahan SPSS
Levene's Test of Equality of Error Variances
a

Dependent Variable: Error
F df1 df2 Sig.
.181 3 36 .909
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

22

a. Design: Intercept + Cahaya + Bising + Cahaya * Bising


H0 = Data homogen
H1 = Data tidak homogen
H0 diterima jika sig > 0,05 dan H0 ditolak jika sig < 0,05. Pada hasil output SPSS, karena nilai Sig. =
0,909 > 0,05 maka H0 diterima. Maka data jumlah error operator sudah homogen. Data homogen di sini
berarti bahwa data yang digunakan memilki varians yang sama antara yang diberi perlakuan faktor
kebisingan dengan faktor pencahayaan, sehingga memiliki karakteristik data yang sama.

2.2.2.3 Two-Way Anova
Berikut adalah hasil output SPSS 20 untuk uji two-way anova.
Tabel 2.5 Hasil Output SPSS 20 Uji Two-Way Anova.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Error
Source
Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 550.075
a
3 183.358 8.187 .000
Intercept 7700.625 1 7700.625 343.821 .000
Cahaya 540.225 1 540.225 24.120 .000
Bising 5.625 1 5.625 .251 .619
Cahaya * Bising 4.225 1 4.225 .189 .667
Error 806.300 36 22.397
Total 9057.000 40
Corrected Total 1356.375 39
a. R Squared = .406 (Adjusted R Squared = .356)

1. Faktor pencahayaan
H0: tidak ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan faktor pencahayaan gelap
dan error kerja operator faktor pencahayaan terang
H1: ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan faktor pencahayaan gelap dan
error kerja operator faktor pencahayaan terang
H0 diterima jika sig > 0,05 dan H0 ditolak jika sig < 0,05 Pada hasil output SPSS, nilai Sig. Cahaya =
0,000 < 0,05 pada faktor cahaya maka H0 ditolak, sehingga ada perbedaan rata-rata error kerja
operator pada perlakuan faktor pencahayaan gelap dan error kerja operator faktor pencahayaan
terang
2. Faktor kebisingan
H0: tidak ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan faktor bising intermittent dan
error kerja operator faktor bising continue.
H1: ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan faktor bising intermittent dan error
kerja operator faktor bising continue.
MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

23

H0 diterima jika sig > 0,05 dan H0 ditolak jika sig < 0,05 Pada hasil output SPSS, nilai Sig. bising =
0,619 > 0,05 pada faktor bising maka H0 diterima, sehingga tidak ada perbedaan rata-rata error kerja
operator pada perlakuan faktor bising intermittent dan error kerja operator faktor bising continue.
3. Faktor interaksi antara pencahayaan dan kebisingan
H0: tidak ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan interaksi faktor pencahayaan
dan kebisingan
H1: ada perbedaan rata-rata error kerja operator pada perlakuan interaksi faktor pencahayaan dan
kebisingan
H0 diterima jika sig > 0,05 dan H0 ditolak jika sig < 0,05 Pada hasil output SPSS, nilai Sig.
cahaya*bising = 0,667 > 0,05 pada faktor bising maka H0 diterima, sehingga tidak ada perbedaan rata-rata
faktor pencahayaan dan kebisingan dengan jumlah error yang dilakukan operator dengan adanya
perlakuan cahaya gelap dengan bising intermittent, cahaya gelap dengan bising continue, cahaya terang
dengan bising intermittent, dan cahaya terang dengan bising continue.
Faktor pencahayaan berpengaruh besar terhadap performansi operator, dikarenakan pada
pencahayaan gelap, mata bekerja lebih berat daripada ketika cahaya terang, karena mata berakomodasi
maksimal untuk mengenali lingkungan sekitarnya, sehingga konsentrasi operator melemah dan berakibat
banyaknya jumlah kesalahan yang dilakukan operator saat bekerja. Sedangkan untuk faktor kebisingan
tidak berpengaruh secara signifikan pada operator karena pada dasarnya manusia masih mampu bekerja
secara normal ketika mendengar bunyi dengan frekuensi 20 Hz- 20 KHz dan intensitas bunyi hingga
80dB dalam waktu yang lama, kecuali sumber bunyi tersebut sangat keras, tiba-tiba, dan mengagetkan
operator.

.

MODUL II LINGKUNGAN KERJA FISIK

24

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan praktikum modul 2 lingkungan kerja fisik.
1. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja operator antara lain kelelahan otot, kelelahan kerja, daya
ingat pendek, kewaspadaan, dan rasa bosan. Sedangkan faktor eksternal di antaranya
temperatur/suhu, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahyaan, kebisingan, bau-bauan, getaran
mekanis dan warna.
2. Faktor eksternal yang digunakan dalam praktikum modul 2 ini yakni faktor kebisingan dan
pencahayaan yaitu perlakuan cahaya gelap dengan bising intermittent, cahaya gelap dengan bising
continue, cahaya terang dengan bising intermittent, dan cahaya terang dengan bising continue.
3. Berdasarkan grafik rata rata error faktor kebisingan telihat tidak ada perbedaan/ selisih yang besar
terhadap error pada perlakuan bisisng intermittent dan continue. Tetapi yang memilki dampak lebih
besar adalah bising continue. Sedangkan pada grafik faktor pencahayaan terdapat perbedaan/ selish
yang besar terhadapa perlakuan cahaya gelap dan cahaya terang. Dengan error yang paling besar
pada perlakuan pencahayaan gelap. Kemudian pada grafik rata-rata error tiap perlakuan terlihat
yang paling banyak error adalah pada perlakuan cahya gelap bising continue. Berdasarkan data
yang diuji menggunakan SPSS, dengan Uji Two Way Anova pada SPSS didapatkan hasil bahwa
yang mempengaruhi error operator paling besar adalah faktor pencahyaan dengan nilai Sig. = 0,000,
sedangkan untuk faktor kebisingan dan faktor interaksi cahaya dan kebisingan kurang berpengaruh,
karena nilai Sig. = 0,619 dan 0,667.

3.2 Saran
Berikut ini merupakan saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah:
1. Praktikan harus lebih teliti dalam mengolah data menggunakan software SPSS.
2. Praktikan harus lebih teliti pada saat praktikum sehingga dapat memperkecil tingkat kesalahan
pada berbagai perlakuan yang diterapkan.
3. Praktikan agar menggunakan referensi yang akurat agar sumber yang didapat dapat dipercaya.
4. Pada praktikum lingkungan kerja fisik sebaiknya menggunakan perlakuan yang terlihat berbeda
sangat signifikan terutama pada perlakuan kebisingan, sehingga didapatkan data yang lebih
akurat.

You might also like