You are on page 1of 20

Nama : Clarissa Crysta Chandra

NPM: 270110130105
Kelas : Geologi A

Genesis Mineral

A.Endapan Porfiri
Endapan porfiri adalah endapan dengan tonase besar dan kadar rendah hingga sedang
yang mineral bijih utamanya secara dominan terkontrol oleh struktur dan secara spasial dan
pembentukan berhubungan dengan serial intrusi porfiri felsik hingga intermedier (Kirkham, 1972
dalam Sinclair, 2007). Ukurannya yang besar serta kontrol struktural (contoh: urat, set urat,
stockwork, rekahan, dan breksi) membedakan endapan porfiri dengan endapan lain yang
mungkin berdekatan. Seperti skarn, urat mesothermal, dan endapan epithermal.
Kandungan metal dari endapan porfiri sangat beragam. Logam-logam seperti Cu, Au,
Mo, Ag, Re, Sn, W, Bi, Zn, In, Pb, serta logam-logam PGE bisa hadir dalam sebuah endapan
porfiri.
Endapan porfiri terbentuk dalam beragam setting tektonik. Endapan porfiri Cu biasanya
terdapat pada zona akar dari stratovolkano andesitik dalam seting busur-kepulauan (island arc)
dan busur-benua (continental arc) yang berhubungan dengan subduksi (Mitchell dan Garson,
1972; Sillitoe, 1973, 1988a; Sillitoe dan Bonham, 1984 dalam Sinclair, 2007; gambar 1). Di
Arizona Selatan, endapan porfiri Cu dikaitkan dengan batuan granitik yang bertempat dalam

setting kontinental, dalam atau sepanjang batas dari kaldera yang sekarang tererosi intensif
(Lipman dan Sawyer, 1985 dalam Sinclair, 2007)
Endapan porfiri terbentuk dalam hubungan yang dekat dengan intrusi epizonal dan
mesozonal porfiri. Hubungan temporal yang dekat antara aktivitas magmatik dan mineralisasi
hidrotermal dalam endapan porfiri diindikasikan oleh adanya intrusi antar-mineral dan breksi
yang terbentuk antara atau selama periode mineralisasi (gambar 2).
Pada skala endapan bijih, struktur yang berhubungan dapat menghasilkan variasi dari tipe
mineralisasi, termasuk urat, set urat, stockwork, rekahan, crackled zones, dan pipa breksi
(gambar 3). Pada endapan porfiri yang besar dan ekonomis, urat yang termineralisasi dan
rekahan biasanya memiliki densitas yang sangat tinggi. Orientasi dari struktur mineralisasi dapat
dihubungkan dengan lingkungan stress lokal disekitar bagian atas dari pluton atau dapat
menunjukkan kondisi stress regional. Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satu-sama-lain
dalam sebuah batuan bervolume besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual
menghasilkan zona dengan kadar bijih yang lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri
berukuran besar.
Porfiri terbentuk dari beberapa aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi
intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan samping, disseminated dan stockwork
mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif akibat dari fluida
hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar dan
grade yang kecil.

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan
porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh
endapan ini di Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari
Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi
mineralnya, yaitu

Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar sekunder,
biotit, dan atau klorit yang menggantikan K-felspar.

Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericite and pyrite and minor chlorite, illite dan rutile menggantikan K-spar and biotite.

Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung
kaolinite dan montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase teralterasi
kuat, K-spar tidak terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.

Propylitic Zone - selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan
minor epidote. Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt terubah.

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:

Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling
banyak mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih
banyak disseminated daripada stockwork.
Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar
2.5:1. Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork veinlet. Mineral bijih
lainnya: bornite, enargite and chalcocite.
Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (1015%) dan rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.
Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper
sangat jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore grade.
Mineralisasi hadir berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).

B. Endapan Skarn (Skarn Deposit)

Salah satu jenis endapan

mineral yang sangat


penting di dunia, yaitu ENDAPAN SKARN yang dalam bahasa Inggris disebut SKARN
DEPOSIT.
Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara
batuan sedimen karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi
perubahan kandungan batuan sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya
akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana proses yang bekerja berupa metasomatisme pada
intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).

Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya
silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan
temperatur 400C - 650C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate
seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih
(Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn juga terbentuk
pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan Pb-Zn
(Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan skarn bervariasi
tergantung pada kedalaman formasi batuan.

Klasifikasi Endapan Skarn


1. Berdasarkan batuan yang terubah (tergantikan)/batuan sedimen
a. Eksoskarn
Eksoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk di sekitar intrusi batuan beku, tidak mengalami
kontak langsung dengan intrusi. Ada juga yang berpendapan bahwa yang dimaksud eksoskarn
jika skarn yang terbentuk itu pada batuan non-intrusinya (misalnya pada batugampinya dsb)
b. Endoskarn
Endoskarn adalah endapan skarn yang terbentuk pada kontak batuan sedimen dengan intrusi
ataupun di dalam batuan beku intrusi itu sendiri sebagai xenolith. Ada juga yg berpendapat
bahwa endoskarn itu jika yang terubah menjadi skarn adalah batuan intrusinya (misalnya pada
dioritnya dsb)

2. Berdasarkan jenis mineralnya


a. Skarn Prograde
Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada fase awal.
Beberapa jenis mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan montiselit.
b. Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh mineral
pencirinya adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.

Endapan skarn sangat penting dalam dunia pertambangan. Sebut saja contohnya beberapa
pertambangan emas besar yang beroperasi di Indonesia memiliki endapan tipe ini, misalnya PT.
Freeport Indonesia, selain memiliki endapan tipe porfiri, perusahaan ini juga memiliki endapan
emas tipe skarn.

C. Endapan Mineral Epitermal


2.1.2 Proses Epithermal
Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang
terbentuk pada kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat dengan

permukaan (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut berdasarkan
temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi yang dicirikan oleh kandungan mineralnya.
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000 meter
dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak lebih dari
100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang
terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein.
Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi
pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral penyertanya berupa
mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low
sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia
fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe-seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan,
khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous).
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles.
Banyak endapan mineral epithermal tua menampilkan fossil roots dari sistem fumaroles kuno.
Karena mineral-mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi sering mencabutnya
secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua relatif tidak umum secara
global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih muda.
Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz,
kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari
endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu.
Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka
(karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah), krustifikasi, colloform banding dan
struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini
juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.

Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang
dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan
mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam Chandra,2009).
Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar
turun dan kekar.

Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan
kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang
permukaan lapisan, dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).

Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena,
kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides,
tellurides.

Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot,
karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batuan samping terdiri dari chertification (silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi,


dolomitisasi, kloritisasi

Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum, sering
sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.
Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:

Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki batuan
induk berupa batuan vulkanik.

Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan litologi dimana
biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeability pada kedalaman yang dangkal dari sistem
hidrotermal.

Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk
sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya
pada sesar-sesar minor.

Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan
terhadap pelapukan.

Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

2.1.3 Klasifikasi Endapan Epithermal


Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal (Gambar 2.4) yang
dapat dibedakan berdasarkan reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan
mineral bijihnya yaitu epitermal low sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996; 2000
dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian endapan epitermal masih merupakan perdebatan
hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada aspek mineralogi dan gangue
mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek perbandingan
karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan epitermal. Aspek
kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penentuan
kapan mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.

1. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Rendah / Tipe Adularia-Serisit ( Epithermal Low


Sulfidation )
a.

Tinjauan Umum
Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral

dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat,
serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas relatif tinggi.
Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar
sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit,
riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan
vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational jog).

b. Genesa dan Karakteristik

Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma
yang berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat
permukaan dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling
sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur
gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan.
Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform banding dari silika dalam
urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan
secara tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk
pada tektonik lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno,
1992).
Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas.
Proses boiling dan terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi
perubahan stabilitas mineral contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan
terbentuknya kalsit, sehingga umumnya dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral
pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem sulfidasi rendah
Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia,
karbonat dan serisit pada lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah
variasinya bersifat alkali hingga netral (pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl,
mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S
dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300 C) dan didominasi oleh air
permukaan
Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali,
riodasit, dasit, riolit ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfidasi
rendah dengan variasi jenis silika rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh uraturat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open space), tersebar (disseminated), dan umumnya
terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur yang berkembang pada sistem
sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan sedikit vuggy
(Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel 2.1
Tabel 2.1 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah
(Corbett dan Leach, 1996).
Tipe endapan

Sinter breccia, stockwork

c.

Posisi tektonik

Subduction, collision, dan rift

Tekstur

Colloform atau crusstiform

Asosiasi mineral

Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida

Mineral bijih

Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit

Contoh endapan

Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

Interaksi Fluida
Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geotermal yang didominasi

oleh air klorit dengan pH netral dan terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang
dalam dan mengandung CO2, NaCl, and H2S

d. Model Konseptual Endapan Emas Epitermal Sulfidasi Rendah

Gambar.2.9 Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah


(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

Gambar diatas (Gambar.2.9) merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi
rendah. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta
larutan yang berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik
dengan air meteorit

2. Karakteristik Endapan Epitermal Sulfida Tinggi (Epithermal High Sulfidation) atau Acid
Sulfate
a.

Tinjauan Umum
Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik

bersifat asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi
subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C.
Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal
dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal
menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini
didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2,
H2S (Pirajno, 1992).

Gambar 2.10 Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 2.11 Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

a.

Genesa dan Karakteristik


Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida

magma asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang
akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas
yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan
kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya
fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari
diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh
jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
b. Interaksi Fluida
Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang
didominasi oleh fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan
vapor yang mengandung H2O, CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air meteorik
lokal.

D. PLACER DEPOSITE
A.DEFINISI PLACER
Placer merupakan hasil erosi dari logam primer yang kemudian diendapkan di lembah, sungai,
dan pantai di dalam sedimen Kuarter. Yang mana pembentukan logam plaser dimulai dari proses
pelapukan batuan yang mengandung logam primer, kemudian tererosi, terangkut oleh air, dan
terakumulasi pada tempat-tempat yang lebih rendah dari batuan induknya.
Logam primer terdapat didalam batuan yang keras seperti batuan beku, metamorf, maupun
batuan sedimen. Sedang logam plaser terdapat didalam sedimen lepas yang belum
kompak(Kuarter). Butiran logam yang terdapat pada sedimen itu mudah untuk digali/ditambang,

sehingga biaya exploitasinya jauh lebih murah dibandingkan dengan exploitasi logam primer
yang terdapat didalam batuan keras, yang prosesnya harus dihancurkan dulu.
Mineral yang terdapat dalam endapan placer.
1. Cassiterite
Komposisi Kimia : SnO2
Kegunaan : dijumpai sebagai mayor ore (bijih) pada timah
2. Chromite
Komposisi Kimia : FeCr2O4, Iron Chromium Oxide.
Kegunaan : Dijumpai sebagai Mayor ore (bijih) pada kromium, sebagai komponen refractory,
sebagai bahan celupan dan sebagai mineral spasemen (conto mineral)
3. Columbite
Komposisi Kimia : (Fe, Mn, Mg)(Nb, Ta)2O6, Besi Mangan Magnesium Niobium
Tantalum Oxida.
Kegunaan : Sebagai mayor ore (bijih) pada niobium dan tantalum dan sebagai mineral
spasemen (conto mineral), untuk meningkatkan ketahanan di dalam logam.
4. Tembaga (Copper)
Komposisi Kimia : Cu, Elemental Copper
Kegunaan : Sebagai Minor ore (bijih) pada copper, sebagai batu hiasan
5. Garnet
Komposisi kimia : Ca3Cr2(SiO4)3, Calcium Chromium Silicate
Kegunaan : Batu perhiasan atau Gemstones dan sebagai spasemen mineral
6. Emas (Gold)
Komposisi Kimia : Au, Elemental gold
Kegunaan : sebagai mineral spasemen, sebagai mayor mineral pada emas, sebagai bahan
perhiasan dan koleksi
7. Ilmenit
Komposisi Kimia : FeTiO3, Iron Titanium Oxide
Kegunaan : Sebagai mayor ore (bijih) pada titanium, sebagai spasemen mineral
Beberapa mineral anggota dari Ilmenit grup

Ecandrewsite (Zinc Iron Manganese Titanium Oxide)


Geikielite (Magnesium Titanium Oxide)
Ilmenite (Iron Titanium Oxide)
Pyrophanite (Manganese Titanium Oxide)
8. Magnetit
Komposisi Kima : Fe3O4, Iron Oxide
Kegunaan : Sebagai mayor ore (bijih) pada besi dan sebagai spasemen mineral
9. Monazite
Komposisi Kimia : (Ce, La, Th, Nd, Y)PO4, Cerium Lanthanum Thorium Neodymium
Yttrium Phosphate.
Kegunaan : Sebagai bijih (ore) pada mineral logam khususnya thorium, cerium dan
lanthanum, radiokatif dan sebagai spasemen mineral.
10. Platina
Komposisi Kimia : Pt, Elemental Platinum
Kegunaan : Sebagai Mayor ore (bijih) pada platinum, logam platinum digunakan sebagai
permata pada industri kimia.
11. Rubi
Karakteristik : Merupakan variety (macam) dari korundum
Variasi dari : Corundum , Al2O3 .
Kegunaan : Gemstone.
12. Rutile
Komposisi Kima : TiO2, Titanium Oxide
Kegunaan : Ore dari Titanium
13. Safir (Sapphire)
Karakteristik : Merupakan variety (macam) dari korundum
Variasi dari : Corundum , Al2O3 .
Kegunaan : Gemstone.
14. Xenotime
Komposisi Kima : YPO4, Yttrium Phosphate
Kegunaan : Sebagai spasemen mineral dan Source dari yttrium

15. Zircon.
Komposisi Kimia : ZrSiO4, Zirconium Silicate
Kegunaan : Batu perhiasan (gemstone) dan spasemen mineral.
B.HAL HAL YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN PLACER
Placer adalah jenis spesifik aluvium yang dibentuk oleh proses sedimentasi selama periode
waktu panjang dan mengandung konsentrasi pasir, kerikil, mineral-mineral logam dan batu-batu
hias. Lingkungan placer dibedakan dari lingkungan sedimen lainnya karena sangat dipengaruhi
oleh sumber batuan asal dan kondisi geomorfologi tempat pengendapannya, antara lain:
v Batuan sebagai sumber geologi, yang menentukan diendapkannya jenis-jenis mineral di dalam
placer.
v Iklim dan kondisi kimiawi, merupakan gabungan penentu terjadinya tingkat dan bentuk mineralmineral setelah dibebaskan dari sumbernya.
v Kondisi geometris dan batas permukaan, yang mencerminkan kendala-kendala fisik pada saat
transportasi dan pengendapan.
v Unsur-unsur perubahan lingkungan, yang mengubah pola penyebaran mineral.
C.KLASIFIKASI PLACER BERDASARKAN GENESANYA

Berdasarkan keterkaitan placer dengan teknis eksplorasi dan penambangannya, Macdonald


(1983) membagi lingkungan pengendapan placer atas: benua, transisi dan laut; dimana yang
pertama terdiri atas: sublingkungan eluvial, koluvial, fluviatil, gurun, dan glasial.
Placer residual
Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya
(contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/penghancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini
hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga
ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).

Placer eluvial
Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu
batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placereluvial dengan bahan-bahan pembentuknya
yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.
Placer sungai atau aluvial.
Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya
berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih
menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat
dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama,
mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil
daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen
dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).
Pada sungai lubang perangkap pada dasar sungai/air terjun
Pada meander sungai
Placer pantai
Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut
di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai
dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat.
Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian
terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan
terbalik dari ukurandan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan
mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung
mineral berat. Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada

pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga
dimungkinkan pada terracehasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang
dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil,
xenotim dan zirkon.
Placer eoulin
Merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Placer ini banyak
dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim.
Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26
cm/tahun. Sedangkan cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi oleh
air yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum
partikel halus (debu) dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara
menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat
(saltation) dan menggelinding (rolling).
Pengendapan oleh angin, Jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun
hujan, maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan.

D.EKSPLORASI ENDAPAN PLACER


Survey logam plaser pada tahap awal cukup dilakukan dengan pengambilan contoh pasir dari
sungai dan lereng sungai, endapan undak dan pasir pantai. Kemudian contoh pasir tersebut di
dulang untuk mendapatkan contoh mineral berat Heavy Mineral Concentrate (HMC) yang
kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Logam selanjutnya ditimbang dan kemudian
dikalkulasikan secara matematis untuk mengetahui potensi kandungan logam pada contoh
tersebut.
Secara garis besar, dari hasil explorasi awal sudah dapat diketahui seberapa besar potensi logam
plaser di wilayah tersebut, dan kemungkinannya untuk di explorasi lebih lanjut. Sekiranya
potensi logam plaser di daerah tersebut cukup memberikan harapan maka tahapan selanjutnya

adalah melakukan explorasi lanjut yang lebih rinci. Berdasarkan hasil explorasi lanjut dapatkah
ditentukan daerah tersebut mengandung logam plaser yang ekonomis untuk ditambang atau
tidak.
Kalau cadangan logam di daerah tersebut diperkirakan cukup besar, dan kadarnya lebih dari 200
mg/meter kubik, maka Pemda bisa mengalokasikan wilayah tersebut untuk ditambang oleh
badan usaha milik daerah, koperasi, atau dijadikan sebagai wilayah pertambangan logam rakyat.
Dengan demikian, Pemda mendapatkan tambahan plogamukan kas daerah atau PAD dari sektor
pertambangan dan sekaligus membuka lapangan kerja baru dan mengurangi kerusakan
lingkungan akibat pertambangan rakyat yang berpindah-pindah.
Metoda Penambangan Dalam melakukan penambangan logam skala kecil, perlu diketahui
metoda apa yang cocok dilakukan disuatu daerah dan sesuai dengan keadaan sosial masyarakat
setempat sehingga program tersebut dapat diterima oleh mereka. Karena meskipun bagaimana
canggihnya suatu peralatan yang ada kalau tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat maka
teknologi tersebut akan terhambat penerapannya.

E. ENDAPAN PEGMATIT
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi
pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan
terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Pegmatit adalah suatu batuan beku yang memiliki ukuran kristal yang (sangat) kasar,
memiliki diameter > 1 cm, dan individual crystals dapat mencapai ukuran 10 m, itu karena tidak
adanya kontras tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan
(Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo),
unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby,
sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).

pegmatit dapat terbentuk dari 2 jalan, yaitu:


1.

Metamorphic : metamorfisme regional menyebabkan batuan menuju fase

granitization. Magma tidak terbentuk sehingga granite dan pegmatite merupakan produk
akhir dari metamorfisme regional ini.
2.

Igneous Activity : magma terbentuk, sehingga terjadi differensiasi, kandungan volatil

tinggi dan terinjeksikan pada batuan sekitarsehingga terbentuk pegmatite.


-

Material yang diinjeksikan pada sistem tertutup (sistem kimia) sehingga terbentuk simple
pegmatite (Simple pegmatites ; mengandung albite, quartz, microcline and possible minor
muscovite).

Ada interaksi dengan dapur magma sehingga terjadi replacement membentuk complex
pegmatite (Complex pegmatites ; membawa mineral-mineral jarang (rare minerals) seperti
columbite, beryl, zircon, monazite, polycrase and uraninite).

adapun genesa pegmatit menurut Bateman 1981 ialah


Pada larutan sisa kristalisasi, kandungan silikat rendah kemudian memungkinkan
meningkatnya keterdapatan air & volatile dan menurunkan viskositas larutan dan titik beku
mineral-mineral sehingga menyebabkan pegmatitik terbentuk (Bateman, 1981). Lebih jauh,
mungkin saja terbentuk suatu zona transisi (Aqueo-igneous stage) pegmatitic quartz dan lebih
lanjut dapat menyebabkan terbentuknya hydrothermal quartz vein carrying ore minerals.

You might also like