Professional Documents
Culture Documents
Mulianti(1)
(1)
Boiler is equipment for boil of water to be steam. The steam could be saturated or
superheated steam depended on the purpose. The burning reaction of high temperature was
producted gas. Gas and water could be formed corrosion on boiler that caused by the
quality of feed water not suitable of requisite and not make implementation of effective
prevention. The process of corrosion on the boiler with dry and wet surrounding along
controlling would be studied.
Keywords: Boiler, corrosion, controlling
1. PENDAHULUAN
Masalah korosi dalam ketel uap (boiler) pada industri
sering terjadi. Ini dapat disebabkan oleh air ketel
yang tidak diolah serta diawasi dengan baik,
sehingga dapat memperparah korosi dan berakibat
ketel meledak. Kualitas air sangat ditentukan oleh
zat-zat yang terlarut di dalamnya, seperti bahanbahan organik dan anorganik serta gas-gas, misalnya
CO2 dan O2. Kesemua itu dapat mengakibatkan kerak
dan terjadi korosi pada ketel uap, yang selanjutnya
tentu menimbulkan kerugian.
Pada tulisan ini akan dibahas korosi dalam
lingkungan kering oleh gas pembakaran, korosi
dalam medium air, korosi antar kristal dan cara-cara
pengendalian.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Air alam dapat terkontaminasi melalui (Ulil, 2008):
a. Zat padat terlarut.
Menunjukkan jumlah konsentrasi garam terlarut
dalam air. Jumlah zat padat terlarut sering juga
dinyatakan dalam bentuk hantaran listrik pada air
dengan satuan mililhos/cm pada 250C. Banyaknya
konsentrasi garam-garam dalam air, bervariasi
dalam jenis dan jumlah, bergantung pada keadaan
geologi dari tanah tempat air alam tersebut didapat.
Garam-garam yang biasa ada, bicarbonat, HCO3;
khlorida, Cl; sulfat, SO4; nitrat NO3 dari kalsium,
Ca; magnesium, Mg dan natrium, Na. Juga
terdapat besi, Fe; mangan, Mn dan aluminium, Al.
b. Gas terlarut.
Gas terlarut dalam air alam biasanya
kabondioksida, CO2; oksigen, O2; hydrogen sulfat,
H2S dan amonia, NH3. Karbon dioksida dan
oksigen sangat berperan dalam proses terjadinya
korosi.
c. Zat padat tersuspensi.
Na2HPO4 + NaOH
Fe3O4 + 4 H2.
ISSN 1829-8958
Fe3O4 + 4 H2,
Fe+ + 2 e dan
Fe
Fe
2 OH
2OH-
Fe+ + e.
Atau reaksi-reaksi
berikut:
2 Fe
2 Fe+ + 4 e
2 Fe+
2 Fe+ + 6 OH
dislokasi
atau
2 Fe+ + 2 e
6 e. + 1O2 + 3 H2O
6 OH
Fe2O3 .3H2O
4 Fe+ + 8 e
8 e+ 4 CO2 + 4H2
4 CO3 + 4 H2
4 Fe+
4 Fe+ +
4 e
4 e+ O2 + 2H2O
4 OH
8 H2O
8 OH + 8 H+
4 Fe+ + 12 OH
2 Fe2O3.3H2O
4 CO3 + 8 H+
4H2O + 4 Fe
107
Jumlah reaksi:
4 Fe + 4 CO2 + 10 H2O + O2
Mg(OH)2 + 2 HCl
2 HCl + Fe
FeCl2 + H2
FeCl2 + 2 H2O
Fe (OH)2 + 2 HCl
Mg(OH)2 + HNO3
2 HNO3 + Fe
Fe (NO3)2 + H2
Fe (NO3)2 + 2 H2O
Fe (OH)2 + 2 HNO3
Fe+ H2
H 2O
H + OH
Fe+ + 2 OH
Fe (OH) 2
ISSN 1829-8958
109
ISSN 1829-8958
f. Hidrasin
Penentuan hidrasin dalam mengontrol korosi,
dilakukan dengan cara mempertahankan konsenstrasi
hidrasin sedikit berlebih. dalam air ketel
Minimum
Maksimum
0-300
200
700
301-450
160
600
g. pH
451-600
120
500
601-750
120
400
751-900
120
300
b. Kesadahan
Penentuan kesadahan dalam air ketel yaitu untuk
dasar perhitungan jumlah bahan kimia yang
dibutuhkan pada internal treatment (senyawa fosfat).
Karena akibat kesadahan ini dapat terbentuk kerak,
maka air ketel sebaiknya mempunyai kesadahan nol.
c. Oksigen terlarut
Penentuan oksigen terlarut di perlukan sebagai dasar
perhitungan jumlah bahan kimia yang dibutuhkan
pada internal treatment. Oksigen terlarut dapat
mempercepat terjadi korosi, untuk itu konsentrasinya
harus dibatasi. Nilainya dibatasi di bawah 0,02 mg/l
dan untuk tekanan tinggi harus dibawah 0,005mg/1
(Ulil,2008).
h. Konduktivity
Konduktivity merupakan kesanggupan air untuk
menghantarkan arus listrik. Dalam larutan , daya
hantar lisrik ini disebabkan oleh ion-ion, sehingga
dengan mengukur konduktivity dapat diketahui
jumlah zat padat terlarut didalamnya. Kemurnian uap
dapat dilihat dengan mengukur konduktiviti
kondensat yang merupakan perkiraan zat padat yang
carry over sebagai uap tidak murni. Rekapitulasi
kegunan dalam control melalui pengendalian
parameter air, dapat dilihat pada Tabel 3, berikut ini
(Ulil, 2008) :
Tabel 3. Parameter air sebagai Kontrol pada Ketel uap.
d. Fosfat.
Penentuan fosfat diperlukan untuk mengontrol
pembentukan kerak dan keretakan. Sebagai contoh
pemakaian fosfat sebagai internal treatment pada
pengontrolan kerak, maka kelebihan sedikit fosfat
harus dikontrol dalam ketel. Untuk mengontrol
keretakan, maka harus dijaga hubungan antara
alkaliniti dan fosfat (ukuran pH), sehingga tidak
terbentuk hidroksida bebas. Konsentrasi fosfat dalam
air ketel berkisar antara 30-60 ppm PO4.
e. Klorida
Parameter
Air
Korosi
Kerak
Keretakan
Carry
Over
Alkalinity
Hidroksida
Fosfat
Kesadahan
(Ca,Mg)
Hidrasin
(N2H4)
No
.
Tekanan, (Psi)
Zat Padat
Terlarut,
(ppm)
Silika SiO2,
(ppm)
0-200
4000
150
201-300
3500
100
301-600
3000 - 2000
50-40
601-900
2000-1400
30-20
901-1100
1400-1000
20-10
1100-1500
1000-750
10-5
Air
olahan
4
1
ke
Make Up
Water
Tank
3
5
- Air sumur
- Air PAM
- air hasil
Evaporator
1. Sand Filter
2. Cation Exchanger I
3. Cation Exchanger II
4. Gas Extractor
5. Bak Penampung
6. Anion Exchanger I
7. Anion Exchanger II
8. Mixed Bed
Pengaturan pH
4. KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
-
terhadap
PUSTAKA
1. Bocks and Van Der Deyl, Stoomketels,
Uitgevers Maatschappy. A.E Kluwer Deventer,
1952.
2. Darmawan, A., Korosi pada Ketel Uap,
Yogyakarta,Media Teknik, 111 (4), Fakultas
Teknik UGM, 1981.
3. Mustarsid, Korosi pada Ketel Uap, Bandung
Bulletin Industri Bahan dan Barang Teknik, Ed.6
Th. III, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Industri Bahan dan Barang Teknik, 1985.
4. Surdia T., Korosi dalam Boiler, Bandung, Dept.
Mesin ITB, 1980.
5. Shreir, Corrosion,
Butterworths, ,1978
London,
Newnes
R2SO4 + 2 H2O
HCI + ROH
RCI + H2O
HNO3 + ROH
RNO3 + H2O
7. Ulil,
2008.
Http://www.ccitonline,com/mekanikal,
RHCO3 + H2O
H2SiO3 + ROH
RHSiO3 + H2O4.
111