Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Teoritis
2.1.1. Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang
belakang. Diantara dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67
cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 buah ruas sisanya bergabung membentuk dua tulang.
Gambar 1.1 Anatomi Tulang Belakang
Sumber: Roos and Wilson, (2011 : 298)
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang dikelompokkan dan dinamai
sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu:
1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang belakang leher membentuk daerah tengkuk.
2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk tulang belakang
thorax atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang.
5. Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus atau
tulang tungging.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang
dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang. Dengan perkecualian dua ruas pertama
dari tulang leher maka semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama.
Setiap vertebra terdiri atas dua bagian, yang anterior disebut vertebra dan yang posterior
disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran
sumsum tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali
yang pertama dan kedua , yang berbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada
umumnya mempunyai ciri seperti berikut : badannya kecil dan persegi panjang, lebih
panjang dari samping ke samping dari pada depan kebelakang. Lengkungnya besar.
Prosesus spinosus atau taju duri atau ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus
transversusnya atau taju sayap berlubang-lubang karena banyak foramina untuk
lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus
spinosus tidak berbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujungnya.
Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk.
Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens.
Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang
servikal dan di sebelah bawah menjadi besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai
berikut : badannya berbentuk lebar-lonjong (bentuk jantung) dengan faset atau lekukan
kecil di setiap sisi untuk menyambung iga; lengkungnya agak kecil; prosesus spinosus
panjang dan mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transverius, yang membantu
mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat fase persendian untuk iga .
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya
sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk ginjal.
Prosesus spinosus lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan
berbentuk sperti pak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan lanngsing. Ruas kelima
membentuk sendi dengan sekrum pada sendi lumbo-sakral.
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga yang terletak pada bagian
bawah kolumna vertebaralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (tulang koxa)
dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak
diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk promontrorium
sakralis. Karnalis sakralis terletak dibawah karnalis vertebarallis (saluran tulang
belakang) dan memang lanjutan dari padanya. Dinsing karnalis sakralis berlubanglubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang rudirameter dapat dilihat pada
pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah cekung dan
memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan
kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang
kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari
sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sakrum bersendi dengan tulang
ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri. Koksigeus atau tulang tungging
terdiri atas empat atau lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu. Di
atasnya ia bersendi dengan sakrum. Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari
samping maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anteroposterior: lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal
melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan daerah pelvis
melengkung ke belakang.
Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis,
disebut primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari
tulang belakang, yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah
sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan badan. Kedua
lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder-lengkung servikal berkembang
ketika kanak-kanak mangangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil
menyelidiki, dan lengkung lumbal dibentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan
dan mempertahankan tegak. Sendi kolumna vertebra, sendi ini dibentuk oleh bantalan
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
a.
tulang rawan yang diletakkan diantara setiap dua vertebra, dikuatkan oleh ligamentum
yang berjalan didepan dan belakang badan-badan vertebra sepanjang kolumna
vertebralis. Massa otot disetiap sisi membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang
belakang. Diskus invertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang
rawan fibrosa yang terdapat diantara badan vertebra yang dapat bergerak. Gerakan
Sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian dengan gerakan
yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simfisis, tetapi jumlahnya yang banyak
memberi kemungkinan membengkok kepada kolumnanya secara keseluruhan.
Gerakannya yang mungkin adalah flexi atau membengkok ke depan, extensi,
membengkok kebelakang, membengkok lateral ke setiap sisi dan rotasi atau berputar ke
kanan dan ke kiri (Evelyn C. Pearce, 2005 : 56-59).
Fisologinya adalah sebagai berikut :
Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat
melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.
Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas tulang)
yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa
patah.
Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat
menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat.
Tulang belakang juga befungsi memikul berat badan
Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau
rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-paru (Evelyn
C. Pearce, 2005 : 62).
Fungsi kolumn vertebrata meliputi hal-hal berikut ini:
Foramina vertebrata membentuk kanal vertebrata yang memberi perlindungan yang
kuat kepada medula spinalis yang lunak. Medula spinalis berada didalam kanal
vertebrata.
Pedikel pada vertebrata yang berdekatan membentuk foramina intervertebrata di sisi,
memberikan akses ke medula spinalis untuk syaraf spinal pembuluh darah, dan pembulu
limfe.
Jumlah tulang vertebrata yang banyak memungkinkan gerakan tertentu.
Menopang tengkorak.
Diskus intervertebrata bekerja sebagai shock absober (bantalan penahan goncangan)
yang melindungi otak.
Membentuk aksis batang tubuh, memberi pelekatan pada tulang iga, gelang bahu,
ekstremitas atas, gelang pelvis, dan ekstremitas bawah.
Sangkar toraksikis, toraks ( sangkar toksiskis) dibentuk oleh sternum, dibagian
anterior, 12 pasang iga yang membentuk sangakar tulang lateral, dan 12 vertebrata
toraksikis.
Sternum merupakan tulang pipih yang berada didepan dada. Sternum terdiri atas:
Manubrium yang merupakan bagian teratas dan membentuk persendian dengan
klavikula, yakni sendi sterno-klavikula dan dengan dua pasang iga pertama.
seluruh tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan fisiologi.
Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis berfungsi
sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanantekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah nucleus pulposus.
Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang mengikat dan
membungkus korpus serta diskus intervertebralis, tetapi fleksibilitas tersebut dijamin
terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan oleh artikulus posterior
superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang. Bagian belakang
ini terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus dan transverses.
Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang dikenal
sebagai kanalis vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi dengan faises
artikulus tetangganya. Persendian tersebut terdiri dari semua unsur jaringan yang
dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovial dan kapsul. Diantara padikelpadikel sepanjang kolumna vertebralis terdapat lubang yang dinamakan foramen
intervertebralis. Dinding belakang dibentuk oleh artikulus posterior dan dinding
depannya dibentuk sebagian besar oleh diskus intervertebralis. Didalam kanalis
vertebralis terdapat medulla spinalis yang membujur kebawah sampai L2 melalui setiap
foramen intervertebralis setiap segmen medulla spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan
ventralisnya ke periferi menuju cervical dan torakal berkas serabut tepi itu (radiks
dorslis dan ventralis) menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Tetapi didaerah
lumbal dan sacral, radiks dorsalis dan ventralis berjalan secara curam ke bawah dahulu
sebelum tiba ditingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
oleh karena medulla spinalis membujur hanya sampai tingkat L.2 saja. Otot-otot yang
terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan inserio pada processus
transverses atau processus spinosus. Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh
ligamenta secara impuls nyeri terdapat ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan louar
annulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.
Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri. Korpus
vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama periostiumnya tidak
teregang, oleh karena korpus vertebra tidak mengandung ujung-ujung serabut pengantar
impuls nyeri. Proses patologi apapun yang membangkitkan nyeri setempat harus
dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka nyeri. Nyeri setempat
biasanya terus menerus atau hilang timbul. Pada penekanan nyeri dapat bertambah hebat
atau diluar.
Reffered pain atau nyeri berulang yang dirasakan didaerah pinggang dapat
bersumber pada proses patologi dijaringan yang peka nyeri didaerah abdominal, pelvis
ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri. Reffered pain yang berasal dari tulang
belakang lumbal bagian atas dirasakan didaerah anterior paha dan tungkai bawah.
Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan pelvis terasa disamping
pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.
reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena
adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung
yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau
melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita
stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. (Priguna
Sidharta 2000; 203).
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae
dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan
yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita
stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.1.6.
1.
2.
3.
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (Lukman
Nurma Ningsih, 2011 : 128-130).
2.1.5. Manifestasi Klinis
Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsung lebih dari dua bulan
tanpa perbaikan) dan kelemahan
Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf
Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang
yang berlebihan)
Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal
Dapat ditemukan deformitas pada tulang belakang (Lukman Nurma Ningsih, 2011 :
130).
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Marilyn E.Doengoes (2000 : 321) ada beberapa pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan HNP (Hernia Diskus
Pulposus) diantaranya :
Foto Rontgen Spinal : Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang
belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain,
seperti tumor, osteomielitis.
Elektromiografi : Dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal yang utama
yang terkena.
Venogram Epidural : Dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
Pungsi Lumbal : Mengesampingkan kondisi yang berhubungan infeksi, adanya darah.
Tanda Leseque (Tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) : Mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus invertebralis ketika muncul nyeri pada posterior.
Scan CT : Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus
invertebralis.
MRI : Pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang
dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan herniasi secara spesifik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis mencakup beberapa aspek yang diperlu diperhatikan
yaitu :
Dukungan
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan tripleks tebal tanpa kasur), kompres
panas atau dingin pada daerah nyeri dan pemasangan cervical collar atau traksi servikal
Terapi fisik
Terapi farmakologi : Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon, relaksasi
otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine dan obat analgesik dan narkotik merupakan
obat pilihan selama fase akut.
Pembedahan
Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi
konservatif. Prosedur pembedahan meliputi : diskectomy, laminektomy, spinalfusion,
microdikectomy dan percutaneous diskectomy.
4.
Chemunudeolysis
Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapain kedalam diskus agar menghilangkan air
dan proteoglian dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada
akar
saraf
(Fransisca
B.
Batticaca,
2008
:
169)
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
3.
4.
5.
6.
nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih komprehensif dan
memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan
metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan kejadian
dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian
lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cidera tulang belakang,
diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagia data untuk
melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi
dan diabetes militus.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat, apakah klien
mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan
manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang belakang.
Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin akan bermanifestasi
pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak mampuan dalam
aktivitas ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa
tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, karena klien harus
menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji apakah keadaan iniakan memberi
dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga.
Perawat juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak ganguan
neurologisyang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit
nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang
akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di dalam sistem dukungan
individu.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
a.
1)
2)
3)
4)
b.
c.
d.
e.
1)
2)
3)
f.
1)
2)
g.
2.2.2
1.
2.
3.
Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu jari, dan
jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu
menahan gerakan tersebut.
Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan
dan kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
Pemeriksaan refleks
Refleks achilles pada HNP L4-L5 negatif.
Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5 negatif.
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar untuk
menentukan dermatom yang terganggu sehigga dapat ditentukan pula radiks yang
terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak memebingungkan klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya
ke arah yang paling terasa nyeri.
B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya
lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena danya
nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah padapola
aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau bokong
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak. Palapasi, ketika
meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral
antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa
nyeri.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Marlyn E. Dongoes, (2000:320) diagnosa yang muncul antara lain
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen pencedera fisik : kompresi saraf,spasme
otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak mampuan
berjalan, perubahan tonus otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan neuro
maskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan otot.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan, ditandai
dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk memenuhi harapan
peran.
4.
Verbal
nyeri
ber- untuk
mengetahui
Menarik
kurang / hilang pengalaman nyeri klien.
nafas panFrekuensi
4.
Kaji kultur / budaya
jang,
nyeri
berku- yang
mempengaruhi
merintih
rang / hilang
respon nyeri.
Mengeluh Lama nyeri
5.
Evaluasi pengalaman
nyeri
berkurang
nyeri masa lampau.
Motorik Ekspresi
6. Evaluasi bersama klien
oral berkurang dan tim kesehatan lain
Menyeringai
kan wajah. Langkah
yang
terseok-seok Postur
yang kaku -/
tidak stabil
Gerakan
yang amat
lambat atau
terpaksa
Respon
autonom
/ hilang
Ketegangan
otot berku-rang
/ hilang
7.
Dapat
istirahat
Skala nyeri
8.
berkurang
/
menurun
Tingkat
kenyamanan
1.
(2100)
Klien
melaporkan
kebu-tuhan
Andministrasi
Analgetik (2210)
Tentukan
lokasi,
karateristik kualitas, dan
derajat nyeri sebagai
pemberian obat.
Kerusakan
mobilitas fisik b.d nyeri,
kerusakan
muskuloskel
etal, kekakuan sendi
atau
kontraktur
Batasan
karakteristi
k:
istirahat tidur
2.
tercukupi
Melaporkan
kondisi
fisik
3.
baik
4.
Melaporkan
kondisi psikis
baik
4 : Klien sangat
pada
Mobility Level tergantung
Postur
tubuh kakutidak stabil.
Jalan
terseok-seok
Gerak
lambat
Membatasi perubahan
ge-rak yangmendadak
atau cepat
Sakitberbalik
-
3.
Gangguan
pola
tidur
b.d
nyeri,
tidak
nyaman
Batasan
karakteristi
k:
Pasien
menahan sakit (merintih,
menyeringai) Pasien
mengungkapkan
tidak
(0208) :
Klien dapat
2.
melakukan 3.
mobilitas
secara bertahap
4.
dengan tanpa
merasakan
nyeri.
5.
Penampilan
seimbang
6.
Menggerakkan
otot dan sendi
Mampu
7.
pindah tempat
tanpa bantuan
Berjalan
tanpa bantuan 8.
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 1.
selama X 24
jam klien dapat
2.
terpenuhi
kebutuhan
3.
tidurnya
dengan criteria
:
4.
Tidur (0004)
Jumlah jam
tidur cukup
Pola tidur
5.
normal
pemberian pelayanan
Atur posisi klien
Bantu klien melakukan
perubahan gerak.
Observasi / kaji terus
kemampuan
gerak
motorik, keseimbangan
Ukur tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
melakukan latihan.
Anjurkan keluarga klien
untuk
melatih
dan
memberi motivasi.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan
lain
(fisioterapi
untuk
pemasangan korset)
Buat posisi seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan
memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan
sendi
serta
pastikan posisi punggung
lurus.
Peningkatan Tidur /
Sleep
Enhancement
(1850)
Kaji pola tidur / pola
aktivitas
Anjurkan klien tidur
secara teratur
Jelaskan
tentang
pentingnya tidur yang
cukup selama sakit dan
terapi.
Monitor pola tidur dan
catat
keadaan
fisik,
psykososial
yang
mengganggu tidur
Diskusikan pada klien
dan keluarga tentang
bisa
tidur
Kualitas tidur
karena nyeri cukup
Tidur secara
teratur
Tidak sering
terbangun
1
Tanda vital
2
dalam
batas
normal
3
Rest (0003)
Istirahat
Cukup
Kualitas
istirahat baik 1
Istirahat
fisik cukup
Istirahat
psikis cukup 2
Anxiety
control (1402)3
Tidur
adekuat
4
Tidak ada
manifestasi 5
fisik
Tidak ada
6
manifestasi
perilaku
7
Mencari
informasi
untuk
mengurangi 8
cemas
Menggunakan
teknik
re9
laksasi untuk
mengu-rangi
cemas
10
Berinteraksi
sosial
4.
Defisit
care
nyeri
11 Batasi pengunjung
srlf Seteleh
b.d dilakukan
tindakan
keperawatan
pada pasien
selama 3 x 24
jam diharapkan
kebutuhan
perawatan diri
pasien dapat
terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
1. klien terbebas
dari bau badan
2. Menyatakan
kenyamanan
terhadap
pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12
Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal