You are on page 1of 20

ASKEP LOW BACK PAIN

TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Teoritis
2.1.1. Anatomi dan Fisilogi Sistem Muskuloskeletal
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur
lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang
belakang. Diantara dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang
rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57-67
cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang belakang, 24 buah diantaranya adalah tulangtulang terpisah dan 9 buah ruas sisanya bergabung membentuk dua tulang.
Gambar 1.1 Anatomi Tulang Belakang
Sumber: Roos and Wilson, (2011 : 298)
Susunan anatomi atau struktur tulang belakang dikelompokkan dan dinamai
sesuai dengan daerah yang ditempatinya, yaitu:
1. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang belakang leher membentuk daerah tengkuk.
2. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk tulang belakang
thorax atau dada.
3. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang.
4. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang
kelangkang.
5. Empat vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus atau
tulang tungging.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang
dada ke arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau
kelangkang lengkungannya kearah belakang. Dengan perkecualian dua ruas pertama
dari tulang leher maka semua ruas yang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama.
Setiap vertebra terdiri atas dua bagian, yang anterior disebut vertebra dan yang posterior
disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis (foramen vertebra atau saluran
sumsum tulang belakang) yang dilalui sumsum tulang belakang.
Vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil. Kecuali
yang pertama dan kedua , yang berbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada
umumnya mempunyai ciri seperti berikut : badannya kecil dan persegi panjang, lebih
panjang dari samping ke samping dari pada depan kebelakang. Lengkungnya besar.
Prosesus spinosus atau taju duri atau ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus
transversusnya atau taju sayap berlubang-lubang karena banyak foramina untuk
lewatnya arteri vertebralis.

Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus
spinosus tidak berbelah. Prosesus ini mempunyai tuberkel (benjolan) pada ujungnya.
Membentuk gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk.
Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens.
Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang
servikal dan di sebelah bawah menjadi besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai
berikut : badannya berbentuk lebar-lonjong (bentuk jantung) dengan faset atau lekukan
kecil di setiap sisi untuk menyambung iga; lengkungnya agak kecil; prosesus spinosus
panjang dan mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transverius, yang membantu
mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat fase persendian untuk iga .
Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya
sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk ginjal.
Prosesus spinosus lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan
berbentuk sperti pak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan lanngsing. Ruas kelima
membentuk sendi dengan sekrum pada sendi lumbo-sakral.
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga yang terletak pada bagian
bawah kolumna vertebaralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (tulang koxa)
dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak
diatas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk promontrorium
sakralis. Karnalis sakralis terletak dibawah karnalis vertebarallis (saluran tulang
belakang) dan memang lanjutan dari padanya. Dinsing karnalis sakralis berlubanglubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang rudirameter dapat dilihat pada
pandangan posterior dari sakrum. Permukaan anterior sakrum adalah cekung dan
memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan
kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang-lubang
kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari
sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sakrum bersendi dengan tulang
ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri. Koksigeus atau tulang tungging
terdiri atas empat atau lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu. Di
atasnya ia bersendi dengan sakrum. Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari
samping maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung anteroposterior: lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal
melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan daerah pelvis
melengkung ke belakang.
Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis,
disebut primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari
tulang belakang, yaitu bentuk C sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah
sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan ke atas ke arah depan badan. Kedua
lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder-lengkung servikal berkembang
ketika kanak-kanak mangangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil
menyelidiki, dan lengkung lumbal dibentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan
dan mempertahankan tegak. Sendi kolumna vertebra, sendi ini dibentuk oleh bantalan

1.
2.

3.
4.
5.

1.

2.

3.
4.
5.
6.

1.
a.

tulang rawan yang diletakkan diantara setiap dua vertebra, dikuatkan oleh ligamentum
yang berjalan didepan dan belakang badan-badan vertebra sepanjang kolumna
vertebralis. Massa otot disetiap sisi membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang
belakang. Diskus invertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang
rawan fibrosa yang terdapat diantara badan vertebra yang dapat bergerak. Gerakan
Sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian dengan gerakan
yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simfisis, tetapi jumlahnya yang banyak
memberi kemungkinan membengkok kepada kolumnanya secara keseluruhan.
Gerakannya yang mungkin adalah flexi atau membengkok ke depan, extensi,
membengkok kebelakang, membengkok lateral ke setiap sisi dan rotasi atau berputar ke
kanan dan ke kiri (Evelyn C. Pearce, 2005 : 56-59).
Fisologinya adalah sebagai berikut :
Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat
melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.
Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas tulang)
yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa
patah.
Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat
menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat.
Tulang belakang juga befungsi memikul berat badan
Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau
rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-paru (Evelyn
C. Pearce, 2005 : 62).
Fungsi kolumn vertebrata meliputi hal-hal berikut ini:
Foramina vertebrata membentuk kanal vertebrata yang memberi perlindungan yang
kuat kepada medula spinalis yang lunak. Medula spinalis berada didalam kanal
vertebrata.
Pedikel pada vertebrata yang berdekatan membentuk foramina intervertebrata di sisi,
memberikan akses ke medula spinalis untuk syaraf spinal pembuluh darah, dan pembulu
limfe.
Jumlah tulang vertebrata yang banyak memungkinkan gerakan tertentu.
Menopang tengkorak.
Diskus intervertebrata bekerja sebagai shock absober (bantalan penahan goncangan)
yang melindungi otak.
Membentuk aksis batang tubuh, memberi pelekatan pada tulang iga, gelang bahu,
ekstremitas atas, gelang pelvis, dan ekstremitas bawah.
Sangkar toraksikis, toraks ( sangkar toksiskis) dibentuk oleh sternum, dibagian
anterior, 12 pasang iga yang membentuk sangakar tulang lateral, dan 12 vertebrata
toraksikis.
Sternum merupakan tulang pipih yang berada didepan dada. Sternum terdiri atas:
Manubrium yang merupakan bagian teratas dan membentuk persendian dengan
klavikula, yakni sendi sterno-klavikula dan dengan dua pasang iga pertama.

b. Badan atau bagian tengah yang merupakan tempat meletaknya iga;


c. Prosesus xipodeus merupakan ujung tulang tempat meletaknya diafragma, otot dinding
abdomen anterior, dan linea alba.
2. Iga terdiri atas 12 pasang yang membentuk dinding lateral sangkar toraksis. Dibagian
anterior, 7 pasang iga pertama membentuk persendian dengan sternum dan disebut iga
sejati. Tiga pasang iga berikutnya membentuk persendian secara tidak langsung.
Kartilago kosta melekatkan iga pada sternum. Dua pasang iga terbawah, disebut dengan
ujung sternum dan ujung anterior tidak terhubung oleh struktur apa pun. (Roos and
Wilson, 2011 : 298)
2.1.2. Definisi
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan musculoscletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Masalah nyeri pinggang yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering
terjadi pada mahasiswa (Lukman, Nurna Ningsih 2011 ;128).
Menurut Fransisca B. Batticaca (2008:168) Herniasi Diskus Invertebralis atau
disebut juga dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu keadaan yang
diakibatkan oleh penonjolan nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus (cincin
fibrosa disekitar diskus), yang disertai dengan kompresi dari akar-akar saraf. Herniasi
dapat terjadi di lumbal, lumbosakral, regio skapula, regio servikal dan berbagai kolumna
vertebralis.
Menurut Arif Muttaqin (2008:192) Herniasi Nukleus Pulposus (HNP) adalah
keadaan ketika nukleus pulposus keluar menonjol kemudian menekan ke arah kanalis
spinalis melalui anulus fibrosis yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang
disebabkan oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus
invertebralis/diskogenik.
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki. (Harsono,2000)
2.1.3. Etiologi
Menurut Lukman dan Nurna Ningsih (2011; 128). Penyebab LBP dapat dibagi
menjadi:
1.
Regangan lumbosakral akut
2.
Ketidak stabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot
3.
Osteoartritis tulang belakang
4.
Stenosis tulang belakang
5.
Masalah diskus invertebralis
6.
Perbedaan panjang tungkai
7.
Pada lansia ; akibat fraktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis tulang.
8.
Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal,
aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik.
2.1.4. Patofisiologi
Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari
toraks keatas dan perut. Bagian tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan

seluruh tulang belakang umumnya. Tiap ruas tulang belakang berikut dengan diskus
intervertebralis sepanjang kolumna vertebralis merupakan satuan anatomi dan fisiologi.
Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus intervertebralis berfungsi
sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta bisa tahan terhadap tekanantekanan menurut porosnya, yang menahan tekanan tersebut ialah nucleus pulposus.
Fleksibilitas dijamin oleh ligamenta dan fasia-fasia yang kuat yang mengikat dan
membungkus korpus serta diskus intervertebralis, tetapi fleksibilitas tersebut dijamin
terhadap penekukan kebelakang dan kesamping yang berlebihan oleh artikulus posterior
superior yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang. Bagian belakang
ini terdiri dari pedikel, lamina serta processus spinosus dan transverses.
Dalam keseluruhannya bagian belakang menyediakan terowongan yang dikenal
sebagai kanalis vertebralis. Serta fasies artikulus inferior bersendi dengan faises
artikulus tetangganya. Persendian tersebut terdiri dari semua unsur jaringan yang
dimiliki setiap sendi biasa tubuh, yaitu kartilago, sinovial dan kapsul. Diantara padikelpadikel sepanjang kolumna vertebralis terdapat lubang yang dinamakan foramen
intervertebralis. Dinding belakang dibentuk oleh artikulus posterior dan dinding
depannya dibentuk sebagian besar oleh diskus intervertebralis. Didalam kanalis
vertebralis terdapat medulla spinalis yang membujur kebawah sampai L2 melalui setiap
foramen intervertebralis setiap segmen medulla spinalis menjulurkan radiks dorsalis dan
ventralisnya ke periferi menuju cervical dan torakal berkas serabut tepi itu (radiks
dorslis dan ventralis) menuju ke foramen tersebut secara horizontal. Tetapi didaerah
lumbal dan sacral, radiks dorsalis dan ventralis berjalan secara curam ke bawah dahulu
sebelum tiba ditingkat foramen intervertebralis yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
oleh karena medulla spinalis membujur hanya sampai tingkat L.2 saja. Otot-otot yang
terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan inserio pada processus
transverses atau processus spinosus. Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh
ligamenta secara impuls nyeri terdapat ligamenta, otot-otot, periostium, lapisan louar
annulus fibrosus dan sinovia artikulus posterior.
Nyeri setempat karena iritasi ujung-ujung saraf penghantar impuls nyeri. Korpus
vertebra yang dirusak tumor ganas tidak menimbulkan nyeri selama periostiumnya tidak
teregang, oleh karena korpus vertebra tidak mengandung ujung-ujung serabut pengantar
impuls nyeri. Proses patologi apapun yang membangkitkan nyeri setempat harus
dianggap sebagai perangsang jaringan-jaringan yang peka nyeri. Nyeri setempat
biasanya terus menerus atau hilang timbul. Pada penekanan nyeri dapat bertambah hebat
atau diluar.
Reffered pain atau nyeri berulang yang dirasakan didaerah pinggang dapat
bersumber pada proses patologi dijaringan yang peka nyeri didaerah abdominal, pelvis
ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri. Reffered pain yang berasal dari tulang
belakang lumbal bagian atas dirasakan didaerah anterior paha dan tungkai bawah.
Reffered pain yang berasal dari organ-organ abdominal dan pelvis terasa disamping
pinggang dan didaerah permukaan perut sendiri.

Proses patologi di bagian retroperitoneal seperti batu ginjal, limfoma,


karsinpoma, dan aneorisma aorta dapat membangkitkan reffered pain di pinggang
dengan penjalaran kedaerah perut bawah sampai garis inguinal bahkan ke labia atau
testis. Reffered pain dipinggang yang bersumber pada organ di pelvis diakibatkan oleh
proses patologi apapun yang menegangkan ligament sakrouterina. Posisi uterus yang
salah dapat menarik ligament tersebut dan menimbulkan reffered pain di punggung
bagian bawah.
Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatomnya dan sifat
nyerinya lebih keras dan terasa pada permukaan tubuh. Nyeri radikuler timbul karena
perangsangan terhadap radiks hal ini berarti proses patologi yang menimbulkan nyeri
radikuler harus berada disekitar foramen intervertebralis. Nyeri yang menjalar karena
terlibatnya nervus isciadicus di tingkat sendi sakroiliaka atau sendi punggung pada
waktu.
Nyeri akibat kontraksi otot sebagai tindakan proaktif. Otot dalam keadaan
tegang terus menerus menimbulkan perasaan yang dinyatakan kebanyakan orang
sebagai pegal. Sikap duduk jalan dan berdiri yang salah dapat menimbulkan sakit
pinggang. Keadaan tegang mental memberikan ketegangannya kepada otot-otot lumbal
juga, sebagaimana halnya dengan ketegangan mental yang diberikan kepada otot-otot
kepala-leher-bahu.
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai
system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh
sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan
terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut
sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks.
Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan
kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel
mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari
cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system
saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin
dan substansi prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang
menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai
inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam
konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat. Kornu dorsalis dari medulla spinalis
merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar,
neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari

reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena
adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung
yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau
melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita
stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. (Priguna
Sidharta 2000; 203).
Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat
dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae
dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan
yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat.
Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan
peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada
orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus
intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa.
Diskus lumbal bawah, Lumbal 4 Lumbal 5 dan Lumbal 5 Sacral 6, menderita
stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan
sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis

1.
2.
3.
4.
5.

1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.1.6.

1.

2.

3.

spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut (Lukman
Nurma Ningsih, 2011 : 128-130).
2.1.5. Manifestasi Klinis
Keluhan nyeri punggung akut maupun kronis (berlangsung lebih dari dua bulan
tanpa perbaikan) dan kelemahan
Nyeri bila tungkai ditinggikan dalam keadaan lurus, indikasi iritasi serabut saraf
Adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang
yang berlebihan)
Hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal
Dapat ditemukan deformitas pada tulang belakang (Lukman Nurma Ningsih, 2011 :
130).
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Marilyn E.Doengoes (2000 : 321) ada beberapa pemeriksaan penunjang
yang dilakukan untuk menentukan diagnosa pada pasien dengan HNP (Hernia Diskus
Pulposus) diantaranya :
Foto Rontgen Spinal : Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang
belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain,
seperti tumor, osteomielitis.
Elektromiografi : Dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal yang utama
yang terkena.
Venogram Epidural : Dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
Pungsi Lumbal : Mengesampingkan kondisi yang berhubungan infeksi, adanya darah.
Tanda Leseque (Tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas) : Mendukung diagnosa
awal dari herniasi diskus invertebralis ketika muncul nyeri pada posterior.
Scan CT : Dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus
invertebralis.
MRI : Pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang
dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
Mielogram : Mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan herniasi secara spesifik.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis mencakup beberapa aspek yang diperlu diperhatikan
yaitu :
Dukungan
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan tripleks tebal tanpa kasur), kompres
panas atau dingin pada daerah nyeri dan pemasangan cervical collar atau traksi servikal
Terapi fisik
Terapi farmakologi : Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon, relaksasi
otot seperti diazepam atau cyclobenzaprine dan obat analgesik dan narkotik merupakan
obat pilihan selama fase akut.
Pembedahan

Dilakukan jika terjadi defisit neurologis atau kegagalan perbaikan dengan terapi
konservatif. Prosedur pembedahan meliputi : diskectomy, laminektomy, spinalfusion,
microdikectomy dan percutaneous diskectomy.
4.
Chemunudeolysis
Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapain kedalam diskus agar menghilangkan air
dan proteoglian dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada
akar
saraf
(Fransisca
B.
Batticaca,
2008
:
169)

2.2. Konsep Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verfikasi,
dan komunikasi data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua
langkah: pengumpulan data dari sumber primer (pasien) dan sumber sekunder
(keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Potter & Perry, 2005:144).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengkajian pasien menurut Arif
Mutaqqin (2008 : 352-358) terdiri dari :
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada pasien dengan gangguan sistem
persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis, injuri, dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan HNP meliputi

1.

a.
b.

c.

d.

e.

2.

anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian


psikososial.
Anamnesis
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis. HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan
pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri punggung bawah.
Propocatif/ paliatif
Adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Quality/ Quantity
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri
tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat radikular atau nyeri
acuan (refered pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin
nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk atau jangka waktu yang lama dan
nyeri berkurang bila dibuat istirahat atau berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi
berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan menjalar ke bagian belakang lutut,
kemudian ketungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan didaerah L5-S1 (garis antara
dua krista iliaka).
Region
Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan setempat-tempatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahuai dengan cermat.
Saverity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang
bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Aktivitas yang
menimbulkan nyeri seperti berjalan, menuruni tangga, menyapu, dan gerakan yang
mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgesik, berapa lama klien
menggunakan obat tersebut.
Time
Sifatnya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul,
semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa
minggu sampai beberapa tahun).
Riwayat Penyakit Saat Ini
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda
yang berat, pengkajian yang dapat meliputi keluhan paraparesis flisid, parestesia, dan
retensi urine. Keluhan pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan betis,
belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau
baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang juga
bisa minimbulkan nyeri pinggang bawah yang keluhannya hampir mirip dengan keluhan

3.

4.

5.

6.

nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakkan masalah klien lebih komprehensif dan
memberikan dampak terhadapintervensi keperawatan selanjutnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah
menderita tuberkolosis tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan
metabolik (osteoporosis) yang semua penyakt ini sering berhubungan dengan kejadian
dan meningkatkan resiko terjadinya herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian
lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cidera tulang belakang,
diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagia data untuk
melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi
dan diabetes militus.
Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan
untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat, apakah klien
mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa
cemas, rasa ke tidak mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan
manifestasi berbeda pada setiap klien yang mengalami gangguan pada tulang belakang.
Semakin lama klien menderita paraparise tersebut, maka makin akan bermanifestasi
pada koping yang tidak efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien
mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak mampuan dalam
aktivitas ekonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa
tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak kooperatif, karena klien harus
menjalani rawat inap maka perawat harus mengkaji apakah keadaan iniakan memberi
dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan
memerlukan dana yang tidak sedikit. Pengobatan HNP yang memerlukan biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga.
Perawat juga melakukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak ganguan
neurologisyang akan terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam
mengkaji terdiri atas dua masalah, yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit
nurologis dalam hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang
akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan neurologis di dalam sistem dukungan
individu.
Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian

a.

1)
2)
3)
4)

b.
c.

d.

e.

anamnesa. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan perissitem dan terarah (B1-B6)


dengan fokus pemeriksaan fisik pada B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubngkan dengan
keluhan klien.
Keadaan Umum, pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan padatanda-tanda vital brakikardi, hipotensi yang
berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya paraparise.
B1 (Breating) jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas , dan frekuensi
pernapasan normal.
Palpasi, ditemukan taktil fremitus kiri dan kanan.
Perkusi, ditemukan adanya sura resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan.
B2 (Blood), bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi
jantung tambahan.
B3 (Brain), merupakan pemeriksaan fokus yang lebih lengkap dibandingkan pengkajian
pada sistem yang lain. Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal, adanya anglus, pelvis miring/asimetris, postur tungkai yang abnormal.
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya kompos mentis.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental, observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien
dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motirik. Status mental klien yang telah lama
menderita HNP biasanya mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I, biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
Saraf II, hasil tesketajaman penglihatan biasanya normal.
Saraf III, IV, dan V, klien biasanya mengalami kesulitan mengangkat kelopak mata,
pupil isokor.
Saraf V, pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot wajah dan
refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII, persepsi pengecapan dalam bats normal, wajah simetris.
Saraf VIII, tidak ditemukannya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra
pengecapan normal.
Sistem motorik

1)

2)
3)
f.
1)
2)
g.

2.2.2
1.

2.

3.

Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki dan ibu jari, dan
jari lainnya dengan memeinta klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu
menahan gerakan tersebut.
Ditemukan atropi otot pada meleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan
dan kiri.
Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
Pemeriksaan refleks
Refleks achilles pada HNP L4-L5 negatif.
Reflek lutut/patella pada HNP lateral di L4-L5 negatif.
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar untuk
menentukan dermatom yang terganggu sehigga dapat ditentukan pula radiks yang
terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak memebingungkan klien. Palapasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya
ke arah yang paling terasa nyeri.
B4 (Bladder), kaji keadaan urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi
cairan dapat terjadi akibat menurunya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel), pemenuhan nutrisi kurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya
lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi.
B6 (Bone), adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena danya
nyeri, kelemahan,kehilangan sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah padapola
aktivitas dan istirahat. Inspeksi, karvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau bokong
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak. Palapasi, ketika
meraba kolumna vertebratalis, cari kemungkinan adanya deviasi kelateral
antroposterior. Palapsi pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa
nyeri.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Marlyn E. Dongoes, (2000:320) diagnosa yang muncul antara lain
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen pencedera fisik : kompresi saraf,spasme
otot ditandai dengan keluhan punggung bawah,kekakuan leher, ketidak mampuan
berjalan, perubahan tonus otot.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, kerusakan neuro
maskular ditandai dengan keluhan nyeri pada gerakan, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan otot.
Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status kesehatan, ditandai
dengan ketakutan, ketidak berdayaan, ketidak mampuan untuk memenuhi harapan
peran.

4.

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan belajar


berhubungan kesalahan interpretasi informasi kurang mengingat ditandai dengan
mengungkapkan masalah, dengan pernyataan salah konsepsi.

Menurut Arief Mutaqin, (2008 : 360).Diagnosis Keperawatan yang muncul


adalah :
1.
Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervertebratalis, tekanan
didaerah distribusu ujung saraf.
2.
Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kesulitan
atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai.
3.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
4.
Resiko gangguan intregitas kulit yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama.
5.
Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan ketidak berdayaan dan
merasa tidak ada harapan, kehilangan/perubahan dalam pekerjaan.
Rencana Keperawatan
Diagnosa
N
Keperawata
Tujuan
Intervensi
o
n
1. Nyeri akut Setelah
Manajemen
nyeri
b/d
agen dilakukan
(1400)
injuri (fisik, tindakan
1.
Lakukan pengkajian
kelainan
keperawatan
nyeri
secara
kommuskulo
selama x 24 prehensif
(lokasi,
skeletal dan jam
nyeri karateristik,
durasi,
system
berkurang
/ frekuensi, kualitas, dan
syaraf
hilang dengan faktor presipitasi).
vaskuler
kriteria :
2.
Observasi reaksi non
verbal
dari
Batasan
Tingkat nyeri ketidaknyamanan.
3.
Gunakan
teknik
karakteristi (2102)
Melaporkan komunikasi
terapetik
k:

Verbal
nyeri
ber- untuk
mengetahui
Menarik
kurang / hilang pengalaman nyeri klien.
nafas panFrekuensi
4.
Kaji kultur / budaya
jang,
nyeri
berku- yang
mempengaruhi
merintih
rang / hilang
respon nyeri.
Mengeluh Lama nyeri
5.
Evaluasi pengalaman
nyeri
berkurang
nyeri masa lampau.

Motorik Ekspresi
6. Evaluasi bersama klien
oral berkurang dan tim kesehatan lain

Menyeringai
kan wajah. Langkah
yang
terseok-seok Postur
yang kaku -/
tidak stabil
Gerakan
yang amat
lambat atau
terpaksa
Respon
autonom

Perubahan vital sign


-

/ hilang
Ketegangan
otot berku-rang
/ hilang
7.
Dapat
istirahat
Skala nyeri
8.
berkurang
/
menurun

tentang ketidak efektifan


kontrol
nyeri
masa
lampau.
Bantu klien dan keluarga
untuk
mencari
dan
menemukan dukungan.
Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu
ruangan, pencahayaan,
Kontrol Nyeri dan kebisingan)
9.
Kurangi
faktor
(1605)
Mengenal presipitasi nyeri.
faktor-faktor 10. Pilih dan lakukan
penyebab
penanganan
nyeri
Mengenal (farmokologi,
non
onset nyeri
farmakologi dan interJarang / personal)
tidak
pernah
11. Kaji tipe dan sumber
melakukan
nyeri untuk me-nentukan
tindakan
intervensi.
pertolongan 12. Ajarkan tentang teknik
dengan
non non farmakologi.
analgetik
13. Berikan analgetik untuk
Jarang / mengurangi nyeri.
tidak
pernah
14. Evaluasi keefektifan
menggunakan
kontrol nyeri
analgetik
15. Tingkatkan istirahat
Jarang 16.
/
Kolaborasi
dengan
tidak
pernah dokter jika ada keluhan
melaporkan
dan tindakan nyeri tidak
nyeri kepa-da berhasil.
tim kesehatan.17. Monitor penerimaan
Nyeri klien tentang manaterkontrol
jemen nyeri.

Tingkat
kenyamanan
1.
(2100)
Klien
melaporkan
kebu-tuhan

Andministrasi
Analgetik (2210)
Tentukan
lokasi,
karateristik kualitas, dan
derajat nyeri sebagai
pemberian obat.

Kerusakan
mobilitas fisik b.d nyeri,
kerusakan
muskuloskel
etal, kekakuan sendi
atau
kontraktur
Batasan
karakteristi
k:

istirahat tidur
2.
tercukupi
Melaporkan
kondisi
fisik
3.
baik
4.
Melaporkan
kondisi psikis
baik

Cek instruksi dokter


tentang jenis obat, dosis
dan fekkuensi.
Cek riwayat alergi
Pilih analgenik yang
diperlukan
atau
kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih
dari satu.
5.
Tentukan
pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri.
6.
Tentukan analgetik
pilihan rute pemberian
dan dosis optimal.
7.
Pilih rute pemberian
secara
iv-im
untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
8.
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
10.
Evaluasi
efektifitas
analgesik tanda dan
gejala (efek sampingan)
Setelah
1.
Koreksi
tingkat
dilakukan
kemampuan mobilisasi
tindakan
de-ngan sekala 0-4 :
keperawatan 0 : Klien tidak tergantung
selama X 24 pada orang lain
jam
klien
1 : Klien butuh sedikit
mampu
bantuan
mencapai
2 : Klien butuh bantuan
mobilitas fisik sederhana
dengan
kri 3 : Klien butuh bantuan
teria :
banyak

4 : Klien sangat
pada
Mobility Level tergantung

Postur
tubuh kakutidak stabil.
Jalan
terseok-seok
Gerak
lambat

Membatasi perubahan
ge-rak yangmendadak
atau cepat
Sakitberbalik
-

3.

Gangguan
pola
tidur
b.d
nyeri,
tidak
nyaman
Batasan
karakteristi
k:
Pasien
menahan sakit (merintih,
menyeringai) Pasien
mengungkapkan
tidak

(0208) :
Klien dapat
2.
melakukan 3.
mobilitas
secara bertahap
4.
dengan tanpa
merasakan
nyeri.
5.
Penampilan
seimbang
6.
Menggerakkan
otot dan sendi
Mampu
7.
pindah tempat
tanpa bantuan
Berjalan
tanpa bantuan 8.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan 1.
selama X 24
jam klien dapat
2.
terpenuhi
kebutuhan
3.
tidurnya
dengan criteria
:
4.
Tidur (0004)
Jumlah jam
tidur cukup
Pola tidur
5.
normal

pemberian pelayanan
Atur posisi klien
Bantu klien melakukan
perubahan gerak.
Observasi / kaji terus
kemampuan
gerak
motorik, keseimbangan
Ukur tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
melakukan latihan.
Anjurkan keluarga klien
untuk
melatih
dan
memberi motivasi.
Kolaborasi dengan tim
kesehatan
lain
(fisioterapi
untuk
pemasangan korset)
Buat posisi seluruh
persendian dalam letak
anatomis dan nyaman
dengan
memberikan
penyangga pada lekukan
lekukan
sendi
serta
pastikan posisi punggung
lurus.
Peningkatan Tidur /
Sleep
Enhancement
(1850)
Kaji pola tidur / pola
aktivitas
Anjurkan klien tidur
secara teratur
Jelaskan
tentang
pentingnya tidur yang
cukup selama sakit dan
terapi.
Monitor pola tidur dan
catat
keadaan
fisik,
psykososial
yang
mengganggu tidur
Diskusikan pada klien
dan keluarga tentang

bisa
tidur
Kualitas tidur
karena nyeri cukup
Tidur secara
teratur
Tidak sering
terbangun
1
Tanda vital
2
dalam
batas
normal
3

Rest (0003)
Istirahat
Cukup
Kualitas
istirahat baik 1
Istirahat
fisik cukup
Istirahat
psikis cukup 2
Anxiety
control (1402)3
Tidur
adekuat
4
Tidak ada
manifestasi 5
fisik
Tidak ada
6
manifestasi
perilaku
7
Mencari
informasi
untuk
mengurangi 8
cemas

Menggunakan
teknik
re9
laksasi untuk
mengu-rangi
cemas
10
Berinteraksi

tehnik peningkatan pola


tidur
Manajemen lingkungan
(6480)
Batasi pengunjung
Jaga lingkungan dari
bising
Tidak
melakukan
tindakan
keperawatan
pada saat klien tidur
Anxiety
Reduction
(5820)
Jelaskan semua prosedur
termasuk pera-saan yang
mungkin dialami selama
men-jalani prosedur
Berikan objek yang
dapat memberikan rasa
aman
Berbicara dengan pelan
dan tenang
Membina hubungan
saling percaya
Dengarkan
klien
dengan penuh perhatian
Ciptakan suasana saling
percaya
Dorong orang tua
mengungkapkan
perasaan, persepsi dan cemas
secara verbal
Berikan peralatan /
aktivitas yang menghibur untuk mengurangi
ketegangan
Anjurkan
untuk
menggunakan teknik relaksasi
Berikan lingkungan yang
tenang

sosial

4.

Defisit
care
nyeri

11 Batasi pengunjung

srlf Seteleh
b.d dilakukan
tindakan
keperawatan
pada pasien
selama 3 x 24
jam diharapkan
kebutuhan
perawatan diri
pasien dapat
terpenuhi,
dengan kriteria
hasil :
1. klien terbebas
dari bau badan
2. Menyatakan
kenyamanan
terhadap
pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri

Self care assistance ;


1. Monitor
kemampuan klien
untuk perawatan
diri yang mandiri
2. Monitor
kebutuhan klien
untuk alat-alat
bantu
3. Sediakan bantuan
sampai klien
mampu secara
utuh untuk
memenuhi
perawatan dirinya
4. Dorong klien
untuk melakukan
aktivitas yang
mandiri sesuai
kemampuan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
__________. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

__________.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12
Februari 201. http://sedetik.multiply.com/journal

You might also like