Professional Documents
Culture Documents
38
Foto 4.1 Rembesan air panas di tepi Sungai Cipanas (foto diambil di
lokasi G.14.4 menghadap tenggara)
39
Cipanas-1
Cipanas-2
Cileungsing
40
B
Foto 4.2 A)Kolam air
hangat Cipanas-2. (foto
diambil
di
kolam
Cipanas-2)
B) Kolam air hangat
Cileungsing
(foto
diambil
di
kolam
Cileungsing)
No
Parameter Analisis
Hasil Analisis
Satuan
Cipanas-1
pH (laboratorium)
pH pengukuran
Temperatur
pengukuran
uS/cm
Cipanas-2
Cileungsing
1747
1536
3340
8,30
8,27
7,97
6,2
5,9
6,2
48
49,3
44
Besi (Fe)
mg/L
1,54
0,85
1,24
Boron (B)
mg/L
1,40
0,39
1,12
Fluorida (F)
mg/L
1,09
0,99
1,02
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
192,60
210,60
277,80
Kalsium (Ca)
mg/L
4,03
8,06
11,28
10
Magnesium (Mg)
mg/L
44,35
46,29
60,67
11
Klorida (Cl)
mg/L
259,60
254,60
635,30
12
Mangan (Mn)
mg/L
< 0,05
0,12
< 0,05
13
Natrium (Na)
mg/L
306
221,30
455
14
Kalium (K)
mg/L
25,30
22,60
35,40
15
Ammonium (NH3)
mg/L
0,02
0,01
1,66
16
Sulfat (SO4)
mg/L
1,12
< 0,50
2,22
17
Bikarbonat (HCO3)
mg/L
461,40
444,50
519,50
18
Karbonat (CO3)
mg/L
47,52
30,87
23,76
19
Silika (SiO2)
mg/L
43,31
53,54
52,72
20
Arsen (As)
mg/L
0,0046
0,0037
0,0027
21
Lithium (Li)
mg/L
0,28
0,22
0,75
42
43
(bikarbonat) dan sulfat (SO4), derajat keasaman air panas di daerah penelitian
menunjukkan pH sekitar netral (Tabel 4.1)
44
daerah penelitian yaitu sebesar 44-60 ppm. Berdasarkan Gambar 4.4 yang
menunjukkan kadar Mg yang lebih tinggi dibandingkan kadar K dan Na,
maka dapat disimpulkan bahwa fluida panas di daerah penelitian telah
mengalami proses pencampuran dengan air tanah di dekat permukaan.
Pengaruh air tanah dan pencampuran di permukaan sebenarnya juga terlihat
dari tipe air panas yang berupa air HCO3.
45
air
panas
di daerah
penelitian
dipengaruhi
oleh
aktivitas
terjal berupa
pegunungan, air klorida akan ditemukan pada zona outflow bukan pada zona
upflow seperti pada sistem panas bumi relief datar.
Model
konseptual
yang
menggambarkan
kemunculan
manifestasi
46
Gambar 4. 5. Model konseptual sistem panas bumi yang dipicu oleh stratovolkano
andesitik. Temperatur reservoir umumnya 200 0C. Kedalaman reservoir 1,5 km
dengan kedalaman intrusi berkisar 2-10 km. Dimensi lateral dan outflow minimal 20
km. (Hochstein dan Browne, 2000)
47
13
18
34
S).
Isotop-isotop tersebut digunakan untuk mengetahui proses atau asal air atau
gas.
Kandungan D pada fluida panas bumi sama seperti D yang terkandung
pada air meteorik, sedangkan nilai 18O pada fluida panas bumi akan bernilai
lebih positif daripada air meteorik (Craig dkk., 1956; Craig, 1963 dalam
Nicholson, 1993). Perubahan nilai 18O tersebut dapat disebabkan karena
adanya reaksi pertukaran dengan isotop yang lebih berat. Beberapa nilai
isotop menunjukkan bahwa kontribusi fluida magmatik pada fluida panas
bumi memang sangat kecil (5-10% dari total fluida) sedangkan sisanya
berasal dari air meteorik. Adanya pengaruh fluida magmatik akan
menunjukkan nilai D fluida geothermal tidak akan sama dengan D air
meteorik (Nicholson, 1993).
Isotop stabil yang digunakan untuk sampel air hangat di daerah penelitian
adalah D-deutrium dan
18
mengetahui bahwa fluida panas pada sistem panas bumi di daerah penelitian
berasal dari air meteorik atau fluida magmatik.
Berdasarkan data nilai isotop deutrium dan Oksigen-18 (Tabel 4.2), ketiga
mata air panas berada di sekitar garis biru yang merupakan garis air meteorik
global (Global Mateoric Water Line) (Gambar 4.6). Hal ini menunjukkan
bahwa recharge Sistem Panas Bumi Gunung Tampomas berasal dari air
meteorik.
4.2.3 Geotermometer
Geotermometer merupakan metode untuk menghitung temperatur fluida
dalam reservoir. Geotermometer yang digunakan disesuaikan dengan sifat
dari sistem panas bumi tersebut. Temperatur fluida reservoir memiliki
toleransi kesalahan hingga 10 0C. Berdasarkan temperatur, sistem geotermal
dapat dibagi menjadi tiga yaitu sistem panas bumi temperatur tinggi (T
2500C), sistem panas bumi temperatur sedang (T=125-2500C), dan sistem
panas bumi bertemperatur rendah (T 1250C).
48
Tabel 4.2. Nilai isotop deutrium dan oksigen-18 mata air hangat
No
Lokasi
Deutrium
Oksigen-18
Unit
Metode
Cipanas-1
-28,87 0,8
-5,23 0,4
o/oo Vs SMOW
Mass Spektrometer
Cipanas-2
-27,37 0,5
-5,11 0,6
o/oo Vs SMOW
Mass Spektrometer
Cileungsing
-28,57 0,8
-4,94 0,1
o/oo Vs SMOW
Mass Spektrometer
Gambar 4. 6. Grafik nilai isotop mata air Cipanas 1, Cipanas-2, dan Cileungsing
yang menunjukkan bahwa recharge Sistem Panas Bumi Gunung Tampomas berasal
dari air meteorik
49
Sistem panas bumi yang berhubungan dengan aktivitas gunung api pada
umumnya merupakan sistem panas bumi bertemperatur tinggi. Temperatur
reservoir pada sistem ini dapat mencapai 2000C (Hochstein dan Browne,
2000). Dengan demikian, geotermometer yang baik digunakan untuk
menghitung temperatur fluida reservoir pada Sistem Panas Bumi Gunung
Tampomas
adalah
geotermometer
K-Na
dan
silika
karena
kedua
50
Geotermometer
Cileungsing
TNa-K(Fournier,1979) (oC)
200
210
TKuarsa Konduktif ( C)
105
penghitungan
geotermometer-geotermometer
tersebut
didapat
51