You are on page 1of 15

Perlunya Ketersediaan dan Dukungan Infrastruktur Energi dalam Membangun Industri

Pariwisata Danau Toba

A. Kondisi Eksisting Danau Toba

Danau Toba berada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu aset
Negara/Pemda yang sangat berharga dan termasuk salah satu Daerah Tujuan
Wisata penting setelah Bali dan Lombok/NTB sehingga merupakan kebanggaan
tersendiri bagi daerah ini. Terletak pada posisi geografis 247'9.88"LU dan
9836'57.84"BT. Ditetapkannya Danau Toba sebagai salah satu daerah tujuan
wisata, karena anggapan selama ini memiliki panorama alam yang indah. Danau
Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik vulkanis
yang dasysat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini mempunyai
ukuran:
- Panjang 87 km, lebar 27 31 km
- Luas 1100 km2, keliling
Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar 906 meter dpl (diatas permukaan laut) (van Bemmelen, 1994).
Luas daerah aliran sungai Asahan (DAS Asahan) adalah 4000 km2 dan 90%
dari luas DAS ini adalah kawasan Danau Toba sendiri sebagai daerah tangkapan
air (catchment area) yang dibatasi oleh pegunungan terjal, kecuali di daerah
antara Porsea dan Balige terdapat daerah dataran. Di tengah-tengah danau
terdaapt pulau Samosir dengan panjang 45 km, lebar 19 km dan luas 640 km2.
Kedalaman air Danau Toba berkisar 400 600 meter dan bagian terdapat
terdapat di depan teluk Haranggaol ( 460 meter) dan disaming Tao Silalahi yang
relatif memiliki area yang luas ( 445 meter). Jenis tanah yang terdapat
disekeliling Danau Toba mempunyai sifat kepekaan terhadap erosi yang cukup
tinggi. Hal ini dapat kita lihat banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya
singkapan batuan sesi (PPT Bogor, 1990).

Gambar Peta Morfologi Danau Toba

Salah satu kekayaan alam Sumatera Utara yang paling luar biasa adalah
Danau Toba. Danau Toba merupakan danau volkano tektonik. Letusan gunung
Toba yang terjadi sekitar 75.000 tahun lalu mengakibatkan terjadinya luncuran
magma sebanyak 2.800 Km3, sehingga perut bumi menjadi kosong. Kulit bumi
yang tidak mampu menahan beban akibat beratnya sendiri, akhirnya patah
dalam beberapa potongan. Potongan terbesar menjadi Pulau Samosir. Bahagian
lain terisi air. Terbentuklah Danau Toba sebagai danau terluas di dunia. Luas
permukaan air danau adalah 1.130 Km2, daerah tangkapan air 3.698 Km2,
kedalaman 505 m, panjang 110 km dan lebar 30 km. Volume air Danau Toba
diperkirakan 1,18 triliyun meter kubik. Pulau Samosir yang merupakan pulau
dalam pulau terluas di dunia memiliki luas 630 km2. Kejadian letusan Gunung
Toba dinyatakan sebagai letusan gunung berapi terdahsyat selama 25 juta tahun
terakhir. Debu yang disemburkan pada kejadian letusan menyebar ke seluruh
bumi. Ketebalan debu yang jatuh di India mencapai 15 cm dan di sebahagian
Malaysia bahkan mencapai ketebalan 9 meter. Bumi mengalami penurunan
temperature 3,50C akibat bertahun-tahun tertutup debu, sehingga dinyatakan
sebagai penyebab terjadinya zaman es.
Kejadian pembentukannya yang sangat luar biasa menciptakan Danau Toba
sebagai bentang alam yang maha indah. Potensi Danau Toba sebagai tujuan
wisata alam sangat besar. Hampir seluruh wilayah memiliki nilai keindahan yang
luar biasa. Banyak misteri dari berbagai sisi Danau Toba yang masih belum
terungkap, atau bahkan sudah musnah sebelum diketahui rahasianya. Daratan
Samosir yang terbentuk dan terpisah dari daratan pulau Sumatera pasti memiliki
keunikan fauna flora tersendiri. Kita bahkan belum banyak mendapatkan data
flora fauna endemik tersebut, padahal sebagian besar wilayah hutan di daratan
Samosir sudah rusak. Kita sedang menjadi saksi sejarah terjadinya perpacuan
kerusakan keindahan dan penurunan kualitas keanekaragaman hayati dan
lingkungan Danau Toba karena kebijakan pertumbuhan pembangunan yang
tidak berpihak melestarikannya.
Pertumbuhan peradaban manusia yang menyandarkan kualitas hidupnya
pada ketersediaan air, menyebabkan terjadinya penyebaran penduduk pada
seluruh wilayah sekitar pinggiran Danau Toba di daratan Sumatera maupun
daratan Samosir. Saat ini sudah terdapat 123 pemukiman masyarakat di pinggir
Danau Toba pada wilayah Pulau Sumatera, dan 71 pemukiman di Pulau
Samosir. Lemahnya pengawasan terhadap pelestarian daerah danau sebagai
kawasan lindung, dapat dilihat dengan banyaknya bangunan yang didirikan di
bibir pantai, bahkan dengan mengurug danau. Hal ini juga berarti pelanggaran
terhadap Perda Nomor 1 Tahun 1990 tentang Penataan Kawasan Danau Toba
yang menyatakan bahwa tidak boleh ada bangunan dalam areal 50 meter dari
bibir pantai. Pelanggaran ini sekaligus juga melanggar aturan nenek moyang
yang mendiami Pulau Samosir, karena pemukiman Raja di Tomok ternyata
dibangun sekitar 50 meter dari bibir pantai.

B. Potensi dan Pemanfaatan Danau Toba


B.1. Potensi Pariwisata
Potensi pariwisata danau Toba sangat layak untuk dikembangkan menjadi
Destinasi Pariwisata Nasional. Pasalnya daya tarik wisata yang dimilikinya cukup
banyak, mulai dari potensi alam, budaya serta kesenian yang unik dan khas.
"Untuk menjadikan danau Toba sebagai obyek tujuan wisata bertaraf nasional,
danau vulkanik terluas di dunia tersebut perlu segera dibenahi dan sistem
pemasarannya harus ditata lebih baik," kata Kabag Humas Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Samosir, Gomgom Naibaho di Pangururan, Kamis
(15/12/2011).
Bahkan daya tarik wisata yang dimiliki danau tropis terindah pada jalur
khatulistiwa berukuran panjang 87 kilometer dan lebar 27 kilometer itu, meliputi
berbagai unsur menarik dengan latar belakang sejarah yang unik, hingga cukup
layak dikembangkan sebagai tujuan wisata bertaraf international.
Menurut Gomgom, potensi pariwisata danau Toba harus lebih gencar
dipromosikan melalui berbagai kegiatan nasional maupun internasional guna
menarik wisatawan mancanegara, sekaligus pengembangan wisata daerah yang
tentunya akan berdampak pada peningkatan penghasilan para pelaku
pariwisata, terutama masyarakat setempat.
Dalam mewujudkan danau Toba sebagai obyek tujuan wisata, lanjut Gomgom,
fasilitas infrastruktur perlu dibenahi, hingga tercipta daya tarik pariwisata melalui
aksesibilitas sebagai dukungan transportasi, pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kualitas SDM.
Oleh karena itu Pemprov Sumut serta Kabupaten/kota se-kawasan Danau Toba
harus bersama-sama secara terpadu memajukan industri pariwisata, karena
muaranya demi kesejahteraan masyarakat. "Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, terutama yang dekat dengan kawasan Danau Toba, akan merevitalisasi
serta memperkuat ekistensi danau Toba agar tetap menjadi tujuan wisata
bertaraf nasional dan internasional," katanya.
Sumber:
http://travel.kompas.com/read/2011/12/15/16025431/Potensi.Danau.Toba.Layak.
Dikembangkan
B.2. Kegiatan atau Usaha Perikanan dan Transportasi
Pada saat ini telah berlangsung berbagai kegiatan/usaha di perairan
Danau Toba dan berkembang dengan pesat, di antaranya yang menonjol
(dominan) adalah kegiatan pariwisata, lalu lintas perairan (transportasi perairan)

dan perikanan. Di perairan Danau Toba ini tempo dulu masih dijumpai ikan asli
yaitu ikan batak dan pora-pora. Tetapi saat ini sudah jarang bahkan mungkin
sudah hilang dan tidak jelas apa penyebabnya. Pada tahun 1996 usaha
perikanan di perairan Danau Toba mulai berkembang dalam bentuk Keramba
Jaring Apung (KJA) dan hingga saat ini mencapai luas 440 ha.

Gambar Keramba Jaring Ikan di Danau Toba

B.3. Pembangkit Listrik


Danau Toba merupakan wilayah pengumpul air. Berdasarkan data dari
Badan Pelaksana Kordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba,
dalam wilayah daerah tangkapan air Danau Toba terdapat 205 sungai yang
bermuara ke Danau Toba. Dari daratan Sumatera terdapat 142 sungai, termasuk
Lau Renun sebagai sungai rekayasa manusia untuk membangkitkan tenaga
listrik. Daratan Samosir menyumbang 63 sungai. Satu-satunya saluran keluar air
dari Danau Toba hanyalah melalui Sei Asahan dengan debit air alami 87,9
m/detik s.d. 105.4 m/detik. Adanya beda ketinggian dan volume air yang cukup
besar, menjadikan Sei Asahan memiliki kandungan energi yang sangat potensial
untuk membangkitkan tenaga listrik.
Penyelidikan potensi Sungai Asahan sebagai pembangkit tenaga listrik
sudah dirintis sejak tahun 1908. Tahun 1962, Uni Sovyet melakukan penelitian
yang merekomendasikan pembangunan pembangkit tenaga listrik. Menurut
penelitian tersebut, sepanjang Sungai Asahan terdapat lima titik air terjun yang

potensial menghasilkan listrik yaitu Simangkuk 120 MW, Simorea 150 MW,
Sigura-Gura 320 MW, Tangga 412 MW dan Tratak 200 MW. Total potensi
perkiraan listrik yang bisa dibangkitkan dari aliran Sungai Asahan adalah 1.202
MW. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
menetapkan manfaat dan tujuan pembangunan pembangkit listrik Sei Asahan
adalah untuk: (a) memproduksi bauksit dari Pulau Bintan dengan kapasitas
200.000 ton/tahun, (b) mengembangkan industri rakyat di Sumatera Utara, (c)
memenuhi kebutuhan penerangan listrik untuk rakyat. Dan (d) memperluas areal
persawahan dengan sistem pengairan teknis yang teratur dengan instalasi
pompa air bertenaga listrik. Tujuan dan manfaat Sei Asahan ini bahkan dijadikan
bahan ajar bagi peserta didik di Sumatera Utara, sehingga semua masyarakat
tahu bahwa bila Sei Asahan sudah dimanfaatkan, maka masyarakat Sumatera
Utara tidak akan kekurangan listrik. Walaupun pada akhirnya ide pembangkitan
listrik dari Sei Asahan tercapai, namun sejak pembangkit listrik mulai
dioperasikan hingga sekarang, seluruh tujuan dan maksud pembangunan PLTA
yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara sedari awal,
tidak ada satupun yang tercapai.
Tanggal 7 Juli 1975, Jepang melalui PT Indonesia Asahan Aluminium
telah merealisir pemanfaatan aliran Sungai Asahan dengan membangun
Pembangkit Listrik Tenaga Air Asahan II di Sigura-Gura dengan kapasitas turbin
4 x 73,2 MW dan Tangga 4 x 81.1 MW (total kapasitas terpasang 617,2 MW) dan
mulai beroperasi pada tahun 1983,. Pada waktu PT Inalum akan beroperasi,
muka air Danau Toba adalah 904,3 m dpl. PT Inalum mengeruk dasar sungai
Asahan dari Porsea hingga Siruar sepanjang 13,6 km hingga dasarnya
mencapai ketinggian 901 m. Pada kondisi ini, turbin akan tetap dapat beroperasi
sampai muka air terendah 902,4 meter. Dengan dibangunnya bendungan
pengatur di Siruar, tinggi muka air Danau Toba dapat dikontrol secara mekanis.
Danau Toba menjadi satu-satunya dam alami terluas di dunia. Bendungan
pengatur di Siruar efektif hingga ketinggian 905,8m. Bendungan Siruar sekaligus
juga menahan dan mengatur 5,7 milyar m3 air dengan satu-satunya saluran
keluar adalah Sei Asahan. Setelah melalui Kabupaten Asahan dan Tanjung Balai,
Sei Asahan bermuara di pantai Timur Sumatera.
Sebagai salah satu danau terbesar di di dunia, Danau Toba tak hanya
menyimpan keindahan yang menakjubkan. Danau Toba terbentuk dari letusan
gunung, yang diperkirakan terjadi sekitar 75.000 tahun silam. Danau ini cukup
menjanjikan bagi kehidupan manusia. Jutaan Kilowatt energi listrik dapat
dihasilkan dari tumpahan air Danau Toba yang mengalir dari Sungai Asahan. Di
Danau Toba, Sumatera utara saat ini terdapat empat pembangkit listrik tenaga
air. Tiga di antaranya sudah beroperasi dan memproduksi energi listrik.
PLTA Asahan -I yang berlokasi Desa Ambar halim, Kecamatan Pintu
Pohan Meranti, Kabupaten Tobasa, saat ini memproduksi 180 Megawatt listrik

perhari. Yang dihasilkan dari 2 turbin. PLTA milik PT Bajradaya Sentranusa telah
beroperasi sejak 2010. Selama tiga tahun pertama pengoperasian dilakukan
China Huadian Corporation. Namun sejak awal Januari 2014 pengoperasiannya
ditangani PT Pembangkit Jawa Bali. Energi listrik yang dihasilkan selanjutnya
disalurkan ke PLN wilayah
Sumatera bagian utara, yang selanjutnya
didistribusikan ke masyarakat pengguna listrik.
Selain PLTA Asahan-1 ada tiga PLTA lainnya, yakni PLTA Asahan 2,3 dan
4. PLTA Asahan 2 saat ini memproduksi 600 Megawatt listrik dari 8 turbinnya.
Sementara PLTA Asahan -3 dan PLTA Asahan 4 Aek songsongan saat ini masih
dalam proses pembangunan. PLTA Asahan 1 sendiri harus membersihkan 5 ton
sampah dari danau setiap harinya sebelum air masuk ke panel. Termasuk
sampah plastik dan eceng gondok.Jika sampai sampah masuk ke panel akan
mengganggu kinerja turbin. Sampah yang diangkat dari danau selanjutnya
dibusukkan. Sampah kemudian diambil masyarakat sekitar untuk dijadikan
kompos
(http://esdm.seruu.com/read/2014/09/18/228603/danau-toba-mampuhasilkan-listrik-jutaan-kilowatt).
Setelah tahun 2013, Pemerintah sudah memegang hak penuh atas
operasional PLTA Asahan II yang mampu membangkitkan listrik sebanyak 617,2
MW. Pembangunan PLTA Asahan I dan III akan menambah pasokan listrik
hingga mencapai 951 MW. Sumatera Utara masih memiliki sumber listrik lain dari
sebesar 340 MW dari tenaga panas bumi Sibayak dan Sarulla, serta 135 MW
dari PLTA/PLTMH lainnya. Bila pembangunan dapat berlangsung tanpa
hambatan, maka 2013 dipastikan Sumatera Utara sudah memiliki energi listrik
murah serta relatif bebas pencemaran sebesar 1426,2 MW. Ketersediaan listrik
dari tenaga air dan panas bumi dapat lebih mengoptimalkan bahan bakar gas
bagi keperluan industri yang selama ini hampir dua pertiga terserap untuk
pembangkit listrik.

Gambar PLTA Asahan


C. Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba
Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla memiliki komitmen pada
pembangunan sector pariwisata sebagai industry yang akan membawa devisa
bagi Negara dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pemerintah memilih 10 wilayah
pariwisata yang strategis untuk dikembangkan seperti daerah wisata Candi
Borobudur, Danau Toba, Labuhan Bajo, wisata Pulau Seribu, Raja Ampat Papua,
Wisata Banten, Bangka Belitung dan lainnya dengan membentuk Badan Otorita
khusus yang menangani pembangunan daerah wisata tersebut. Sesuai dengan
impian pemerintah untuk menjadikan kawasan tersebut layaknya Monaco of
Asia. Secara langsung maupun tidak para wisatawan tersebut akan memberikan
dampak positif bagi perekonomian setempat dari multiplier effect (efek ganda)
belanja barang maupun jasa dan yang pasti akan bermanfaat bagi peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat yang berada di sekitar Danau Toba. Saat ini
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia telah mencapai lapangan 10,4
juta orang. Diharapkan dalam lima tahun yang akan dating meningkat menjadi 20
juta orang. Program ini akan membuka lappangan kerja baru bagi pekerja
langsung dari 3 juta sampai 7 juta orang. Strategi alokasi budget (APBN) kepada
50 atau 70 destinasi wisata. Untuk pertama kali fokus ke 10 wilayah untuk
pembangunan pelabuhan marina, pelabuhan udara, atau fasilitas fisik dan
lainnya.
Pembentukan Badan Otorita Kepariwisataan mengambil contoh dari
keberhasilan pembentukan Otorita Nusa Dua di Bali, dimana wilayah Nusa Dua
yang sebelumnya bukan menjadi obyek wisata khusus, menjadi wilayah MICE
(Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) berkaliber Internasional, dan
sebagai uji coba pertama penerapan Badan otoritas Pariwisata ini ialah Danau
Toba dan diharapkan dapat menjadi contoh untuk 9 destinasi wisata unggulan
lainnya yang telah ditetapkan.
Menteri Pariwisata, Arif Yahya mengharapkan dengan penetapan 10
destinasi wisata unggulan tersebut, yakni; Danau Toba Sumut, Yanjung
Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu DKI, Borobudur
Jateng, Bromo Jatim, Mandalika Lombok, Morotai Maluku Utara, Wakatobi
Sulawesi Tenggara, dan Labuan Bajo, Komodo NTT dimana pada destinasi
wisata ini akan dikembangkan infrastruktur dasar, jaringan internet, air,
pelabuhan dan marina. Dengan pembentukan Badan Otoritas Pariwisata ini
diharapkan target pendapatan dari sektor pariwisata akan meningkat menjadi 20
juta USD pada tahun 2019. Pemerintah akan menggelontorkan anggaran sekitar
21 T untuk mengubah Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional.
Berbagai proyek oembangunan baik meliputi infrastruktur, seperti pembangunan
jalan Tol Kualanamu Parapat, jembatan atau bahkan bandara, maupun
infrastruktur lain yang terkait dengan pembangunan suatu industry pariwisata,
seperti perhotelan, agen perjalanan, restoran, dan berbagai EO ragam
pertunjukan yang akan disuguhkan. B. Salah satu destinasi wisata yang

mendapat perhatian khusus pemerintah adalah danauToba menjadi Monaco of


Asia sebagai International Geopark warisan sejarah bumi.
Tujuan dibentuknya Badan Otoritas Pariwisata Danau toba adalah untuk
mengoordinasikan pengelolaan pariwisata Danau toba menjadi lebih efektif
menjadi manajemen tunggal. Saat ini pengelolaan danau toba berada di bawah
naungan tujuh institusi pemerintah yang berbeda beda. Cakupan daerah
adalah Kabupaten Toba Samosir, tapanuli Utara, Samosir, Karo, Simalungun,
Dairi, dan Humbang Hasundutan.
D. Infrastruktur Energi (Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada
Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The
Plan)
Potensi pariwisata danau Toba sangat layak untuk dikembangkan menjadi
Destinasi Pariwisata Nasional. Pasalnya daya tarik wisata yang dimilikinya cukup
banyak, mulai dari potensi alam, budaya serta kesenian yang unik dan khas. Ini
membutuhkan ketersediaan energi untuk pengembangan industri pariwisata di
kawasan Danau Toba yang diharap menjadi Monaco of Asia sebagai
International Geopark warisan sejarah bumi. Dalam perkembangannya yang
dinamis, terdapat isu strategis dalam bidang energi antara lain yaitu
- Migas
- Ketenagalistrikan
- Minerba
- Energi baru, Terbarukan dan Konservasi Energi
Energi yang telah menjadi isu global, disamping isu pangan, air, dan isu
lingkungan. Energi adalah modal utama pembangunan, selain telah menjadi
kebutuhan pokok hidup. Keberadaan Energi berbasiskan sumberdaya fosil yang
telah menipis dan semakin langka, mengakibatkan harga menjadi cenderung
meningkat. Sebagian besar sumber energi kita hampir 94% berasal dari energi
fosil. Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap import untuk memenuhi
kebutuhan energi nasionalnya. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan dan
implementasi konservasi energi dapat meningkatkan kedaulatan energi.
Pengelolaan Energi adalah penyelenggaraan kegiatan penyediaan,
pengusahaan, dan pemanfaatan energi, serta penyediaan cadangan strategis
dan konservasi sumberdaya energi. Pengelolaan Energi bertujuan untuk
mewujudkan Kedaulatan Energi; yaitu kemampuan negara untuk mengendalikan
sumber daya energi, harga energi, dan distribusi energi. Faktor penting dalam
kedaulatan energi adalah Ketahanan dan Kemandirian Energi.
Ketahanan energi merupakan terjaminnya ketersediaan energi dan akses
masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Sedangkan kemandirian energi merupakan Terjaminnya ketersediaan energi


dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri.
Isu strategis dalam pembangunan infrastruktur energi diantaranya adalah:
a. Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi dan Kilang Minyak Bumi, antara
lain meliputi;
o Penyelarasan antar Badan Usaha dalam Rencana Induk
o Penyusunan Konsep Perpres yang mengatur penugasan
Pertamina
o Revisi Perpres No 67/2005 dan Perubahannya
o Penyertaan Investasi Pemerintah
o Pengaturan Alokasi, Tata Kelola & Niaga Gas Bumi
b. Pembangunan Infrastruktur Listrik
o Penyediaan Listrik di Daerah Terpencil dan Pulau Terluar
o 11,65% Porsi BBM dalam Bauran Energi
o 16,6% Rumah tangga yang Belum Berlistrik
o 83,3% Rasio Elektrifikasi Tahun 2014
o 35 GW Pembangunan Infrastruktur (2015-2019) (Target
Pemerintah Presiden Joko Widodo)
c. Pembangunan Infrastruktur Mineral dan batubara
o 33 Triliun Realisasi PNBP Minerba Tahun 2014
o Pembangunan Smelter:
o 25 Perusahaan Tahap Commissioning, 4 Perusahaan Tahap
Konstruksi
o 76 Juta Ton Batubara untuk Dalam Negeri
d. Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi
energi
o Pengembangan PLTP dan PLTA Skala Besar
o Biogas dan Tungku Sehat Hemat Energi
o Pembangunan Proyek Pilot
o Pembangunan Pabrik BBN
o Pembangunan EBT Skala Kecil
o Peningkatan Akses Terhadap Energi Modern
Pokok Pokok kebijakan Energi Nasional antara lain adalah
1. Mengubah paradigma sumber daya energi sebagai komoditas menjadi
sebagai modal pembangunan nasional.
2.Meningkatkan efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup
dalam pengelolaan energi .
3.Meningkatkan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan (EBT).
4.Meningkatkan cadangan energi fosil.

5.Mengurangi pangsa penggunaan BBM dalam bauran energi nasional.


6.Meningkatkan pengelolaan energi secara mandiri, penciptaan lapangan
kerja, kemampuan penelitian, pengembangan dan penerapan
(litbangrap), dan peranan industri dan jasa energi dalam negeri.
7.Memeratakan akses terhadap energi migas dan listrik bagi masyarakat
kota dan desa.
8.Mengamankan pasokan energi, khususnya listrik dan migas untuk
jangka pendek, menengah, dan panjang.
9.Mengoptimalkan
pemanfaatan
pembangunan ekonomi nasional.

sumber

daya

energi

dalam

10.Menetapkan dan mengamankan cadangan penyangga energi nasional.


Dalam mewujudkan danau Toba sebagai obyek tujuan wisata, fasilitas
infrastruktur khususnya infrastruktur energi perlu dibenahi, hingga tercipta daya
tarik pariwisata melalui aksesibilitas sebagai dukungan transportasi,
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas SDM. Pemerintah
bertekad akan membangun infrastruktur energi agar dapat meningkatkan
serapan domestik lebih besar seperti di bidang pariwisata. Tahun 2016
mendatang, pembangunan infrastruktur minyak, gas bumi dan kelistrikan akan
dilaksanakan secara lebih massif.

Bahan Lainnya:
DENPASAR, KOMPAS.com - Pemerintah pusat berencana menjadikan Bali sebagai
Center of Excellent Clean dengan memanfaatkan 100 persen pengguna energi bersih
dan terbarukan pada tahun 2019.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika berharap akan mendongkrak pendapatan dari
sektor pariwisata dan menciptakan pariwisata yang berkualitas.

"Dengan menggunakan energi bersih akan menciptakan sebuah pariwisata yang


berkualitas. Sudah pasti akan menjadikan harga pariwisata Bali menjadi mahal," kata
Pastika saat menerima kunjungan Jajaran PLN Distributor Bali, di Denpasar, Senin
(23/11/2015).

Untuk mendukung hal tersebut, menurut Pastika, Pemprov Bali telah menyiapkan
anggaran melalui kerja sama dengan pemerintah pusat untuk menerapkan sistem solar
cell di setiap gedung Pemerintah Provinsi Bali dan Pura-Pura besar di Bali seperti
Besakih dan Batur.

"Nanti kita rencana akan mengganti mobil dinas dengan mobil listrik, dan tempat untuk
mengisi listriknya, kan lumayan untuk para Kadis, setelah dipakai mobilnya hisa
langsung di charge di sini (kantor pemprov)," katanya.

Pastika mengharapkan Bali menjadi pelopor di Indonesia. Dengan demikian Provinsi


Bali akan cepat menuju provinsi yang bersih dan hijau.
http://travel.kompas.com/read/2015/11/24/073100927/Gubernur.Bali.Energi.Bersih.Cipta
kan.Pariwisata.Berkualitas

2. Efisiensi Energi Jadi Bagian Dari Pengembangan Pariwisata


Kementerian Pariwisata Republik Indonesia merilis data bahwa dalam waktu tiga tahun
(2008-2013) pemasukan sektor pariwisata Indonesia meningkat dari 6,3 milyar dolar
Amerika menjadi 10 milyar dolar Amerika. Menyikapi sektor pariwisata Indonesia yang
kian berkembang ini, WWF-Indonesia menggagas program Tourism Energy Efficiency
Investment Programme (TEEIP). Dengan program ini, WWF-Indonesia ingin mengajak
partisipasi dari hotel-hotel khususnya yang berlokasi di Bali untuk melakukan upaya
penghematan energi yang bertujuan tak hanya untuk aktivitas ramah lingkungan, tapi
juga untuk keuntungan finansial dalam jangka jangka panjang,

Budi Wardhana, Deputy Director, Economic Instruments for Conservation WWFIndonesia menjelaskan bahwa tujuan dari TEEIP seutuhnya adalah untuk pariwisata
secara luas, namun untuk langkah awal ditargetkan ke hotel dahulu. Pariwisata adalah
penyumbang emisi karbondioksia dunia sebesar 5 persen dan 23 persennya berasal
dari perhotelan. Itu sebabnya kami memulai program ini melalui hotel, jelas Budi pada
seminar Hotels Roles in Sustainable Tourism di Jakarta, Senin (30/3/2015).

Program awal ini menyasar perhotelan yang berada di Bali dengan alasan karena Bali
untuk saat ini masih menjadi target destinasi utama pariwisata nasional dan
internasional. Konsumsi listrik untuk bisnis termasuk perhotelan di Bali telah mencapai

46 persen. Sampel untuk data penggunaan energi di hotel ini terdiri dari tujuh yang
berbentuk bangunan terpusat, tiga berbentuk vila atau resor dan satu pusat konvensi.
Sembilan dari hotel tersebut berbintang lima dan satu berbintang empat. WWFIndonesia bekerjasama dengan Synergy dan Southpole telah melakukan audit di setiap
hotel dan kemudian melakukan kajian kelayakan karbon utuk melihat potensi
penurunan emisi karbon serta kemungkinan untuk turut dalam perdagangan karbon.

Frans Teguh, Direktur Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata dari


Kementerian Pariwisata Republik Indonesia bahkan menegaskan bahwa Indonesia
akan menghadapi tantangan berat karena wisatawan asing sekarang sudah mulai
memilah objek wisata yang ramah lingkungan dan yang tidak. Pariwisata memang
untuk senang-senang, tapi mengelolanya tidak bisa senang-senang. Ini harus serius!
tegasnya. Menurutnya juga pariwisata harus mengikuti kaidah alam dan tidak bisa
beroperasi sembarangan. Tidak setiap saat seharusnya Pulau Komodo dibuka untuk
umum. Ada saatnya untuk musim berkembang biak yang tak boleh diganggu, jelasnya.

Saat ini sumber pendanaan untuk membiayai efisiensi energi beraswal dari swasta
(dana sendiri, pinjaman bank dan energy service company). Namun kendala utama
dalam usaha penghematan energi di hotal adalah: harga listrik yang rendah karena
subsidi, pihak hotel tidak yakin akan penghematan biaya listrik, biaya investasi awal
yang besar, peluang investasi lain dianggap lebih untung, keputusan investasi ada di
pemilik hotel dan bukan pengelola, persyaratan berat untuk pinjaman bank, dan
persepsi bahwa investasi efisiensi energi itu rumit dan beresiko tinggi.

Agar program penghematan energi ini di hotel ini berhasil maka diperlukan komitmen
dari pihak hotel, pemahaman dan edukasi karyawan hotel serta tamu. Menurut Budi,
hal-hal sederhana di dalam hotel yang bersifat edukasi bagi para tamu adalah contoh
baik. Anjuran untuk hemat air jika tidak digunakan, menaruh handuk pada tempatnya
jika ingin digunakan kembali atau sistem kartu pada kamar yang akan mematikan listrik
secara otomatis saat tamu sedang pergi, adalah implementasi yang sudah dijalankan
tidak hanya untuk efisiensi energi, namun juga untuk mengedukasi tamu dalam gaya
hidup sehari-harinya.

Dalam rangka menuju pariwisata yang sustainable, pihak hotel juga harus berbuat lebih
dari sekedar program CSR (Corporate Social Responsibility), seperti manfaatkan energi
terbarukan, mengurangi sampah dan polusi, bahan pangan dari sumber setempat dan
ramah lingkungan, terlibat dalam perekonomian masyarakat lokal dan dalam
pelestarian alam setempat.

http://www.panorama-magz.com/newsflash/efisiensi-energi-jadi-bagian-daripengembangan-pariwisata

3. Kepulauan Nias Harus Perhatikan Pariwisata dan Energi Listrik


MEDAN, Inspirasibangsa (13/5) Plt Gubsu Ir H Tengku Erry Nuradi MSi
mengingatkan Bupati/ Walikota se Kepulauan Nias menjalankan roda pemerintahan
secara amanah sesuai aturan dan undang-undang yang berlaku.

Sudah banyak kepala daerah seperti Bupati atau walikota yang bermasalah dengan
hukum bahkan menjadi tahanan, termasuk juga gubernur, ujar Tengku Erry saat
menerima Bupati/ Walikota se Kepulauan Nias di Kantor Gubsu, Rabu (11/5).

Kepala Daerah yang hadir, Walikota Gunung Sitoli Lakhomizaro Zebua, Bupati Nias
Barat Faduhusi Daely, Bupati Nias Utara M Ingati Nazara, Bupati Nias Selatan Hilarius
Duha, Wakil Bupati Nias Selatan Sozanolo Nduru, Wakil Bupati Nias Barat Khinoki
Waruwu dan Wakil Bupati Nias Utara HS. Hulu.

Para bupati/ walikota agar mendukung visi misi pemerintah pusat.Visi misi lima tahun
kedepan masing-masing daerah harus benar-benar untuk pembangunan daerah dan
untuk kepentingan masyarkat.Untuk itu, para kepala daerah mesti merangkul semua
pihak dan melakukan koordinasi dengan FKPD masing-masing daerah.

Sebagai pejabat publik harus mengutamakan pelayanan daripada bisnis demi


kesejahteraan masyarakat ujar Plt.Gubsu.

Menurut Erry, Kepuluan Nias memiliki potensi sangat besar dikembangkan terutama
sektor pariwisata. Namun potensi itu tidak dapat dikembangkan apabila infrastruktur
tidak dibenahi.
Selain pariwisata, bidang energi potensial untuk dikembangkan.Yakni, listrik yang
sampai saat ini di Kepulauan Nias masih kekurangan pasokan listrik.

Untuk itu, Pemda di Kepalauan Nias memperhatikan soal listrik yang masih sangat
minim.Pemprovsu akan membantu kekurangan pasokan listrik tersebut ke pemerintah

pusat dalam mengatasi kekurangan pasokan listrik. Nias bisa dikembangkan, energinya
harus dibenahi, sebut Plt Gubsu seraya berharap Bupati/ Walikota terus berkomunikasi
dengan pejabat di Pusat yang merupakan putra daerah Nias.

Walikota
Gunung
Sitoli
Lakhomizaro
yang
mewakili
rombongan
mengatakan,silaturrahmi ini sangat strategis dan berharap mendapat masukan dari Plt
Gubsu demi efektivitas jalannya roda pemerintahan di Kepulauan Nias termasuk
pengembangan potensi daerah di Kepulauan Nias. (Bar)
http://inspirasibangsa.com/kepulauan-nias-harus-perhatikan-pariwisata-dan-energilistrik/

You might also like