You are on page 1of 13

MAKALAH SEMIOTIK

Analisis Sajak Mereka Kata karya Syakira

Disusun oleh;
Ulfa Alfia Hayatussadiah
1211503140

JURUSAN SASTRA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUUNG DJATI
BANDUNG
2014

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, puji dan syukur marilah kita panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat taufik dan hidayanh-Nya
makalah ini dapat diselesaikan dengan judul Analisis Semiotik
Sajak Mereka Kata, tidak lupa shalawat dan salam semoga
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kita kejalan yang lurus yaitu islam, agama yang
diridhoi Allah SWT.
Makalah ini disajikan secara sederhana, dengan harapan
dapat mudah dipahami dan dapat memperluas wawasan tentang
Filsafat Semiotika.
Penulis menyadari penulisan makalah ini banyak terdapat
kesalahan ataupun kekeliruan. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan kemampuan yang kami miliki dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan kedepannya.
Akhir kata mohon maaf kepada semua pihak atas segala
kesalahan dan kekhilafan baik yang disengaja atupun tidak.
Semoga Allah SWT memberikan pertolongan-Nya kepada kita.

Bandung, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar Belakang
Rumusan Masalah...
Tujuan Masalah...
Manfaat Penelitian..

BAB II : KAJIAN TEORI


BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Analisis Struktural
3.2 Analisis Semiotika
BAB IV : KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Setiap orang memiliki hak untuk mengekspresikan
kehendaknya dalam berbagai macam cara dan gaya. Sastra
merupakan salah satu media yang dapat menampung
aspirasi, pemikiran, kritikan maupun sindiran seseorang
terhadap siapa atau apa yang dituju. Salah satunya dengan
puisi atau sajak, yang mrupakan media yang paling sering
dipakai untuk mengutarakan maksud hati dari penulisnya.
Dengan penggunaan kata dan tatanan bahasa yang tidak
biasa, sering kali puisi perlu pengkajian yang lebih dalam
untuk dapat memahaminya. Dan dapat dikaji pula dari
berbagai jenis dan nilai estetisnya.
Damono (2010) menegaskan, orang tidak akan dapat
memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan
menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna,
yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong
tanpa makna (hal.4).
Sebagai karya sastra puisi mempunyai berbagai manfaat.
Kebermanfaat puisi telah berlangsung sejak lahirnya, manfaat
tersebut telah dirasakan manusia jauh sebelumnya. Karena
itu dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
berikut :
(1) Puisi dapat menjadi arahan dalam membentuk
kepribadian
(2) Dapat mengembangkan cognitive peserta didik
(3) Dapat melatih diri berimajinasi
(4) Dapat menggambarkan kehidupan manusia dan
lingkungan tertentu.
(5) Dapat membangkitkan semangat heroik
(6) Menceritakan suara alam dan lingkungan manusia.
(7) Dapat membandingkan dan mengapresiasikan karya
sastra.
(8) Berdasarkan pandangan penyair
(9) Puisi memberikan motivasi bagi pembaca puisi bahwa
dirinya telah melahirkan suatu ungkapan dengan bahasa
yang indah, bebas dan misteri.

(10) Melalui puisi penyair dapat menyampaikan protes


sosial bagi lingkungan masyarakat tertentu. (http://annisafadilla.blogspot.com).
Maka dari itu, penulis mengambil objek Sajak :Mereka kata
ini karena sajak ini berisi mengenai nilai-nilai kehidupan, dan
dalam sajak ini penyair menggunakan symbol-simbol untuk
menegaskan tujuan dari apa yang ia tulis.
1.2

Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana penerapan teori Peirce mengenai aspek
sintaksis terhadap sajak Mereka Kata?
1.2.2 Bagaimana penerapan teori Peirce mengenai aspek
semantic terhadap sajak Mereka Kata?

1.3

Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui penerapan teori Peirce mengenai
aspek sentaksis terhadap sajak Mereka Kata.
1.3.2 Untuk mengetahui pnerapan toeri Peirce mengenai
aspek semantic terhadap sajak Mereka Kata.
1.4 Manfaat Penelitian

BAB II
KAJIAN TEORI

Damono menjelaskan, sajak (karya sastra) merupakan


sebuah struktur. Struktur disini dalam arti bahwa sastra itu
merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara
unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling
menetukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan
hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau bendabenda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait ,
saling berkaitan, dan saling bergantung (hal. 118-119).
Menganalis sajak adalah usaha menangkap dan memberi
makna kepada teks sajak. Karya sastra itu merupakan struktur
yang bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu
merupakan system tanda yang mempunyai makna yang
mempergunakan medium bahasa. Karena sastra (karya sastra)
merupakan system tanda yang lebih tinggi kedudukannya dari
bahasa, maka disebut system semiotic tingkat kedua. Namun
sastra tidak dapat lepas pula dari system bahasa; dalam arti,
satra tidak dapat lepas sama sekali dari system bahasa atau
konvensi bahasa (hal 121-122).

Sajak bagi Goenawan Mohamad adalah catatan kita bagi


dingin yang tak tercatat pada termometer. Ketika kota basah,
angin mengusir kita di sepanjang sungai, tapi kita tetap saja di
sana. Mengamati, mencatat. Seakan gerimis raib dan kita
saksikan cahaya berenang mempermainkan warna. Ia adalah
ketika kita merasakan bahagia meski tak tahu kenapa. Tema
tentang sajak, baik tersurat guratnya atau hanya tersirat
seratnya, atau bahkan cuma bisa kita tafsirkan saja salah
satunya, hampir selalu ada ditulis oleh setiap penyair. Mungkin
ini sebagai wujud kekariban. Atau persembahan untuk ia
sendiri.Ketika menggubah sajak, maka juga terkandung makna
hidup yang dihayati oleh penyair. Ya, karena ia adalah kehidupan.
Keduanya sangat dekat. Keduanya saling ada di dalam keduanya:
ia ada dalam kehidupan dan kehidupan ada didalamnya. Ia
adalah alat yang bisa sangat bermanfaat untuk merumuskan
rumit
dan
samarnya
kehidupan.
Sitok
Srengenge,
menerjemahkan apa peran sajak dan penyair bagi hidupnya dan
kehidupan manusia. Sebenarnya selalu ada yang puisi dalam
segala sesuatu yang bukan puisi. Dan peran luhur kepenyairan
bisa dijalankan oleh siapa saja yang bukan penyair
(herifirmansyah89.wordpress.com)
Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle
meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign),
object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk
fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan
merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain
di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol
(tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul
dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari
hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut
objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang
menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari
orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu
makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting
dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat
berkomunikasi(junaedi2008.blogspot.com).

BAB III
PEMBAHASAN

Sajak : Mereka Kata


April 26, 2010

Mereka kata wanita itu


perhiasan dunia
maka jadilah perhiasan yang benar-benar berharga dan berguna

jangan hanya cantik diluar tetapi buruk didalam.

Mereka kata wanita itu


ibarat epal
maka jadilah epal yang tinggi kedudukan nya
bukan yang berguguran ditanah
yang mudah dimiliki oleh sesiapa.

Mereka kata wanita itu persis mawar


maka jadilah mawar yang mekar mengharumi
bukan yang layu sebelum kembangnya.

Mereka kata wanita itu persis mutiara di dasar laut dalam


maka jadilah mutiara yang benar-benar berharga
sesungguhnya hanya yang mampu membeli mutiara
bisa memilikinya.

Mereka kata wanita itu ibarat permata


maka jadilah permata yang tulen
bukan kaca mudah dilihat di mana-mana
sesungguhnya kerdipan permata dan kaca itu hampir sama
hanya yang benar-benar bijaksana
yang tidak tersalah memilihnya.
Nama Pena: qirabella
Email: syaqira_90@yahoo.com.my

Lampiran diatas merupakan sebuah sajak. Sajak


merupakan sebuah puisi namun puisi bukanlah sajak karena
sajak tidak terikat dengan aturan aturan puisi lama. Berikut ini

adalah analisis dari sajak diatas yang mengacu pada teori


Charles Sanders Peirce dimana dalam pengaplikasiannya
terhadap karya sastra terdapat dua aspek yang perlu dianalisis :
1. Analisis Aspek Sintaksis
Sajak Mereka Kata tidak pendek namun juga tidak panjang.
Setiap bait diawali dengan Mereka Kata. Pada setiap bait,
lariknya tidak beraturan seperti halnya dalam pantun. Pada
bait pertama sebenarnya adalah satu kalimat namun struktur
penulisan yang menjorok membuatnya seperti terdiri dari
empat bait. Yang mana sebenarnya kalimat ini berupa Mereka
kata wanita itu perhiasan dunia, maka jadilah perhiasan yang
benar-benar berharga dan berguna jangan hanya cantik diluar
tetapi buruk didalam. Kalimat pertama merupakan ujaran dari
si aku yang menegaskan bahwa menjadi wanita itu haruslah
berharga seperti perhiasan, dimana perhiasan seperti
emas,berlian itu merupakan sesuatu yang mahal, cantik dan
hanya orang-orang tertentu yang dapat memilikinya. Dan
harus pula menjadi perhiasan yang utuh, yang tidak
menhurangi nilainya dengan kekurangan dan kepalsuan
didalamnya. Pada kalimat pertama lariknya berbunyi b a a a
yakni pada setiap barisnya berisi itu, dunia, berguna, didalam.
Kalimat kedua Mereka kata wanita itu ibarat epal, maka
jadilah epal yang tinggi kedudukan nya bukan yang
berguguran ditanah yang mudah dimiliki oleh sesiapa. Kalimat
tersebut juga merupakan penegasan si aku terhadap target
nya(wanita) agar hidup haruslah seperti epal atau buah apel.
Yang mana apel memiliki makna simbolik dan asosiasi mitis. Di
Cina mereka mewakili perdamaian, dan apel bunga adalah
simbol keindahan wanita. Dalam tradisi lain, mereka dapat
berarti kebijaksanaan, sukacita, kesuburan, dan kemudaan
(sarifruits,blogspot.com).
Kalimat ketiga berbunyi Mereka kata wanita itu persis
mawar, maka jadilah mawar yang mekar mengharumi bukan
yang layu sebelum kembangnya. Dengan larik a b a ini,
mengegaskan bahwasanya wanita perlu penjagaan diri seperti
mawar yang indah namun berduri tajam dan menyakitkan.
Kalimat keempat memiliki baris sebanyak empat dan
berbunyi Mereka kata wanita itu persis mutiara di dasar laut
dalam, maka jadilah mutiara yang benar-benar berharga,
sesungguhnya hanya yang mampu membeli mutiara ,bisa
memilikinya. Larik pada bait ini a a a a yakni dalam,
berharga, sesungguhny dan memilikinya. Bait ini juga
menegaskan agar wanita memiliki harga diri seperti mutiara,
yakni susah didapat, cantik, indah dan memiliki harga yang
tinggi.
Kalimat kelima ini terdapat enam baris yang berbunyi
Mereka kata wanita itu ibarat permata, maka jadilah permata

yang tulen, bukan kaca mudah dilihat di mana-mana


,sesungguhnya kerdipan permata dan kaca itu hampir sama,
hanya yang benar-benar bijaksana ,yang tidak tersalah
memilihnya. Pada bait ini lariknya a b a a a a yakni
permata, tulen, di mana-mana, sama, bijaksana, dan
memilihnya. Pada kalimat ini si aku juga memberi penegasan
pada baris kedua maka jadilah prmata yang tulen yang mana
sorang wanita haruslah memahami berharganya mereka dan
harus sayang pada diri sendiri.
2. Analisis Aspek Semantis
Pada sajak diatas, dapat dilihat dan ditemukan penggunaan
tanda-tanda seperti mawar, mutiara, permata, buah apel
untuk memberi penegasan kepada wanita. Namun untuk
memahami lebih lanjutnya, terlebih dahulu kita klasifikasikan
isotopi yang mendukung sajak ini dalam perolehan makna.
a. Isotopi alam : mawar, mutiara, epal, permata
b. Isotopi manusia :
c. Isotopi perasaan :
d. Isotopi perbuatan : tersalah, bijaksana, dimiliki
e. Isotopi waktu :
f. Isotopi tempat :diluar, didalam, didasar laut, dimanamana,
g. Isotopi penghubung : yang, dan, jadilah,maka
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa isotopi yang
paling menonjol adalah isotopi perbuatan yang kemudian
disusul oleh isotopi manusia, alam, perasaan dan tempat. Motif
pada isotopi perbuatan ini menegaskan bahwa seorang wanita
itu sangat perlu menjaga perbuatannya, ia harus berjiwa
seperti perhiasan yang berharga, artinya memiliki harga diri
yang tinggi namun ia juga perlu untuk menjaga keindahan
hatinya untuk mengimbangi kecantikan raganya. Ia harus pula
seperti epal atau buah apel yang mana seperti telah dijelaskan
sebelumnya, epal merupakan symbol dari kesuburan,
kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Namun tak hanya itu, wanita
haruslah memiliki kedudukan yang tinggi, kedudukan disini
bukan berarti jabatan yang tinggi, melainkan kekuatan dan
harga diri sehingga tidak sembarang orang bisa mendapatkan
wanita itu. Ia juga haruslah seperti mawar. Karakteristik mawar
tersebut adalah wangi, indah namun mawar memiliki duri yang
menjadi penjaga untuk keindahannya, begitupun wanita
haruslah dijaga supaya tidak hilang ataupun rusak
keindahannya oleh tangan-tangan tak bersahaja. isotopi alam
selanjutnya adalah mutiara. Semua orang sudah dipastikan
mengetahui bentuk dan karakteristik mutiara, ia adalah
barang langka, bukan barang atau benda yang mudah didapat,
ia bisa dimiliki oleh seseorang yang menghargainya dengan

harga yang tinggi karena keindahannya dan kecnatikannya


merupakan harga mati. Kemudian yang terakhir adalah
permata, penggunaan kata permata ini seolah menegaskan
bahwa keindahan seorang wanita haruslah dijaga, ia haruslah
benar-benar indah dengan seutuhnya, ia tidaklah boleh
mengurangi nilai keindahan itu dengan sesuatu yang hamper
sama dengan makna keindahan tersebut. Penyair juga
menegaskan bukan kaca mudah dilihat di mana-mana
sesungguhnya kerdipan permata dan kaca itu hampir sama
hanya yang benar-benar bijaksana yang tidak tersalah
memilihnya. Artinya keindahan yang sejati hanya dapat
ditemukan oleh orang yang benar-benar bijak dalam memilih
seorang wanita.
Kemudian isotopi
Rusmana (2014) menjelaskan kosa kata yang hadir dalam
isotopi penghubung, seperti itu, tetapi, yang, dan , tetapi.
Unsur-unsur tersebut digunakan untuk memperjelas bagianbagian kata dalam puisi agar dapat dipahami. Dukungan katakata penghubung juga memperjelas situasi dan keadaan pada
suatu kalimat (hal.125).

BAB IV
KESIMPULAN
Untuk memahami sebuah puisi perlu sebuah pemahaman
dan interpretasi. Penggunaan kata-kata yang ringan
mengurangi tingkat kesulitan dlam menganalisisnya. Sajak ;
Mereka Kata memberikan pandangan tak hanya dari segi
makna namun juga penggunaan katanya. Walaupun ringan
namun apa yang dimaksudkan penyair dalam sajaknya sampai
dengan baik kepada pembacanya.
Penggunaan
isotopi-isotopi
yang
tepat
membantu
menegaskan ungkapan dari penyairnya. Penggunaan symbol
yang diakui dan dipahami masyarakat, khususnya pembaca
memudahkan pula untuk memahami isi atau makna dari
sebuah sajak/puisi.

DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2010. Pengkajian Puisi. Yogyakarta ;
gadjah mada University press.
Firmansyah, Heri. 2010/07. Cinta Hati dan Kreatifitas :
perbedaan
puisi,
sajak,syair,
dan
pantun.
herifirmansyah89.wordpress.com.
https://herifirmansyah89.wordpress.com/puisi/perbedaan-puisisyair-sajak-dan-pantun/
Junaedi. 2009/01/07. Teori Semiotik. junaedi2008.blogspot.com
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html
Nurfadilla, Annisa. 2011/12/31. Definisi,Unsur, dan Manfaat
Puisi. annisa-fadilla.blogspot.com.
http://annisa-fadilla.blogspot.com/2011/12/definisiunsurdanmanfaat-puisi.html
Rusmana, Dadan.2014. Filsafat Semiotika. Bandung ; Pustaka
Ceria
Sarie. Sarifruits and food ; Arti Buah. sarifruits.blogspot.com. 3
April 2011
http://sarifruits.blogspot.com/2011/04/arti-buah.html
Teew.A.2003. Sastera dan ilmu Sastera. Jakarta ; Pustaka Jaya.

You might also like