Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
lapangan ini dan membangun pipa penyalur 20 inch sepanjang 246 km menuju
Balikpapan, selesai tahun 1961.
Kemudian pada tahun 1961 terjadi pengambil-alihan pengelolaan lapangan
dari perusahaan BPM kepada perusahaan PT. Shell Indonesia, sejak saat itu
kegiatan lebih digalakkan lagi karena kesulitan transportasi telah dapat teratasi
dengan selesainya pembanguan pipa penyalur 20 inch ke Balikpapan.
Lalu pada tahun 1965 lapangan tersebut diambil alih oleh Permina yang
kemudian berubah nama menjadi Pertamina. Selama dikelola oleh Pertamina
kembali dilakukan usaha-usaha pencarian lapangan minyak yang baru dan
berhasil menemukan struktur Tapian Timur pada tahun 1967 dan mulai
diproduksikan pada tahun 1977 setelah melakukan pemboran di lima buah sumur.
Lapangan Tanjung memiliki luas 9 x 3 km dan akumulasi utamanya adalah
minyak, jumlah gasnya sedikit, gas yang ditemukan hanya berupa asosiasi dan gas
bebas.
Kontrak
Enhanced
Oil
Recovery
(EOR)
Tanjung
Raya
antara
PERTAMINA dan mitra : Southern Cross (Tanjung) Ltd dan Bonham (Tanjung)
Ltd ditanda-tangani tanggal 11 Nopember 1989. Masa kontrak selama 15 tahun
berakhir tahun 2004. Pada tahun 1992 terjadi pengalihan hak dan kewajiban mitra
kepada Bow Valley (Tanjung) Ltd dan selanjutnya sejak Agustus 1994 beralih
kepada Talisman (Tanjung) Ltd. Dimana participating interest masing-masing
pihak: PERTAMINA 50% dan Talisman Energy Canada 50%.
Lapangan Tanjung disetujui untuk komersial dengan S.K. Dirut No.
0248/c0000/92-B1, tanggal 18 Februari 1992. LOU (Later Off Understanding)
tanggal 27 April 1993 pengoperasian 4 lapangan (Tapian Timur, Warukin Selatan,
Warukin Tengah dan Kambitin) diserahkan ke JOB dan biaya yang timbul menjadi
beban PERTAMINA sesuai actual cost of operation.
Persetujuan pengembangan Lapangan Tanjung proyek EOR mulai tanggal
20 Mei 1993 dengan SK Dir. EP No. 689/D0000/93-B1, tanggal 17 Mei 1993.
Pada 11 November 2004 berdasarkan SK Dirut No.Prin-848/C00000/2004S1 tgl
3 November 2004 tentang pelaksanaan alih kelola Block Tanjung pasca kontrak
EOR dari JOB PERTAMINA - Talisman (Tanjung) Ltd ke PT. PERTAMINA Unit
Bisnis EP (Tanjung).
2.2
2.3.1
Recovery) di Indonesia.
2.3.2
Geologi Struktur
Formasi Tanjung terletak pada cekungan Barito bagian Timur Laut, serta
dibatasi oleh Sunda Shelf, di bagian bawah Meratus High, di bagian Timur dan
Utara diatasi oleh Kucing High. Struktur lapangan Tanjung berbentuk suatu
asymmetric NE-SW oriented faulted anticline, yang dibatasi di Barat dan Utara
oleh patahan. Struktur ini mempunyai panjang sekitar 9 km dan lebar sekitar 3 km
dan mempunyai luas area sekitar 2973,74 Acre. Struktur lapangan Tanjung
mempunyai 6 lapisan lapisan rekah alami pretersier (lapisan P).
Gam
b
ar
2.
1.
S
tr
u
kt
u
r
P
at
a
h
a
n
p
a
d
a
L
a
p
a
n
g
a
Struktur
Aliran minyak pada lapangan Tanjung berasal dari struktur yang
merupakan bagian North East dari Barito Basin. Lapangan ini merupakan
lapangan terbesar dengan beberapa jebakan faulted anticlines, dengan lapisan
sedimen berupa pasir Eocene sebagai zona produksi yang utama yang diproduksi
oleh Pertamina EP Field Tanjung.
Lapisan ini mempunyai enam zona batu pasir yang produktif dengan
ketebalan maksimum sekitar 59 meter dan satu formasi patahan vulkanik dengan
ketebalan lebih dari 100 meter. Ada lima struktur yang dimiliki oleh Lapangan
Tanjung Raya PT. Pertamina EP Tanjung, diantaranya adalah:
1. Struktur Tanjung
2. Struktur Warukin Selatan
3. Struktur Warukin Tengah
4. Struktur Tapian Timur
5. Struktur Kambitin
6. Struktur Tanta
2.4.2
Karakteristik Reservoir
Karakteristik reservoir pada Lapangan Tanjung terdiri dari karakteristik
Struktur
Antiklin Asimetrik, 9 km x 3 km
- Zona A,B,C Batupasir dan Konglomerat
Lapisan Produktif
Fluvial-Alluvial Fan
- Zona D,E,F Batupasir Lacustrine Delta
- Zona P Batu Vulkanik, Natural Fracture
Daya Dorong
Tekanan Reservoir
Temperatur Reservoir
150 F
0,862
Parafanik 40 API, SG 0,822
Jenis Minyak
Wax Content : 30 % WT
Pour Point 98 F
Porositas rata-rata
21,3 %
Permeabilitas batuan
30 Md
107,39 mD ; 35,33 %
2.5
10
2.6
2.6.1
Operasi
Melaksanakan berbagai kegiatan subsurface, antara lain :
Kegiatan pemboran
Recovery
Peningkatan produksi
Merencanakan
permukaan.
dan
mengoptimalkan
pengangkatan
minyak
ke
11
2.6.2
Produksi
Melakukan berbagai kegiatan di surface, antara lain :
2.6.3
2.6.4
Perawatan instrumentasi
2.6.5
12
2.6.6
Keuangan
Keuangan mengatur seluruh proses pembukuan, jual beli dan kontrak
Dept. Logistik
2.7
46,000 bopd. Rata rata produksi tahun 2011 dan 2012 yaitu sebesar 4276,80
bopd melalui 84 sumur produksi dengan menggunakan pengangkatan buatan
sucker rod pump hampir 70% dan sisanya dengan pompa ESP. Minyak Tanjung
bersifat Parafinik 40.30API (SG = 0.82) dengan kandungan wax berkisar 30%
(pour point sekitar 1020F), bubble point pressure 1.387 psi dan viskositas minyak
1.25 cp.
Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi lapangan
Tanjung antara lain dilakukan injeksi air dingin pada tahun 1974, kemudian
injeksi air panas temperatur 2000F (hot water injection systems) pernah diterapkan
tahun 1980. Secondary recovery dikembangkan menjadi waterflood sekala besar
13
pada tahun 1990 menggunakan treated produced water dengan tekanan injeksi
1400 psi, tekanan reservoir meningkat dari 400 psi menjadi 900 psi setelah
dilakukan waterflood.
Perekahan hidrolik dimulai tahun 1952 berlanjut sampai tahun 1975,
program perekahan hidrolik diaktifkan kembali tahun 1997 dengan fokus utama
zona A yang mempunyai cadangan minyak terbesar berada dilapisan ini. Sejak
tahun 2000 sampai dengan sekarang program perekahan hidrolik berkembang
lebih intensif termasuk zona B dan D.
Saat ini, lapangan Tanjung Raya sendiri terbagi atas beberapa wilayah
produksi seperti Tanjung, Tapian Timur, Warukin Selatan, Warukin Tengah,
Kambitin dan Tanta.
Lapangan Tanjung terdiri dari 183 sumur, 111 sumur masih berproduksi, 27 sumur
suspended dan 39 sumur injeksi.
14
BAB III
WORK OVER AND WELL SERVICE
15
16
a. Spiral Grapple
b. Basket Grapple
17
18
19
20
21
22
23
Sand bailer dan turbo bailer memiliki cara kerja seperti pompa. Keduanya
berfungsi untuk menghisap pasir yang terdapat di dalam wellbore. Sand bailer
bekerja dengan bantuan wireline, sedangkan turbo bailer bekerja melewati drill
string. Kapasitas pengisapan pasir pada sand bailer maupun turbo bailer
tergantung pada ukuran casing yang digunakan. Sand bailer memiliki kemampuan
untuk menghisap pasir lebih kecil
dibandingkan dengan turbo bailer. Sand bailer digunakan bersamaan
dengan liner.
24
25
26
3.1.10.
27
28
dengan tekanan fluida melebihi tekanan hidrostatik normal, maka fluida formasi
akan mendesak fluida pemboran. Masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor
disebut dengan kick.
RAM Preventer
Hanya dapat menutup lubang annulus untuk ukuran pipa
tertentu atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang.
29
Peralatan Tambahan
1. Drilling Spools
Berfungsi sebagai tempat pemasangan choke line dan kill line.
2. Casing Head
Merupakan alat tambahan pada bagian atas casing yang
berfungsi sebagai fondasi BOP Stack.
30
31
32
atmosfer
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur
dengan kabel dan VSD
33
34
35
36
37
38
A. Surface Equipment
1. Prime Mover
Fungsi dari prime mover adalah mensuplai tenaga mekanis
rotasi yang dijadikan gerakan mekanis vertikal pada horse head
pumping unit dan diteruskan ke pompa menjadi gerakan
reciprocating melalu sucker rod string untuk mengangkat fluida
dari dasar sumur ke permukaan.
Pemilihan prime mover disesuaikan pada kondisi lapangan dan
beban dari pumping unit yang bekerja, seperti :
Horse power
Tipe prime mover
39
40
41
42
tipis
Full Liner Barrel, yaitu bagian dalam barrel yang dipasang
liner yang terdiri dari satu batang saja (non API standard)
Sectional Liner, yaitu liner yang terpisah-pisah (sepotongsepotong) yang setiap potong (seksi) memiliki panjang satu
korosi.
Ada tiga jenis soft packed plunger
1. Cup type
2. Ring type
3. Kombinasi cup dan ring
Metal plunger, umumnya terbuat dari bahan cast iron atau steel
dengan permukaan yang sangat halus dan licin.
Ada dua jenis metal plunger :
1. Plain metal plunger
2. Grooved metal plunger
Plunger jenis metal lebih tahan lama dari soft packed plunger
dan digunakan untuk kedalaman sumur sampai lebih dari 5000
ft.
43
44
lebih kecil.
Penggantian pompa, jenis tubing pump jika cabut pompa harus
mencabut rangkaian tubing sedangkan jenis rod pump hanya
mencabut sucker rod dan pompa lengkap akan terangkat
(tercabut).
Untuk jenis casing pump pada prinsipnya sama dengan rod
45
tertutup). Dengan demikian fluida tidak bisa keluar dari plunger dan
ikut terangkat ke atas menuju tubing. Dikarenakan tekanan pada ruang
antara traveling valve dan standing valve lebih kecil dibandingkan
tekanan di bawah standing valve maka ball pada standing valve akan
naik ke atas (standing valve terbuka) didorong oleh fluida yang ada di
dalam sumur sehingga fluida tersebut mengisi ruang antara traveling
valve dan standing valve.
3.3. SONOLOG DYNAGRAPH DAN AMERADA (SODYNA)
Artificial lift digunakan dalam pengambilan fluida (minyak dan gas bumi)
ketika sumur tidak dapat mengalir dengan sendiri (natural flow). Keberadaan
Sonolog untuk menentukan Fluid Level, serta Dynagraph untuk mengetahui beban
dari rod string dan juga berguna untuk mengetahui kondisi pompa dalam hal ini
keduanya sangatlah penting dalam dunia perminyakan. Di tempat ini terdapat
keseluruhan peralatan untuk Sonolog Dynagraph Amerada(SoDyna), termasuk
recorder, gas gun sonolog, dan sebagainya.
3.3.1. SONOLOG (softwarenya apa)
Sonolog adalah alat yang digunakan untuk mengukur sub mergence (jarak
antara permukaan fluida dengan pump seating nipple). Alat yang digunakan pada
sonolog adalah Echometer set yang terdiri dari gun, cable dan laptop yang
terdapat software TWM (TOTAL WELL MANAGEMENT). Sistem kerja alat ini
adalah menghantarkan gelombang/getaran suara dari sumber suara di permukaan
ke dalam annulus yang dihasilkan dari tembakan gun yang berisi gas nitrogen.
Gelombang suara yang masuk tadi dipantulkan kembali oleh shock tubing (collar)
dan cairan yang berada di dalam annulus ke permukaan, sehingga terdeteksi.
Pengukuran sonolog dilakukan pada saat pengecekan sumur, perforasi dan
fracturing. Dalam beberapa sumur sering terdapat kesulitan dalam pembacaan
data, hal ini disebabkan oleh :
a. Adanya fish dalam wellbore
b. Gesekkan di annulus (noise)
c. Gas/fluida formasi
46
47
48
49
50
51
Besar kecilnya water cut berpengaruh dalam treatment dan dapat dihitung dengan
persamaan :
Water Cut=
volume water
x 100
volume total fluida
52
5. Catat pembacaan.
53
54
55
56
57
= 173 x 0.09973
= 17.2533 cp
= 233.5 x 0.07042
= 16.4431 cp
= 17.2533 cp +16.4431 cp
= 16.848 cp
58
59
60
61
PRODUKSI
62
Proses Produksi adalah proses mengangkat fluida (minyak, gas dan air)
dari reservoir ke permukaan. Setelah tahap pemboran dan komplesi sumur selesai,
maka sumur baru dapat diproduksikan. Pada awal-awalnya, bila tekanan statik
dasar sumur cukup besar, maka produksi dapat berlangsung secara spontan tanpa
bantuan energi dari luar atau sering disebut dengan natural flowing. Metoda
sembur alam diterapkan apabila tenaga alami reservoir masih mampu mendorong
fluida ke permukaan, sedangkan metode pengangkatan buatan diterapkan apabila
tenaga alami reservoir sudah tidak mampu mendorong fluida ke permukaan.
5.1. BS (Block Station)
BS (Block Station) merupakan stasiun tempat pengumpulan minyak
sementara yang berada di area Tanjung. Pada proses produksi daerah Tanjung,
terdapat 6 BS yang diproduksikan untuk menampung minyak di wilayah Tanjung,
yaitu BS 1 sampai 6 dan terdapat 1 Stasiun pengumpul utama atau bisa disebut
SPU (Stasiun Pengumpul Utama) Manunggul dan dikirimkan ke Refinery Unit V
Balikpapan setiap bulannya. Untuk peralatan yang berada di setiap BS kurang
lebih hampir sama dengan BS yang lainnya, seperti:
A. Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan
untuk mengatur jalannya laju produksi dan pengetesan dari masing-masing
sumur ke separator. Manifold disini digunakan untuk mewakili tiap-tiap
sumur yang diproduksi di lapangan Tanjung Raya.
B. Separator
63
Fungsi dari separator yaitu memisahkan gas dari cairan (minyak dan
air) yang terproduksi dari sumur. Setelah liquid dan gas terpisah, liquid
tersebut masuk ke dalam heater (karena minyak di Tanjung mudah
membeku). Kemudian masuk ke tangki pengumpul sementara di tiap BS
dan dilakukan pengukuran , setelah itu dikirim ke SPU Manunggul. Akan
tetapi Heater disini tidak semua berfungsi karena kekurangan gas sebagai
bahan bakar pemanas, sehingga terkadang kumpulan minyak dari tiap tiap
sumur yang produksi minyaknya panas digabungkan dengan produksi
sumur yang minyaknya dingin lalu langsung masuk ke tangki sementara.
C. Heater
64
D. Scrubber
Scrubber merupakan alat yang digunakan untuk menjadikan gas yang
terpisah di separator yang berawal berupa gas condensat menjadi gas
kering.
65
F. Pompa
66
G. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock
dari sumur dan mensuplai gas ke Power Plant dan Manunggul, yang
dimana gas dari Power Plant tersebut di konversi sebagai sumber tenaga
listrik.
67
68
69
70
71
Pada proses Treatment air, pertama air sungai di ambil dari sungai
Tabalong menggunakan Water Intake Pump dan kemudian air tersebut masuk ke
dalam Strainer untuk disaring material-material padatannya.
72
73
74
75
KUNJUNGAN LAPANGAN
Sumur T-002
T-002 merupakan salah satu sumur tua yang berada di struktur Tanjung.
Artificial lift yang digunakan ialah sucker rod pump tipe conventional.
Pekerjaan yang dilakukan pada sumur T-002 adalah KUPL (kerja ulang
pindah lapisan) yaitu perforasi pada zona C. target kedalaman yang akan
dilakukan perforasi adalah 928 - 928.5 meter dan jenis tool yang digunakan
adalah 4.5 SPF (shoot per feet).
Tahap pertama yang dilakukan ialah rig up oleh kontraktor Pertamina yang
menggunakan Rig PEP 02. Setelah itu dilakukan pencabutan tubing dan rangkaian
bawah permukaan dari pompa angguk. Kemudian well head dicabut, tanpa
mencabut casing spool dan diganti dengan BOP double ram yang terdiri dari pipe
ram dan blind ram kemudian diatas ram ada annular preventer. BOP dan annular
wajib dipasang agar proses well service menjadi lebih aman. Lalu dilakukan BOP
test, untuk mengetahui apakah ada atau tidak kebocoran pada rangkaian BOP.
Jika pekerjaan rig telah selesai, semua tugas di atas sumur diambil alih
oleh Elnusa sebagai subcontractor yang mendapat job untuk perforasi. Lubricator
dan katrol dipasang di hoisting system Rig PEP-02, yang berfungsi untuk menjaga
kedudukan wireline dan gun tetap ditengah. Gun diangkat menggunakan wireline
dan drawwork milik Elnusa.
Target kedalaman perforasi 928-928.5 m tetapi gun diturunkan pada depth
927 m karena peralatan diatas eksplosif panjangnya 1 m, agar penempatan
76
eksplosif sesuai yang diinginkan. Lakukan korelasi antara GR, CBL dengan Log
CCL SCCL. Hasil logging Elnusa dengan data yang ada harus sama dan jika
terjadi perbedaan maka harus diulang kembali logging tersebut. Faktor yang dapat
membedakan data logging yang ada dengan logging yang dilakukan bisa karena
perbedaan zero depth.
Setelah itu dilakukan tes sonolog untuk mengetahui level fluida di atas
gun. Diperlukan fluida diatas gun setinggi 100-200 m, untuk menjaga agar efek
dari tembakan gun tidak meruntuhkan casing.
Hasil pada penembakan pertama gagal meledak dan menurut analisa tidak
meledak dikarenakan kabel ada yang terjepit selama proses penurunan gun.
Kemudian dilakukan penembakan kedua dengan proses yang sama.
Gambar 7.2 Gun (4.5 SPF) yang akan digunakan untuk Perforasi
77
78
79
80
81
digunakan pada echometer tergantung dari tekanan dari wellhead dan rata-rata
tekanan yang diberikan sebesar 300 Psi.
Pengukuran sonolog pada sumur T-46 (artificial lift SRP) didapatkan FL =
330 ft, dan sub margin 575 ft. dan pada sumur T-46 dilakukan dynagraph
didapatkan indikasi pounding(kosong) jadi pompa mengalami kerusakan. Pada
sumur T-117 (artificial lift ESP) didapat FL = 896,13 ft, Pump intake 140 Psi, sub
margin 116 ft. pada sumur T-27 (artificial lift ESP) FL= 1003 ft, sub margin 54ft.
pada sumur T-60 FL=880 ft, dan sub margin 112 ft.
82
83