Professional Documents
Culture Documents
RINGKASAN EXECUTIVE
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih sering dikenal UMKM
dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika terjadi
krisis yang melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah yang
relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karena
mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau
pinjaman dari luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar,
perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata
uang asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis. Beberapa
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal UKM khususnya
diIndonesia, hampir sebagian besar berdasar pada investasi pribadi. Sangat
sedikit, mereka yang berhubungan dengan pihak ketiga untuk mendapatkan
dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar, justru pihakpihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal bank-bank
perkreditan rakyat atau malah rentenir. Seperti yang kita ketahui pula, bunga
yang dikenakan pada peminjam adalah sangat tinggi dan mencekik leher. Jelas,
kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar.
Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terbukti
merupakan penggerak utama sektor riil yang berpengaruh langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, jumlah UMKM pada tahun 2011 sebanyak 55,2 juta
unit dengan terbagi sebagai berikut 54.559.969 unit Usaha Mikro, 602.195 unit
Usaha kecil dan 44.280 unit Usaha Menengah. Jumlah UMKM pada tahun 2011
adalah sekitar 99,99 persen dari jumlah total unit usaha yang ada,
Unit-unit tersebut diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak
97,24 persen. Namun demikian perkembangan UMKM umumnya masih
mengalami berbagai masalah dan belum sepenuhnya sesuai dengan yang
diharapkan, Masalah
menjadi kendala
dalam
Perkembangannya
peran
lembaga
pembiayaan
dalam
pengembangan UMKM ini tentu ada yang berhasil maupun tidak, maka dilakukan
analisis peran lembaga pembiayaan dalam pengembangan UMKM tersebut.
Berpijak pada konteks di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
yang akan diangkat dalam analisis ini, Bagaimana peran lembaga pembiayaan
dalam pengembangan UMKM
pengembangan UMKM
ISU KEBIJAKAN
a. Kontribusi UMKM sebesar 57,48% terhadap PDB dan juga proporsi UMKM
sebesar 99,99% (Kemenkop, 2013) dari jumlah pelaku usaha menunjukkan
eksistensi UMKM dalam menunjang perekonomian negara Indonesia.
b. UMKM sektor perdagangan menempati urutan kedua setelah sektor
pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan kontribusi
yang diberikan, UMKM sektor perdagangan memberikan kontribusi terhadap
PDB paling besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Meskipun
demikian, dalam pengembangan usahanya, UMKM sektor perdagangan
menghadapi beberapa kendala terutama masalah permodalan.
c. Berbagai kebijakan pemerintah terkait dengan pembiayaan bagi UMKM telah
banyak digulirkan antara lain program kredit usaha rakyat (KUR) yang
merupakan manifestasi dari MOU berbagai instansi dan juga program BI
yaitu kewajiban bagi bank untuk menggulirkan kredit usaha kecil sebesar
20% dari total kredit pada tahun 2018.
d. Program-program pembiayaan yang telah dicanangkan oleh pemerintah
belum dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh UMKM yang ada.
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
ii
PERANAN
LEMBAGA
PEMBIAYAAN
DALAM
PENGEMBANGAN UMKM
a. Kebijakan pemerintah baik melalui nota kesepahaman dengan berbagai
instansi yang kemudian dikenal dengan program KUR atau melalui peraturan
Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 telah menunjukkan perhatian pemerintah
untuk memberikan solusi kepada UMKM terkait dengan masalah permodalan
dengan menjalankan peran lembaga pembiayaan sebagai alternatif sumber
pembiayaan bagi UMKM
b. Namun kenyataannya, program inipun tidak mudah dilaksanakan baik oleh
UMKM maupun oleh lembaga pembiayaan. UMKM merasa kesulitan untuk
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh lembaga pembiayaan terutama
dalam hal pembukuan dan agunan. Demikian juga lembaga pembiayaan
menemukan kesulitan UMKM yang feasible dan bankable untuk dibiayai
untuk menghindari adanya kredit bermasalah.
c. Saat ini akses pembiayaan UMKM lebih banyak diperoleh dari bank umum
dibandingkan dengan lembaga pembiayaan seperti koperasi dan lembaga
pembiayaan non bank. Persaingan antar lembaga pembiayaan menjadikan
lembaga pembiayaan non bank yang kurang populer mengalami penurunan
jumlah debitur. Meskipun demikian pangsa UMKM bagi lembaga pembiayaan
masih besar.
d. Lembaga pembiayaan non bank menghadapi kendala untuk mendapatkan
informasi calon debitur. Hal ini berguna untuk menghindarkan pemberian
iii
hal pembayaran
kredit/pinjaman,
lembaga
pembiayaan
telah
Sistem penagihan harian ini membantu UMKM menghemat waktu dan tenaga
serta juga menghindarkan UMKM dari potensi munculnya kredit bermasalah
atau bahkan kredit macet. Sistem ini juga memungkinkan lembaga
pembiayaan melakukan close monitoring usaha dan memberikan pembinaan
secara personal mengenai cara mengelola usaha dan keuangan.
g. Sistem penagihan harian juga membuat UMKM merasa cicilan dan bunga
atau sistem bagi hasil yang dikenakan oleh lembaga pembiayaan menjadi
lebih ringan sehingga UMKM tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
pembayaran. Kondisi ini menyebabkan angka kredit bermasalah menjadi
kecil.
h. Lembaga pembiayaan juga berperan melakukan pembinaan terhadap UMKM
untuk mengembangkan usaha antara lain membantu promosi dalam bentuk
mengikutsertakan UMKM ke dalam pameran, memberikan konsultansi
mengenai pengembangan usaha dan menfasilitasi keberadaan tempat
usaha.
i.
j.
iv
l.
REKOMENDASI KEBIJAKAN
a. Melihat pentingnya peranan lembaga pembiayaan dalam pengembangan
UMKM terutama sektor perdagangan sebagai alternatif sumber pembiayaan
maka pemerintah perlu dilakukan sosialisasi kepada UMKM tentang
eksistensi lembaga pembiayaan baik bank maupun non bank khususnya
koperasi. Selain itu, bagi lembaga pembiayan perbankan yang tidak memiliki
core usaha pada usaha mikro dapat menggunakan model pembiayaan
linkage dan channeling dengan lembaga pembiayaan lainnya.
b. Perlu adanya sistem informasi debitur terintegrasi antar lembaga pembiayaan
bank dan non bank untuk mencegah terjadinya pembiayaan berulang pada
UMKM yang sama yang dapat menimbulkan terjadi kesulitan pembayaran.
c. Diperlukan pembentukan kemitraan antara pemerintah pusat, daerah dan
lembaga pembiayaan dalam hal memberikan bantuan teknis kepada UMKM,
sehingga pembinaan yang dilakukan dapat lebih terintegrasi. Hal ini
dilakukan untuk mempersiapkan UMKM dalam menghadapi persaingan
usaha baik dari pasar modern maupun adanya Masyarakat Ekonomi Asean
pada tahun 2015
d. Perlunya kebijakan yang mewajibkan UMKM untuk mengikuti pembinaan dari
lembaga pembiayaan dan menyerahkan laporan keuangan usaha secara
periodik kepada lembaga pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
terjadi penyimpangan pemanfaatan kredit yang diberikan oleh lembaga
pembiayaan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahNya, sehingga
laporan analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM
dapat diselesaikan.
Analisis ini dilakukan berdasarkan Peran Usaha Mikro Kecil dan
Menengah atau lebih sering dikenal UMKM dalam pertumbuhan perekonomian
suatu negara sangat penting. Ketika terjadi krisis yang melanda pada tahun
1998, usaha berskala kecil dan menengah yang relatif mampu bertahan
dibandingkan perusahaan besar. Sangat sedikit, mereka yang berhubungan
dengan pihak ketiga untuk mendapatkan dana. Jika mereka membutuhkan
suntikan dana dari pihak luar, justru pihak-pihak penyedia dana selain bank, yang
sangat
Analisis ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan
Perdagangan Dalam Negeri . Disadari bahwa laporan ini masih terdapat
berbagai kekurangan baik ditinjau dari aspek substansi, analisa, maupun datadata yang sifatnya pendukung, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran
yang
mengucapkan
sifatnya
terima
membangun.
kasih
Dalam
terhadap
kesempatan
semua
pihak
ini tim
yang
peneliti
membantu
terselesaikannya laporan ini. Sebagai akhir kata semoga penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan bagi pimpinan dalam merumuskan kebijakan dibidang
sarana dan lembaga perdangangan.
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN EXECUTIVE .......................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
1.1.
1.2.
Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
vii
Kesimpulan ............................................................................................... 77
5.2.
Rekomendasi ........................................................................................... 78
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
10
Tabel 2.3
11
Tabel 2.4
Tabel 2.5
13
Tabel 2.6
15
17
2011 .
Tabel 2.8
18
19
21
UMKM ...
Tabel 2.11
22
UMKM ...
Tabel 3.1
33
Tabel 4.1
48
Tabel 4.2
66
Tabel 4.3
67
Tabel 4.4
67
Tabel 4.5
Pelatihan Penggunaan IT ..
68
Tabel 4.6
69
Tabel 4.7
69
Tabel 4.8
71
Lain ..
Tabel 4.9
72
Tabel 4.10
72
Tabel 4.11
Pendampingan Berinovasi .
73
Tabel 4.12
75
Tabel 4.13
76
Tabel 4.14
77
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1
Gambar 4.2
39
Gambar 4.3
40
Gambar 4.4
Gambar 4.5
41
Gambar 4.6
42
Gambar 4.7
42
Gambar 4.8
43
Gambar 4.9
43
Gambar 4.10
44
Gambar 4.11
45
Gambar 4.12
45
Gambar 4.13
46
Gambar 4.14
46
Gambar 4.15
47
Gambar 4.16
50
Gambar 4.17
Lama Usaha
51
Gambar 4.18
52
Gambar 4.19
53
Gambar 4.20
54
Gambar 4.21
55
Gambar 4.22
Agunan .
56
Gambar 4.23
Jaminan . 57
Gambar 4.24
58
Gambar 4.25
58
Gambar 4.26
Tujuan Pinjaman .
60
Gambar 4.27
Pembayaran Pinjaman ..
61
Gambar 4.28
Kesulitan Pembayaran 62
Gambar 4.29
Sumber Informasi
Gambar 4.30
Kemudahan Informasi . 63
62
BAB I
PENDAHULUAN
Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih sering dikenal UMKM
dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika terjadi
krisis yang melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah yang
relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karena
mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau
pinjaman darI luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar,
perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata
uang asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis. Beberapa
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal UKM khususnya di
Indonesia, hampir sebagian besar berdasar pada investasi pribadi. Sangat
sedikit, mereka yang berhubungan dengan pihak ketiga untuk mendapatkan
dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar, justru pihakpihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal bank-bank
perkreditan rakyat atau malah rentenir. Seperti yang kita ketahui pula, bunga
yang dikenakan pada peminjam adalah sangat-sangat tinggi dan mencekik leher.
Jelas, kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar.
1.1.
menjadi kendala
dalam
Perkembangannya
peran
lembaga
pembiayaan
dalam
pengembangan UMKM ini tentu ada yang berhasil maupun tidak, maka dilakukan
analisis peran lembaga pembiayaan dalam pengembangan UMKM tersebut
Berpijak pada konteks di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian yang akan diangkat dalam analisis ini, yaitu:
a.
b.
1.2.
Tujuan Penelitian
a. Menganalisis peran lembaga pembiayaan dalam pengembangan
UMKM.
b. Memberikan rekomendasi program pengembangan UMKM
1.3.
Output Penelitian
a. Informasi
mengenai
peran
lembaga
pembiayaan
dalam
pengembangan UMKM
b. Rekomendasi kebijakan yang dapat mendukung pengembangan
UMKM
1.4.
Outcome Penelitian
Melalui Analisis ini diharapkan akan terciptanya lembaga pembiayaan
1.6.
Sistematika Laporan
Sistematika laporan analisis ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang berisi:
BAB I
BAB II
BAB III
: PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Tujuan dan Keluaran Kajian
1.3.
Ruang Lingkup
1.4.
Sistematika Laporan
: TINJAUAN LITERATUR
2.1.
Pengertian Lembaga Pembiayaan
2.2.
Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan
UMKM
2.3.
Perkembangan Lembaga Pembiayaan UMKM
: METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran
3.2.
Pendekatan Penelitian
3.3.
Jenis Penelitian
3.4.
Jenis Data dan Sumber Data
3.5.
Teknik Pengumpulan Data
3.6.
Populasi dan Sampel
3.7.
Teknik Analisis Data
3.8.
Operasionalisasi Konsep
BAB IV
BAB V
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1.
pembiayaan.
lembaga
pembiayaan
termasuk
dalam
to
poor
and
low-income
households
and
their
2.2.
4) Tahun 2016: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit
atau Pembiayaan paling rendah 10% (sepuluh persen);
5) Tahun 2017: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit
atau Pembiayaan paling rendah 15% (lima belas persen);
6) Tahun 2018 dan seterusnya: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM
terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 20% (dua puluh
persen).
2.3.
168,5 juta/debitur dan Rp. 7,3 juta/debitur, serta NPL penyaluran masing-masing
3,4% dan 1,9%.
Selain BRI , Bank BNI juga melakukan pembiayaan UMKM dengan total
plafond sebesar Rp. 14,08 triliun, debiturnya sebanyak 223.884 UMK, dengan
rata-rata kredit Rp. 62,89 juta/debitur serta nilai NPL sebesar 4,9%. Sedangkan
Bank Mandiri dengan total plafond sebesar Rp. 12,4 triliun, debiturnya sebanyak
244.993 UMK, dengan rata-rata kredit Rp. 50,9 juta/debitur serta nilai NPL
sebesar 4,5%. Selanjutnya berturut-turut yaitu BTN dengan plafond Rp. 4 triliun,
BSM dengan plafond Rp. 3,3 triliun, Bank Bukopin dengan plafond 1,74 triliun
dan BNI Syariah dengan plafond Rp. 129.849 miliar.
Secara keseluruhan, nilai Non Performing Loan (NPL) penyaluran KUR
oleh bank pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu sebesar 3,7%. Bank BTN
merupakan Bank Pelaksana dengan nilai NPL terbesar dalam penyaluran KUR
yaitu sebesar 12,4% dan BRI Mikro dengan NPL terkecil yaitu 1,9%. Diharapkan
pada periode-periode berikutnya nilai NPL pada bank yang masih di atas 5% bisa
turun sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran.
Tabel 2.1
Realisasi dan NPL Penyaluran KUR Bank Nasional
(31 Agustus 2013)
BANK
BNI
BRI (KUR Ritel)
BRI (KUR Mikro)
Bank Mandiri
BTN
Bukopin
Bank Syariah Mandiri
BNI Syariah
TOTAL
Plafon
(Rp juta)
14,085,347
15,661,184
61,912,781
12,481,392
4,001,870
1,748,494
3,342,178
129,849
113,363,095
Outstanding
(Rp juta)
4,701,435
6,458,669
18,425,469
5,904,132
2,140,826
696,731
1,740,551
94,483
40,162,296
Debitur
223,884
92,962
8,470,436
244,993
22,483
11,719
45,856
889
9,113,222
Rata-rata
Kredit
(Rp juta)
62.9
168.5
7.3
50.9
178.0
149.2
72.9
146.1
12.4
Dari tabel 2. Terlihat bahwa penyaluran KUR oleh BPD sampai bulan
Agustus 2013 ini telah mencapai Rp. 12 triliun dengan jumlah UMKMK sebesar
151.704. Rata-rata kredit yang diterima debitur sebesar Rp. 79,1 juta. Bank Jatim
dan Bank Jabar Banten merupakan BPD yang menyalurkan KUR terbesar sekitar
Rp 3,7 triliun dan Rp 2,73 triliun. Untuk di luar pulau Jawa, Bank Nagari dan Bank
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
NPL
(%)
4.9
3.4
1.9
4.5
12.4
4.1
7.3
3.8
3.7
Kalbar merupakan Bank Pelaksana terbesar yang menyalurkan KUR masingmasing sebesar Rp. 1,329 triliun dan Rp 332,740 miliar. Sampai bulan Agustus
2013 NPL yang terbentuk dari penyaluran KUR oleh BPD adalah sebesar 7,9%,
sehingga diperlukan konsolidasi internal untuk memperbaiki tingkat NPL yang
tinggi tersebut.
Tabel 2.2
Realisasi dan NPL Penyaluran KUR BPD
(31 Agustus 2013)
REALISASI PENYALURAN KUR
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
BANK
Bank Nagari
Bank DKI
Bank Jabar Banten
Bank Jateng
Bank DIY
Bank Jatim
Bank NTB
Bank Kalbar
Bank Kalteng
Bank Kalsel
Bank Sulut
Bank Maluku
Bank Papua
Bank Aceh
Bank Sumut
Bank Riau Kepri
Bank Jambi
Bank Sumsel Babel
Bank Bengkulu
Bank Lampung
Bank BPD Bali
Bank NTT
Bank Kaltim
24 Bank Sulteng
25 Bank Sultra
26 Sulselbar
TOTAL
TOTAL BPD LAMA
TOTAL BPD BARU
Plafon
Outstanding
Debitur
(Rp juta)
1,329,700
313,460
2,732,746
1,522,806
79,490
3,706,010
134,491
332,740
132,860
308,965
53,095
173,428
230,284
67,459
181,639
34,800
36,483
73,499
23,717
125,899
85,433
26,015
239,673
(Rp juta)
651,105
223,017
1,091,814
672,737
28,959
1,407,830
78,396
213,714
85,553
213,835
33,675
83,448
167,997
57,353
157,044
28,306
30,546
61,210
19,700
106,431
61,774
22,828
171,673
38,641
2,212
22,704
22,880
819
35,355
1,810
2,175
2,471
3,432
1,948
4,137
2,974
751
1,522
328
396
835
231
1,431
904
354
2,779
4,937
4,197
80
37,702
17,275
12,004,605
11,050,074
954,531
27,195
14,766
5,715,105
4,952,081
763,024
391
144
151,704
141,558
10,146
Rata-rata
NPL (%)
Kredit
(Rp juta)
34.4
3.1
141.7
4.2
120.4 10.8
66.6
3.6
97.1
7.2
104.8 16.9
74.3
2.7
153.0
1.4
53.8
5.2
90.0
1.7
27.3 10.5
41.9
6.9
77.4
4.4
89.8
2.1
119.3
1.5
106.1
1.1
92.1
0.6
88.0
0.0
102.7
0.0
88.0
0.0
94.5
0.0
73.5
0.0
86.2
2.5
96.4
120.0
79.1
78.1
94.1
Secara nasional, sampai bulan Agustus 2013, dari tabel 3. di bawah ini
terlihat bahwa dari target yang ditetapkan sebesar Rp. 36 triliun KUR sudah
mencapai Rp. 27,716 triliun atau 77%. Diharapkan 5 bulan yang tersisa di tahun
10
0.0
0.0
7.9
8.9
2013 Bank pelaksana dapat mencapai target yang telah ditetapkan dengan NPL
masing-masing dibawah 5%. Penambahan Bank Pelaksana diharapkan dapat
mendorong percepatan penyaluran KUR kepada UMKMK yang visible namun
belum bankable.
Tabel 2.3
Realisasi dan NPL Penyaluran KUR
(31 Agustus 2013)
REALISASI PENYALURAN KUR
NO
BANK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
BNI
BRI (KUR Ritel)
BRI (KUR Mikro)
BANK MANDIRI
BTN
BUKOPIN
BANK SYARIAH MANDIRI
BNI SYARIAH
BPD
TOTAL
Plafon
(Rp juta)
14,085,347
15,661,184
61,912,781
12,481,392
4,001,870
1,748,494
3,342,178
129,849
12,004,605
125,367,700
Outstanding
(Rp juta)
4,701,435
6,458,669
18,425,469
5,904,132
2,140,826
696,731
1,740,551
94,483
5,715,105
45,877,402
Debitur
223,884
92,962
8,470,436
244,993
22,483
11,719
45,856
889
151,704
9,264,926
Rata-rata
Kredit
(Rp juta)
62.9
168.5
7.3
50.9
178.0
149.2
72.9
146.1
79.1
13.5
Dilihat dari sisi sektor ekonomi, penyaluran KUR oleh Bank Pelaksana
masih didominasi oleh sektor perdagangan. Penyaluran disektor ini mencapai
Rp. 71,694 triliun dengan jumlah debitur UMKMK sebesar 6,171 juta debitur.
Sektor pertanian menjadi sektor kedua yang terbesar menyerap KUR dari bank
pelaksana yaitu sebesar Rp. 20,67 triliun dengan jumlah debitur mencapai 1,37
juta
paling
banyak
11
NPL
(%)
4.9
3.4
1.9
4.5
12.4
4.1
7.3
3.8
7.9
4.2
Tabel 2.4
Realisasi KUR Menurut Sektor Ekonomi
(31 Agustus 2013)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SEKTOR EKONOMI
Pertanian
Perikanan
Pertambangan
Industri pengolahan
Listrik, gas dan air
Konstruksi
Perdagangan
Penyediaan akomodasi
Transportasi
Perantara keuangan
usaha persewaan
Adm. Pemerintahan
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan
Jasa kemasyarakatan
Jasa perorangan
Badan internasional
Lainnya
Total
Plafon
(Rp juta)
20,675,438
768,053
106,296
3,466,891
64,715
1,965,360
71,694,808
826,287
1,711,559
924,458
5,193,460
9,086
70,140
337,879
3,123,861
90,024
75
14,339,308
125,367,700
TOTAL
Outstanding
(Rp juta)
8,704,395
226,337
50,751
1,610,621
33,384
670,109
26,291,876
288,909
976,110
363,957
2,567,399
1,433
30,655
107,537
1,224,790
43,068
2,686,070
45,877,402
Debitur
1,375,369
7,268
2,673
173,905
1,677
9,949
6,171,144
31,542
38,706
6,300
254,701
37
410
3,558
104,153
879
1
1,082,654
9,264,926
12
Tabel 2.5
Realisasi KUR Menurut Propinsi
(31 Agustus 2013)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
PROVINSI
Nanggroe Aceh Darusalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Riau
Bangka Belitung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
TOTAL
TOTAL
(Rp juta)
2,081,745
6,327,140
3,941,251
3,830,020
2,226,226
4,463,741
899,942
2,716,215
906,819
391,077
5,737,216
16,016,509
19,412,883
2,447,451
18,924,056
2,601,219
2,785,984
1,534,318
1,339,393
2,845,038
1,900,006
3,092,273
3,283,879
1,289,843
1,519,952
7,084,829
1,077,919
621,647
668,853
876,280
552,637
671,636
1,299,705
125,367,700
TOTAL
Outstanding
(Rp juta)
586,694
2,490,227
1,568,415
1,768,867
907,752
1,761,048
334,146
989,084
354,212
152,064
2,317,045
5,501,041
6,265,058
921,412
6,584,795
889,641
1,032,096
528,230
457,248
1,248,096
899,630
1,334,993
1,361,717
510,953
611,866
2,486,486
392,903
174,656
206,872
256,270
189,825
276,869
517,195
45,877,402
Debitur
150,835
380,389
218,718
156,569
129,556
171,743
68,069
215,504
30,794
22,305
222,155
1,309,104
2,174,768
241,168
1,606,785
143,307
213,619
138,967
94,620
107,464
86,721
171,557
156,295
88,020
117,506
508,493
84,631
58,211
47,150
45,683
24,034
22,026
58,160
9,264,926
13
koperasi dan UKM sejak awal tahun 2008 hingga 24 Oktober 2013 sebesar Rp
3,9 triliun kepada 501.427 UMKM melalui 2.671 mitra di seluruh Indonesia.
Target penyaluran dana bergulir tahun 2013 sebesar Rp 1,9 triliun kepada
109.157 UMKM melalui 768 mitra dan sampai dengan tanggal 24 Oktober 2013
telah terealisasi sebesar Rp 1.2 triliun kepada 140.661 UMKM melalui 852 mitra,
sementara yang sedang dalam proses pencairan mencapai Rp 321 miliar.
Disisi lain, lembaga pembiayaan juga banyak dimanfaatkan oleh UMKM
untuk mengembangkan usahanya seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), BMT,
Modal Ventura, dan lain sebagainya. Tapi pembiayaan yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pembiayaan tersebut tidak terlalu besar. Pembiayaan UMKM
masih banyak dilakukan oleh Lembaga Keuangan Perbankan. Hampir 80 persen
pembiayaan UMKM dilakukan oleh lembaga keuangan perbankan. Dari hasil
pengamatan di lokasi penelitan terlihat bahwa perbankan seperti Bank BRI, Bank
Mandiri, Bank BNI, Bank Danaman dan bank-bank lainya bersaing dengan
lembaga pembiayaan non bank untuk menarik nasabah UMKM. Bahkan BPR
yang
dulu
banyak
nasabah
yang
antri untuk
meminjam
dana
untuk
14
lainnya yang juga memberikan kontribusi yang cukup besar adalah sektor
industri. Berkembangnya sektor industri dipicu oleh berkembangnya sektor
pariwisata yang menyebabkan industri kecil dan menengah ikut berkembang.
Permintaan produk-produk kerajinan UMKM meningkat dipasaran baik untuk
pasar domestic maupun pasar internasional.
Satu hal yang harus menjadi perhatian adalah meskipun kontribusi sektor
pertanian dan turunannya
1. Pertanian
2. Pertambangan
3. Industri
4.LGA
Pangsa (%)
2009
2010
2011
2009
2010
2011
2009
2010
2011
821.49
962.05
1,010.34
283.94
292.11
310.89
15.51
15.85
13.60
UB
36.77
41.97
48.77
11.99
12.29
16.92
0.69
0.69
0.66
UMKM
89.94
102.88
128.47
23.16
24.57
30.5
1.70
1.70
1.73
UB
501.6
564.26
708
157.01
161.86
219.07
9.47
9.30
9.53
UMKM
490.94
567.2
786.3
179.72
186.45
191.55
9.27
9.35
10.59
UB
989.96
1,129.12
1,412.85
390.06
408.86
375.54
18.70
18.61
19.02
UMKM
UMKM
3.29
3.78
6.71
1.27
1.35
2.69
0.06
0.06
0.09
43.53
47.62
40.91
15.86
16.7
28.98
0.82
0.78
0.55
UMKM
203.34
227.25
279.85
52.2
54.55
62.67
3.84
3.74
3.77
UB
351.64
397.61
358.72
88.07
95.51
130.98
6.64
6.55
4.83
UMKM
723
845.41
1,147.60
354.15
384.57
361.71
13.65
13.93
15.45
UB
27.6
30.63
39.32
14.41
16.03
29.41
0.52
0.50
0.53
UMKM
166.06
189.74
220.28
73.82
79.39
99.68
3.14
3.13
2.97
UB
186.34
208.93
254.88
117.8
138
127.5
3.52
3.44
3.43
UMKM
250.67
288.03
329.6
132.66
139.98
161.44
4.73
4.75
4.44
UB
153.45
170.41
239.15
76.18
80.66
73.02
2.90
2.81
3.22
UMKM
244.42
280.05
394.42
111.67
119.58
148.21
4.62
4.61
5.31
10.82
11.8
20.93
5.08
5.45
6.37
0.20
0.19
0.28
PDB UMKM
2,993.15
3,466.39
4,303.57
1,212.60
1,282.57
1,369.33
56.53
57.12
57.94
PDB UB
2,301.71
2,602.37
3,123.51
876.46
935.37
1,007.78
43.47
42.88
42.06
PDB NASIONAL
5,294.86
6,068.76
7,427.09
2,089.06
2,217.95
2,377.11
100.0000
100.00
100.00
UB
5. Bangunan
6. Perdagangan
7. Pengangkutan
8. Keuangan
9. Jasa - Jasa
UB
15
Kondisi seperti diatas bisa dilihat dari tabel 2.7 dibawah ini, bahwa jumlah
UMKM sektor pertanian paling banyak dibandingkan dengan UMKM sektor
lainnya. Hampir 50% UMKM yang ada merupakan UMKM sektor pertanian,
sedangkan sektor perdagangan sekitar 29 persen. Meskipun jumlah UMKM
sektor pertanian jauh labih banyak daripada sektor perdagangan, tapi dalam hal
poenciptaan PDB, UMKM sektor perdangan lebih banyak daripada sektor
pertanian. Kondisi ini menunjukkan bahwa UMKM sektor perdagangan mampu
menciptakan nilai tambah yang lebih besar daripada UMKM sektor pertanian.
Dari tabel 2.7 di bawah ini, hampir 99 persen usaha yang ada di
Indonesia merupakan UMKM, sedangkan hanya sekitar 1 persen merupakan
usaha besar. Tapi jika dilihat dari penciptaan PDB nya ternyata usaha besar
relatife lebih besar daipada UMKM. Ini bisa dilihat dengan hanya 1 persen, usaha
besar mampun menciptakan PDB sekitar 42 persen, sedangkan UMKM yang
jumlahnya hampir 99 persen hanya mampu memberikan kontribusi PDB sekitar
58 persen. Ini menunjukkkan bahwa sebenarnya UMKM sendiri masih
mempunyai peluang dan potensi yang cukup besar untuk meningkatkan
usahanya sehingga kontribusi terhadap PDB juga akan semakin besar.
16
Tabel 2.7
Jumlah UMKM dan UB
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2009 - 2011
Sektor
Ekonomi
Unit
1. Pertanian
UMKM
UB
2.
Pertambangan
UMKM
UB
3. Industri
UMKM
UB
4.LGA
UMKM
UB
5. Bangunan
UMKM
UB
6.
Perdagangan
UMKM
UB
7.
Pengangkutan
UMKM
UB
8. Keuangan
UMKM
UB
9. Jasa - Jasa
UMKM
UB
Jumlah UMKM
Jumlah UB
Total
Persentase
2009
2010
2011
2009
2010
2011
26,369,299
26,685,710
26,967,963
49.971
49.575
48.845
528
524
754
0.001
0.001
0.001
271,929
276,861
294,448
0.515
0.514
0.533
84
88
78
0.000
0.000
0.000
3,268,496
3,423,078
3,538,070
6.194
6.359
6.408
1,178
1,223
928
0.002
0.002
0.002
11,720
12,852
13,903
0.022
0.024
0.025
122
120
231
0.000
0.000
0.000
553,698
570,640
869,080
1.049
1.060
1.574
256
268
417
0.000
0.000
0.001
15,533,964
15,910,964
15,918,251
29.438
29.559
28.831
1,303
1,351
1,195
0.002
0.003
0.002
3,408,343
3,487,691
3,799,460
6.459
6.479
6.882
346
363
447
0.001
0.001
0.001
1,060,386
1,115,742
1,308,035
2.009
2.073
2.369
644
673
794
0.001
0.001
0.001
2,286,768
2,340,194
2,497,235
4.334
4.347
4.523
216
228
109
0.000
0.000
0.000
52,764,603
53,823,732
55,206,444
99.991
99.991
99.991
4,677
4,838
4,952
0.009
0.009
0.009
52,769,280
53,828,569
55,211,396
100.000
100.000
100.000
memberikan
kontribusi
yang
cukup
besar
dalam
mengatasi
17
persen pada tahun 2011, sedangkan sektor perdagangan menyerap tenaga kerja
sekitar 21 persen, dan sektor industri menyerap tenaga kerja sekitar 11,3 persen.
Tabel 2.8
Penyerapan Tenaga Kerja UMKM dan UB
Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2009 - 2011
Sektor Ekonomi
Unit
2009
1. Pertanian
UMKM
UB
2.
Pertambangan
UMKM
UB
3. Industri
UMKM
UB
4.LGA
UMKM
UB
5. Bangunan
UMKM
UB
6. Perdagangan
UMKM
UB
7.
Pengangkutan
UMKM
UB
8. Keuangan
UMKM
UB
9. Jasa - Jasa
UMKM
UB
Jumlah UMKM
Jumlah UB
Total
2010
Persentase
2011
2009
2010
2011
42,560,349
85,129,370
43,081,018
43.040
42.804
41.181
469,150
479,898
592,243
0.474
0.241
0.566
1,046,418
2,185,727
1,343,488
1.058
1.099
1.284
93,077
119,268
139,985
0.094
0.060
0.134
11,037,496
21,672,804
11,877,631
11.162
10.897
11.354
1,577,944
1,656,837
1,471,635
1.596
0.833
1.407
140,149.000
241,805.000
169,324.000
0.142
0.122
0.162
69,292
82,534
118,449
0.070
0.041
0.113
4,447,683
8,959,049
5,379,986
4.498
4.505
5.143
163,012
162,959
184,852
0.165
0.082
0.177
21,734,462
45,277,463
22,108,306
21.979
22.766
21.133
102,306
110,317
139,985
0.103
0.055
0.134
5,867,732
12,160,549
7,067,798
5.934
6.114
6.756
79,941
97,063
86,144
0.081
0.049
0.082
1,414,875
2,959,219
1,913,270
1.431
1.488
1.829
69,723
74,892
111,270
0.071
0.038
0.106
7,962,167
17,457,712
8,781,638
8.052
8.778
8.394
50,227
55,940.0
46,662
0.051
0.028
0.045
96,211,332
196,043,698
101,722,458
97.295
98.572
97.236
2,674,671
2,839,711
2,891,224
2.705
1.428
2.764
98,886,003
198,883,409
104,613,681
100.000
100.000
100.000
18
Tabel 2.9
Investasi UMKM dan Besar Menurut Sektor Ekonomi
Tahun 2009 2011 ( Juta rupiah)
Sektor Ekonomi
1. Pertanian
2.
Pertambangan
3. Industri
2009
2011
UMKM
31.291.773
35.220.766
36.220.476
UB
16.364.962
19.084.277
19.130.346
2.015.532
2.421.623
2.474.554
UB
43.028.540
52.624.512
28.095.307
UMKM
82.276.924
90.154.286
131.256.593
134.546.938
157.586.561
157.829.395
UMKM
UB
4.LGA
2010
UMKM
5.058.514
6.513.398
6.807.290
131.166.289
151.497.733
153.321.959
UMKM
11.516.987
14.144.619
14.660.874
UB
11.295.063
13.878.150
14.477.825
164.964.536
13.878.150
209.682.786
45.897.778
202.317.470
59.252.877
UMKM
224.436.884
274.393.393
282.355.256
UB
199.956.484
239.813.789
243.330.259
UMKM
125.658.367
155.248.420
158.388.009
UB
143.662.008
183.394.173
190.950.013
UMKM
134.137.436
146.703.481
150.359.365
81.227.818
121.325.445
124.128.063
Jumlah UKM
781.356.953
927.117.456
992.205.203
Jumlah UB
807.145.880
996.319.743
990.516.043
1.588.502.833
1.923.437.199
1.982.721.246
UB
5. Bangunan
6. Perdagangan
UMKM
UB
7.
Pengangkutan
8. Keuangan
9. Jasa - Jasa
UB
Jumlah
19
2.5.
20
Tabel 2.10
Kondisi Infrastruktur dan Kelembagaan Lembaga Pembiayaan
UMKM
Kondisi Infrastruktur
Lembaga
dan Kelembagaan
Bank
Lembaga Pembiayaan
Koperasi
Pembiayaan
UMKM Lainnya
UMKM
Regulasi
UU
tentang
Perbankan
UU
tentang
Koperasi
Menteri Koperasi
Tidak ada
Regulator
Bank Indonesia
Pembinaan
Bank Indonesia
Penjaminan
Pemerintah
Tidak ada
Tidak ada
Likuiditas
Bank Indonesia
Tidak ada
Tidak ada
& UKM
Menteri Koperasi
& UKM
Bank Indonesia
Rating
Tingkat
& UKM
Kesehatan
Asosiasi
Perbarindo
Asbisindo
Menteri Koperasi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Induk Koperasi
PINBUK/Credit
Pusat Koperasi
Union
21
Tabel 2.11
Potensi dan Permasalahan yang Dihadapi Lembaga Pembiayaan
UMKM
Potensi dan
Permasalahan yang
Lembaga
Dihadapi Lembaga
Bank
Koperasi
Pembiayaan
Keuangan Mikro
Lainnya
Aspek
Mengandalkan
Mengandalkan
Kemampuan
Mengandalkan
menghimpun dana
jumlah anggota
umum
Rasio
Loan
Kemampuan
Deposit
menyalurkan dana
to
(LDR),
dan
dan
perlu diperhatikan
usaha
manajemen
beberapa
SDM
operasional
kunci
Relatif lebih baik
Kemampuan
dibandingkan bank
menghasilkan laba
perencanaan
pelaporan
yang
dan
modal
pengalaman
Tergantung
pengalaman
usaha
pada
pengurus
Tergantung
pada
pengurus
Tergantung
dari
Tergantung
dari
kemampuan
dan
kemampuan
dan
komitmen anggota
komitmen anggota
Masih terbatas
Masih terbatas
Masih kurang
Masih kurang
beragam,
khususnya
Kemampuan
karena
namun kualitasnya
pada
Terbatas
kemampuan SDM
Tergantung
jaringan
karena
kemampuan SDM
Kemampuan
Kemampuan
Terbatas
BPR
mempunyai
terbatas
dan
yang
beroperasi di luar
Jawa dan Bali
22
2.6.
berkembang
dan
menjadi
pendorong
utama
perekonomian
Indonesia,
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran
Modal merupakan salah satu kunci penting dalam melakukan kegiatan
bisnis, tanpa adanya modal yang cukup, maka bisnis tidak dapat berjalan dengan
baik. Bahkan terkadang kecukupan modal merupakan syarat mutlak bagi sebuah
bisnis baik bisnis besar maupun kecil agar dapat memperoleh hasil seperti
yang diinginkan. Demikian halnya dengan usaha kecil, menengah dan mikro
(UMKM),
untuk
dapat
membangun,
menjalankan
dan
mengembangkan
24
3.2.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan seperangkat asumsi, keyakinan, modal dan teknik
lainnya
(Cresswell,
2003:15).
Hasil
yang
didapat
dengan
25
Kedua pendekatan
informasi secara
3.3.
Jenis Penelitian
Neuman (2000) mengatakan jenis penelitian dapat dilihat dari tiga aspek
yaitu aspek tujuan, manfaat, dimensi waktu. Jika dilihat dari aspek tujuan,
penelitian ini dapat dikategorikan dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
menyajikan gambaran yang detil dari suatu situasi, fenomena sosial atau
hubungan. Hasil yang diharapkan dalam penelitian deskriptif adalah gambaran
yang detil dari unit analisis.
Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran
lembaga pembiayaan dalam pengembangan UMKM.
3.4.
Berdasarkan sumber, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder dan data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya. Sumber data primer adalah:
a. UMKM di bidang perdagangan
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
26
3.5.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan
cara:
1) Survei
Survei
27
mendalam.
Teknik
ini
digunakan
untuk
dalam
pengembangan
UMKM.
Wawancara
3.6.
28
Oleh karena tidak adanya kerangka sampel dalam penelitian ini, maka
pemilihan responden UMKM menggunakan convenience sampling (Cooper,
2011). Teknik ini merupakan teknik yang paling mudah dan murah digunakan
oleh para peneliti untuk melakukan penelitian. Peneliti bebas menentukan
responden yang akan diminta untuk mengisi kuesioner.
Untuk unit analisis lembaga pembiayaan, penelitian akan mengambil
sampel 1 lembaga dari setiap jenis lembaga pembiayaan yang terdapat di lokasi
penelitian. Pengambilan 1 sampel ini dianggap merepresentasikan populasi
lembaga pembiayaan yang terdapat pada lokasi penelitian.
3.7.
telah
terkumpul.
Analisis
data
awal
dilakukan
dengan
fasilitator.
Hasil
analisis
deskriptif
dalam
penelitian
ini
identitas
atau
karakteristik
responden
dan
(2)
29
mana saja yang tidak signifikan, dan kemudian akan dihilangkan dari
pertanyaan dalam kuesioner. Uji validitas pada penelitian ini
menggunakan uji korelasi pearson dengan menggunakan nilai r min
0,500.
Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi suatu indikator, sedangkan
validitas berkaitan dengan ketepatan penggunaan indikator untuk
menjelaskan arti variabel yang sedang diteliti. Suatu perangkat ukur
dapat konsisten, namun tidak tepat. Tatapi, agar sebuah perangkat
ukur dapat dianggap tepat, ia selalu harus konsisten. Kaitan antara
validitas dan reliabilitas adalah: (1) perangkat ukur yang reliabel
belum tentu valid, (2) perangkat ukur yang valid sudah tentu reliabel,
dan (3) perangkat ukur yang tidak reliabel sudah tentu tidak valid
(Neuman, 2000). Uji realibilitas dalam penelitian ini menggunakan
pengukuran alpha cronbach dengan nilai minimum sebesar 0,600.
30
3.8.
Operasionalisasi Konsep
Konsep dalam penelitian ini adalah peran lembaga pembiayaan dalam
Variabel
Sarana
Penyediaan
Dana
Fasilitator
Pengertian
Sarana
penyediaan dana
adalah sumbersumber
yang
dapat
diakses
oleh UMKM untuk
mendapatkan
pembiayaan bagi
pengembangan
usahanya
Fasilitator
Manajemen
No
Indikator
Skala
Nominal
Sumber Modal
Nominal
Sumber-sumber Pembiayaan
Nominal
Faktor
yang
mempengaruhi
pemilihan sumber pembiayaan
Nominal
Agunan
Nominal
Nominal
Nominal
Penggunaan Pinjaman
Nominal
Pembayaran Pinjaman
Nominal
10
Ordinal
11
Akses informasi
Ordinal
Interval
31
Variabel
Pengertian
Manajemen
adalah Lembaga
pembiayaan
mendampingi dan
membantu UKM
dalam
hal
manajemen
Fasilitator
Pasar
dan
Pemasaran
Fasilitator
Keuangan
Fasilitator Pasar
dan Pemasaran
adalah Lembaga
pembiayaan
mendampingi dan
membantu
UMKM
memperluas
pasar
dan
pemasaran
Produknya
Fasilitator
Keuangan adalah
Lembaga
pembiayaan
membantu
UMKM
dalam
mengelola
keuangan
lebih
efektif
No
Indikator
Skala
Pengurusan Kredit/Pinjaman
Interval
Interval
Pelatihan penggunaan IT
Interval
Inteval
Interval
Pencarian Pelanggan
Interval
Interval
Interval
Interval
Interval
Pembuatan Pembukuan
Interval
Interval
Pelatihan Perpajakan
Interval
Interval
32
BAB IV
4.1.
33
yang
cukup
sesuai
persyaratan
yang
ditetapkan
perbankan
dengan
perusahaan
penjaminan.
Perusahaan
penjaminan
34
maksimal Rp. 500 juta dengan suku bunga 14% per tahun (efektif). Program ini
memiliki target realisasi penyaluran dana Rp. 20 trilyun per tahun.
Program ini memiliki permasalahan baik dari sisi UMKM maupun dari sisi
perbankan. Permasalahan tersebut antara lain (www.bi.go.id, 2013) : 1. Bagi
UMKM: Sosialisasi kepada masyarakat masih kurang, suku bunga KUR masih
dirasakan cukup tinggi; 2. Bagi Perbankan: keterlambatan pembayaran klaim dari
lembaga penjamin, kesulitan mencari debitur yang sesuai dengan kriteria dan
persyaratan dan terdapat dispute terhadap beberapa ketentuan KUR.
kredit UMKM
Setiap bank umum baik konvensional maupun syariah wajib mencantukan
realisasi kredit usaha mikro, kecil dan menengah dalam rencana
bisnisnya. Hal ini untuk mengetahui komitmen bank dalam merealisasikan
kredit untuk UMKM.
c. PBI No. 14/22/PBI/2012 tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh
bank umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan usaha
mikro, kecil dan menengah
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
35
memberikan
bantuan
teknis
berupa
penelitian,
pelatihan,
4.2.
Gambar 4.1
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
36
Sumber : BI (2013)
Menurut
jenis
penggunaan,
kredit
UMKM
terutama
Sumber : BI (2013)
37
Sumber : BI (2013)
kecil dan
menengah
masih
didominasi oleh
sektor
Sumber : BI (2013)
Analisis Peran Lembaga Pembiayaan Dalam Pengembangan UMKM
38
Menurut
lokasi
proyek,
provinsi
DKI
Jakarta
masih
Sumber : BI (2013)
39
Gambar 4.6
Kredit UMKM di Jawa Barat Berdasarkan Klasifikasi Usaha
Menurut
jenis
penggunaan,
kredit
UMKM
terutama
Gambar 4.7
Kredit UMKM di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber : BI (2013)
40
Gambar 4.8
Kredit UMKM di Jawa Barat Menurut Kelompok Bank
Sumber : BI (2013)
kecil dan
menengah
masih
didominasi oleh
sektor
Gambar 4.9
Kredit UMKM di Jawa Barat Menurut Sektor Ekonomi
Sumber : BI (2013)
41
Gambar 4.10
Kredit UMKM di Jawa Barat Menurut Lokasi Proyek
Sumber : BI (2013)
42
Gambar 4.11
Kredit UMKM di Yogyakarta Berdasarkan Klasifikasi Usaha
Menurut
jenis
penggunaan,
kredit
UMKM
terutama
Gambar 4.12
Kredit UMKM di Yogyakarta Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber : BI (2013)
43
Gambar 4.13
Kredit UMKM di Yogyakarta Menurut Kelompok Bank
Sumber : BI (2013)
kecil dan
menengah
masih
didominasi oleh
sektor
Sumber : BI (2013)
44
Sumber : BI (2013)
4.3.
45
Tabel 4.1
Jenis Usaha Responden
Frekuensi
Persentase
Angkringan
1,7
Kumulatif
Persentase
1,7
ATK
1,7
3,3
Beras
1,7
5,0
Dagang
1,7
6,7
Futsal
1,7
8,3
Kelontong
5,0
13,3
Kue
1,7
15,0
Kuliner
10,0
25,0
Laundry
3,3
28,3
Makanan Beku
1,7
30,0
Makanan Kering
3,3
33,3
Makanan Ringan
3,3
36,7
Masakan Padang
1,7
38,3
Jenis Usaha
46
Frekuensi
Persentase
Minuman
1,7
Kumulatif
Persentase
40,0
Pakaian Jadi
8,3
48,3
Perakitan Komputer
1,7
50,0
5,0
55,0
Peternakan
1,7
56,7
Plastik
1,7
58,3
1,7
60,0
Rental Playstation
1,7
61,7
Salon
1,7
63,3
Sembako
11,7
75,0
1,7
76,7
1,7
78,3
Telor
3,3
81,7
1,7
83,3
Warung Makan
10
16,7
100,0
Total
60
100,0
Jenis Usaha
Peralatan
Rumah
Tangga
Sepatu,
Sendal
dan
Tas
47
Gambar 4.16
Omzet Responden Per Bulan
48
Gambar 4.17
Lama Usaha
lembaga
Sedangkan
peran
pembiayaan
sebagai
kedua
lembaga
yaitu
sumber
alternatif
pembiayaan
pembiayaan.
menampung
dan
49
UMKM bervariasi tergantung dari jenis usahanya. Makin besar dan kompleks
usahanya, maka semakin besar modal yang dibutuhkan.
a. Gambaran Umum Pembiayaan UMKM
Bagian ini menggambarkan pembiayaan yang selama ini digunakan oleh
UMKM untuk mencukupi modal yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian,
sebagian besar UMKM yang menjadi responden membutuhkan dana kurang dari
50 juta. Bahkan, 46% responden membutuhkan modal kurang dari Rp. 10 juta.
Jumlah kebutuhan modal dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.18
Jumlah Modal Yang Dibutuhkan
50
Jika meminjam
meminjam pada bank umum baik bank umum nasional. Hal ini disebabkan
antara lain karena adanya promosi yang gencar dari lembaga pembiayaan bank
untuk menggulirkan dana yang dimiliki dalam bentuk kredit. Selain itu juga
strategi bank yang mendekati tempat-tempat usaha seperti mall, pasar, sekolah
dan sebagainya. Pada gambar di bawah, dapat dilihat bahwa 79% responden
memilih lembaga pembiayaan bank sebagai sumber alternatif pembiayaannya.
Selain lembaga pembiayaan bank, UMKM (18%) memilih koperasi
sebagai sumber alternatif pembiayaan apabila UMKM tidak dapat memenuhi
persyaratan yang dituntut oleh bank. Untuk mendapatkan pinjaman dari
koperasi, UMKM terlebih dahulu harus menjadi anggota koperasi setempat,
baru UMKM bisa mengajukan pinjaman kepada koperasi. Saat ini, koperasi
telah dikelola lebih profesional sehingga anggotanya dapat menikmati berbagai
fasilitas yang terkait dengan pendanaan dari koperasi.
51
Gambar 4.20
Lembaga Pembiayaan yang Digunakan
52
Gambar 4.21
Alasan Pemilihan Sumber Pembiayaan
53
nomor satu bagi UMKM dalam memilih lembaga pembiayaan. Agunan pada
dasarnya menjadi penjamin bagi lembaga pembiayaan sekaligus bagi UMKM
untuk melakukan kegiatan usahanya dengan benar. Adanya agunan membuat
UMKM berusaha agar usahanya tetap hidup sehingga dapat membayar cicilan
berikut bunganya (bila ada) dan pada akhirnya mendapatkan agunannya
kembali.
Jika tidak terdapat agunan, seringkali rasa tanggung jawab dari UMKM
dalam menjalankan usahanya kurang karena tidak memiliki tanggung jawab
materiil. Hal ini menyebabkan banyak terjadi kredit macet karena UMKM tidak
bisa membayar atau bahkan menolak untuk membayar.
Berdasarkan
yang
diperoleh,
sebagian
besar
(68%)
UMKM
pembiayaan.
Responden
yang
menyerahkan
agunan
adalah
responden yang meminjam kepada lembaga pembiayaan bank dan non bank.
Sedangkan yang tidak ada agunan, responden yang meminjam kepada
koperasi, LSM, lembaga pembiayaan non bank dan perseorangan.
Gambar 4.22
Agunan
54
di pasar, BPKB mobil/motor dan lainnya yang dianggap perlu. Gambar berikut
ini menunjukkan bentuk agunan yang diberikan pada saat meminjam.
Gambar 4.23
Bentuk Agunan Sebagai Jaminan
harian,
dapat
menerima
pensiunan,
lembaga
pembiayaan
55
Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 8,5% efektif per tahun. Terdapat 23%
responden yang menyatakan bahwa membayar bunga kurang dari 10% per
tahun. Hal ini menunjukkan terdapat variasi tingkat bunga yang ditawarkan dan
diberikan kepada UMKM, tergantung dari lembaga pembiayaan. Tingkat bunga
secara lengkap dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.24
Tingkat Bunga atau Bagi hasil Per tahun
Gambar 4.25
Keberatan akan Tingkat Bunga/Bagi Hasil
56
dari masing-masing
UMKM
atau
juga
kemampuan
dalam
57
Gambar 4.26
Tujuan Pinjaman
mengatasi hal
ini,
maka
diperlukan
peranan
lembaga
58
meminta para nasabah menabung harian dengan tujuan pada saat akhir bulan,
nasabah tersebut memiliki dana untuk membayar pinjaman.
Gambar 4.27
Pembayaran Pinjaman
59
60
Gambar 4.29
Sumber Informasi
banyaknya
sumber
informasi
yang
dapat
memberikan
61
b.
UMKM
untuk
mendapatkan
tambahan
modal
yang
Sedangkan
untuk
waktu
pengurusan,
beberapa
lembaga
62
sistem
pembayaran
juga
merupakan
peran
lembaga
oleh
lembaga
pembiayaan
bank
ataupun
lembaga
pembiayaan non bank. Informasi yang paling banyak adalah dari sales
dan teman/keluarga. Kemudahan akses informasi dan fasilitasi untuk
mendapatkan pinjaman menunjukkan peran lembaga pembiayaan telah
dijalankan sebagai alternatif sumber pembiayaan.
mendapatkan
dana
yang
besar,
maka
UMKM
harus
63
usahanya. Analisis terhadap peran ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu peran
lembaga pembiayaan sebagai fasilitator manajemen, fasilitator pemasaran dan
fasilitator pengelolaan keuangan.
Lembaga pembiayaan diharapkan tidak hanya menggulirkan dana saja
tetapi juga memberikan bantuan teknis kepada UMKM pada tiga aspek di atas.
Dengan adanya bantuan teknis yang diberikan kepada UMKM, diharapkan usaha
UMKM dapat berjalan dan berkembang lebih baik.
a. Fasilitator Manajemen
Peran lembaga pembiayaan sebagai fasilitator di bidang manajemen
mengukur sejauh mana lembaga pembiayaan memberikan bantuan teknis dalam
bidang
manajemen
seperti
pengurusan
ijin
usaha,
pengurusan
kredit,
responden
menjawab
bahwa
lembaga
pembiayaan
memiliki
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
78,0
43,9
Sangat Jarang
5,1
8,8
Jarang
6,8
10,5
Sering
5,1
22,8
Sangat Sering
5,1
14,0
100,0
100,0
Total
Jika melihat harapan UMKM terhadap peran ini, maka 36,8% UMKM
mengharapkan lembaga pembiayaan dapat membantu melakukan pengurusan
izin usaha. Pengurusan izin usaha yang dimaksud adalah pengurusan izin
usaha dalam rangka pengembangan misalnya ijin BPOM dan sertifikat halal
untuk
makanan.
Meskipun
demikian
63,4%
responden
merasa
tidak
64
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
57,6
29,8
Sangat Jarang
5,1
15,8
Jarang
3,4
7,0
Sering
25,4
17,5
Sangat Sering
8,5
29,8
100,0
100,0
Total
65
Tabel 4.4
Pelatihan Pengelolaan SDM
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
78,0
46,6
Sangat Jarang
13,6
10,3
Jarang
6,8
12,1
Sering
1,7
22,4
8,6
100,0
100,0
Sangat Sering
Total
Tabel 4.5
Pelatihan Penggunaan IT
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
84,7
46,6
Sangat Jarang
11,9
8,6
Jarang
10,3
Sering
3,4
27,6
6,9
100,0
100,0
Sangat Sering
Total
66
manajemen usaha lebih baik. Peran ini sebenarnya dapat dilakukan dengan
memberikan saran penataan barang dagangan, rasa makanan, penataan
tempat usaha dan lain-lain.
Tabel 4.6
Membuat Manajemen Usaha Lebih Bagus
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
69,5
34,5
Sangat Jarang
11,9
12,1
Jarang
1,7
10.3
Sering
13,6
24,1
Sangat Sering
3,4
19,0
100,0
100,0
Total
Tabel 4.7
Membantu Membuat Rencana Bisnis
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
72,4
42,1
Sangat Jarang
13,8
7,0
Jarang
3,4
10,5
Sering
1,7
24,6
Sangat Sering
8,6
15,8
100,0
100,0
Total
para
UMKM
dalam
mengembangkan
usahanya.
Tabel
di
atas
67
menggunakan
olahan
SPSS,
maka
Peran
lembaga
dalam
lembaga
pembiayaan
dalam
hal
pengelolaan
dan
UMKM
mengharapkan
usahanya
dapat
dikelola
lebih
b. Fasilitator Pemasaran
Peran lembaga pembiayaan sebagai fasilitator pada aspek pemasaran
sangat merupakan peran yang dianggap penting oleh UMKM. Jaringan
lembaga pembiayaan yang luas serta variasi nasabah yang banyak
memungkinkan lembaga pembiayaan untuk menjadi fasilitator dalam aspek
pemasaran. Berikut hal-hal yang ditanyakan terkait dengan aspek pemasaran.
Aspek pemasaran pertama adalah lembaga pembiayaan mencarikan
pelanggan yang baru. Untuk pertanyaan ini 100% responden menjawab tidak
pernah.
merupakan inti dari lembaga pembiayaan, atau tidak ada hubungannya dengan
lembaga pembiayaan. Sehingga kondisi ini dimaklumi oleh para UMKM jika
tidak
terdapat pelanggan
baru
lembaga
68
Tabel 4.8
Mencarikan Pelanggan Baru dan Mempromosikan Kepada Orang Lain
Pernyataan
Peran Lembaga
Pembiayaan
Mencarikan
Pelanggan
Baru
Mempromosikan
Orang Lain
Kepada
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
96,6
45,6
Sangat Jarang
3,4
1,8
Jarang
14,0
Sering
29,8
Sangat Sering
8,8
Total
100,0
100,0
Tidak Pernah
91,5
40,4
Sangat Jarang
5,1
0,0
Jarang
0,0
17,5
Sering
3,4
26,3
Sangat Sering
0,0
15,8
100,0
100,0
Total
menyatakan
tidak
pernah
(memerlukan)
lembaga
pembiayaan
69
Tabel 4.9
Mengikutsertakan dalam pameran
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
95,0
54,4
Sangat Jarang
1,7
1,8
Jarang
0,0
12,8
Sering
1,7
19,3
Sangat Sering
0,0
12,3
100,0
100,0
Total
Tabel 4.10
Menyediakan Tempat Usaha
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
98,3
50,9
Sangat Jarang
1,7
0,0
Jarang
0,0
14,0
Sering
0,0
24,6
Sangat Sering
0,0
10,5
100,0
100,0
Total
Dalam
hal
ini,
lembaga
pembiayaan
dapat
melakukan
70
pendampingan bagi UMKM untuk melakukan inovasi dalam usaha. Kondisi saat
ini menunjukkan bahwa lembaga pembiayaan saat ini belum melakukan
pendampingan UMKM untuk melakukan inovasi usaha. Meskipun demikian ada
juga lembaga pembiayaan yang menjalankan peran ini. Para UMKM
mengharapkan adanya pendampingan untuk melakukan inovasi, seperti yang
diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11
Pendampingan Berinovasi
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
91,5
33,3
Sangat Jarang
6,8
7,0
Jarang
0,0
17,5
Sering
1,7
24,6
Sangat Sering
0,0
17,5
100,0
100,0
Total
Hal
yang
sama
berlaku
untuk
UMKM
di
sektor
usaha yang
71
inovasi
ini,
peran
lembaga
pembiayaan
untuk
melakukan
keuangan, UMKM
dapat melihat
perkembangan
usaha
yang
dimilikinya. Apabila usaha sedang naik, maka UMKM dapat melakukan rencana
pengembangan.
Sebaliknya,
jika
dilihat
perkembangannya
mengalami
72
Tabel 4.12
Membantu Membuat Pembukuan dan Laporan Keuangan
Peran Lembaga
Pernyataan
Membantu
Pembiayaan
Membuat
Pembukuan
Membantu
Membuat
Laporan Keuangan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
93,1
Sangat Jarang
1,7
8,6
Jarang
5,2
20,7
Sering
0,0
17,2
Sangat Sering
0,0
13,8
Total
100,0
100,0
Tidak Pernah
96,6
41,4
Sangat Jarang
1,7
8,6
Jarang
1,7
19,0
Sering
0,0
20,7
Sangat Sering
0,0
10,3
100,0
100,0
Total
39,7
Selain
fasilitasi pembuatan
pembukuan
UMKM
Pendampingan
untuk
yang
mengawasi
dilakukan
pemanfaatan
dapat
dalam
dana
bentuk
yang
dipinjam.
formal melalui
73
bahwa
lembaga
pembiayaan
tidak
pernah
melakukan
pendampingan pemanfaaatan dana yang dipinjam. Hal ini menjadi suatu risiko
baik bagi UMKM maupun bagi lembaga pembiayaan tersebut. Bagi UMKM,
risiko yang dihadapi adalah kemungkinan dana digunakan untuk konsumtif dan
bukan untuk produktif. Bagi lembaga pembiayaan, risiko yang dihadapi adalah
adanya kemungkinan kredit macet. Hanya 10,3% lembaga pembiayaan yang
telah melakukan pendampingan pemanfaatan dana.
Harapan UMKM (32,70%) akan peranan lembaga pembiayaan, selain
memberikan
dana
pinjaman,
lembaga
pembiayaan
juga
melakukan
pembiayaan melakukan
pendampingan
Tabel 4.13
Pelatihan dan Pendampingan
Peran Lembaga
Pernyataan
Pelatihan Perpajakan
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Pernah
98,3
58,6
Sangat Jarang
1,7
1,7
Jarang
0,0
13,8
Sering
0,0
15,5
Sangat Sering
0,0
10,3
Total
100,0
100,0
Pendampingan
Tidak Pernah
81,0
43,1
Pemanfaatan Dana
Sangat Jarang
0,0
1,7
Jarang
8,6
22,4
Sering
8,6
17,2
Sangat Sering
1,7
15,5
100,0
100,0
Total
74
sebagian
UMKM (87,8%),
usahanya
terus
mengalami
Tabel 4.14
Omzet Usaha Meningkat
Peran Lembaga
Pembiayaan
Kondisi Diharapkan
(%)
Tidak Meningkat
39,66
12,1
Kurang Meningkat
5,17
0,0
Agak Meningkat
18,97
8,6
Meningkat
27,59
24,1
Sangat Meningkat
8,62
55,2
Total
100,0
100,0
pembukuan
merupakan
langkah
awal
bagi
UMKM
75
lembaga
pembiayaan
untuk
melakukan
pendampingan
76
BAB V
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan peran lembaga
hal pembayaran
kredit/pinjaman,
lembaga
pembiayaan
telah
77
j.
5.2.
Rekomendasi
Dalam rangka pengembangan UMKM melalui lembaga pembiayaan, maka
78
79