You are on page 1of 7

TUGAS STRUKTUR PANTAI

RANGKUMAN JURNAL INTERNASIONAL


PERFORMANCE OF GROIN TYPE-I AND TYPE-L IN MAINTAINING SHORELINE
STABILITY

OLEH :
Rezha Eka Firmansyah 4312100030

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN


INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2014

Beach nourishment atau perawatan pantai (peremajaan pantai) merupakan proses penambahan
sedimen pasir pada pantai untuk rekreasi atau keindahan pantai semata yang merupakan
perlawanan atas dampak erosi pada pantai. Sejak tahun 2002, indonesia sudah menerapkan
metode peremajaan pantau ini. Struktur bangunan perlindungan pantai dimungkinkan dapat
melindungi garis pantai dari terjadinya erosi dan abrasi. Groin tipe I dan L merupakan kombinasi
dari offshore breakwater yang digunakan untuk melindungi garis pantai dari serangan gelombang
dan arus laut. Dalam hal ini, digunakan permodelan yang serupa sehingga dapat diketahui
kekuatan dan kemampuan dari groin tipe I dan tipe L dalam melindungi garis pantai.
Bangunan pelindung pantai buatan dibangun untuk berbagai jenis tujuan dan manfaat, antara lain
digunakan untuk memperluas atau memperlebar dataran pantai, area wisata, dan perlindungan
untuk lingkungan pantai. Di indonesia, bangunan tersebut dapat ditemukan di Pantai Sanur dan
Pantai Kuta di pulau bali. Pada dasarnya, masalah utama pada kondisi-kondisi pantai yang ada
dikarenakan gerakan gelombang yang menyebabkan erosi pada garis pantai yang mengakibatkan
merusak profil pantai dan menyebabkan pergerakan perubahan garis pantai yang terlalu dinamis.
Ketika ombak atau gelombang bergerak dan menabrak sisi pantai, material pasir pantai bergerak
dan mengubah garis pantai dan profil pantai meskipun secara mikro. Selain permasalahan
tersebut, efek dari pemanasan global juga menyebabkan kenaikan permukaan air laut, yang
berakibat pula pada perubahan pada profil pantai secara signifikan.
Gelombang laut yang menghantam pesisir atau bibir pantai akan sebanding besarnya terhadap
usaha yang harus dilakukan untuk melindungi dan mempertahankan profil pantai. Perlindungan
pantai dengan menggunakan offshore breakwater akan terbilang efektif karena offshore
breakwater akan mereduksi energi gelombang laut yang bergerak, sehingga energi tersebut
berkurang ketika sampai di bibir pantai. Energi gelombang yang tereduksi akibat offshore
breakwater akan berefek pada berkurangnya proses sediment transport di daerah pantai, sehingga
sediment transport yang berasal dari bibir pantai akibat sisa energi gelombang laut yang ada akan
terbawa dan terakumulasi pada sisi-sisi struktur pelindung pantai. Akumulasi dari sediment
transport itu akan membentuk formasi yang curam atau lancip. Jika letak dari struktur pelindung
pantai cukup jauh dari bibir pantai, maka sediment transport tersebut akan terakumulasi dan
terbentuk tombolo.
Tombolo akan terbentuk apabila panjang struktur (Lp) lebih besar atau lebih panjang daripada
jarak antara struktur dengan bibir pantai (Y). Tombolo tidak akan terbentuk apabila Lp < Y, Lp <
Y dapat terbentuk formasi salient. Kestabilan gerakan pasir pantai disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kemiringan pantai (slope beach)


Kualitas dan kuantitas dari gelombang penyebab erosi (volume dan kecepatannya)
Kestabilan dari sediment transport
Lokasi dan bentuk dari struktur pelindung pantai
Kestabilan massa bahan terhadap aliran dasar gelombang yang kuat
Waktu yang dibutuhkan partikel pasir pantai untuk ke bentuk posisi stabil

Gambar 1. A) Salient dan B)


Tombolo

Tombolo dan salient merupakan bentukan dari akumulasi sediment transport dibelakang struktur
pelindung pantai sehingga membentuk menyerupai bukit apabila di pandang dari atas. Dalam
CEM (Coastal Engineering Manual) 2006, dikatakan dalam bentuk salient dan tombolo adalah
perbandingan antara Ls : Y = 1.5 sampai 2 untuk tombolo dan Ls : Y = 0.5 sampai 0.67 untuk
salient, dimana Ls merupakan panjang struktur dan Y adalah jarak antara struktur dengan garis
pantai. Untuk struktur pelindung pantai yang lebih dari satu struktur, terdapat pula perbandingan
antara Ls : Lg dimana untuk menentukan formasi dari tombolo dan salient. Ls merupakan jarak
antara struktur dengan struktur satunya secara paralel, semakin panjang Ls maka semakin besar
pula energi gelombang yang dapat menembus hingga garis pantai. Jarak vertikal antara struktur
dengan kedalaman dari laut juga ikut diperhitungkan dengan memperhatikan proses timbulnya
tombolo dan salient akibat akumulasi sediment transport yang ada.
Percobaan dilakukan dengan membuat model 3 dimensi dari groin tipe I dan tipe L dengan
ukuran dan dimensi lainnya yang telah diskalakan. Permodelan 3 dimensi ini akan di uji coba
untuk mengetahui kestabilan perlindungan pasir pantai dan proses serta interaksi terhadap
struktur pelindung pantai terhadap gelombang datang.
Batasan parameter kendala dan variabel ditentukan dari hasil riset optimasi. Berikut beberapa
kondisi yang dapat dipelajari dan ditentukan antara lain :
1. Kemiringan pantai (beach slope) adalah 1:6 atau n =6.
2. Struktur pemecah gelombang menggunakan jenis groin yang merupakan kombinasi dari
bentuk I dan bentuk L dengan kondisi non-overtopping.
3. Groin diletakkan di lokasi sebelum gelombang pecah.
4. Gelombang reguler merupakan kombinasi dari tinggi gelombang (H) dan periode (T).
5. Sudut gelombang datang tegak lurus terhadap model.
6. Diameter partikel pasir adalah D50 = 0.4 1.7 mm
7. Pertimbangan hasil akhir hanya berada pada hasil akhir yang stabil.
8. Ukuran kenampakan terdiri atas Lx/Ly = 1.5/1.4, Lx/Ly = 1.6/1.22, dan Lx/Ly = 1.6/1.08
dengan variabel H(0.031 0.118 m) dan T (1.2 1.8 s)

Gambar 2. Ilustrasi sudut datang gelombang


dengan garis pantai

Tabel 1. Efek kondisi pada garis pantai dibelakang struktur


pemecah gelombang

Panjang gelombang merupakan salah satu parameter yang harus di ikut sertakan dalam
perhitungan. Berdasar dari literatur yang ada, panjang gelombang dianalisa dengan bentuk angka
tak berdimensi. Meskipun begitu, di dalam riset akan di bandingkan antara panjang struktur
pelindung dengan gelombang pada kondisi nyata. Representatif dari hasil bentuk tombolo dan
salient dapat diuraikan dalam tabel berikut

Tabel 2. Bentukan dari salient dan tombolo (formation of

Mekanisme terbentuknya tombolo dan salient berdasarkan HSU dan EVANS (1989) dan
SILVESTER dan HSU (1993, 1997). HSU dan SILVESTER (1990) memodifikasi model
tombolo dan salient untuk dianalisis mengenai area yang dekat dengan struktur pemecah
gelombang lepas pantai, dengan akumulasi sedimen di garis pantai di dalam bentukan salient dan
tombolo. Pengaruh dari groin bentuk I dan L untuk mengubah bentuk garis pantai dapat
dijelaskan sebagai berikut, jika barisan paralel dari puncak gelombang merusak/menabrak garis
pantai awal, maka difraksi akan terjadi di area yang terproteksi dibelakang struktur, dimana garis
puncak gelombang berbentuk arah busur. Gelombang yang terdifraksi akan datang dengan
membawa sediment transport ke area yang terlindungi, dan terakumulasi di belakang struktur
tersebut, sehingga groin tipe I dan L akan berbentuk curam atau lancip. Proses ini akan terjadi
terus menerus. Dalam keadaan ini, sediment transport terjadi sepanjang pantai. Dalam ilustrasi
akan digambarkan dimana gelombang dominan datang dengan arah tertentu, puncak gelonbang
di sisi kanan akan menyentuh pada poin A. Puncak salient akan terjadi pada poin A, sedangkan
tombolo akan terbentuk tergantung pada panjang dari struktur pemecah gelombang (Lx) dan
jarak antara struktur dengan garis pantai (Ly). Di dalam riset ini, salient terbentuk apabila Lx/L <
1.1 dan tombolo akan terbentuk apabila Lx/L > 1.1
Di dalam riset ini, tidak terjadi pembentukan tombolo sama sekali, kecuali beberapa tanda-tanda
dari terbentuknya bentukan tersebut. Hal itu dikarenakan jumlah pasir yang digunakan dalam
percobaan. Beberapa saat setelah percobaan dimulai, erosi yang cukup besar terjadi di garis
pantai di depan struktur yang terbuka. Jika kondisi ini diteruskan maka, untuk mencapai kondisi
dinamis yang stabil sangatlah sulit. Sehingga ditentukan batas-batas tertentu dalam eksperimen
ini sebelum terbentuknya tombolo.

Gambar 3. Ilustrasi eksperimen pada


groin tipe I dan L

Kondisi kestabilan dinamis, dalam eksperimen terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama,
karena dalam kondisi dinamis, membutuhkan waktu serta terpengaruh pula pada tinggi dan
periode gelombang datang yang menabrak garis pantai. Dalam hasil penelitian, ketika ketinggian
gelombang diperbesar, maka garis pantai semakin dinamis dan erosi akan terjadi semakin besar,
sehingga peluang terjadinya bentukan tombolo semkain besar. Begitu pula apabila ketinggian
gelombang rendah, maka garis pantai telihat tidak terlalu berubah. Berdasar hasil percobaan,
kemiringan pantai yang terbentuk antara 5.07 hingga 11.42, hal itu menunjukkan bahwa pantai
tersebut tidak terlalu tinggi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan groin jenis I dan L untuk mengatur
sedimen menghasilkan hasil yang memuaskan. Gabungan dari kedua bentukan struktur tersebut
dapat mereduksi energi gelombang dan mengakibatkan stabilnya garis pantai, meskipun di
tahapan awal akan terjadi perubahan secara masif. Tombolo, salient dan pergerakan sedimen
akan terbentuk karena efek ini. Kombinasi dari kedua groin tipe I dan L akan membentuk salient
ketika Lx/L < 1.1 dan akan membentuk tombolo ketika Lx/L > 1.1. Saat kondisi dinamis stabil,
kemiringan pantai berubah dari posisi di kemiringan pantai untuk mengikuti pergerakan sedimen
yang di dukung oleh arus ke bagian belakang struktur. Kemiringan pantai akan terbentuk antara
5.07 sampai 11.42, dimana keberadaan dan ketersediaan sedimen akan membantu keseimbangan
garis pantai.

Sumber Jurnal dan Penulis :


Performance of Groin Type - I and Type - L in Maintaining Shoreline Stability
Oki Setyandito1, Nizam2, Nur Yuwono3, Radianta Triatmadja4, and Khusnul Setia Wardani5
1 (Civil Eng. Department, Faculty of Eng., Mataram University, Indonesia ; Ph.D. Cand. Civil
and Environmental Engineering, Faculty of Engineering, Gadjah Mada University)
2 (Post Graduate Student (S2) Civil and Environmental Engineering, Faculty of Engineering
Gadjah Mada University)
3 (Civil & Environmental Eng. Department, Faculty of Eng., Gadjah Mada University,
Indonesia)
E-mail:
okisetyandito@yahoo.com.,
tiawardani@yahoo.com.,
nizam@ugm.ac.id,
nuryuwono@yahoo.com., radiantatoo@yahoo.com.
http://repository.ugm.ac.id/32569/1/5-_Performance_of_Groin_Type-I_and_TypeL_in_Maintaining_Shoreline_Stability.pdf

You might also like