You are on page 1of 11

ARDS

( ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME )

A. PENGERTIAN
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) pertama kali diperkenalkan oleh T.L.
Petty pada tahun 1967. ARDS biasanya fatal dan ditandai oleh dispneu berat, hipoksemia dan
infiltrasi paru difus bilateral yang terjadi setelah suatu trauma paru pada orang yang sehat.
Sebelum tahun 1967, ARDS dikenal dengan beberapa nama seperti pump lung, traumatic wet
lung, shock lung, progressive pulmonary congertion dan nang lung. (Barbara, C. Long. 1996.
Perawatan Medikal Bedah).
Sindrom Gawat Napas Dewasa (ARDS), juga dikenal dengan edema paru
nonkardiogenik, adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan
arteri yang terjadi setelah penyakit paru atau cedera serius. (Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1 Edisi 8)
ARDS didefinisikan sebagai penyakit gagal oksigenasi dan hipoksia, yang disebabkan
oleh infiltrate diffus.Edema pulmo non-kardiak diffuse memiliki ciri khusus dengan adanya
peningkatan permeabelitas kapiler pulmoner. (Charlene J. dkk, 2001.Keperawatan Medikal
Bedah)
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah sindrom yang ditandai oleh
dispneu berat, hipoksemia dan infiltrasi paru difus bilateralakibat adanya peningkatan
permeabilitas membrane alveolar-kapiler terhadap air, larutan dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difusyang terjadi setelah penyakit paru atau cedera serius.
B. ETIOLOGI
1. Shock
a. Septic
b. Hemoragic
c. Kardiogenik
d. Anafilaktik
2. Trauma
a. Contusio paru
b. Nonpulmonal, multisitem
3. Infeksi
a. Pneumonia
(1) Virus
(2) Bakteri (stafilokokus, streptokokus)
(3) Legionellosis
4. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
5. Emboli lemak
6. Tenggelam
7. Aspirasi: yang mengandung asam lambung tinggi (ph<2,5)
8. Penghisapan bahan toksik
a. Asap
b. Phosgene
c. Oksida dari nitrogen
9. Pancreatitis
10. Keracunan oksigen
43

11. Penyalahgunaan narkotik


a. Heroin
b. Methadone
c. Propoxyphene (Darvon)
12. Pneumonitis radiasi
13. Obat-obatan
a. Ethclorvynol, Salisilat
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa perubahan terjadi pada ARDS.Pertama, terjadinya kerusakan pada membrane
alveolar-kapiler.Kerusakan dapat terjadi baik pada bagian alveolus ataupun kapiler membrane.
Kedua, sebagai akibat kerusakan membrane alveolar-kapiler, terjadi peningkatan
permeabilitas vaskuler, dan cairan merembes ke dalam ruang interstitial dan alveoli,
menimbulkan edema paru. Cairan dan sel-sel darah merah dapat ditemukan di ruang interstitial
dan dalam alveoli. Akhirnya, membrane hyaline (terbuat dari protein, terutama fibrinogen) yang
merembes ke dalam alveoli terlihat. Kerusakan alveolar-kapiler dan adanya edemainterstitial
dan paru mengganggu pertukaran gas antara alveoli dan kapiler, dan akibatnya terjadi gangguan
ventilasi-perfusi.
Ketiga, surfaktan diinaktivasi akibat peningkatan tegangan permukaan dan kolapsnya
alveoli, khususnya alveoli yang kecil yang lebih tergantung pada surfaktan untuk mengurangi
tegangan permukaan dan menjaganya untuk tetap terbuka. (C. Long,Barbara. 1996. Perawatan
Medikal Bedah)
D. GAMBARAN KLINIK
Tanda dan Gejala
Periode laten 18-24 jam setelah trauma paru sampai timbulnya gejala. Gagal napas akut,
termasuk takipnea, dyspnea, dan hipoksemia, pernafasan yang sulit dan sianosis. Batuk kering
dan demam timbul beberapa jam, bronchi halus pada paru, perubahan sensoris.
Radiograph dada menunjukan adanya infiltrate, yang nampak seperti memutih atau white-out.
E. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada pasien ARDS perlu dilakukan dengan teliti sehingga
infomasi yang maksimal diperoleh tanpa meningkatkan distress pernafasan.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Status penampilan kesehatan : lemah dan lesu
b. Tingkat kesadaran kesehatan : komposmentis atau apatis
c. Tanda-tanda vital :
- Frekuensi nadi dan tekanan darah
: takikardi, hipertensi
- Frekuensi pernapasan : takipnea ( di awal kemudian apnea), retraksi substernal,
krekels inspirasi, mengorok , pernapasan cuping hidung eksternal, sianosis,
-

pernapasan sulit.
Suhu Tubuh : Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon

oleh hipotalamus.
d. Berat badan dan tinggi badan
: Kecenderungan berat badan mengalami penurunan.
e. Integumen
- Warna : Pucat sampai sianosis
- Suhu : Pada hipertermi kulit teraba panas setelah hipertermi teratasi kulit akan
teraba dingin.
44

- Turgor : Menurun pada dehidrasi


f. Kepala dan Mata
- Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
- Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
- Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan warna
g. Thorax dan Paru-paru
- Inspeksi
: frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain:takipnea,
dispnea progresif, pernapasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus
-

karinatum (dada burung), barrel chest.


Palpasi
: Adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vocal fremitus padadaerah

yang terkena.
Perkusi
: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani(terisi

udara) resonansi.
- Auskultasi
: Suara pernapasan yang meningkat intensitasnya :
Suara mengi (wheezing)
Suara pernapasan tambahan ronchi
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen dada (Chest X-Ray) : tidak terlihat jelas pada stadium awal atau dapat juga
terlihat adanya bayangan infiltrate yang terletak di tengah region perihilar paru. Pada
stadium lanjut terlihat penyebaran di interstitisial secara bilateral dan infiltrate alveolar,
menjadi rata dan dapat mencakup keseluruh lobus paru. Tidak terjadi pembesaran pada
jantung.
b. ABGs : hipoksemia (penurunan PaO2), hipokapnea (penurunan nilai CO2 dapat terjadi
terutama pada fase awal sebagai kompensasi terhadap hiperventilasi), hiperkapnea
(PaCO2> 50) menunjukkan terjadi gangguan pernapasan. Alkalosis respiratori (Ph > 7,45)
dapat timbul pada stadium awal, tetapi asidosis dapat juga timbul pada stadium lanjut
yang berhubungan dengan peningkatan dead space dan penurunan ventilasi alveolar.
Asidosis metabolic dapat timbul pada stadium lanjut yang berhubungan dengan
peningkatan nilai laktat darah, akibat metabolisme anaerob.
c. Tes Fungsi Paru (Pulmonary Function Test) : Compliance paru dan volume paru
menurun, terutama FRC, peningkatan dead space dihasilkan oleh pada area terjadinya
vasokonstriksi dan mikroemboli timbul.
d. Asam laktat : didapatkan peningkatan pada kadar asam laktat.

45

F. PATHWAY

Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan edema
pulmonal non kardia

Pola nafas tidak


efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi dan
kelelahan otot
pernafasan

Perfusi jaringan tidak


efektif berhubungan
dengan hipoventilasi

Gangguan pertukaran
gas berhubungan
dengan perubahan
membrane ventilasiperfusi

46

G. ANALISA DATA
Dx.
1.

DATA FOKUS
DS : Pasien mengatakan sesak nafas

PROBLEM
Gangguan pertukaran

ETIOLOGI
Perubahan

DO : Klien gelisah, pucat & , RR

gas

membrane

takipneu, nadi takikardia,

ventilasi-perfusi

pernapasan dibantu respirator


RR : 36 x/menit
N : 110x/menit
2.

DS : Pasien mengatakan sesak nafas

Pola nafas tidak

Hiperventilasi dan

DO : Pasien tampak kelelahan, terjadi

efektif

kelelahan otot

perubahan kedalaman pernafasan,

pernafasan

pernafasan bibir, RR takipneu


RR : 36 x/menit
3.

DS : Pasien mengeluh sesak nafas, sesak Kelebihan volume


pada paru-paru, gelisah, badan

cairan

terasa bengkak

Gangguan
mekanisme regulasi
(edema pulmonal)

DO : Pasien tampak edema, dispnea


4.

DS : Pasien mengatakan takut, sulit

Ansietas

Ancaman kematian

DS: Pasien menyatakan tidak

Kurang pengetahuan

Kurang informasi

mengetahui tentang penyakit, penyebab

tentang penyakit

tidur dan kesulitan bernafas


DO: Pasien tampak pucat, bingung,
terjadi peningkatan frekuensi
pernafasan
RR : 36 x/menit
5.

serta tanda dan gejalanya


47

DO: Pasien bingung ketika ditanya


tentang penyakitnya
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditentukan oleh pengkajian terhadap data pasien. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane ventilasi-perfusi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi dan kelelahan otot pernafasan
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (edema

pulmonal)
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
I. INTERVENSI
Hari/

No.

Tgl

Dx
1

Rencana Perawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Hasil
Setelah diberikan
tindakan

1. Catat perubahan
dalam bernafas
keperawatan

Rasional
1. Penggunaan otot-otot
interkostal

selama proses perawatan,

/abdominal/leher

diharapkan gangguan

dapat

pertukaran gas teratasi,

usaha dalam bernafas

dengan kriteria hasil :

2. Berikan terapi
oksigen

- Pasien dapat
memperlihatkan
3. Catat karakteristik
ventilasi dan oksigenasi
dari suara nafas
yang adekuat
- Bebas dari gejala distress
pernafasan
RR = 20 x/menit
HR = 75 100 x/menit

meningkatkan

2. Memudahkan pasien
saat bernafas
3. Suara

nafas

terjadi

karena adanya aliran


udara melewati
batang trachea
branchial dan

juga

karena adanya cairan,


4. Catat karakteristik
dari batuk

mukus atau sumbatan


lain dari saluran
nafas
4. Karakteristik batuk
dapat merubah
ketergantungan pada
penyebab dan
etiologi dari jalan
nafas. Adanya
sputum dapat dalam

5. Pertahankan posisi
tubuh/posisi kepala
pasien

jumlah yang banyak,


tebal dan purulent
5. Posisi yang tepat untuk
memudahkan

pasien
48

saat bernafas

Setelah diberikan

1. Posisikan pasien
untuk memaksimaltindakan
keperawatan
kan ventilasi
selama proses perawatan,
diharapkan

pasien

menunjukkan keefektifan
pola

nafas,

dengan

2. Monitor vital sign

1. Memberikan

posisi

yang nyaman pada


pasien untuk
bernafas dan
memudahkannya saat
bernafas
2. Memantau

kriteria hasil :

perkembangan

- Menunjukkan jalan nafas

tanda-tanda vital

yang paten dan suara


nafas yang bersih
- Pernafasan dalam
rentang normal

3. Monitor pola nafas

3. Memantau pola
nafas pasien

4. Informasikan dan
4. Memberikan
ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
pengetahuan pada
pasien dan keluarga
tehnikrelaksasi untuk
memperbaiki pola
agar mampu
nafas
melakukannya secara
3.

Setelah diberikan
tindakan

1. Monitor vital sign

keperawatan

selama proses perawatan,


diharapkan
volume

kelebihan

pasien 2. Monitor bunyi dan


karakteristik nafas
teratasi, dengan kriteria
hasil :

cairan

mandiri
1. Memantau
perkembangan
tanda-tanda vital
2. Suara nafas terjadi
karena adanya/
aliran udara
melewati batang
trachea branchial
49

- Terbebas

dari

edema,

dan juga karena


adanya cairan,
mukus atau
sumbatan lain dari
saluran nafas

anasarka
- Bunyi nafas bersih, tidak
ada dispneu

3. Mengetahui
3. Monitor indikasi
retensi/kelebihan
cairan (edema
pulmonal, cacles)

perkembangan
indikasi
retensi/kelebihan
cairan ( edema
pulmonal, cacles)

4. Monitor tanda dan


gejala dari edema
4.

Setelah diberikan
tindakan

keperawatan

1. Kaji tingkat
kecemasan

selama proses perawatan,


diharapkan

kecemasan

pasien berkurang, dengan


kriteria hasil :
- Pasien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
- Vital sign dalam batas

4. Memantau tanda dan


gejala edema
1. Mengetahui tingkat/
keadaan cemas
pasien
2. Membantu menerima

2. Dorong pasien untuk


mengekspresikan
kecemasannya

situsi dan hal


tersebut harus
ditanggulanginya.
Menerima

stress

yang sedang dialami


tanpa denial, bahwa
segalanya akan
menjadi lebih baik.

normal
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

3. Memantau ada
tidaknya
3. Observasi

peningkatan

peningkatan

pernafasan,

pernafasan,
kegelisahan dan
kestabilan emosi.

kegelisahan dan
kestabilan emosi.

4. Bantu dengan teknik


relaksasi

4. Cemas berkurang
oleh karena
meningkatkan
relaksasi
5. Lingkungan yang
tenang dapat
mengurangi

5. Pertahankan

kecemasan

lingkungan yang
tenang dengan
meminimalkan
50

5.

stimulasi.
dilakukan 1. Kaji

Setelah
tindakan
selama

keperawatan
.

pasien

menunjukkan
tentang

proses penyakit dengan


kriteria hasil:
dan

menyatakan

pemahaman

tentang

penyakit,

kondisi,

prognosis dan program


pengobatan

Pasien

dari

penyakit

dan

bagaimana hal ini

keluarga
melaksanakan

anatomi
fisiologi,

dan
dengan

mampu

pengetahuan pasien.

3. Gambarkan
muncul
penyakit,

2. Memberitahukan
patofisiologi

dari

penyakit

dan

bagaimana
hubungannya dengan
anatomi dan fisiologi
penyakit

cara yang tepat.


tanda

dan gejala yang biasa


dan

tingkat

dan keluarga

berhubungan dengan

Pasien

keluarga

pengetahuan pasien

2. Jelaskan patofisiologi

pengetahuan

tingkat 1. Mengetahui

pada
dengan

3. Memberitahukan
tanda dan gejala yang
biasa muncul pada
penyakit

prosedur

cara yang tepat


4. Memberitahukan
yang dijelaskan secara 4. Gambarkan proses
proses penyakit
benar
penyakit,
dengan
5. Mengetahui

Pasien
dan
cara yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
keluarga
mampu
kemungkinan
penyebab
menjelaskan kembali apa
penyebab,
dengan
yang
dijelaskan
6. Memberikan
cara yang tepat
perawat/tim
kesehatan
informasi
tentang
6. Sediakan informasi
lainnya
kondisi pasien
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Sediakan

bagi

keluarga

informasi

tentang

kemajuan

7. Memberi

informasi

keluarga

tentang

kemajuan pasien

pasien dengan cara


yang tepat

J. EVALUASI
Dx 1 :Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane ventilasi-perfusi
Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
Bebas dari gejala distress pernafasan

51

Dx 2 :Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi dan kelelahan otot
pernafasan
Menunjukkan jalan nafas yang paten dan suara nafas yang bersih
Pernafasan dalamrentang normal
Dx 3 :Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (edema
pulmonal)
Terbebas dari edema,efusi
Bunyi nafas bersih,tidak adadyspneu/ortopneu
Dx 4 :Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai

berkurang
Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk
memecahkan masalah yang dialaminya

Dx 5 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Pasien dapat memahami tentang penyakit, penyebab, tanda dan gejala serta patofisiologi

penyakitnya
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan tentang penyakitnya, penyebabnya serta tanda
dan gejalanya

K. KOMPLIKASI
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
Abnormalitas obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
Defek difusi sedang
Hipoksemia selama latihan
Toksisitas oksigen dan sepsis

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
C. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Charlene J. dkk, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi Pertama. Salemba Medika : Jakarta
Hudak, C.M dan Barbara M. Gallo. 1997.Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC

52

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan :
Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C. dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol. 1
Edisi 8. Jakarta : EGC

53

You might also like