You are on page 1of 2

Definisi:

arti sempit : suatu metode pemeriksaan yg mempelajari & mencatat aktivitas listrik pd otot dg
menggunakan insersi jarum EMG.
Arti luas : semua studi elektrodiagnostik dr saraf perifer & otot.
Indikasi:
kelainan neuromuskuler a.l :
1.
Kelainan motor neuron (ALS, SMA, poliomielitis)
2.
Kelainan ganglion dorsal (neuron saraf sensoris) : paraneoplastik, autoimun,
toksik, infeksi.
3.
Radiks saraf spinal : hernisasi diskus, spondilosis, infark dan proses inflamasi.
4.
Pleksus : pleksopati krn radiasi, neoplasma dan penjepitan (entrapmen).
5.
Saraf perifer : entrapmen, polineuropati (axonal, demielinating & mononeuropati
multipleks).
6.
Neuromuscular junction : miastenia gravis, sindrom Eaton Lambert.
7.
Kelainan otot : distrofi otot, kelaianan otot (akibat gg metabolik, endokrin &
proses inflamasi.
Tahapan pemeriksaan EMG:
1.
Melakukan anamnesis & pemeriksan fisik yg baik.
2.
Membuat beberapa diagnosa banding.
3.
Merencanakan strategi pemeriksaan EMG yg akan dilakukan, sesuai dg
diagnosis banding yg telah dibuat.
4.
Memberiakn penjelasan kpd pasien tt prosedur pemeriksaan yg akan dilakukan.
5.
Melakukan pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS).
6.
Melakukan pemeriksaan EMG jarum (needle EMG) sbg pemeriksaan terakhir.
Dasar-dasar pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS):
Pemeriksaan KHS dilakukan dg cara meletakkan
Elektrode perekam :
- pd otot ( KHS motorik).
- Pd saraf ( KHS sensorik).
Elektrode stimulator : di atas saraf tepi yg diperiksa.
Potensial aksi yg terjadi :
- Saraf motorik : Compound Muscles Action Potential (CMAP)
- Saraf sensorik : Sensory Nerve Action Potential (SNAP)
Ada 3 jenis elektrode yg digunakan pada pemeriksaan KHS:
1. Elektrode aktif dan referens.
Diletakkan pada otot atau saraf yg diperiksa.
2. Elektrode ground.
Diletakkan di daerah yg tdk aktif (electrically inactive), di antara elektrode aktif
& referens.
3. Elektrode stimulasi.
Biasanya berupa 2 logam atau felt pad yg terpisah dg jarak 1,5 3 cm.
Persiapan Pemeriksaan KHS
Persiapan Ruang
1. Ruang pemriksaan EMG hrs mrpk ruang khusus, tdk campur dg pemeriksaan lain.
2. Lampu penerang digunakan bola lampu, bukan neon.
3. Tempat tidur/kursi hrs terbuat dr kayu.
4. Stop kontak utk mesin EMG hrs tersendiri.
5. Dinding ruangan tertutup sangkar Faraday.
6. Sediakan selimut/gaun utk rasa estetis (terutama px wanita).
Persiapan Alat
1. Periksa semua kabel penghubung & perhatikan hubungan kabel dg mesin EMG.
2. Ground utk mesin terpasang dg baik sblm mesin dihidupkan.
3. Persiapkan elektrode yg akan digunakan elektrode jarum harus steril.
4. Siapkan alat lain yg diperlukan ; kapas alkohol, gelly, pita pengukur, tinta
penanda, plester perekat, buku pencatat dll.
Persiapan Alat
1. Periksa semua kabel penghubung & perhatikan hubungan kabel dg mesin EMG.
2. Ground utk mesin terpasang dg baik sblm mesin dihidupkan.
3. Persiapkan elektrode yg akan digunakan elektrode jarum harus steril.
4. Siapkan alat lain yg diperlukan ; kapas alkohol, gelly, pita pengukur, tinta
penanda, plester perekat, buku pencatat dll.
Langkah-langkah Pemeriksaan:
1. Nyalakan mesin EMG, perhatikan bhw alat berfungsi dg baik/tdk.
2. Bersihkan area yg akan diperiksa dg alkohol.
3. Atur instrumen dg parameter yg sesuai ( filter, sweep speed, gain).

Filter
Berguna utk mengurangi interferensi di luar pita frekuensi (band width)
sinyal listrik yg diinginkan respon thdp pencatatan potensial motorik
& sebsorik optimal.
Pengaturan filter motorik : 10 10.000 Hz, sensorik : 20 2000 Hz.
Kecepatan Sweep
Utk menunjukkan gel potensial motorik & sensorik.
Kecepatan potensial : motorik : 2 -5 milidtk/devisi horizontal, sensorik :
1 -2 milidtk/devisi horizontal.
Sensitifitas ( Gain)
Utk menyesuaikan dg respon amplitudo motoris atau sensoris.
Sensitifitas : motorik : 1000-5000 volt/ divisi vertikal,
sensorik : 5 10 volt/ divisi vertikal.
4. Berikan jeli pd elektrode & tempelkan erat dg menggunakan plester.
Penempatan Elektrode

Respon motorik : elektrode aktif (pencatat) diletakkan di bagian


tengah otot ( muscle belly), elektrode referens di atas tendon otot
tsb.

Respon sensorik : elektrode aktif diletakkan pd segmen saraf yg


diperiksa.

Elektrode ground, baik respon motorik & sensorik ditempatkan pd


tulang yg menonjol antara elektrode stimulasi & elektrode aktif.
5. Stimulasi pd bagian distal mulai dg intensitas rendah kmd dinaikkan dg cepat
sampai mencapai supramaksimal. Perhatikan respon timbul (kontraksi otot &
rasa kesetrum). Lihat potensial aksi pd layar monitor. Catat latensi distal,
amplitudo dan btk gelombang.
6. Beri tanda pd titik stimulasi (katode) dg tinta.
7. Stimulasi sekali lagi pd bagian proksimal. Catat latensi proksimal, amplitudo &
btk gelombang.
8. Beri tanda pd titik stimulasi ( katode )
9. Ukur jarak antara titik stimulasi distal dan proksimal dg pita penggaris.
10.Hitung KHS dg rumus :

Pemeriksaan kecepatan hantar saraf motorik :


Stimulasi dg intensitas supramaksimal (20-30% diatas stimulus maksimal
mengenai slrh akson saraf.
Hasilnya berupa CMAP yg berbtk bifasik, diawali oleh defleksi negatif ( ke arah
atas dr garis datar ).
Beberapa istilah yg perlu diketahui :
Amplitudo (mV)
Diukur dr garis dasar sampai defleksi negatif pertama.
Menggambarkan jml akson yg dpt terangsang.
Besar kecilnya amplitudo menunjukan keadaan akson sepjg perjalanan dr
motorneuron/cornu ant sampai saraf motorik
Amplitudo CMAP : lesi motor neuron, lesi radiks, lesi pleksus & lesi
saraf perifer.
Durasi (mdet).
Diukur dr defleksi pertama sampai titik di mana gel tsb memotong garis
dasar lagi.
Menunjukan kemampuan serabutsaraf utk menghantarkan impuls dlm
waktu yg relatif bersamaan (sinkron).
Latensi (mdet)
Diukur dr stimulus artefak sampai defleksi pertama dr garis dasar.
Mengukur konduksi serabut motorik tercepat.
Latensi yg timbul krn stimulus pd tempat yg paling distal dr ekstremitas
Latensi distal.
Terdiri :
- Nerve conduction time : waktu konduksi impuls saraf.
- Neuromuscular transmission time : waktu transmisi NMJ
- Muscle fiber propagation time : waktu yg dibutuhkan utk konduksi impuls
di spjg membran otot sampai ke elektrode pencatat.
Pengukuran KHS motorik, CMAP direkam minimal pd 2 lokasi sepjg saraf krn
adanya Neuromuscular transmission time dan Muscle fiber propagation time.

Utk menghiting KHS motoris minimal dibutuhkan 2 titik stimulasi. Dg stimulasi


saraf pd 2 titik yg berbeda sepanjg perjalanannya dan menetapkan interval waktu
antara stimulus msg2 respon maka dpt dihitung KHS

Berdasarkan latensi distal, amplitudo dan KHS dpt diket jenis neuropati aksonal,
demielinating atau campuran aksonal-demielinating

Pemeriksaan kecepatan hantar saraf sensorik :


Stimulasi serabut saraf sensoris menghslkan potensial aksi : SNAP.
Menggambarkan fungsi inttegritas ganglion dorsalis (neuron sensoris) beserta seluruh
akson sensoris.
Teknik :
Ortodromik : stimulasi dikerjakan di distal, elektrode pencatat di proksimal.
Antidromik : sebaliknya.
Diukur latensi yg didapat dr stimulasi ke respon yg ditimbulkan.
Diperhatikan jg amplitudo, durasi dan bentuk (konfigurasi) dr potensial aksi.
SNAP berguna utk menentukan dx radikolopati lesi mengenai bag. Proksimal
ganglion dorsalis (pre-ganglion), gambran SNAP normal.
Lesi pd ganglionopati, pleksopati atau neuropati aksonal gambaran SNAP abnormal
(amplitudo rendah/nihil).
Beberapa istilah yg perlu diketahui :
F-Wave
Mrpk potensial hsl rangsangan yg bersiifat antidromik utk mengetahui lesi
proksimal.
Mengukur latensi dr stimulator ke kornu ant. melalui jalur motorik & kembali
ke elektrode perekam.
Tiap respon F berbeda latensi, konfigurasi & amplitudonya.
Latensi paling pendek dianggap mewakili serabut motorik yg paling besar &
paling cepat.
Hal-hal yg harus diperhatikan pd pengukuran F-Wave :
Latensi minimal & maksimal.
Persistensi : % jml gel F yg didpt pd sejml stimulasi normal 80-100%
dan selalu >50%.
Kronodispersi : perbeaan antara respon F min & mak. Pd org normal
extr sup kronodispersi s/d 4 mdet, extr inf s/d 6 mdet
H-Reflex
Dikemukakan pertama kali olh Hoffman (1918).
Digunakan utk mengetahui lesi proksimal.
Merupakan CMAP yg ditimbulkan olh stimulasi submaksimal serabut aferen
Ia.
Stimulus serabut Ia penjalaran impuls sesuai jalur refleks tendon : serabut
sensoris cornu post. cornu ant. serabut motoris otot
Dg stimulus submax rendah & durasi panjang serabut 1a terangsang dan Hrefleks mulai muncul pd latensi 25-34 mdet.
Bila stimulus di perlahan amplitudo H-refleks semakin & latensi
semakin.
Bila stimulus dinaikkan terus potensial M >> & H-refleks <<.
Pd stimulus supramax saraf Ia & akson motorik dirangsang dg intensitas tgg
tjd tabrakan di proksimal dr H-refleks yg berjln ke bawah H-refleks
menghilang, digantikan dg respon F & amplitudo potensial M.
Hal yg hrs diperhatikan pd pengukuran H-refleks :
Latensi minimal. Dibandingkan dg sisi yg normal. Perbedaan bermakna
bila > 1,5 mdet.
H/M ratio : perbandingan antara amplitudo H-refleks dg amplitudo gel. M
( diukur peak to peak). Normal >50%.

Timbul potensial polifasik < 10-20%.


Abnormal:
Incomplete interference patern
Potensial polifasik / giant potential

Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi konduksi saraf dan EMG :

Pemeriksaan EMG Jarum :


Hal-hal yg harus diperhatikan :
1. Kondisi kulit.
2. Infeksi
3. Gangguan pembekuan darah & antikoagulan.
4. Obesitas
5. Nyeri
Tahap-tahap Pemeriksaan EMG Jarum
1. Dalam keadaan istirahat
Kalibrasi diatur 20 uV/cm, sweep speed pd 5-10 mdet/cm.
Jarum ditusukkan ke kulit dg cepat.
Otot yg diperiksa harus relax :
Mengalihkan perhatian ajak bicara
Ganjal pd anggota gerak / manipulasi pasif anggota gerak
Kontraksi otot antagonis
Normal, pd waktu istirahat tidak memperlihatkan aktivitas listrik.
Pada gangguan saraf / otot, timbul potensial patologis : aktivitas spontan
Positif sharp wave
Fibrilasi
2. Aktivitas Insersional
Kalibrasi 50-100 uV/cm, sweep speed 5-10 mdet/cm.
Ditimbulkan dg mengerakkan jarum scr cepat pd otot.
Normal : terlihat / terdengar potensiallistrik yg cepat dan segera berhenti
saat jarum dihentikan.
Abnormal : aktivitas insersional atau
fibrilasi, fsikulasi, atau gel. Bizare.
3. Kontraksi Minimal
Kalibrasi 100-200 uV/cm, sweep speed 5-10 mdet/cm.
Penderita diminta menggerakkan / konttraksi ringan otot yg diperiksa.
Normal : tampak potensial bifasik / trifasik.
Abnormal : polifasik.
Pd kontraksi minimal : garis dasar (baseline) tetap nyata.
4. Kontraksi Maksimal
Kalibrasi 500-1000 uV/cm, 10 mdet/cm.
Penderita diminta mengkontraksikan otot scr maksimal dg memberikan
tekanan yg berlawanan.
Tarik jaruk ke subkutan sblm menyuruh kontraksi.
Masukkan jarum sampai mdpt MUAP dg rest-time yg cepat.
Suruh px membuat gerakan pd otot yg diperiksa.
Normal :
baseline akan hilang.
Complete interference patern
Timbul potensial bi/trifasik

You might also like