You are on page 1of 64

ADAPTASI, KERUSAKAN &

KEMATIAN SEL
Tim Patologi Anatomi
Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
1

Patologi: Pathos (penyakit) dan Logos (ilmu).


Arti lebih spesifik, patologi merupakan disiplin ilmu yang
menjembatani ilmu kedokteran dasar dan klinis, mempelajari
perubahan struktur dan fungsional sel, jaringan, dan organ, yang
mendasari suatu penyakit.

Introduction to Pathology

Patologi:
General Pathology: mempelajari reaksi dasar yang terjadi pada sel dan
jaringan terhadap stimulus abnormal yang mendasari penyakit.
Special / systemic Pathology: mempelajari respons spesifik jaringan
atau organ tertentu terhadap stimulus.

etiologi
pathogenesis
perubahan morfologi
manifestasi klinis

Empat aspek penyakit yang dipelajari dalam patologi:

Etiologi: penyebab, dibagi 2:


Intrinsik atau genetik
didapat (acquired)
Pathogenesis: urutan terjadinya respons sel atau jaringan terhadap
suatu agent penyebab, mulai dari stimulus awal sampai timbulnya
suatu penyakit.
Perubahan Morfologi: perubahan struktural pada sel atau jaringan,
yang merupakan karakteristik suatu penyakit.
Manifestasi Klinis: perubahan morfologi yang terjadi pada berbagai
jaringan / organ mempengaruhi fungsi dan menentukan gambaran
klinis, perjalanan penyakit, dan prognosis suatu penyakit.

Sel normal selalu dalam keadaan homeostasis.


Stress fisiologis dan stimulus patologik tertentu akan menyebabkan
adaptasi sel secara fisiologik dan morfologik, sehingga akan tercapai
suatu keadaan baru yang dapat mempertahankan viabilitas dan
fungsi sel.

Respon Seluler terhadap Stress dan


Stimulus Berbahaya

Sel memberikan respons terhadap peningkatan kebutuhan dan


stimulus external melalui hiperplasi atau hipertrofi.
Respons sel terhadap penurunan supply nutrisi maupun growth factor
menyebabkan atrofi pada sel.
Sel juga dapat mengalami perubahan dari satu tipe sel ke tipe sel lain,
disebut metaplasi

Adaptasi Sel terhadap Stress

1.Hiperplasi
Hiperplasi adalah peningkatan jumlah sel dalam
suatu jaringan / organ, dan biasanya
mengakibatkan peningkatan volume jaringan /
organ tersebut.
Hiperplasia hipertrofi, tetapi keduanya dapat
terjadi bersamaan & dapat dirangsang oleh
stimulus yang sama.
Hiperplasia terjadi pada sel yang mampu
mensintesis DNA dan melakukan pembelahan
(mitosis).
Hiperplasia:
Fisiologis
Patologis

Kebanyakan disebabkan karena stimulasi hormon atau growth factor


yang berlebihan.
Contoh:
Hiperplasia endometrium ( estrogen hiperplasia)
bila stimulasi terhenti proses berhenti.
Hiperplasia patologis merupakan tanah yang subur bagi pertumbuhan
kanker.
Pasien dengan hiperplasia endometrium mempunyai resiko lebih tinggi
untuk menderita kanker endometrium.

Hiperplasia Patologis

Definisi: peningkatan ukuran sel karena meningkatnya sintesis


komponen struktural (organel) sel mengakibatkan peningkatan
ukuran suatu organ.
Hipertrofi no new cells, but larger cells.
Terjadi pada sel yang tidak dapat membelah (sel permanen),
seperti sel otot lurik dan otot jantung.
Hipertrofi:
Fisiologis
Patologis

10

2 Hipertrofi.

Hipertrofi Fisiologis:
Beban kerja otot meningkat hipertrofi otot, seperti pada bodybuilders.
Hipertrofi & hiperplasia dapat terjadi bersamaan, contoh: pembesaran
uterus selama kehamilan
Hipertrofi otot jantung karena chronic hemodynamic overload (akibat
hipertensi maupun kelainan katup).
Hipertrofi >> cardiac failure degenerative changes: lisis kontraktil
element myofibril & sel myosit mati.

11

Hipertrofi Patologis:

12

Uterus masa kehamilan

13

Jantung dengan hipertensi Sistemik

Definisi: mengecilnya (shrinkage) ukuran sel karena kehilangan


substansi (organel) sel.
Apabila sel yang mengalami atrofi cukup banyak, maka seluruh
jaringan / organ akan mengecil ukurannya.
Atrofi:
Fisiologik: contohnya atrofi ductus thyroglossus, thymus
Patologik: tergantung penyebabnya, dapat bersifat lokal / general.

14

3 Atrofi

Penurunan beban kerja (atrophy of disuse)


Hilangnya persarafan (denervation atrophy)
Berkurangnya blood supply
Nutrisi tidak adekuat
Kurang / tidak ada stimulasi hormon
Aging (senile atrophy)
Tekanan (pressure)

15

Penyebab atrofi ( penamaan):

16

17

Atrofi ginjal kanan krn atherosceloris pada arteri renalis

Definisi: perubahan reversible satu jenis sel dewasa (epitelial


maupun mesenkimal) menjadi sel dewasa jenis lain.
contoh metaplasia pada epitel:
Epitel columnar bersilia bertatah / skuamous pada tractus
respiratorius perokok berat
Batu pada saluran kelenjar liur, pancreas, atau kandung empedu:
metaplasia epitel columnar bertatah.
Barret esophagus: metaplasia sel skuamous columnar karena
pengaruh reflux asam lambung.
Metaplastik sel lebih tahan terhadap lingkungan, namun
merubah fungsi sel sebelumnya.

18

4 Metaplasia

19

Persisten metaplasia dapat memicu terjadinya


perubahan keganasan pada epitel metaplastik.

Bukan termasuk adaptasi !


Dis: salah / sakit, plasia: pertumbuhan
Merupakan pertumbuhan yang tidak mengikuti aturan normal,
dimana terjadi hilangnya keseragaman sel secara individual dan j
uga hilangnya orientasi susunan sel dalam jaringan.
Derajat displasia: ringan sedang berat.
Pada fase awal, masih mungkin kembali normal.
Displasia: sering merupakan pendahulu kanker, contoh: displasia
cervix.

20

Displasia

21

Overview of Cell Injury & Cell Death

INFLAMASI
22

GAMBARAN UMUM
INFLAMASI
Proses peradangan adalah reaksi kompleks protektif terhadap
jejas serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang
diakibatkan kerusakan sebelumnya.
Sel-sel terdiri dari respon vaskuler, migrasi dan aktivasi dari
leukosit dan reaksi sistemik

23

Inflamasi terbagi menjadi 2 pola


dasar
INFLAMASI AKUT
Berlangsung relatif singkat (beberapa menit hari), ditandai
eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi neutrofil
yang menonjol bila gagal :

INFLAMASI KRONIS
Berlangsung lama, ditandai adanya limfosit dan macrophage
disertai proliferasi pembuluh darah, fibrosis dan kerusakan
jaringan.

24

Cardinal signs of (acute)


inflammation

Rubor = redness
Tumor = swelling
Calor = heat
Dolor = pain
(described by Celsus 1st. Century AD)

Functio laesa = loss of function


(added by R. Virchow)

25
Cellulits = acute skin infection commonly caused
by Streptococcus pyogenes or Staphylococcus
aureus

STIMULI PADA PERADANGAN


AKUT
Infeksi (bakteri, virus, parasit) dan toksin mikroba
Jaringan nekrosis : akibat trauma (tumpul, penetrasi), jejas fisik,
kimia (thermal injury misal: luka bakar, radiasi, bahan kimia)
Benda asing
Reaksi imunitas (reaksi hipersensitivitas)

26

Inflamasi akut melibatkan:


Perubahan kaliber vaskuler
stl vasokronstriksi singkat (detik),
terjadi vasodilatasi aliran darah
meningkat merah dan hangat
(rubor, calor)

perubahan microvasculature
peningkatan permeabilitas thd
protein plasma dan sel bengkak
(tumor) Kehilangan cairan
konsentrsi sel darah merah &aliran
darahlambat (stasis)

emigrasi lekosit dari


microcirculation
krn stasis dan aktivasi merangsang
emigrasi menuju tempat jejas.

27

Kemotaksis
Emigrasi leukosit di dalam jaringan menuju tempat jejas
sepanjang gradient kimiawi
Stimuli:
Exogenus agent : produk dari bakteri
Endogenous agent : berbagai mediator kimia

28

Fagositosis
Tahap-tahap:
1. Recognition and attachment sebagian besar difasilitasi
oleh Opsonin
2. Engulfment
3. Killing and degradation
Setelah fagositosis selesai, leukosit mengalami kematian sel
sec. apoptosis

29

zzzzzzzzzzzzzz

30

Morfologic Pattern of Acute


Inflammation
1.
2.
3.
4.

SEROUS INFLAMMATION
FIBRINOUS INFLAMMATION
SUPPURATIVE OR PURULENT INFLAMMATION
ULCER

31

Different morphological patterns of acute inflammation can be found depending on the


cause and extend of injury and site of inflammation

Serous inflammation

Purulent inflammation

32
Fibrinous inflammation

ulcers

OUTCOMES OF ACUTE
INFLAMMATION
Complete resolution
Healing by connective tissue replacement (fibrosis)
Progression to chronic inflammation

33

Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas/ berlangsung singkat
Tidak ada kerusakan jaringan/ kecil
Jaringan mampu menggantikan setiap sel yang cedera
Terjadi perbaikan terhadap normalitas histologis dan fungsional

34

Pembentukan jaringan parut atau fibrosis


Destruksi jaringan substansial/ tidak beregenerasi
Eksudat fibrinosa yang luas organisasi fibrosis

Berlangsung menjadi inflamasi kronik


mengikuti inflamasi akut atau responnya kronik sejak awal,

Misal: Infeksi virus, jejas yang persisten, penyakit


autoimun.

35

36

INFLAMASI KRONIK
Inflamasi yang memanjang (berminggu-minggu, berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun) dan terjadi inflamasi aktif , jejas
jaringan dan penyembuhan secara serentak

37

Inflamasi Kronik Ditandai


Dengan:
Infiltrasi sel Mononuclear ( Macrophage, Lymphosit dan
Plasma Cell)
Destruksi jaringan
Penyembuhan, meliputi proliferasi pembuluh darah baru
(angiogenesis) dan fibrosis

38

Inflamasi kronik dapat terjadi


pada:
INFEKSI VIRUS
Infeksi intrasel, perlu limfosit (dan makrofag) untuk
mengidentifikasi serta eradikasi

INFEKSI MIKROBA PERSISTEN


Misal: TBC, Treponema pallidum
Mengakibatkan patogenitas langsung yg lemah, menimbulkan
respos imun hypersensitifitas lambat, menghasilkan radang
granulomatosa

39

PAPARAN INFLAMASI YANG LAMA TERHADAP AGEN YANG


BERPOTENSI TOKSIK
Misal: paparan material eksogen yang tak dapat didegradasi, misal
partikel silika terinhalasi.

PENYAKIT AUTOIMUN
Misal: Artritis Rheumatoid

40

PAPARAN INFLAMASI YANG LAMA TERHADAP AGEN YANG


BERPOTENSI TOKSIK
Misal: paparan material eksogen yang tak dapat didegradasi, misal
partikel silika terinhalasi.

PENYAKIT AUTOIMUN
Misal: Artritis Rheumatoid

41

Tissue Repair:
Regeneration,
Healing, and
Fibrosis
42

Definisi
Repair/perbaikan : pemulihan arsitektur dan fungsi jaringan
setelah jejas
Regeneration/regenerasi : proses untuk mengganti
komponen yang rusak kembali ke keadaan normal
Healing : ketidakmampuan untuk restitusi lengkap /
struktur penyangga jaringan rusak parahjar ikat
(fibrous) jaringan parut

43

44

45

Kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirinya dipengaruhi


oleh kapasitas proliferasi intrinsiknya 3 Tipe jaringan :
1. jaringan labil
2. jaringan stabil
3. jaringan permanen

46

1. Jaringan labil :
- continuously dividing cells
- terus menerus hilang dan digantikan oleh
maturasi dari sel induk serta proliferasi dari sel
matur
- sel2 hematopoetik di sumsum tulang, sebagian
besar epitel permukaan (epitel bertatah kulit,
mukosa rongga mulut, vagina, serviks ; epitel
kubis yang melapisi saluran klj liur, pankreas, sist
bilier; epitel kolumnar sal cerna, uterus, tuba
falopi; epitel transisional traktus urinarius)

47

2. Jaringan stabil
- quiescent cells (dalam tahap G0 dari siklus sel)
- normal : aktivitas replikasi yang minimal
mampu berproliferasi dalam responnya thd
jejas atau hilangnya massa jaringan
- meliputi jaringan solid spt liver, ginjal,
pankreas; sel endothel, fibroblast, set otot
polos
- kapasitas terbatas untuk regenerasi setelah
jejas (kecuali liver)

48

3. Jaringan permanen
- Sel-sel jaringan ini dianggap terminally differentiated dan
nonproliferative dalam kehidupan postnatal (nondividing
cells).
- neuron dan sel-sel otot jantung
- Jejas ireversibel, perbaikan dengan membentuk jaringan
parut

49

Perbaikan dengan Jaringan Ikat


Jejas jaringan sangat berat,
Jejas kronik
Rusaknya sel parenkim dan stroma,
Sel permanen
Perbaikan regenerasi mengganti sel yg tdk beregenerasi
dgn jar ikat, atau kombinasi regenerasi bbrp sel dengan
pembentukan jar parut

50

51

Aspek Patologis dari Perbaikan Jaringan


Komplikasi dari penyembuhan luka dpt timbul
akibat dari abnormalitas komponen dasar pada
proses perbaikan 3 grup kelainan:
1. Pembentukan jar granulasi dan parut yang
inadekuat wound dehiscence & ulceration
2. Pembentukan komponen proses perbaikan
yang berlebihan hypertrophic scars & keloid
3. kontraktur
52

Aspek Patologis dari Perbaikan Jaringan


Komplikasi dari penyembuhan luka dpt timbul
akibat dari abnormalitas komponen dasar pada
proses perbaikan 3 grup kelainan:
1. Pembentukan jar granulasi dan parut yang
inadekuat wound dehiscence & ulceration
2. Pembentukan komponen proses perbaikan
yang berlebihan hypertrophic scars & keloid
3. kontraktur
53

54

55

PENYAKIT INFEKSI
( INFECTIOUS DISEASE )
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme patogen dalam
tubuh manusia (host),
Timbul perubahan/kerusakan sel & jaringan menimbulkan
keluhan penderita disertai gejala klinik.

56

Sistem Pertahanan Tubuh


Manusia
Kulit & mukosa yg intak dg secret excretorisnya (pasif)
Sel-sel radang / RES termasuk plasma protein dan
mediator-mediator
Reaksi Imunologis (T & B Limfosit)

57

Microorganisme masuk
melalui saluran-saluran
yang ada pada tubuh
manusia :
Inhalasi
Ingestion
Hubungan seksual
Gigitan serangga /
hewan / injeksi

58

KULIT
Permukaan luar dihuni bakteri & jamur patogen/ komensal
Infeksi terjadi :

Kulit terkena trauma, luka


Gigitan nyamuk, suntikan dll
Mikroorganisme aktif masuk (enzym bakteri, larva cacing)
Jamur menyerang lapisan keratin

Sifat kulit : tebal, berlapis, pH rendah (5,5)

59

Epitel bertatah/epidermis (kiri) & epitel


silindris/mukosa (kanan)

60

Saluran Nafas :

Bag atas : Hidung sampai trachea


Bag bawah : Trachea-bronchus-alveoli
Mucocilliaris bronchus & reflex batuk mencegah infeksi
Mucocilliaris terganggu/rusak :
- asap rokok, bahan irritant
- asam lambung pada regurgitasi
- trauma pada intubasi
- akibat infeksi virus , dll

61

Saluran Cerna :
Mulai mulut, esofagus, gaster, usus sampai rectum
Perlindungan terhadap infeksi :
- Enzym pencernaan pada mulut
- Asam lambung
- Enzym litik pancreas & empedu
- Epitel mukosa usus, membentuk mukus layer
- Ig A antibodi
- Kuman komensal & rutin defekasi

62

Uro Genital :

Urine yang asam


Sfingter urethra
Pada wanita : Vagina asam serta sumbat lendir pekat cervix
Wanita lebih rentan terkena nfeksi jarak kandung kemih dg kulit
(panjang uretra) wanita 5 cm, pria 20 cm)

63

64

You might also like