You are on page 1of 3

1.

Berpikir Lateral
Tuhan menganugerahi manusia dengan kelebihan pada kemampuan berpikir
manusia yang diatas rata-rata semua mahkluk hidup di dunia, salah satunya
adalah kelebihan berpikir cepat dan reflek. Otak dapat memilah data mana
yang diperlukan untuk menghadapi kondisi tertentu dengan cepat. Otak tidak
akan memproses semua data yang ada namun hanya memproses data yang
dibutuhkan saja. Contohnya adalah gerak reflek, saat kita terjatuh badan kita
akan secara otomatis melindungi bagian kepala karena menurut data yang otak
terima, kepala adalah pusat aktifitas manusia sehingga wajib dilindingi.
Meskipun memiliki manfaat yang luar biasa tersebut, kemampuan tersebut
memiliki satu kelemahan besar yang dimana akan mematikan kreatifitas. Secara
alamiah, otak akan memproses data yang diperlukan saja, artinya hanya data
yang dianggap benar yang akan di proses sementara berpikir kreatif tidak
memandang benar dan salah. Ketika kita memikirkan berbagai kemungkinan dan
solusi yang ada, otak akan memilah data-data tersebut dan kemudian akan
memprosesnya dengan data yang ada kemudian memberikan label benar dan
salah kepada ide tersebut sehingga akan ada ide yang disingkirkan atau
dibuang. Hal ini tentu akan mengurangi peluang menemukan ide yang brilian.
Berpikir lateral menghapus cara tersebut. Berpikir laterla memberikan jalan
untuk me-restrukturisasi dan keluar dari metode lama dan memancing cara baru
(de Bono, 1970). Cara berpikir ini akan meningkatkan kreatifitas karena akan
memaksimalkan semua kemampuan natural dari kita dalam mencari ide dan
sesuatu yang baru tanpa harus takut salah atau benar.
Lawan dari berpikir lateral adalah berpikir vertikal. Berpikir vertikal bertujuan
mencari jalan mana yang paling menjanjikan untuk menyelesaikan masalah,
dengan kata lain berpikir vertikal adalah cara selektif. Berpikir lateral bertujuan
menyederhakan masalah yang bertujuan mencari berbagai macam solusi yang
bisa digunakan. Bila diimajinasikan, berpikir vertikal bagaikan mencari jalan
dengan berpandukan Global Positioning System (GPS), hanya berpaku dengan
rute yang disediakan padahal banyak jalan yang lebih cepat. Sedangkan berpikir
lateral bagaikan berjalan melewati jalan-jalan penyingkat yang tidak biasa,
mengkaji berbagai kemungkinan agar sampai lebih cepat di daerah tujuan.
Kemampuan vertikal akan menjamin paling tidak solusi minimal, sementara
kemampuan lateral tidak akan menjamin apapun namun meningkatkan
kemungkinan solusi yang lebih optimal.
Lantas bagaimanakah caranya agar kita bisa melatih prinsip berpikir ini ?
Pertama adalah hentikan menggunakan pendapat yang ada. Kebutuhan untuk
selalu benar kadang menjadi masalah yang paling besar bagi seseorang untuk
menjadi kreatif. Ketika anda mengekemukakan sebuah ide, hal pertama yang
dikaji adalah apakah ide itu benar atau salah sesuai prinsip yang ada. Maka jika
anda ingin menjadi orang yang kreatif, hilangkanlah stigma tersebut. Dengan
menunda atau menghilangkan pendapat benar salah akan meningkatkan

kemuningkan munculnya ide-ide segar yang sebelumnya terkurung dalam kotak


benar salah.
Ada beberapa panduan yang bisa digunakan jika cara pertama sudah bisa
diterapkan, pertama adalah jangan terburu-buru untuk mengevaluasi sebuah ide
yang muncul, eksplorasi ide lebih penting. Dengan begitu anda akan lebih tau
tentang ide tersebut dan mungkin akan memunculkan ide baru. Kedua adalah
ketika ide itu jelas sekali salah, pikirlah kenapa ide tesebut bisa salah dan
kemudian bagaimana caranya agar ide tersebut bisa bermanfaat. Ketiga tunda
untuk segera mengganti ide yang ada selama mungkin, hal ini akan menjadi
stimulus bagi ide yang lain. Terakhir adalah biarkan ide itu mengalir daripada
anda harus memaksanya ke jalan benar dan salah.
Kedua adalah fraksinasi. Sebuah masalah yang besar memiliki masalah yang
kompleks di dalamnya, tidak hanya sekedar apa masalahnya dan dimana letak
masalah tersebut. Tentu akan banyak pertanyaan seperti contoh pada masalah
bongkar muat di pelabuhan yang diklaim lambat. Kenapa hal itu bisa terjadi ?
ternyata masalahnya ada pada pekerja yang sudah tua, jalan pemasok barang
yang tidak rata, ketidaksiapan infrastruktur seperti gudang, tidak adanya
kordinasi antara mandor dengan anak buah dan lain semacamnya. Maka cara
fraksinasi berarti memecah masalah besar menjadi pecahan-pecahan masalah
yang lebih kecil. Buatlah daftar dari apa saja yang sebenarnya membentuk
sebuah masalah besar tadi kemudian susunlah masalah-masalah kecil tersebut
dalam tabel yang terstruktur. Kemudian gabungkanlah satu-dua masalah
tersebut menjadi satu solusi yang bisa mengatasi keduanya sehingga lama
kelamaan masalah besar tersebut akan selesai. Intinya, fraksinasi adalah
membagi masalah besar menjadi masalah-masalah kecil yang kemudian dapat
dicari pemecahan masalahnya.
Ketiga adalah pembalikan. Jika dengan konsep pemikiran yang biasa masalah
belum terselesaikan, maka buanglah konsep umum, tinggalkan segala atribut
benar salah dan mulailah berpikir dengan cara yang tidak biasa. Misalnya ketika
anda ingin mengenakan gaun yang menarik saat pesta sementara anda tidak
punya cukup uang untuk membeli sehelai gaun maka rajutlah kain-kain bekas
dengan pola yang anda inginkan tambahkan manik-manik dan jadilah sebuah
konsep berpikir yang out of the box, keluar dari jalur yang biasa.

2. Metafora dan analogi


Metafora adalah kata atau frasa yang memiliki arti secara tidak langsung.
Analogi mengekspresikan sesuatu yang sama dari dua benda yang tidak sama
seperti kulitmu semulus kain sutra. Kedua pemikiran ini sama-sama menolak
konsep yang sudah ada dan mendobrak untuk mencari sesuatu yang berbeda,
perspektif atau sudut pandang baru yang dapat membuat solusi atau ide baru.
Pada intinya, metafora dan anaolgi adalah sebuah pemikiran yang mencari sudut
perspektif baru yang sebelumnya belum pernah dilihat orang untuk

menyelesaikan masalah yang ada. Contohnya pada analogi de Bono (1970)


dalam memancing dan merekrut personil untuk managemen. De Bono melihat
proses perekrutan sebagai sesuatu yang tidak berbeda dengan memancing.
Dalam memancing, pertama anda harus mencari tempat yang tepat untuk
memancing, hal ini dianalogikan dengan anda harus mencari tempat yang tepat
untuk mencari calon-calon manajer yang berkualitas seperti di kampus ternama
atau tempat lain. Kemudian anda harus memiliki alat pancingan yang
dianalogikan sebagai media penyampaian, mulai dari koran, internet, mulut ke
mulut dan umpan ikan yang dianalogikan sebagai tawaran gaji, fasilitas dan lainlain.
Dengan menggunakan prinsip metafora dan analogi, anda akan lebih cepat
menghasilkan sebuah ide karena anda melihat masalah itu dari sudut yang
berbeda, dari titik permasalahan yang berbeda sehingga akan memperkaya
pemahaman anda tentang masalah tersebut.

You might also like