You are on page 1of 12

MODUL 1 TAHAP OUTPUT PENGUAT DAYA

Naufal Ridho H (13214008)


Asisten: Febri Jonathan S. (13213032)
Tanggal Percobaan: 26/09/2016
EL3109-Praktikum Elektronika 2

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
Abstrak
Pada percobaan ini, praktikan akan melakukan
pengamatan terhadap output penguat daya kelas A, B, dan
AB. Praktikan mengamati dan mengenali penguat
berdasarkan bagian fungsi sinusoidal saat transistor
konduksi. Praktikan juga mengukur dan menganalisa
distorsi pada setiap kelas. Selain itu, praktikan juka
mengukur dan menganalisa daya dan efisiensi setiap kelas
penguat. Kemudian praktikan akan menganalisa
rangkaian termal sederhana untuk transistor daya.

2.
2.1

STUDI PUSTAKA
Tahap Output Penguat kelas A

Tahap output penguat kelas A untuk konfigurasi


Emitor Bersama (Common Emitter) tampak pada
Gambar 1.

Kata kunci: klasifikasi penguat, tahap output,


distorsi, daya, efisiensi
1.

PENDAHULUAN

Percobaan modul pertama ini membahas


mengenai karakteristik dari penguat kelas A, AB
dan B. Komponen yang dipakai untuk merangkai
penguat adalah BJT. Karakteristik tersebut
meliputi daya, efesiensi, dan distorsi pada tiap
jenis penguat daya.
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai
berikut,
a. Mengamati dan mengenali klasifikasi penguat
berdasarkan bagian fungsi sinusoidal saat
transistor konduksi
b. Mengukur dan menganalisa distorsi pada
tahap output penguat pada kelas A, B, dan AB.
c. Mengukur dan menganalisa daya dan efisiensi
penguat kelas A, B, dan AB.
d. Mengamati, mengukur, dan menganalisa
rangkaian termal sederhana untuk transistor
daya (opsional).

Gambar 1 Rangkaian tahap output penguat


kelas A
Transistor Q1 selalu konduksi pada seluruh
selang sinyal input sinusoid. Sumber arus IBias
menarik arus dari transistor Q1 dan beban RL.
Saat tegangan input sekitar nol, arus yang ditarik
sumber IBias akan diberikan oleh transistor Q1
sehingga beban mendapat arus dan tegangan
mendekati nol. Dalam keadaan tanpa input

transistor pada tahap penguat kelas


menghantarkan arus sebesar arus biasnya.

Saat tegangan input terendah maka arus yang


ditarik sumber akan datang dari beban RL
sehingga beban akan mendapat tegangan
terendah negatif Ibias RL. Saat tegangan input
tertinggi maka transistor Q1 akan memberikan
arus lebih dari yang ditarik sumber arus
sehingga beban akan memberoleh arus dan
tegangan tertinggi positif. Untuk memperoleh
ayunan tegangan tertinggi pada beban maka
digunakan arus bias dan beban yang memenuhi
hubungan sebagai berikut
=
Arus yang diberikan oleh transistor Q1 akan
berkisar dari 0 hingga 2xIBias.
Distorsi pada penguat kelas A yang paling
menonjol adalah distorsi saturasi. Distorsi ini
terjadi ketika isinyal input sangat besar sehingga
tegangan kolektor-emitor transistor mencapai
nilai tegangan saturasi dan tegangan output
sudah mendekati tegangan catu dayanya.
Rangkaian bias berupa sumber arus untuk tahap
output penguat kelas A dapat direalisasikan
dengan berbagai jenis sumber arus, misalnya
dengan cermin arus. Pada percobaan ini
digunakan rangkaian sumber arus dengan
seperti digambarkan pada Gambar 2-1b.

Gambar 2 Rangkaian sumber arus untuk bias


output penguat kelas A
Arus bias untuk rangkaian tersebut dapat
diperkirakan dengan memanfaatkan persamaan
berikut
=

(2 (1 + 2))
12 + ( + 1)3(1 + 2)

Pada penguat daya kelas A sumber arus bias


akan selalu mendisipasikan daya mendekati VCC
IBIAS. Daya yang terdisipasi pada transistor tahap
output akan berkisar dari VCC IBIAS saat
amplituda tegangan input nol hingga VCC IBIAS/2
saat amplituda input maksimum (mendekati
VCC).
2.2

Penguat kelas B push-pull

Penguat kelas B pushpull menggunakan


pasangan transistor NPN dan PNP (juga nMOS
dan pMOS) yang seimbang dengan konfigurasi
emitor bersama. Rangkaian dasar untuk tahap
ouput penguat kelas B pushpull tampak pada
Gambar 2-2a.

2
2

Dengan demikian daya terdisipasi pada masingmasing transistor akan bergantung pada
amplituda tegangan output atau tegangan
inputnya.

2
)(
= (
)

Gambar 3 Penguat Push pull kelas B


Pada penguat pushpull kelas B transistor NPN
dan PNP bekerja bergantian. Saat siklus tegangan
input positif maka junction base-emitter transistor
QN akan mendapat tegangan maju sehingga
transistor QN konduksi sedangkan junction baseemitter transistor QP akan mendapat tegangan
mundur sehingga transistor QP dalam keadaan
cut-off. Sebaliknya saat siklus tegangan input
negatif junction base-emitter transistor QP yang
akan mendapat tegangan maju dan transistor QP
konduksi dan QN dalam keadaan cut-off.
Adanya tegangan cut-in pada perilaku junction
menyebabkan proses transisi transistor yang
konduksi dari QN ke QP dan sebaliknya akan
melalui saat kedua transistor dalam keadaan cutoff. Keadaan tersebut menyebabkan sinyal
output terdistorsi.
Pada penguat kelas B, dengan menganggap
tegangan cut-in nol, arus yang diberikan catu
daya dapat didekati sebagai half wave rectifed
sinusoidal wave untuk masing-masing transistor.
Dengan demikian daya rata-rata yang diberikan
catu daya akan mendekati

Daya yang disampaikan pada beban

Output pada penguat kelas B pushpull


mengalami distorsi cross over saat pergantian
transistor yang konduksi akibat adanya tegangan
cut-in pada transistor tersebut.
Untuk
menghilangkan
distorsi
tersebut
dapat
digunakan rangkaian umpan balik dengan
penguat operasional. Rangkaian penguat kelas B
seperti ini tampak pada Gambar 2-2b. Umpan
balik dengan penguat operasional ini tidak hanya
menekan distorsi cross over tetapi juga menekan
distorsi akibat ketidakseimbangan penguatan
arus transistor NPN dan PNP. Penguat
operasional pada rangkaian ini akan menjaga
tegangan output sama dengan tegangan
inputnya. Selesih tegangan input dan output
akan
membuat
penguat
operasional
memmberikan tegangan lebih tinggi bila
tegangan pada beban ternyata lebih rendah dari
input dan begitu pula sebaliknya.

Gambar 4 Rangkaian penguat pushpull kelas


B dengan umpan balik opamp

2.3 Penguat kelas AB push-pull


Cara lain untuk memekan distorsi cross over
pada penguat B adalah dengan kedua transistor
tetap konduksi saat tegangan input sekitar nilai
nol. Untuk itu transistor diberikan tegangan bias
yang cukup pada junction base-emitor. Pada cara
ini transistor bekerja pada kelas AB.
Cara sederhana untuk memperoleh tegangan
bias yang menjamin transistor dalam keadaan
konduksi saat tegangan input kurang dari
tegangan cut-in adalah dengan menggunakan
dioda seperti ditunjukkan pada Gambar 2-3.

Kabel :

Banana-Banana
Banana-Banana
Banana-Buaya
Banana-Buaya
Buaya-Buaya
Buaya-Buaya
BNC-Banana
BNC-Buaya
BNC-BNC

Merah
Hijau
Merah
Hijau
Merah
Hijau

7 buah
7 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah

3.1 Penguat kelas A

Susun Rangkaian sesuai


Gambar 1

Beri input dari Generator


Sinyal sebesar 2Vpp dan
frekuensi 1kHz

3.1.1

Pengamatan kualitatif linieritas dan


VTC

Mengamati bentuk sinyal


dalam mode dual trace
Gambar 5 Penguat Pushpull kelas AB dengan
diode untuk memberi tegangan bias

3.
3.1

METODOLOGI
Alat dan komponen
Kit praktikum penguat daya
Generator sinyal
Osiloskop digital dengan fungsi FFT
Multimeter (minimum 2buah)
Catu daya teregulasi (2 buah)
Kabel dan sesori pengukuran
Termometer infra merah

Mengamati kurva VTC


dalam mode xy

Mengamati sinyal batas


saturasi

Mengubah RL menjadi
33

3.1.2

Pengamatan linearitas kuantitatif

3.2 Penguat Push pull kelas B

Susun rangkaian sesuai


Gambar 3

Ubah RL=56 (1W), VIN pada batas saturasi,


biasanya 9-10Vpp. kemudian ubah
osiloskop kembali ke mode dual trace

Beri input dari Generator


Sinyal 4Vpp 1kHz.
3.2.1

Mengamati linieritas menggunakan FFT

Pengamatan kualitatif linieritas dan VTC


Mengamati distorsi pada VIN
dan VOUT

Ubah VIN menjadi V pada batas


saturasi dan amati kurva VTC

Amati batas saturasi

dalam mode XY
3.2.2

Mengamati spektrum
sinyal dalam FFT

Ubah VIN dan amati spektrum sinyal

3.1.2

Pengamatan Daya Disipasi dan Daya


pada Beban

Ubah RL=56 (1W), VIN pada


batas saturasi, biasanya 910Vpp. Kemudian osiloskop
kembali ke mode dual trace

Pengamatan linieritas kuantitatif

Ubah VIN menjadi V pada


batas saturasi dan amati
spektrum sinyal dalam FFT

3.2.3

Pengamatan Daya Disipasi dan Daya


pada Beban

Vin min, amati arus


kedua catu daya, dan
tegangan pada beban
Ubah VIN untuk 2, 4, 6, 10
Vpp.
Hitung Daya catu, daya
disipasi dan daya beban

Ubah Vin 2, 4, 6, 10 Vpp.


Hitung Daya catu, daya
disipasi dan daya beban

3.2.4

Pengamatan Tahap Output Kelas B


dengan Umpan Balik Penguat
Operasional

3.3.1
VTC

Pengamatan Kualitatif Linieritas dan

Amati & bandingkan


dengan kelas B kemudian
amati arus catu daya

Susun rangkaian seperti Gambar 4


lalu ukur arus
kedua catu daya

Lakukan kembali untuk


R1=R2=1k dan
R1=R2=4,7k

Vin = 4Vpp 1 kHz. Amati dan


bandingkan dengan tanpa umpan
balik

Beri Vin sehingga Vo masuk


batas saturasi. Amati
kurva VTC dengan mode xy

Ubah Vin sehingga Vo masuk


batas saturasi.
Lakukan kembali untuk
R1=R2=1k dan
R1=R2=4,7k

Amati dan bandingkan bentuk


kurva VTC tanpa umpan balik
dalam mode XY

Pindahkan pengamatan output ke


beban (ch. 2). Atur vin sehingga
vO sedikit di bawah saturasi

Amati & bandingkan spektrum


sinyal (FFT)

Amati (ch. 1) dan (ch. 2) dengan


vin=min, 10Vpp.

Hitung daya catu, daya disipasi,


daya beban

3.3 Penguat kelas AB

Susun rangkaian sesuai


gambar 3.5

Beri input dari Generator


Sinyal 4Vpp 1kHz.

3.3.2

Pengamatan linieritas kuantitatif


Kembalikan R1=R2=1k,
atur vin sehingga Vo sedikit
di bawah saturasi

Amati spektrum sinyal

Lakukan kembali untuk vin


pada batas saturasi

3.3.3
Pengamatan daya disipasi dan daya
pada beban

Beri vin=min dan amati


Vin dan Vo
Hitung daya catu, daya
disipasi dan daya beban
Ubah Vin=2,4,6, dan 10
Vpp.

Hasil dan analisis

Berikut merupakan data


beserta analisisnya,
4.1

setiap percobaan

Penguat kelas A

Gambar 8 Sinyal input dan output kelas A


input melebihi batas saturasi pada mode dual
trace, RL = 56ohm
Gambar 6 Sinyal input dan output kelas A
pada mode dual trace, RL = 56ohm

Gambar 9 Kurva VTC kelas A input melebihi


batas saturasi pada mode xy

Gambar 7 Kurva VTC kelas A pada mode xy

Tabel 1 Perubahan RL pada pengamatan


kualitatif kelas A
Analisis:
Terlihat pada grafik bahwa karakteristik output
penguat kelas A adalah sudut konduksi yang penuh
(360o). Juga terlihat dari VTC bahwa Vo/Vi sekitar 1.
Saat tegangan input melebihi batas saturasi, grafik
sinusoidal terpotong akibat dari mode transistor yang

berubah. Juga terlihat dari VTC perubahan input


tidak menyebabkan perubahan output sehingga
terlihat mendatar.

Tabel 2 Tabel frekuensi kelas A yang didapat


dari FFT

Gambar 10 FFT spectrum output kelas A Vin =


2Vpp

Tabel 3 Perubahan input dan arus kelas A


Analisis:

Gambar 11 FFT spektrum output kelas A Vin =


4Vpp, melebihi batas saturasi
Analisis:
Dari grafik maupun tabel, terlihat bahwa yang paling
menonjol hanyalah frekuensi dasar saja pada penguat
kelas A. Amplituda pada frekuensi harmonik dasar
bernilai jauh lebih besar dari frekuensi harmonik
lainnya. Pada penguat A, frekuensi harmonik lainnya
sulit dicari karena linieritas penguat A yang tinggi.
Namun, saat penguat A diberi input yang melebihi
batas saturasi maka terdapat bagian pada sinyal yang
tidak linier sehingga amplituda frekuensi harmonik
kedua dan seterusnya meningkat. Hal tersebut terlihat
dari grafik maupun tabel.

Dari tabel di atas, terlihat baik Arus +Vcc maupun


Vcc tidak terpengaruh perubahan besaran sinyal
input. Efisiensi kelas A merupakan yang paling rendah
dibandingkan kelas yang lain karena sudut
konduksinya yang penuh.

4.2
4.2.1

Penguat kelas B
Penguat push-pull kelas B

Gambar 14 FFT spectrum output kelas B


Analisis:

Gambar 12 Sinyal input dan output pushpull


kelas B pada mode dual trace

Karena penguat pushpull kelas B ini memiliki


distorsi, sehingga penguat ini linieritasnya rendah.
Terlihat dari spectrum pada frekuensi harmonic
selain harmonic dasar amplitudanya lebih besar
daripada kelas A.

Tabel 4 Perubahan input dan arus kelas B


Analisis:
Gambar 13 Kurva VTC pushpull kelas B pada
mode xy
Analisis:
Terlihat pada kurva VTC di sekitar nol terdapat
patahan. Hal ini merupakan distorsi cross over akibat
transistor NPN dan PNP yang bergantian aktif.
Penguat kelas B pushpull ini memiliki linieritas yang
rendah.

Perubahan
tegangan
input
tidak
mempengaruhi arus +Vcc maupun Vcc.

terlalu

Data untuk perubahan input dan arus pada penguat


pushpull kelas B ini kurang cukup. Seharusnya bisa
terlihat dari bahwa penguat pushpull kelas B memiliki
efisiensi yang sangat besar jika dimasukkan ke rumusrumus berikut,

Kurva terlihat sedikit aneh akibat noise pada kabel


ataupun noise pada kit-kit yang lain.
Kurva ini juga sekaligus berada pada batas saturasi,
terlihat ada patahan sedikit di tegangan input yang
paling rendah (paling kiri).

Efisiensi pushpull kelas B pastinya lebih besar


daripada efisiensi penguat kelas A.

4.2.2

Penguat kelas B dengan umpan balik

Gambar 15 Sinyal input dan output kelas B


dengan umpan balik

Gambar 16 Kurva VTC kelas B dengan umpan


balik pada mode xy

Analisis:
Pada penguat kelas B dengan umpan balik,
penambahan penguat operasional memperbaiki
distorsi cross over akibat tegangan cut-in transistor.
Sehingga, penguat kelas B umpan balik dapat
menghasilkan sinyal output kembali ke bentuk
sinusoidal yang mulus seperti sinyal input. Hal ini
dikarenakan penguat operasional mengontrol sinyal
output dengan perbedaan antara sinyal input dan
sinyal output (yang diumpan balik). Oleh karena itu
penambahan komponen penguat operasional ini
membuat linieritas penguat menjadi lebih baik,
Penguat operasional membuat batas saturasi lebih
rendah dari sinyal output, hal ini dikarenakan
penguat operasional hanya dapat menguatkan sinyal
maksimum sebesar 80%. Penguat operasional ini juga
menghilangkan distorsi akibat penguatan NPN dan
PNP yang berbeda.

Gambar 18 FFT spectrum output kelas B


dengan umpan balik
Analisis:
Frekuensi harmonik selain harmonik dasar juga lebih
rendah daripada pushpull kelas B. Hal ini juga
membuktikan bahwa penguat kelas B dengan umpan
balik memiliki linieritas yang lebih baik.

Gambar 17 Kurva VTC kelas B dengan umpan


balik pada mode xy, melebihi batas saturasi

4.3 Penguat pushpull kelas AB

besarnya nilai R1 dan R2. Semakin besar nilai


hambatan maka amplituda tegangan keluaran akan
semakin kecil.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penguat kelas AB
memilki linieritas yang baik seperti penguat kelas A.
Gambar 21 Kurva VTC kelas AB pada mode
xy, melebihi batas saturasi

Gambar 19 Sinyal input dan output pushpull


kelas AB pada mode dual trace

Gambar 22 FFT spektrum input kelas AB

Gambar 20

Gambar 23 FFT spektrum output kelas AB


Kurva VTC kelas AB pada mode xy
Analisis :
Terlihat bila dibandingkan dengan penguat kelas B
sebelumnya, pada penguat kelas AB tidak tampak
distorsi.
VTC penguat kelas AB berbeda dengan penguat kelas
B. Stelah kurva linier, kurva distorsi terus menerus
pada ujung-ujunganya. Tidak seperti kelas B.
Penguat kelas AB saat diberi tegangan yang sangat
kecil bahkan mendekati nol, kurva cukup linier. Ketika
diberikan hambatan R1 dan R2 yang berbeda, VTC
berubah. Semakin kecil nilai hambatan, maka kurva
akan menjadi semakin linier dan cenderung memiliki
kemiringan yang lebih besar (semakin kearah vertical),
dan sebaliknya ketika diberikan hambatan yang besar,
maka kurva akan lebih jelas terlihat dan cenderung
lebih sejajar dengan sumbu horizontal (kemiringan
kecil). Amplitudo sinyal output tergantung dari

Gambar 22 FFT spektrum input kelas AB,


melebihi batas saturasi

Gambar 23 FFT spektrum output kelas AB,


melebihi batas saturasi
Analisis :
Ketika sinyal berada di bawah batas saturasi yang
terlihat hanyalah frekuensi yang sederhana. Saat
melebihi batas saturasi maka akan terlihat harmonik
ganjil (yaitu harmonik ke-3, ke-5, dst). Tidak ada
harmonik genap karena karena sinyal output
tersaturasi positif dan negatif bersamaan sehingga
akan dihasilkan sinyal output yang simetri ganjil.
Batas saturasi penguat kelas AB dan B berbeda.
Penguat kelas AB dengan bias dioda batas saturasinya
sangat bergantung pada nilai-nilai hambatan R1 dan
R2.
5

Kesimpulan

Dari percobaan Tahap Output Penguat Daya ini


dapat disimpulkan bahwa,

Penguat kelas A memiliki linieritas yang


sangat baik. Distorsi pada penguat ini
kecil. Akan tetapi, efisiensi dayanya
sangat kecil dibandingkan kelas lainnya
(kelas B dan AB). Bagian yang terdistorsi
adalah bagian negatif sinyal output.
Penguat kelas B memiliki linieritas yang
kurang baik akibat adanya distorsi crossover yang disebabkan oleh tegangan cutin (tegangan yang dibutuhkan transistor
untuk transisi mode). Akan tetapi,
efisiensinya paling baik dibanding kelas
lainnya (kelas A dan AB).
Pada penguat kelas B dengan umpan
balik penguat operasional memiliki
linieritas yang lebih baik dari penguat
pushpull kelas B biasa karena distorsi

cross-over dihilangkan oleh penguat


operasional. Penguat operasional ini
berguna sebagai pengontrol output
penguat
kelas
B
dengan
membandingkan sinyal input dengan
sinyal umpan balik (sinyal output).
Selisih (error) dari sinyal input dan
sinyal output ini dijaga oleh penguat
operasional tersebut.
Namun hal ini mengurangi batas
saturasi menjadi 80% dari Vcc yang
diakibatkan oleh penguat operasional
hanya mampu menguatkan sebesar 80%.
Penguat kelas AB memiliki linieritas
yang sangat baik seperti kelas A dan
efisiensi seperti kelas B. Untuk linieritas
dan batas saturasi bergantung dari
besarnya hambatan R1 dan R2.

DAFTAR PUSTAKA
[1]
Mervin
T.
Hutabarat,
Praktikum
Elektronika 2, Laboratorium Dasar Teknik Elektro,
ITB, 2016.
[2]
Adel S. Sedra, Microelectronic Circuits 7th
Edition, McGraw Hill, Oxford, 2015

You might also like