Professional Documents
Culture Documents
Fifi Alfiah
Dian Hariati
Kamila Furqani
Fitrah Hanafi
St.Mardayanti Marzuki
Aridayanti Arifin
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
I.
SKENARIO
Laki-laki berusia 39 tahun datang ke poliklinik dengan kemerahan dan bintik
kecil warna merah pada wajah, sekitar bibir dan leher sejak sebulan yang lalu.
Keluhan tampak makin merah jika terkena sengatan matahari dan kadang
disertai gatal. Sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat tetrasiklin dan
kloroquin tetapi belum sembuh namun keluhan sedikit berkurang.
Pada
pemeriksaan fisis ditemukan papel, pustula dan plak eritema kedua pipi serta
pelebaran pembuluh darah di sekitar hidung. Keluhan makin hebat seiring
dengan bertambahnya usia penderita dan stres. Riwayat keluarga yakni adik
kandung dengan keluhan yang sama.
II.
III.
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Laki-laki 39 tahun
2. Kemerahan dan bintik kecil
3. Pada wajah, sekitar bibir dan leher
4. Dialami 1 bulan yang lalu
5. Bertambah merah jika terkena sinar matahari
6. Kadang gatal
7. Riwayat pengobatan tetrasiklin dan kloroquin
8. Pemeriksaan fisis : papul, pustule, plak eritema, pelebaran pembuluh
darah
9. Pada kedua pipi
10. Keluhan makin hebat saat stress dan bertambahnya umur
11. Riwayat adik kandung dengan keluhan yang sama
IV.
PERTANYAAN PENTING
hidung?
Apa saja faktor resiko yang menyebabkan timbulnya gejala?
Jelaskan kemungkinan faktor genetik pada skenario!
Apa yang menyebabkan keluhan bertambah saat terkena sinar matahari?
Mengapa keluhan makin hebat seiring bertambahnya usia dan stres?
Mengapa predileksi hanya di sekitar wajah, bibir dan leher?
Bagaimana mekanisme kerja obat tetrasiklin dan kloroquin terhadap
keluhan pasien?
9. Bagaimana tatalaksana penegakan diagnosis pada skenario?
10. Apa kemungkinan diagnosis pada skenario tersebut?
11. Bagaimana perspektif islam terhadap skenario?
V.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Anatomi dan histologi kulit
Gambaran Anatomi umum kulit :
Gbr.1 Gartner, Leslie P, James L Hiatt, Judy M Strum. Biologi sel dan Histology. Edisi
6. Binarupa Aksara. Hal 289.
Kulit melapisi seluruh tubuh, kecuali bagian tubuh yang terdapat lubang .
Terdiri dari 3 lapisan :
yaitu:
stratum
korneum,stratum
lucidum,stratum
Gbr.2 Gartner, Leslie P, James L Hiatt, Judy M Strum. Biologi sel dan Histology. Edisi
6. Binarupa Aksara. Hal 290.
Stratum Korneum :
Stratum Lucidum :
Hanya terdapat pada kulit yang tebal, seperti telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum :
Stratum Spinosum :
Stratum Basalis :
Sel -sel hasil mitosis didorong ke atas menjadi lapisan sel di atas
stratum basalis
o Papul
Penonjolan diatas permukaan kulit,sirkumkrip. Terdapat deposit
metabolik,serbukan sel radang, dan hiperplasi sel epidermia
o Plak
Peninggian diatas permukaan kulit,permukaannya datar. Terdapat
gambaran papul datar,dan penampang lebih dari 1 cm.
[Referensi :
Gartner, Leslie P, James L Hiatt, Judy M Strum. Biologi sel dan Histology.
Edisi 6. Binarupa Aksara. Hal 289-290
a.
Makanan
b.
Psikis
c.
d.
e.
https://www.rosacea.org/weblog/study-finds-genetic-and-environmental-factors-rosacea
https://med.stanford.edu/news/all-news/2015/03/genetic-basis-ofrosacea-identified-by-researchers.html]
5. Reaksi yang paling umum dari kulit manusia terhadap reaksi UV adalah
terjadinya eritema yang biasa disebut sebagai sunburn. Kondisi kulit
seperti ini lebih sering disebabkan oleh UVB. UV B biasa disebut sinar
sunburn, dipengaruhi oleh lingkungan, musim, waktu dan lamanya
pajanan. Sifat eritemanya berbatas tegas. Periode laten antara 8-16 jam
sebelum tampak eritema secara klinis
Banyak protein di epidermis mengabsorpsi sinar UV B misalnya nukleat.
Melanin adalah pigmen gelap di lapisan luar kulit (epidermis) yang
memberi warna kulit yang normal. Bila Anda terkena sinar UV, tubuh
melindungi diri dengan mempercepat produksi melanin. Melanin
merupakan zat yang dapat mengabsorpsi UV .
Melanin ekstra
menciptakan warna yang lebih gelap dari cokelat. Suntan adalah cara
tubuh Anda memblokir sinar UV untuk mencegah sunburn dan kerusakan
kulit lainnya. Jumlah melanin yang dihasilkan ditentukan secara genetik.
Banyak orang tidak menghasilkan cukup melanin untuk melindungi kulit
dengan baik. Akhirnya, sinar UV menyebabkan kulit terbakar,
menimbulkan rasa sakit, kemerahan dan bengkak.
Sunburn terjadi oleh Karena vasodilatasi pembuluh darah dermis. Factorfaktor yang memperngaruhi oleh terjadinya vasodilatasi adalah efek
langsung dari UV terhadap endotel pembuluh darah, pelepasann
mediator-mediator inflamasi, dan sekresi substansi-substansi vasoaktif
dan sel mast. Setiap orang memiliki insensitas terpapar sinar matahari
yang berbeda - beda dalam memicu sunburn ato fotosensitifitas.
Pada kulit manusia jika terkena sinar UV akan menimbulkan reaksi
eritema di ikuti oleh perubahan besar pada fleksus-fleksus dalam dan
superficial kulit. Sel-sel endotel akan edema setelah radiasi selama 30
merugikan
bagi
individu
yang
bersangkutan.
Pada
kuat tentang
keterkaitan pajanan kronik stresor psikososial dengan timbulnya keadaankeadaan patologis seperti tekanan darah tinggi meskipun belum
dibuktikan adanya hubungan sebab-akibat yang pasti.
[Referensi :
Sherwood, Laurale. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta:
EGC. Edisi 6. Hal 776.]
7. Wajah dan leher merupakan daerah yang paling sering terkena atau
terpapar oleh matahari, dimana peran sinar ultraviolet yang dihasilkan
oleh matahari itu dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah kulit.
Sebab, kulit yang terpapar sinar matahari menyebabkan respon
imunologis baik humoral maupun neural. Selain itu dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah diwajah. Eritema Terlihat menyolok pada
wajah disebabkan aliran darah di wajah meningkat dibandingkan dengan
tempat tubuh yang lain. Selain itu, Pembuluh darah kulit di wajah lebih
superfisial dan pembuluh darahnya lebih banyak serta lebih besar
dibandingkan tempat-tempat lain.
Meningkatnya kegiatan kelenjar sebasea juga turut berperan. Kelenjar
sebasea ini terdapat di seluruh tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki.
Pada saat dewasa kelenjar ini jadi lebih besar serta berfungsi aktif.
Kelenjar ini menghasilkan sebum atau minyak. Sebum bersifat
komedogenik tersusun dari campuran skualen, wax, ester dari sterol,
kolesterol, lipid polar, dan trigliserida. Beberapa peningkatan hormon
seperti androgen, gonadotropin, kortikosteroid, anabolik serta ACTH
mempengaruhi kegiatan dari kelenjar sebasea. Ketika terbentuk fraksi
asam lemak bebas mak akan menyebabkan terjadinya prosesinflamasi di
dalam sebum.
[Referensi:
Kloroquin
sehingga
menghambat
polimerase
DNA
dan
RNA,
Tetrasiklin
Tetrasiklin adalah zat anti mikroba yang diperolah denga cara
deklorrinasi klortetrasiklina, reduksi oksitetrasiklina, atau dengan
fermentasi.
Tetracycline adalah spektrum luas Poliketida antibiotik yang
dihasilkan oleh Streptomyces genus dari Actinobacteria , diindikasikan
untuk digunakan melawan infeksi bakteri. Hal ini umumnya digunakan
untuk mengobati jerawat dan yang lebih baru, rosacea , dan memerangi
kolera di negara maju
Golongan tetrasiklin menghambat sintesisprotein bakteri pada
ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya anti
biotik ke dalam ribosom bakteri gram negative, pertama secara difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua melalui sistem transport aktif.
Setelah masuk anti biotik berikatan secara revarsible dengan ribosom
30S dan mencegah ikatan tRNA amino asil pada kompleks mRNA
ribosom. Hal tersebut mencegah perpanjangan rantai peptida yang
sedang tumbuh dan berakibat terhentinya sintesis protein.
[Referensi :
Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Bagian farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Gayabaru. Jakarta.]
9. Anamnesis Kulit
a. Anamnesis umum
Tanyakan data pribadi pasien :
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
[Referensi :
Modul Keterampilan Klinik & Laboratorium Indera Khusus.]
Pemeriksaan Fisis Kulit
Inspeksi
Pemeriksaan dilakukan dalam ruangan yang cukup cahaya dan dapat
menggunakan alat bantu kaca pembesar. Bila ada kelainan lain, dapat
dilakukan inspeksi seluruh kulit tubuh pasien. Perlu juga dilakukan
pemeriksaan rambut, kuku, selaput lender.
Pada inspeksi perlu diperhatikan lokasi dan penyebaran, warna,
bentuk, batas, ukuran setiap jenis morfologi (efloresensi) di masingmasing lokasi lesi.
Palpasi
Pada palpasi perhatikan masing-masing jenis lesi, apakah permukaan
rata, tidak rata (berbenjol-benjol), licin/halus atau kasar, dan
konsistensi lesi, misalnya padat, kenyal, lunak, dan nyeri pada
penekanan. Perlu juga memperhatikan tekstur kulit, elastisitas, suhu
kulit, kulit lembab atau kering atau berminyak.
Perhatikan pula adanya tanda-tanda peradangan akut, yaitu tumor,
colour, dolor, kalor, dan fungsiolesa.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat elemen jamur seperti hifa
panjang, hifa pendek, pseudohifa, spora, dan blastospora. Specimen
berasal dari kulit, kuku, rambut.
Pemeriksaan biakan
Bertujuan
untuk
identifikasi
jamur
penyebab,
kepentingan
Biopsy kulit
Untuk mengetahui jenis atau proses patologi kulit.
[Referensi :
Definisi
Penyakit
kulit
kronis
pada
daerah
sentral
wajah
(yang
peran
sinar
ultraviolet
matahari
yang
dapat
Epidemiologi
Rosasea sering diderita pada umur 30-40an, namun dapat pula pada
remaja maupun orang tua. Umumnya wanita lebih sering terkena dari
pada pria. Ras kulit putih (kaukasia) lebih banyak terkena dari pada
kulit hitam (negro) atau berwarna (polinesia), dan di negara barat lebih
sering pada mereka yang bertararf sosio-ekonomi rendah.
Gejala klinis
Tempat predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi,
dagu, kening, dan alis. Kadang-kadang meluas ke leher bahkan
pergelangan tangan atau kaki. Lesi umumnya simetris.
Gejala utama rosasea adalah eritema, telangiectasia, papul, edema, dan
pustule. Komedo tak ditemukan dan bila ada mungkin kombinasi
dengan akne (komedo solaris, akne komestika). Adanya eritema dan
telangiectasia adalah persisten pada setiap episode dan merupakan
gejala khas rosasea. Papul kemerahan pada rosasea tidak nyeri,
berbeda dengan akne vulgaris, dan hemisferikal. Pustule hanya
ditemukan pada 20% penderita, sedang edema dapat menghilang atau
menetap antara episode rosasea.
-
Pada tahap kemudian (stadium II) dengan selingi episode akut yang
menyebabkan timbulnya papul, pustule, dan edema, terjadilah
eritema persisten dan banyak telangiectasia, papul, dan pustule.
Histopatologi
Gambaran histopatologi rosasea khas namun tidak patonomonil.
Terdapat ektasia vaskuler, edema dermis, dan disorganisasi jaringan
konektif dermis. Solar elastosis juga sering terlihat. Derajat
peradangan tergantung pada kondisi dan stadium lesi. Sel radang
limfosit dan histiosit dan bahkan sel raksasa pada dermis dan
perivaskuler, sel plasma dan sel mast dapat juga terlihat, apalagi bila
edema berlangsung lama. Pasa pustule terdapat sebaran sel PMN
sekitar folikel. Demodex folliculorum sering dapat ditemukan dalam
folikel infundibulum dan duktus sebasea.
Pengobatan
1) Topical
a. Tertrasiklin, klindamisin, eritomisin dalam salap 0,5-2,0%.
Eritomosin lebih baik hasilnya dibandingkan lainnya.
b. Metronidasol 0.75% gel atau krim 2% efektif untuk lesi papul
dan pustule
c. Imidasol sendiri atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5%
dapat dicoba
d. Isotretinoin krim 0.2% juga bermanfaat
e. Antiparasit untuk membunuh D.follikuloru; Misalnya lindane,
krotamiton, atau bensoil bensoat.
f. Kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1%) hanya
dianjurkan pada stadium berat.
2) Sistemik
Komplikasi
Rinofima, inflamasi ocular, dan rosasea limfadema
Prognosis
Rosasea umumnya persisten, berangsur bertambah berat melalui
episode akut. Namun adapula yang remisi secara spontan.
[Referensi :
Djuanda, A; Hamzah, M; Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi Keenam. 2010. Jakarta : FK UI.]
AKNE VULGARIS
Definisi
Acne vulgaris adalah pembentukan papula, nodul, dan kista pada
muka, leher, bahu, dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar
yang
mengalami
perlunakan
pada
puncaknya,
dengan
Etiologi
a. intrinsik :
1) Genetik ( herediter )
2) RAS : dimana orang kulit berwarna lebih jarang terkena daripada
orang kulit putih
3) Hormonal :
Hormon androgen mempunyai peranan penting dalam timbulnya
jerawat. Hormon ini menjadi aktif dan banyak jumlahnya pada
usia remaja, menjelang menstruasi, dan pada saat kehamilan.
Hormon ini dapat meningkatkan produksi sebum (minyak), tapi
hormone estrogen mengurangi produksi sebum.
Kadar hormon androgen pada kulit pasien ternyata lebih tinggi
daripada kadar orang normal. Yang disangka mempunyai peran
pada proses keratinitis sel epidermis, komposisi sebum-sebum
permeabelitas saluran pilosebasea. Infeksi bakteri corybacreium
acnes, staphylococcus albus pytyrosporum ovale mempengaruhi
banyak terbentuknya lipase yang penting dalam pembentukkan
komedo. Keaktivan kelenjar sebasea sendiri menentukan
timbulnya penyakit, kebanyakan pada orang dengan kulit
berminyak.
4) karena kerja kuman Propionibacterium acnes (proliferasi dari
Propionibacterium acnes)
Bakteri ini merupakan penghuni normal di permukaan kulit
manusia. Ia bisa hidup di wajah maupun di punggung. Dalam
keadaan normal, ia sebetulnya tidak berbahaya. Cuma, ketika
kulit kurang terjaga kebersihannya, ia berulah dan menyebabkan
timbulnya jerawat
5) Tingginya produksi kelenjar minyak di kulit (sebum).
Itu pula sebabnya jerawat mudah dialami orang yang kulitnya
berminyak. dua faktor ini berkumpul, maka jerawat tentu akan
lebih mudah terjadi. Artinya, mereka yang kulitnya berminyak
dan kurang menjaga kebersihan lebih berpeluang menjadi
pelanggan jerawat.
6) Adanya gangguan proses pengelupasan lapisan kulit luar.
Jika ini terjadi, lapisan kulit yang mestinya mengelupas itu
malah akan menyumbat saluran kelenjar sebum
kosmetik
pelembab
yang
mengandung
juga dapat
Gejala
lokal
termasuk
nyeri
(pain)
atau
nyeri
jika
disentuh (tenderness).
-
Epidemiologi
Insiden akne vulgaris 80-100% pada usia dewassa muda, yaitu umur
14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Meskipun
demikian akne vulgaris dapat pula terjadi pada usia lebih muda atau
lebih tua dari pada usia tersebut.
Meskipun kebanyakan jerawat terjadi pada masa remaja atau dewasa
muda, tetapi dalam kenyataannya jerawat juga timbul pada berbagai
golongan usia lainnya. Antara lain pada bayi, anak, bahkan pada
manula. Jerawat seringkali dihubungkan dengan kondisi tubuh, baik
pada saat stress karena banyak masalah, atau dapat pula sebaliknya
pada saat sedang sangat berbahagia.
Pada waktu pubertas terdapat kenaikan dari hormon androgen yang
beredar dalam darah yang dapat menyebabkan hiperplasia dan
hipertrofi dari glandula sebasea.
Klasifikasi
Akne diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Komedonal ( komedo hitam dan komedo putih )
Komedo terbuka
Komedo tertutup
Komedo putih / komedo tertutup kemungkinan besar akan
berkembang menjadi pustule dan papula
mengalami
perlunakan
pada
puncaknya,
dengan
mengeluarkan nanah)
Patogenesis
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks dipengaruhi banyak faktor
dan kadang-kadang masih controversial. Asam lemak bebas yang
terbentuk dari trigliserida dalam sebum menyebabkan kekentalan
sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan saluran pilosebasea
serta reaksi radang disekitarnya (komedogenik). Pembentukan pus,
nodus, dan kista terjadi sesudahnya.
Ada empat hal penting yang berhubungan dengan terjadinya akne :
1) kenaikan sekresi sebum
Akne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih
banyak. Terdapat korelasi antara hebatnya akne dan produksi
sebum. Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum dibawah
pengaruh hormon androgen. Pada penderita akne terdapat
peningkatan konversi hormon androgen yang normal berada
dalam darah (testosteron) kebentuk metabolit yang lebih aktif (5alfa dihidrotestosteron). Hormon ini mengikat reseptor androgen
di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil
sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan
oleh
respon
organ
akhir
yang
berlebihan
(end-organ
Pada
penderita
akne
terdapat
kecenderungan
korneosit
pada
akroinfundibulum
bertambah
dan
terjadi
hiperkeratosis folikel.
3) Bakteri
Tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis akne adalah
corynebakterium
Acne,
Stafylococcus
epidermidis,
dan
biasanya
disertai
dengan
kenaikan
jumlah
kemotaktik
yang
berberat
molekul
rendah
(tidak
Respon
Diagnosis
Walaupun satu macam lesi lebih dominan daripada lesi yang lain,
umumnya diagnosis akne vulgaris didasarkan pada campuran lesi
terbentuk komedo, papula, nodul pada muka, punggung, dan dada.
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskokleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan
komedo ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel
tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai
nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak
spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea
dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah
pencegahan
dan
pengobatan
digunakan
cara
untuk
menurunkannya.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat
yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan
mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor
(multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras,
familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres)
yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita.
Pengobatan
Tujuan pengobatan akne adalah mencegah timbulnya sikatrik serta
mengurangi frekuensi dan kerasnya eksaserbasi akne, untuk itu, selain
diperlukan obat-obatan juga diperlukan kerjasama yang baik antar si
penderita dengan dokter yang merawatnya.
Penatalaksanaan
akne
memerlukan
pendekatan
pada
prinsip
dan Antibiotik
yang
topical
berfungsi
untuk
sebagai
(50.000
ui-150.000
untuk
mencegah
pembentukan
komedo,
menekan
Definisi
Lupus Eritomatosus merupakan penyakit autoimun yang melibatkan
jaringan konektif dan pembuluh darah. LE memiliki manifestasi
klinis yang sangat bervariasi, yaitu kelainan kulit saja (LE Kutan)
hingga keterlibatan sistemik (LES). LE kutan merupakan manifestasi
kulit yang dapat terjadi pada 72-85% paien LES didahului dengan
lesi pada kulit. Rasio antara perempuan dan laki-laki.
Etiopatogenesis
Hingga saat ini penyebab dan patomekanisme LE kutan belum
diketahui secara pasti, tetapi berhubungan erat dengan patogenesis
LES. Faktor pejamu (suseptibilitas, hormonal) dan faktor lingkungan
menyebabkan hilangnya self-tolerance dan menginduksi proses
autoimun. Hal ini diikuti aktivasi dan ekspansi sistem imun sehingga
mencetuskan penyimpangan imunologik yang berdampak pada
beberapa organ dan tampilan klinis penyakit. Beberapa penelitian
baru memfokuskan pada peran sinyal interferon- (IFN-) dalam
patogenesis LE.
Selain predisposisi genetik, pajanan faktor lingkungan, misalnya
radiasi UV , infeksi virus, obat, dan rokok mempunyai peran besar
dalam perkembangan penyakit LE. Radiasi UV mempunyai peran
paling penting dalam induksi penyakit LE kutan. UVB menyebabkan
apoptosis keratinosit dan autoantigen Ro/SS-A, La/SS-B, serta
calreticulin, berpindah dari lokasi normal di dalam keratinosit ke
permukaan sel. UVB juga diketahui menginduksi dan meningkatkan
ekspresi beberapa kemokin sehingga mengaktifkan sel T autoreaktif
dan IFN-, sel dendrit yang mempunyai peran utama dalam
patogenesis LE.
Gambaran Klinis
LE Kutan Non-Spesifik
A. Penyakit Vaskular Kutan
:
malar
rash;
butterfly rash
2. Generalisata
B. LE Kutan sub Akut
1. Vaskulitis
a. Leukositoklastik
b. Periarteritis nodosa
2. Vaskulopati
1. Tipe anular
3. Telangiektasis periungual
2. Tipe papuloskuamosa
4. Livedo retikularis
C. LE Kutan Kronik
1. Tipe Diskoid Klasik / Diskoid
LE (DLE)
a. Lokalisata
b. Generalisata
5. Tromboflebitis
6. Fenomena Raynaud
7. Eritromyalgia
B. Alopesia tanpa jaringan parut
1. Lupus hair
2. Tipe Hipertrofik
2. Telogen effluvium
3. Lupus profundus
3. Alopecia areata
C. Sklerodaktili
a. Oral
D. Nodul Rheumatoid
b. Konjungtiva
E. Kalsinosis Kubis
5. Lupus tumidus
6. Chilblain lupus
G. Uurtikaria
7. Lichenoid DLE
H. Musinosis papulonodular
I. Kutis laxa
J. Akantosis negricans
K. Eritema multiforme
L. Ulkus ada tungkai
M. likenflanus
a) LE Kutan Akut
LE
Kutan
Akut
Generalisata
merupakan
perluasan
lesi
perifer,
meninggalkan
skar
atrofik
pada
bagian
sentral,
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa autoantibodi mempunyai hubungan yang berat dengan LE
Kutan akut sering ditemukan titer tinggi ANA, anti-dsDNA, anti-Sm
dan hipokomplementemia. Penanda pada kutan subakut adalah
autoantibodi anti-Ro/SS-A (70-90%) dan anti-La/SS-B (30-50%).
ANA dapat ditemukan pada 60-80% dan faktor rheumatoid pada
sepertiga pasien LE kutan subakut. Pada LE kutan kronik dapat
ditemukan titer ANA yang rendah (30-40%). Hanya 5% pasien DLE
ditemukan titer ANA tinggi.
Pada pemeriksaan histopatologi LE kutan spesifik dapat ditemukan
hiperkeratotik, atrofi epidermal degenerasi mencair sel basal,
penebalan membran DEJ, edema pada dermis, deposit musin, serta
infiltrat sel mononuklear yang dominan tersebar diperivaskular dan
disekitar adneksa kulit.
Pada pemeriksaan imunofluoresens langsung pada kulit yang tampak
normal pasien LES dapat dilihat pita terdiri atas deposit granuler
imunoglobulin G, M atau A dan komplemen C3 pada taut epidermal
dermal yang disebut lupus band. hal ini dapat dilihat pada 90-100%
pasien LES.
Diagnosis Klinis
Diagnosis LE kutan bergantung subtipe manifestasi klinis kulit yang
timbul. Pada lesi kulit yang tidak khas dibutuhkan pemeriksaan
laboratprium dan histopatologis.
Diagnosis Banding
LE
kutan
akut
dermatomiositis.
lokalisata
LE
kutan
dapat
akut
menyerupai
generelisata
rosasea
dan
menyerupai
Prognosis
LE kutan akut sangat erat hubungannya dengan LES, sehingga
prognosis sangat bergantung pada aktivitas dan derajat keparahan
LES. Pada pasien dengan LE kutan subakut 15% berkembang
menjadi LES, termasuk nefritis lupus. Dibutuhkan pemantauan
jangka panjang pada pasien LE kutan subakut untuk penemuan dini
risiko progresivitas keterlibatan sistemik.
Kebanyakan pasien dengan lesi diskoid yang tidak diterapi dapat
berkembang menjadi skar yang secara progresif melebar dan alopesia
skar. Hal ini sangat mengganggu secara psikososial dan menurunkan
kualitas hidup pasien. Jarang sekali lesi dapat resolusi spontan. Pada
penghentian terapi, lesi non-aktif dapat mengalami eksaserbasi.
Penatalaksanaan
Semua pasien dengan CLE harus dijelaskan tentang pentingnya
perlindungan dari sinar matahari dan sumber radiasi ultra violet
buatan dan harus dijelaskan untuk menghindari penggunaan obat
yang berpotensi memberi efek fotosensitisasi seperti hidroklorotiazid,
tetrasiklin, griseofulvin dan piroksikam.
Medikamentosa
1) Imunosupresan atau sitostatik yang lain.
Imunosupresan adalah suatu obat yang ditujukan untuk
menekan sel-sel kekebalan tubuh yang mengenali sel-sel tubuh
Cyclosporine A
Tacrolimus (FK506)
Fludarabine
Cladribine
Mycophenolate mofetil
2) Antimalaria
Efektivitas antimalaria terhadap SLE yang mengenai kulit
dan sendi telah lama diketahui, dan obat initelah dianggap
sebagai obat pilihan pertama untuk SLE kulit terutama LE
diskoid dan LE kutaneus subakut. Obat ini bekerja dengan cara
mengganggu pemrosesan antigen di makrofag dan sel penyaji
antigen yang lain dengan meningkatkan pH di dalam vakuola
lisosomal. Juga menghambat fagositosis, migrasi netrfil, dam
metabolisme membran fosfolipid. Antimalaria dideposit didalam
kulit
dan
mengabsorbsi
sinar
UV.
Hidrosiklorokuin
total, HDL dan LDL, pada penderita SLE yang menerima steroid
maupun yang tidak.
Terdapat 3 obat antimalaria yang tersedia : hidroksiklorokuin
(dosis 200-400mg/hari), klorokuin (250mg/hari), kuinarkrin
(100mg/hari).
Hidroksiklorokuin
lebih
efektif
daripada
paling
sering
digunakan
adalah
prednison
dan
metilprednisolon.
Pada SLE yang ringan (kutneus, arthritis/arthralgia) yang
tidak dapat dikontrol oleh NSAID dan antimalaria, diberikan
prednison2,5 mg sampai 5 mg perhari. Dosis ditingkatkan 20%
tiap 1 sampai 2 minggu tergantung dari respon klinis. Pada SLE
yang akut dan mengancam jiwa langsung diberikan steroid,
NSAID dan antimalaria tidak efektif pada keadaan itu.
Manifestasi serius SLE yang membaik dengan steroid antara lain
:
vaskulitis,
dermatitis
berat
ataau
SCLE,
poliarthritis,
5) Clofazimine (Lamprene)
Clofazimine adalah anti leprosi juga yang telah terbukti
untuk LE kutaneus yang refrakter. Digunakan dengan dosis
antara 100 sampai 200 mg/hr. efek samping yang terutama
adalah warna kulit yang berubah menjadi pink atau coklat gelap,
dan menjadi kering.
6) Thalidomide
Thalidomide dengan dosis50 sampai 100 mg/hr serta dosis
pemeliharaan 25 sampai 5o mg/hr, efektif untuk LE kutaneus
refrakter. Obat ini bekerja dengan menghambat TNF alfa. Obat
ini dikontraindikasikan pada kehamilan karena banyak laporan
mengenai terjadinya malformasi janin (fokomelia).
[Referensi:
DERMATITIS SEBOROIK
Definisi
Insiden
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi
dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade
keempat sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia
kejadian dermatitis seboroik pada bayi, tetapi gangguan ini
umum.Penyakit pada orang dewasa diyakini lebih umum daripada
psoriasis.Penyakit inimempengaruhi setidaknya 3-5% dari populasi di
Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada wanita pada semua
7 kelompok umur.Dermatitis seboroik ditemukan pada 85% pasien
dengan infeksi HIV.Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien
yang menderita penyakit parkinson karena produksi sebumnya
meningkat.
: Semua bangsa
Makanan
Iklim
Keturunan
Lingkungan
Manifestasi Klinik
Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan
sisik-sisik yang berminyak. Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian
yang kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis
mata, glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak,
pusar dan sela paha.
Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan
pada liang telinga. Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi
dan membentuk batas eritema bersisik yang disebut corona
seborrheica.
Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid
dan tipe pitiriasiform.
Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler
merah hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang
mirip bentuk mahkota bunga.
Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis
seboroik petaloid. Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti
garisgaris kulit yang mirip pityriasis rosea.
Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang
gambarannya seperti dermatitis kronis.
Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis
dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak
mata. Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah
sulit. Varian serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative
erythroderma (seborrheic erythroderma).
Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak
eritema, eksudat, gangguan kenyamanan dan limfadenopati pada
daerah yang terkena.
Pemeriksaan kulit
1. Lokalisasi : tempat-tempat yang banyak mengandung kelenjar
sebasea, misalnya kulit kepala, belakang telinga, alis mata, cuping
hidung, ketiak, dada, antara skapula dan daerah suprapubis
2. Efloresensi : Makula eritomatosa yang ditutupi oleh papul-papul
miliar berbatas tidak tegas dan skuam halus kekuningan dan
Gambaran histopatologik
Pada epidermis dapat ditemukan parakeratirosis fokal dengan abses
munro. Pada dermis, terdapat pelebaran ujung pembuluh darah di
puncak stratum papilaris
monosit.
mikroflora
dari
kulit
kepala
untuk
melihat
Pityrosporum ovale
2. Menentukan indeks mitosis pada kulit kepala yang berketombe.
Prognosis
Seperti telah dijelaskan pada sebagian kasus yang mempunyai faktor
konstitusi penyakit ini agak sukar disembuhkan, meskipun terkontrol.
Penatalaksanaan
Pengobatan tidak menyembuhkan secara langsung sehingga terapi
dilakukan berulang kali. Tatalaksana yang dilakukan antara lain :
a. Sampo yang mengandung obat anti malassezia, misalnya : elenium
sulfide, zinc prithione, ketokonazol, berbagai sampo yang
mengandung ter dan solusio terbinafine 1%.
b. Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum
pada kulit dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun
lunak. Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim imidazole
dan turunannya, bhan antimikotik di daerah lipatan bila ada gejala.
c. Skuama yang diperlunak dengan krim asam salisilat atau sulfur.
d. Pengobatan simptomatik dengan kortikosteroid topical potensi
sedang, imunosupresan topical terutama untuk daerah wajah
sebagai pengganti kortikosteroid topical.
e. Metronidazole
topical,
siklopiroksolamin,
talkasitol,
benzoil
terapi
sinar
UVB
atau
pemberian
itrakonazole
Menaldi, sri linuwih SW. 2016. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. edisi
7. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Hal 232-233.
lama,
sehingga
membuat
sahabat
dan
keluarganya
meninggalkannya.
Dan berikkut adalah lafadz doa yang penuh berkah, yang kemudian
tertulis dalam Al-Quran Surah Al-Anbiyaa Ayat 83
Artinya :
Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan
Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di anatara semua
penyayang. (QS. Al-Anbiyaa : 83)
Itulah bacaan doa Nabi Ayyub ketika sakit parah yang kemudian Allah
SWT menyembuhkan penyakitnya. Dengan kesabarannya itu maka ia
merupakan suri teladan bagi orang-orang yang sabar, penghibur bagi
orang-orang yang mendapat ujian atau ditimpa musibah serta pelajaran
berharga bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
Adapun salah satu hikmah dan makna dari penyakit itu sendiri yaitu
agar kita mengingat nikmatnya sehat. Nikmat adalah kesempatan yang
Artinya :
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan
(bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
(QS. Al-Araaf: 168)