Professional Documents
Culture Documents
SPECIAL SENSE
TUTOR PEMBIMBING:
dr. Andi Fahirah Arsal
Disusun oleh :
Kelompok 3
Ayudini Oktavia
Mirnawati Yalida
Aulia Adi Putri MS
Nurul Salsabilah M
Siti Hadriyanti Yapi
Nurhikma
Fajriati Samsi A. Tadda
Indira Yunita Alie
Inayathul Wahdaniyah
Fadil Efendi Azis
Abdulrahman Rizky S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
Skenario 3
makin gelap akibat terkena sengatan sinar matahari. Pasien tidak merasa gatal dan
tidak nyeri. Keluhan berkurang jika berobat, sembuh tapi kemudian muncul
kembali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan makula hiperpigmentasi, eritema, dan
skuama halus. Sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat mikonazole. Keluhan
makin jelas setelah menggunakan krem malam dan krem pagi dan tampak menjadi
sangat hitam pada seluruh permukaan kulit wajah.
Klasifikasi Kata Sulit
1. Makula hiperpigmentasi
Makula: tata anatomi untuk bercak, bintik atau penebalan terutama yang
dapat dibedakan dari sekelilingnya karena warna atau karakteristik lainnya
Hiperpigmentasi: peningkatan pigmentasi secara abnormal, seperti pada
kulit atau membran mukosa
2. Eritema
: Bercak kemerahan pada kulit.
3. Skuama halus
: Lapisan stratum korneum yang terkepas dari kulit.
4. Obat mikonazole
: Derivat imidazole yang digunakan sebagai agen
anti jamur spektrum luas; diberikan melalui infus intravena pada
pengobatan infeksi jamur sistemik dan secara topikal pada pengobatan
berbagai bentuk tinea dan kandidiasis kulit. (Kamus Dorland, 1998)
Kata Kunci
1. Perempuan 45 tahun
2. Bercak kecoklatan di pipi kanan, dahi dan dagu
3. 2 bulan yang lalu
4. Awalnya bintik hitam menyerupai tahi lalat
5. Gejala semakin berat karena sinar matahari
6. Tidak gatal dan tidak nyeri
7. Berkurang jika berobat, sembuh tapi muncul kembali
8. Pemeriksaan fisik: makula hiperpigmentasi, eritema, dan skuama halus
9. Diberi obat mikonazole
10. Pakai krim malam dan pagi, seluruh permukaan wajah menghitam
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
keluhan?
Bagaimana farmako kinetik dan dinamik dari obat mikonazole?
Jelaskan langkah-langkah diagnosa dari skenario!
Jelaskan differensial diagnosa terkait keluhan pada skenario!
Bagaimana prespektif islam mengenai skenario?
Jawaban :
1. Bagaimana dampak sinar ultraviolet terhadap kulit manusia?
Jawaban
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan
proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun
sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar
dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Luas kulit orang dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat
badan manusia Tebal bervariasi antara - 3 mm. Kulit sangat kompleks,
elastis dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga
bergantung pada lokasi tubuh
Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :
Tebal kulit
Jumlah lipatan kulit
Elastisitas kulit
Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
Umur individu.
Lapisan Kulit
Epidermis
Dermis
Jaringan subcutan.
EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
Stratum corneum
Stratum lucidum
Stratum garanulosum
Stratum spinosum/ spongiosum
Stratum basale
Stratum Corneum
Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah
mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.
Makin keatas makin halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik
yang sangat halus.
Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap
hari
Stratum Lucidum
Hanya terdapat pada kulit yang tebal.
Mikroskop elektron menunjukkan bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel
yang berada di stratum corneum.
Stratum Granulosum
Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas
epidermis.
Stratum Spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda, karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak
ditengah-tengah.
Diantara sel spinosum terdapat sel langerhans, mengaktifkan sistem imun
Stratum Basale
Lapisan terdalam epidermis
10-20 % sel di stratum basale adalah melanocytes. Melanin, sel warna untuk
kulit (pigmen).
Butiran melanin berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.
DERMIS
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan
jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke
arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
Kelenjar apokrin terdapat di daerah aksila, anus, skrotum dan labia mayora.
Kelenjar apokrin menjadi aktif pada pubertas. Kelenjar ini memproduksi
keringat yang keruh dan diuraikan oleh bakteri sehingga menghasilkan bau
yang khas.
Fungsi Kulit
Perlindungan (proteksi)
Kulit melindungi tubuh dari segala pengaruh luar, misalnya bahan kimia,
mekanis, bakteriologis dan lingkungan sekitarnya yang senantiasa berubahubah. Fungsi proteksi ini terutama dilakukan oleh stratum corneum, dalam hal
ini juga dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit
dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis
Sensibilitas/fungsi sensori
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk
memantau secara terus menerus keadaan lingkungan disekitarnya. Fungsi
utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan
yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk
bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda.
Korpus Meisners: reseptor yang terdapat pada kulit tidak berambut (banyak
diujung jari dan bibir) untuk mendeteksi objek yang sangat ringan dan vibrasi
dengan frekuensi rendah.
Sel Merkel terdapat didaerah dimana terdapat korpus Meisners berfungsi
untuk melokalisasi sensasi raba pada daerah permukaan tubuh dan
menentukan teksture benda yang dipegang.
Korpus Paccini berperan penting untuk mendeteksi vibrasi
Keseimbangan air
Reaksi tanning dibagi atas 2 yaitu tanning yang terjadi langsung atau
cepat, dan tanning yang berlangsung lambat. Tanning reaksi cepat terjadi dalam
waktu 5-10 menit setelah paparan dan menghilang dalam beberapa menit sampai
beberapa hari tergantung dosis UVdan jenis kulit individu. Tanning yang cepat
tidak memberikan fotoproteksi DNA tidak menaikkan tingkat melanin epidermal.
DNA ini hanya terjadi oleh penyinaran UV-A. Tanning reaksi lambat terjadi dalam
waktu 3-4 hari setelah paparan UV. Ini disebabkan oleh UV-B dan UV-A.
Puncaknya antara 10 hari sampai 4 minggu tergantung dosis UV dan jenis kulit
individu, dan menghilang dalam beberapa minggu. Secara histologi terjadi
peningkatan melanosit epidermal, melanosit dendrit dan perpindahan melanosom
ke keratinosit, dan terjadi melanisasi yang meningkat dari melanosom individu.
Melanogenesis merupakan proses yang dipengaruhi oleh panjang gelombang. UVA akan menyebabkan pigmentasi yang gelap dan berbatas pada lapisan basal. UVB menyebabkan pigmentasi yang gelap terbatas pada lapisan epidermis,
sedangkan pigmentasi akibat UV-C ringan sekali.
Melasma merupakan bentuk epidermal melanotic hyperpigmentation
namun penelitian pada akhir akhir ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas dan jumlah melanosit pada penderita melasma. Melanin pada epidermis
berperan sebagai kromofor endogen yang menyerap gelombang elektro magnetik
sinar matahari sehingga dianggap sebagai pelindung terhadap efek buruk sinar
matahari. Paparan sinar matahari pada kulit manusia akan diserap oleh kromofor
endogen, dan terjadilah reaksi fotokimiawi yang merubah molekul molekul yang
stabil menjadi molekul sangat reaktif. Hasil reaksi fotokimiawi dikenal sebagai
photo product, antara lain molekul CPD (Cyclobutan Pyrimidine Dimmer) sebagai
hasil reaksi fotoadisi, cis-urocanic acid yang berasal dari molekul trans pada
reaksi fotoisomerisasi dan ROS (Reactive Oxygen Species) seperti oksigen
singlet, anion superaktif, radikal hidroksil sebagai sebagai hasil reaksi foto
oksidasi. Sintesis melanin dapat terjadi karena paparan sinar matahari secara
langsung maupun tak langsung.
Secara langsung bila pajanan sinar matahari memicu melanosit pada
membran sel yang akan mengahasilkan ROS sebagai photoproduct, selanjutnya
musim panas, dan tampak berkurang/membaik pada musim dingin. Hal ini
menunjukkan besarnya hubungan antara melasma dan paparan sinar matahari.
Sebelum membahas tentang patogenesisnya, akan dibahas terlebih dahulu tentang
Ultra Violet.
Radiasi Ultra Violet terbagi 3 macam :
1) Radiasi UV-C (200-290 nm).
Radiasi ini tidak ditemukan dalam spectrum sinar matahari pada permukaan bumi
karena disaring oleh ozon dan air. Disebut juga radiasi germisidal karena dapat
membunuh mikroorganisme. Radiasi ini adalah UV gelombang pendek, karena
merupakan panjang gelombang terpendek pada spektrum UV. Radiasi UV-C
sering diartikan dengan panjang gelombang 259 nm karena sesuai dengan panjang
gelombang yang diemisi oleh lampu merkuri bertekanan rendah (lampu germisid)
sebagai sumber radiasi UV-C.
2) Radiasi UV-B (290-320 nm).
Merupakan bagian radiasi UV-B dengan keaktifan biologis tertinggi pada sinar
matahari dan penyebab reaksi eritema setelah paparan dengan matahari. Disebut
juga UV gelombang tengah atau sumber radiasi UV .
3) Radiasi UV-A (320-400nm).
Panjang gelombang terpanjang dari spektrum UV ini mempunyai efek biologis
kurang dari UV-B, tetapi gelombang UV-A dapat memacu menyebarkan sebagian
eritema akibat matahari. Nama lain UV-A ialah radiasi UV gelombang panjang,
radiasi UV karena dekat dengan sinar hitam (black light) karena tidak terlihat.
DNA (Deoksiribonucleotic Acid) menyerap ultra violet terbanyak pada panjang
280 nm. UV-B merupakan penyebab kerusakan biokemikal yang paling potensial.
2) Hormon
Dari segi hormonal, estrogen, progesteron, MSH (Melanocyte Stimulating
Hormon), dan ACTH ( Adrenocorticotropic hormon ) merupakan faktor penting
(cyclic
adenosin
monophosphat),
yang
kemudian
meningkatkan
4) Genetik
Terjadinya melasma memiliki kaitan dengan riwayat keluarga yang pernah
menderita juga sebelumnya. Hal ini dihubungkan bahwa peningkatan pigmentasi
yang sejalan dengan paparan radiasi UV merupakan kosekuensi dari perbaikan
DNA.6 Dengan gen yang mempengaruhi faktor keturunan ini adalah gen
SLC24A5 ( Solute Carrier Family 24 member 5 ), sebuah gen yang terdapat pada
kromosom ke-15 dalam tubuh manusia. Gen ini tersusun dari 396 molekul asam
amino. Menurut penelitian, aktivitas gen SLC24A5 inilah yang menentukan
jumlah dan aktivitas melanosit. Semakin tinggi aktivitas gen SLC24A5, semakin
tinggi jumlah melanosit yang akan memproduksi banyak melanin. Artinya, kulit
akan semakin gelap. Demikian pula sebaliknya, jika aktivitas gen SLC24A5 ini
semakin sedikit, kulit cenderung semakin terang.
5) Ras
Insiden terbanyak dimiliki oleh wanita dengan tipe warna kulit yang lebih gelap
( Fitzpatrick III, IV, V dan VI ) dan beberapa ras seperti Latin ( 8,8 % ), AfrikaAmerika, Afrika-Karibia dan Asia.
6) Kosmetik
Faktor lain yang berperan pada timbulnya melasma adalah faktor lokal yaitu
pemakaian kosmetika. Beberapa bahan yang ada dalam kosmetika wajah seperti
pewangi, mulai dari benzyl alcohol sampai lavender oil, juga hydroquinone,
antiseptic, PABA ( Para Amino Benzoic Acid ) dan berbagai pengawet bersifat
sebagai photo sensitizer yang dapat meningkatkan terbentuknya ROS ( Reactive
Oxygen Species ) dan memicu aktifitas melanosit. Khusus hydroquinone yang
banyak digunakan sebagai pemutih kulit di pasaran dengan dosis yang tidak
akurat, selain dapat menyebabkan hipermelanosis, justru berperan sebagai sumber
ROS yang dapat merusak sel dan DNA (Deoksiribonucleatic Acid). Maka tidak
heran apabila penderita yang diberi obat pemutih kadang dapat terjadi reaksi
sebaliknya, kulit menjadi lebih hitam. Namun yang lebih berbahaya adalah
dengan penggunaan pemutih untuk mencegah sintesis melanin, fungsi melanin
sebagai proteksi hilang dan pada tingkat seluler terjadi kerusakan DNA yang
apabila mekanisme repair tak berhasil maka sangat beresiko menghasilkan gen
mutan yang pada akhirnya timbul keganasan kanker kulit.
Mekanisme faktor kosmetik dapat menjadi pencetus terjadinya melasma diduga
merupakan suatu reaksi fotosensitisisasi setelah terkena paparan sinar matahari
(hipersensitivitas tipe lambat). Bahan fotosensitiser yang terkandung dalam
kosmetika tadi menyerap sinar, kemudian terbentuk hapten yang akan bergabung
dengan protein karier dan memacu respon imun. Mediator yang mempunyai
kemampuan merangsang melanosit adalah leukotrien C4 dan D4. Selain itu juga
terdapat peningkatan jumlah makrofag dermis bagian atas dan multiplikasi lamina
basalis. Terjadi juga respon edemakutis akibat degenerasi dan regenerasi sel-sel
basal, yang berakibat berpindahnya melanosom dalam keratinosit yang degenerasi
ke dermis, sehingga timbul hipermelanosis dermal
7) Riwayat Penyakit Lain
Disebutkan dalam literatur dan penelitian sebelumnya bahwa, melasma dapat
dijumpai pada penyakit kronis tertentu, seperti TBC, schistosomiasis, dan malaria.
Diduga aktivitas Retikulo Endhotelial System (RES) berbanding terbalik dengan
korteks adrenal. Stimulasi RES pada infeksi kronis menyebabkan menurunnya
aktivitas korteks adrenal, yang akhirnya meningkatkan pigmentasi kulit.4 Namun
kondisi ini juga sangat tergantung pada kondisi penderita itu sendiri. Dan masih
banyak faktor-faktor risiko lain yang belum jelas peranannya.
8) Usia
Insidens terbanyak pada usia 30-44 tahun. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
perubahan keseimbangan hormon estrogen, paparan sinar matahari, dan sintesis
melanin yang berlebihan.
9) Pekerjaan
Melasma banyak menyerang penderita yang pekerjaannya sering terpapar dengan
sinar matahari tanpa alat pelindung diri ataupun tanpa medikamentosa yang
cukup.
Sebagai data dasar yang ikut mempengaruhi frekuensi terjadinya melasma pada
penderitanya yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan
(Sri Linuwih, 2015)
3. Bagaimana klasifikasi dari melanosis?
Jawaban
Melanosis atau kelainan pigmentasi adalah kelainan warna kulit akibat berkurang
atau bertambahnya pertumbuhan pigmen melanin pada kulit.
Klasifikasi
1. Hipermelanosis
Hipermelanosis bila produksi pigmen melanin bertambah. Hipermelanosis
dapat disebabkan oleh sel melanosit bertambah maupun hanya karena
pigmen saja yang bertambah. Fitzapatrick membagi hipermelanosis
berdasarkan distribusi melanin kulit yaitu (a) hipermelanosis coklat bila
pigmen melanin terletak pada epidermis dan (b) hipermelanosis abu-abu
bila pigmen melanin terletak didalam dermis. Beberapa jenis kelainan
hipermelanosis pada wajah antara lain melasma, efelid dan lentigo.
2. Hipomelanosis bila produksi pigmen melanin berkurang. Hipomelanosis
dapat disebabkan oleh pengurangan jumlah pigmen atau berkurang
maupun
tidak
adanya
sel
melanosit.
Beberapa
jenis
kelainan
melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan spinosum dari
epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi secara langsung pada kultur
jaringan kulit. Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam keratinosit.
Ketika di dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam sitoplasma di
daerah atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari efek merusak radiasi
matahari. Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel
epitel/keratinositlah yang menjadi gudang dan berisi lebih banyak melanin,
dibandingkan melanosit sendiri. Di dalam keratinosit, granul melanin bergabung
dengan lisosom, alasan mengapa melanin menghilang pada sel epitel bagian atas.
Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit
yang menyebabkan pigmentasi pada kulit:
1. Kecepatan pembentukan granul melanin dalam melanosit.
2. Perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan
3. Penempatan terakhirnya dalam keratinosit
Pada manusia, ratio dopa-positif melanosit terhadap keratinosit pada
stratum basal adalah konstan di dalam setiap area tubuh, tetapi bervariasi dari satu
regio ke regio yang lain. Sebagai contoh, ada sekitar 1000 melanosit/mm2 di kulit
daerah paha dan 2000/mm2 di kulit skrotum. Jenis kelamin dan ras tidak
mempengaruhi jumlah melanosit/unit area. Perbedaan pada warna kulit terutama
karena perbedaan jumlah granul melanin pada keratinosit.
Gambar 4. Section of the stratum spinosum showing the localized deposits of melanin
covering the cell nuclei. Melanin protects the DNA from the UV radiation of the sun. This
explains why people with light skin have a higher incidence of skin cancer than do people
with dark skin. The highest concentration of melanin occurs in the cells that are more
deeply localized; these cells divide more actively. (The DNA of cell populations that
multiply more actively is particularly sensitive to harmful agents.)
dapat
menimbulkan
efek
kosmetik.
Bahan
kosmetika
yang
sebagai
sumber
ROS
yang
dapat
merusak
sel
dan
DNA
(Deoksiribonucleatic Acid). Maka tidak heran apabila penderita yang diberi obat
pemutih kadang dapat terjadi reaksi sebaliknya, kulit menjadi lebih hitam. Namun
yang lebih berbahaya adalah dengan penggunaan pemutih untuk mencegah
sintesis melanin, fungsi melanin sebagai proteksi hilang dan pada tingkat seluler
terjadi kerusakan DNA yang apabila mekanisme repair tak berhasil maka sangat
beresiko menghasilkan gen mutan yang pada akhirnya timbul keganasan kanker
kulit.
Mekanisme faktor kosmetik dapat menjadi pencetus terjadinya
melasma diduga merupakan suatu reaksi fotosensitisisasi setelah terkena paparan
sinar matahari (hipersensitivitas tipe lambat). Bahan fotosensitiser yang
terkandung dalam 20 kosmetika tadi menyerap sinar, kemudian terbentuk hapten
yang akan bergabung dengan protein karier dan memacu respon imun. Mediator
yang mempunyai kemampuan merangsang melanosit adalah leukotrien C4 dan
D4. Selain itu juga terdapat peningkatan jumlah makrofag dermis bagian atas dan
multiplikasi lamina basalis. Terjadi juga respon edemakutis akibat degenerasi dan
sintesis
ergosterol
yang
sistemik,
setelah
penggunaan
60
mg
A. Anamnesis
a. Identitas
Nama
: X (wanita)
Umur
: 43 Tahun
Alamat
: Pekerjaan
:b. Keluhan utama
Bercak kecoklatan pada pipi kanan, dahi dan dagu
c. Kapan kelainan kulit mulai muncul:
2 bulan yang lalu
d. Galilah onset:
2 bulan
e. Apakah hilang timbul atau menetap:
Hilang timbul pada saat berobat
f. Gambaran lesi awalnya:
Diawali sebagai bintik hitam menyerupai tahi lalat
g. Lokasi awalnya:
Di pipi
h. Perkembangan lesi dan distribusi:
serangga/luka?
m. Apakah keluhan lain?
n. Apakah pernah mengalami keluhan yang sama pada masa lalu?
o. Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam lingkungan
keluarga atau lingkungan sekitar tempat tinggal?
p. Apakah ada riwayat kontak dengan penderita penyakit kulit yang
sama?
q. Riwayat pengobatan:
Berobat di puskesmas dan diberi obat miconazole
B. Pemeriksaan fisis
a. Inspeksi:
Warna kelainan
Eritama
: kemerahan
Hiperpigmentasi
: kehitamanan
Hipopigmentasi
: keputihan
Ukuran kelainan
Miliar
: sebesar kepala jarum pentul
Lenticular
: sebesar biji jagung
Nummular
: sebesar uang logam
Plakat
: lebih besar dari numular
Susunan kelainan
Linear
: seperti garis lurus
Sirsinaranular : seperti lingkaran
Arsinar
: berbentuk bulan sabit
Polisiklik
: bentuk pinggiran yang sambung
menyambung
Korimbiformis
Tidak teratur
Penyebaran dan lokalisasi
Sirkumskrip : berbatas tegas
Difus
: tidak berbatas tegas
Generalisata : tersebar pada sebagian besar badan
Universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh
Soliter
: hanya satu lesi
Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada
h.zoiter
Konfluens
Diskret
Serpiginosa
b. Palpasi:
Batas lesi
Imobilitas (pergerakannya)
Konsistensi (padat/kenyal/lunak/berisi cairan)
Permukaan (rata/ tidak rata/ berbenjol-benjol)
Licin/halus
Nyeri tekan/tidak
C. Pemeriksaan sederhana:
a. Pemeriksaan diaskopi guna membedakan eritema dan purpura
b. uji gores (dermografism)
c. uji white dermografhisme)
d. uji saraf sensorik perifer di kulit
e. uji tanda nikolsky
f. uji tetesan lilin (jika pada psoriasis)
g. uji fenomena auspitz (jika pada psoriasis)
h. uji fenomena koebner (jika pada psoriasis)
D. pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan langsung dari kerokan kulit
b. slit skin smear (khusus lepra)
c. cairan/duh tubuh guna pemeriksaan bakteriologik dan jamur
d. pemeriksaan darah, urin, fases lengkap
e. pemeriksaan histopatologi (biopsy jaringan kulit)
f. pemeriksaan khusus kulit (tes tempel, prick test)
g. pemeriksaan dengan sinar wood (Sri Linuwih, 2016)
8. Jelaskan differensial diagnosa terkait keluhan pada skenario!
Jawaban
1. Melasma
Melasma merupakan kelainan hipermelanosis yang sangat sering dijumpai,
bersifat didapat, dengan distribusi simetris pada daerah yang sering terpapar sinar
matahari dan biasanya dijumpai pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul
dalam bentuk makula berwarna coklat terang sampai gelap dengan pinggir yang
iregular, biasanya melibatkan daerah dahi, pelipis, pipi, hidung, di atas bibir, dagu,
dan kadang-kadang leher. Meskipun melasma dapat mengenai semua orang, akan
tetapi lebih sering pada wanita Asia dan Hispanik berkulit gelap.
Epidemiologi
Melasma pada dasarnya dapat mengenai semua ras terutama penduduk
yang terpajan sinar matahari dengan intensitas cukup tinggi (daerah tropis)
Balkrishnan et al (2003) menyatakan bahwa salah satu kondisi yang paling umum
terjadinya melasma terutama pada individu keturunan Hispanik dan Asia.
Sedangkan Sachdeva (2006) dan Dogra;Gupta (2006) menjelaskan tipe kulit
Fitzpatrick IV-V merupakan individu yang umum terkena penyakit ini.
Melasma terutama dijumpai pada wanita usia subur dengan riwayat
langsung terpajan sinar matahari, meskipun didapatkan pula pada pria ( 10%). Di
Indonesia, perbandingan kasus wanita dan pria yaitu 24 : 1. Insiden terbanyak
pada wanita usia 30-44 tahun (Soepardiman, 2010). Berdasarkan penelitian
Febrianti, Aryani Sudharmono, IGAK Rata, Irma Bernadette di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Indonesia/RS. Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta tahun 2004 menunjukkan hasil bahwa epidemiologi
melasma 97,93% wanita dan 2,07% pria. Insidens terbanyak menurut penelitian
Rikyanto yang berkonsultasi ke Poli Kulit RSUD Kota Yogyakarta selama 3 tahun
(Juni 2001-Juli 2003), kelompok umur kasus melasma terbanyak pada kelompok
usia 31-40 tahun (42,4%), dengan frekuensi kunjungan terbanyak adalah 1x
kunjungan dan pasien memiliki pekerjaaan yang umumnya adalah pegawai negeri
sipil (57,3%).
Etiopatogenesis
Meskipun melasma memiliki banyak faktor etiologi yang diakui namun
patogenesis pastinya tidak diketahui. Bukti menunjukkan bahwa faktor internal
dan lingkungan mungkin bertanggung jawab untuk memicu, mempertahankan,
dan membuat kambuh lesi melasma. Faktor-faktor tersebut seperti pengaruh
genetik, paparan radiasi UV, kehamilan, kontrasepsi oral, terapi estrogen /
progesteron, disfungsi tiroid, kosmetik, dan obat- obatan seperti obat anti kejang
dan fototoksik.
Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis, pemeriksaan
histopatologik, dan pemeriksaan dengan sinar Wood.
Berdasarkan gambaran klinis dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Bentuk sentro-fasial meliputi daerah dahi, hidung, pipi bagian medial, bawah hidung,
serta dagu (63%).
2. Bentuk malar meliputi hidung dan pipi bagian lateral (21%)
3. Bentuk mandibular meliputi daerah mandibula (16%)
Berdasarkan pemeriksaan histopatologik dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Melasma tipe epidermal, umumnya berwarna coklat. Melanin terutama terdapat pada
lapisan basal dan suprabasal, kadang- kadang diseluruh stratum korneum dan stratum
spinosum
2. Melasma tipe dermal, berwarna coklat kebiruan. Terdapat makrofag bermelanin di
sekitar pembuluh darah di dermis bagian atas dan bawah, pada dermis bagian atas
terdapat fokus-fokus infiltrat
Berdasarkan pemeriksaan dengan sinar Wood, melasma dapat dibedakan menjadi 4
kelompok, yaitu :
1. Tipe epidermal, melasma tampak lebih jelas dengan sinar Wood dibandingkan dengan
sinar biasa
2. Tipe dermal, dengan sinar Wood tak tampak warna kontras dibanding dengan sinar
biasa
3. Tipe campuran, tampak beberapa lokasi lebih jelas sedang lainnya tidak jelas
4. Tipe sukar dinilai karena warna kulit yang gelap, dengan sinar Wood lesi menjadi
tidak jelas sedangkan dengan sinar biasa jelas terlihat. Pemeriksaan dengan sinar
Wood lebih bermakna pada kulit warna terang dan sedang. Pada kulit warna gelap
(tipe IV), pemeriksaan dengan sinar Wood tidak bermanfaat
Gambaran Klinis
Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap, dengan
pinggir iregular, tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut, yaitu sentrofasial
(63%) mengenai daerah pipi, dahi, hidung, di atas bibir dan dagu, merupakan
bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%) mengenai pipi dan hidung, dan
mandibular (16%) mengenai ramus mandibula. Melasma tidak mengenai
membran mukosa. Jumlah makula hiperpigmentasi berkisar antara satu lesi
sampai multipel dengan distribusi simetris.
Lesi melasma berupa makula berwarna coklat muda atau coklat tua berbatas tegas
dengan tepi tidak teratur, sering pada pipi, dan hidung yang disebut pola malar seperti
pada Gambar 2.1. Pola mandibular terdapat pada dagu, sedangkan pola sentrofasial di
pelipis, dahi, alis, dan bibir atas. Warna keabu-abuan atau kebiru-biruan terutama pada
tipe dermal
a. Pemeriksaan histopatologik
Terdapat dua tipe hipermelanosis, yaitu :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan suprabasal,
kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai stratum korneum; sel-sel
yang padat mengandung melanin adalah melanosit, sel-sel lapisan basal, dan
suprabasal, juga terdapat pada keratinosit dan sel-sel stratum korneum.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah dalam
dermis bagian atas dan bawah; pada dermis bagian atas terdapat fokus-fokus
infiltrat.
Penatalaksanaan
Pengobatan melasma memerlukan waktu yang cukup lama, kontrol yang teratur
serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter yang menanganinya. Kebanyakan
penderita berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan dan perawatan kulit harus
dilakukan secara teratur dan sempurna karena melasma bersifat kronis residif.
Pengobatan yang sempurna adalah yang kausal, maka penting dicari etiologinya
a) Pencegahan
1) Pencegahan terhadap timbulnya atau bertambah berat serta kambuhnya melasma
adalah perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita diharuskan menghindari
pajanan langsung sinar ultra violet terutama antara pukul 09.00-15.00. Sebaiknya
jika keluar rumah menggunakan payung atau topi yang lebar. Melindungi kulit
dengan memakai tabir surya yang tepat, baik mengenai bahan maupun cara
pemakaiannya. Pemakaian tabir surya dianjurkan 30 menit sebelum terkena
pajanan sinar matahari. Ada 2 macam tabir surya yang dikenal yaitu tabir surya
fisis dan tabir surya kimiawi. Tabir surya fisis adalah bahan yang dapat
memantulkan/menghamburkan ultra violet, misalnya : titanium dioksida, seng
oksida, kaolin; sedang tabir surya kimiawi adalah bahan yang menyerap ultra
violet. Tabir surya kimiawi ada dua jenis, yaitu :
Yang mengandung PABA (Para Amino Benzoic Acid) atau derivatnya,
b) Pengobatan
1. Pengobatan topikal
a. Hidrokinon
Hidrokinon dipakai dengan konsentrasi 2-5% (Soepardiman, 2010).
Hidrokinon menghambat konversi dari DOPA (Dihidroksi Phenil
Alanin) terhadap melanin dengan menghambat aktivitas dari enzim
tirosinase (Robert, 2009). Soepardiman (2010) menjelaskan bahwa
krim tersebut dipakai pada malam hari disertai pemakaian tabir surya
pada siang hari. Umumnya tampak perbaikan dalam 6-8 minggu dan
dilanjutkan sampai 6 bulan. Efek samping adalah dermatitis kontak
iritan atau alergik. Setelah penghentian penggunaan hidrokinon
sering terjadi kekambuhan.
b. Asam retinoat (retinoic acid/tretinoin)
Asam retinoat 0,1% terutama digunakan sebagai terapi tambahan atau
terapi kombinasi. Krim tersebut juga dipakai pada malam hari karena
pada siang hari dapat terjadi fotodegradasi. Asam retinoat saat ini
digunakan sebagai monoterapi dan didapatkan perbaikan klinis secara
bermakna meskipun berlangsung cukup lambat. Efek samping berupa
eritema, deskuamasi, dan fotosensitasi.
c. Asam azeleat (Azeleic acid)
Asam azeleat merupakan obat yang aman untuk dipakai. Pengobatan
dengan asam azeleat 20% selama 6 bulan memberikan hasil yang
baik. Efek sampingnya rasa panas dan gatal.
2. Pengobatan sistemik
a. Asam arkobat/Vitamin C
Vitamin C mempunyai efek merubah melanin bentuk oksidasi menjadi
melanin bentuk reduksi yang berwarna lebih cerah dan mencegah
pembentukan melanin dengan merubah DOPA kinon menjadi DOPA.
b. Glutation
Glutation bentuk reduksi adalah senyawa sulfhidril yang berpotensi
menghambat pembentukan melanin dengan jalan bergabung dengan
Cuprum dari tirosinase.
3. Tindakan khusus
a. Pengelupasan kimiawi
Pengelupasan kimiawi
hiperpigmentasi.
dapat
Pengelupasan
membantu
pengobatan
kelainan
kimiawi
dilakukan
dengan
2.
Lentiginosis
DEFENISI:
Lentigo adalah makula coklat atau kehitaman berbentuk bulat atau polisiklik.
Lentiginosis adalah keadaan timbulnya lentigo dalam jumalh yang banyak atau dengan
distribusi tertentu.
ETILOGI:
Disebabkan karena bertambahnya jumlah melanosit pada taut demo epidermal
tanpa adanya ploriferasi fokal.
KLASIFIKASI:
1. Lentiginosis generalisata
2. Lentiginosis sentrofasial
3. Sindrom Peutz-Jegher.
1. LENTIGINOSIS GENERALISATA
Lesi lentigo umumnya multiple, timbul satu atau dalam kelompok kecil sejak
masa anak-anak. Patogenesisnya tidak diketahui dan tidak dibuktikan adanya faktor
genetik. Dibagi menjadi dua:
a. Lentiginosis eruptif
Lentigo timbul sangat banyak dan dalam waktu yang singkat. Lesi mula-mula
berupa berupa telangiektasis yang cepat mengalami pigmentasi dan lambat laun
berubah menjadi melanositik seluler.
b. Sindrom lentiginosis multiple
Meupakan sindrom lentiginosa yang dihubungkan dengan berbagai kelainan
perkembangan. Diturunkan secara dominan autosomal. Lentigo timbul pada
waktu lahir dan bertambah pada masa puberitas. Ditemukan pada daerah leher
dan badan bagian atas, tetapi dapat juga ditemukan diseluruh badan. Sering
badan
akan
terlambat.
Adanya
kelainan
mata
berupa
ditemukan di seluruh traktus intestinal, termasuk lambung tetapi terutama pada usus
kecil yang merupakan hamartoma adenomatosa jinak.
GIAGNOSIS BANDING:
Pigmentasi mukosa adalah tanda khas untuk sindrom Peutz-jegher, hal ini tidak
didapatkan pada penyakit addison. Freckless umunya dijumpai pada orang kulit
putih dipengaruhi oleh sinar matahari dan tidak mengenai membran mukosa.
PENGOBATAN:
Terapi dengan pembedahan untuk mengurangi gejala saja. Polip yang meluas dsn
sifatnya jinak merupakan kontraindikasi untuk tindakan radikal, keculi lambung,
duodenum atau kolon terknena maka profilaksis dapat dianjurkan (Sri Linuih, 2015)
3. Efelid
Definisi
Efelid adalah suatu kelainan kulit berupa bercak-bercak hitam atau coklat
terang pada daerah daerah yang terpajan sinar matahari.
Sinonim
Frekless
Penyebab
Faktor familial yang diturunkan secara autosomal dominan.
Epidemiologi
Biasanya pada dewasa sampai tua dan dengan frekuensi yang sama pria dan
wanita. Lebih sering pada orang berkulit putih
Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya
Lebih banyak pada musim panas dan pada orang orang yang berambut
pirang atau berkulit hitam lebih sering terkena.
Gejala
Biasanya
efelid
timbul
pada
umur
lima
tahun,
berupa
makula
hiperpigmentasi terutama pada daerah kulit yang sering terkena sinar matahari.
Pada musim panas jumlahnya akan bertambah, lebih besar dan lebih gelap.
Kadang-kadang efelid ini tidak begitu berarti, tetapi kadang-kadang
merupakan masalah kosmetik. Pada cenderung mendapat melanocytic naevi.
Timbul bercak-bercak hitam atau coklat di daerah tubuh yang terpajan sinar
matahari, terasa nyeri dan panas.
Pemeriksaan kulit
-
Gambaran histopatologis
Pada pemeriksaan histopatologik didapatkan adanya penambahan jumlah
melanosit, tetapi melanosom panjang dan berbentuk bintang seperti yang
didapatkan pada orang berkulit hitam. Pembentukan melanin lebih cepat setelah
penyinaran matahari. Jumlah melanin di epidermis juga bertambah.
Diagnosis banding
Melasma,
fotodermatitis
kontak,
hiperpigmentasi
pascaperadangan,
Jawaban
Daftar Pustaka
Unhas, F. K. (2011). Diktat Anatomi.
Hamdani, Sri Mutia. 2015. Gambaran Kualitas Hidup Penderita Kelainan
Pigmentasi Wajah pada Pengunjung Posyandu di Kecamatan Medan Labuhan.
Universitas Sumatera Utara. [online] diakses pada tanggal 3 Oktober 2016.
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition,
Washington, Lange, 2003: 316-23
26.
[cited
2011
Jan
22].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1069191-overview
Ganiswarna, Sulistia G dkk. 2001. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: FK
UI.
Goodman & Gilman. 2010. Manual Farmakologi dan Terapi. EGC: Jakarta. Hal.
765.
Janssen Pharmaceutica. 2016. Daktarin Oral Gel. Depok. [Online] Diakses pada
tanggal 2 Oktober 2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27795/4/Chapter%20II.pdf
Sri Linuwih SW Menaldi. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 342-345
R.S Sieregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC
Mead MN. Benefits of sunlight: A bright spot for human health [cited 2014 Feb 7].
Available from: www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2290997/