You are on page 1of 96
DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR Say 76 PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BENDUNGAN MARET 2003 Kantor Sekretariat KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN (BALAI KEAMANAN BENDUNGAN) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR/ oe KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN NOMOR : 05/KPTS/2003 Tentang PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BENDUNGAN PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN ‘Menimbang Mengingat Direktur Jenderal Sumber Daya Air/ Ketua Komisi Keamanan Bendungan keselamatan masyarakat; b. Bahwa upaya pengamanan bendungan periu ditindak anjuti dengan pengaturan inspeksi dan evaluasi keamanan bendungan dalam suatu Pedoman Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan; 4, Bahwa untuk melaksanaken tugas dan tanggung jawabnya, Komisi Keamanan Bendungan berwenang untuk mengatur lebih lanjut pelaksanaannya; e. Bahwa schubungan hal tersebut diatas, perlu ditetapkan Pedomen Inspeksi dan Evaluasi Keamanan Bendungan dengan Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air. 1. Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air, 3, Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; 4, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 5. Keputusan Presiden RI Nomor 228 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong; Bahwa bendungan sebagai bangunan yang mempunyai Kemanfaatan umum, perlu adanya upaya pengamanan agar diperoleh manfaat yang menerus seta jaminan atas Menetapkan PERTAMA 6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen; 7, Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor O1/KPTS/M/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 8. Peraturan Menteri PU Nomor 41/PRT/1989 tentang SNI No 1731 - 199 F tentang Pedoman Keamanan Bendungan; 9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungen Jo. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana_ Wilayah__ Nomor 296/KPTS/M/2001 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 39/PRT/1989 tentang Pembagian Wilayah Sungai; 11, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 102 Tahun 1994 tentang Penunjukan/Pengangkatan Ketua, Anggota, Sekretaris pada Organisasi Keamanan Bendungan; 12, Keputusan Presiden Nomor 105/M. 2002 tentang Penunjukan dan Pengangkatan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, MEMUTUSKAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR TENTANG: A. PEDOMAN KAJIAN KEAMANAN BENDUNGAN; B. PEDOMAN KRITERIA UMUM DESAIN BNDUNGAN; C. PEDOMAN INSPEKSI DAN EVALUASI KEAMANAN BENDUNGAN. Mengesahkan berlakunya ketiga Pedoman tersebut diatas scbagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini sebagai pedoman bagi para Pemilik/Pengelola Bendungan dan Balai Keamanan Bendungan dalam melakukan kajian pembangunan dan pengopersian bendungan. KEDUA —: __ Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya bilamana dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya. Ditetapkandi : JAKARTA Padatanggal =: Maret ©2003 DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR. DEPARTEMEN KIMPRASWIL, KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN DR. Ir, Roestam Sjarief, MNRM. ies ‘Tembusan Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth. Bapak Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Sekretaris Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Inspektur Jenderal Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Kepala Balitbang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Staf Ahli Menteri Bidang Otonomi dan Keterpaduan Pembangunan Daerah Staf Ahli Menteri Bidang Pengembangan Keahlian dan Tenaga Kerja Kepala Puslitbang Sumber Daya Air Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 9. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya air 10.Kepala Biro Perencanaan dan KLN, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 11.Para. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan/Permukiman dan Prasarana Wilayah Propinsi 12, Perum Jasa Tirta I dan Il. en ay een 1) 2) 3) DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA Pemrakarsa 4 Balai Keamanan Bendungan Balai Keamanan Bendungan 2, Direktorat Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air Pengarah 1. Ir, Pudji Hastowo, DiplHE. 2. Ir, Soekistiarso, Dipl. HE. Penyusun Pedoman Dit. Bintek, Ditien Sumber Daya Air No. NAMA, LEMBAGA 1. | Ir, Pugji Hastowo, Dip. HE Balai Keamanan Bendungan 2. | Ir, Zaenuddin, ME Balai Keamanan Bendungan 3. | Ir. Bambang Pinudji Oetomo Balai Keamanan Bendungan 4, | Ir. Soekistiarso, Dipl HE. Dit. Bintek, Ditjen. SDA 5._| It. Soedibyo, MT Konsultan KATA PENGANTAR Meskipun bendungan memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia, namun pembangunannya bukannya tanpa risiko gagal. Oleh karena itu keamanan bendungan merupakan hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak- pihak terkait. Dalam kaitan inilah perlu disusun Pedoman-Pedoman yang diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dan salah satu diantaranya adalah : Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan. Meskipun Pedoman ini telah disusun dengan melibatkan beberapa pihak, banyak enjinir dan pejabat, namun disadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangannya. Oleh karena itulah diharapkan tegur sapa dan kritik membangun dari semua pihak, untuk lebih menyempurnakan pada penerbitan revisi-revisi di masa mendatang. Revisi diperlukan untuk menampung sumbang saran dari para pengguna jasa dan penyedia jasa setelah melaksanakan pembangunan proyek yang mencakup pembangunan bendungan, ‘tas perhatian yang diberikan diucapkan terima kasih, dan semoga Pedoman ini bermanfaat bagi kita semuanya. Jakarta, Maret 2003 Balai Keamanan Bendungan Pudji Hastowo, Dipl. HE DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN Te Umum 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Lingkup Kriteria 1.4 Hal-Hal yang perlu diperhatikan 1.5 Validitas dan Keterbatasan 1.8 Dokumen-Dokumen yang harus disiapkan 2, TIPE BENDUNGAN iz), Umum 2.2 Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsi 2.3. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Aspek Hidraulik 2.4 Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Materiainya 2.5 Bendungan Urugan Tanah 2.6 Bendungan Urugan Batu at Kriteria Dasar dan Umum 28 Pemilihan Lokasi dan Tipe Bendungan 3. SURVAI DAN INVESTIGASI 3.1 Umum oo ‘Survai Topografi 3.3. Investigasi Geologi 3.4 Investigasi Material 3.5 Studi Gempa 3.6 Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk HIDROLOGI 4.1 Pengumpulan Data Hidrologi dan Meteorologi 42 Pemeriksaan Data 43 Analisis Probabilitas Banjir Desain 44 Perkiraan Banjir Desain dari Data Hujan_ 45 Kelersediaan Air Waduk 4.6 Tinggi Jagaan 4.7 Sedimentasi 5. BEBAN 5.1 Beban yang Bekerja pada Bendungan Urugan 5.2 Berat Sendiri 5.3. Tekanan Hidrostatis 5.4 Tekanan Air Pori 5.5 Beban Gempa 5.6 Kondisi dan Kombinasi Beban serta Faktor Keamanan 5.7 Kriteria Faktor Keamanan Minimum Hal 10. 1. 12. 13. DESAIN PONDAS! 6.1 Umum 6.2 Jenis Pondasi Bendungan 6.3 Pondasi Batuan 6.4 Pondasi Material Berbutir Kasar 6.5 — Pondasi Material Berbutir Halus BENDUNGAN URUGAN TANAH 741 Umum 7.2 Puncak Bendungan 7.3 Perlindungan terhadap Lereng Bendungan 7.4 — Filter dan Transisi 7.5 Desain Timounan BENDUNGAN URUGAN BATU 8.1 Umum 8.2 Penerapan: 8.3 Desain Pondasi 84 — Parit Halang 85 — Desain Urugan 88 —Desain Membran BANGUNAN PELIMPAH 9.1 Umum 9.2 Fungsi Pelimpah dan Pemilihannya 9.3 Kapasitas Keluaran 9.4 Bangunan Pengontrol 95 — Saluran Pembawa 9.6 Peredam Energi 9.7 Tipe Bangunan Pelimpah 9.8 Bangunan Pelimpah Berpintu Air 9.9 Studi Model BANGUNAN PENGELUARAN 10.1 Umum 10.2 Tipe Bangunan Pengeluaran 10.3 Tipe Mulut Pengambilan 10.4 Bangunan Pengeluaran Berupa Konduit 10.5 Pipa dan Saluran Bawah Tanah INSTRUMENTAS! 14.1 Umum 11.2. Tujuan Pemasangan Instrumentasi dan Faktor Penyebab Kerusakan Bendungan 14.3. Kriteria Instrumentasi 11.4 Instrumentasi Bendungan Yang Diperlukan 14.5 Jenis Instrumen Bendungan PEKERJAAN PENGALIHAN ALIRAN SUNGAI 12.1 Metoda 12.2 Bangunan Pengelak LAIN-LAIN 43.1 Hal-Hal Yang Harus Ada Di dalam Kriteria Desain 43.2. Spesifikasi Teknik Bendungan Urugan 32 32 32 33 35 38 39 39 39 40 “1 43 48 48 50 51 52 54 87 87 87 58 60 65 66 66 68 68 68 69 70 71 m1 n 72 72 73 76 76 78 78 78 Tabel 3-1 Tabel 5-1 Tabel 7-1 Tabel 9-4 Tabel 11-1 Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Gambar 8 DAFTAR ISTILAH TERJEMAHAN SUMBER PUSTAKA DAFTAR TABEL Jenis Uji Material Bendungan Urugan Kondisi Dan Kombinasi Beban Serta Faktor Keamanan Minimum Hubungan Antara Jenis Tanah Dasar Dan Kriteria Filter Tipe dan Komponen Bangunan Pelimpah Keuntungan dan Keterbatasan Jenis Pisometer DAFTAR GAMBAR Potongan Bendungan Tipe Urugan Tanah Bendungan Tipe Urugan Batu Metode pengendalian rembesan air pada bendungan urugan Pengaruh membran hulu pada penahan urugan terhadap geseran Detil membran beton aspal pada dinding parit halang Detil dinding parit halang beton dan doweled toe slab Detil membran pelat baja pada dinding parit halang Kolam Olak USBR 9 85 7 ar a“ 57 73 23 24 37 47 49 58 50 44 4.2 13 414 41. PENDAHULUAN Umum Kriteria Umum Desain Bendungan Urugan, berisi patokan dasar dan umum untuk pembuatan desain bendungan urugan termasuk bangunan pelengkapnya. Kriteria Umum tidak memberi penjelasan secara rinci mengenai metoda dan rumus-rumus yang harus dipakai, oleh karenanya sebelum pembuatan desain bendungan, lebih dulu Perencana harus menyiapkan kriteria desain yang rinci khusus bagi bendungan yang akan disiapkan desainnya. Penyiapan kriteria desain rinci harus dilakukan oleh seorang ahli bendungan yang berpengalaman, dengan berpedoman pada Kriteria Umum Desain Bendungan ini serta standar dan pedoman-pedoman lain yang terkait dan berlaku. Pada Kriteria ini hanya akan dibahas mengenai kriteria umum bendungan urugan yang secara garis besar dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, urugan tanah dan urugan batu. Untuk bendungan beton akan dibuat kriteria umum tersendiri, Maksud dan Tujuan Kriteria ini dimaksudkan sebagai patokan dasar dan umum dalam penyiapan desain bendungan urugan, dengan tujuan agar dapat dihasilkan desain bendungan yang memenuhi kaidah-kaidah keamanan bendungan yang berlaku. Lingkup Kriteria Lingkup Kriteria ini, mencakup kriteria dasar dan umum untuk desain bendungan: urugan tanah dan bendungan urugan batu, bagi bendungan dengan ukuran seperti yang disebut dalam SNI No.1731-1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan. Hal-Hal yang perlu diperhatikan Desain bendungan harus dibuat dengan mengikuti aturan, standar dan pedoman ini yang berlaku dengan memperhatikah : faktor keamanan bendungan; pemenuhan fungsi; pemanfaatan material setempat yang kualitas dan kuantitasnya memenuhi syarat; biaya pembangunan operasi dan pemeliharaan ekonomis; selaras dengan lingkungan dan kondisi sosial setempat. Berkaitan dengan hal ini, rencana pembangunan bendungan perlu di-sosialisasi-kan kepada masyarakat setempat terutama kepada masyarakat penerima dampak pembangunan bendungan. Sebelum membuat desain, lebih dulu Perencana bendungan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : a. Pembangunan bendungan disamping akan memperolen manfaat, berarti juga akan mengundang dan menyiapkan potensi bahaya. Bendungan yang runtuh akan menimbulkan banjir bandang yang sangat dahsyat yang ™mengancam keselamatan jiwa dan harta benda dihilr bendungan. 15 Kejadian keruntuhan bendungan dapat menimpa bendungan mana saja dan kapan saja, sehingga Perencana bendungan harus melakukan antisipasi terhadap segala kemungkinan peluang terjadinya keruntuhan bendungan. Pada umumnya keruntuhan bendungan dimulai dari zona atau titik-titik lemahnya, bukan pada kondisi rata-ratanya, oleh karenanya dalam penyiapan desain perlu diperhatikan lebih pada zona atau titik-titk lemah tersebut. ‘Agar dapat mengetahui dan memahami sifat, perilaku dan titik-titik lemah setiap tipe bendungan, sebelum membuat desain Perencana wajib mempelajari berbagai kejadian keruntuhan bendungan, mengkaji potensi penyebab dan model keruntuhannya sehingga dalam penyiapan desain dapat mengupayakan pencegahan-pencegahannya. Penyiapan desain bendungan harus dimulai dari konsep desain yang bersifat umum, kemudian dilanjutkan dengan mendetailkan bagian- bagiannya, bukan sebaliknya, Tubuh bendungan dan pondasinya harus ditinjau dalam satu kesatuan fungsi yang bekerja bersama-sama, tidak secara terpisah-pisah Khusus untuk bendungan urugan, karena adanya pengaruh-pengaruh : faktor alamiah, pembebanan dan kualitas pelaksanaan yang tidak seragam atau kurang balk, maka zona-zona yang ada pada bendungan urugan didalam pelaksanaannya tidak akan selalu dapat betul-betul homogen seperti yang diasumsikan dalam desain. Memahami hal ini, Perencana bendungan harus mengambil langkah-langkah antisipasi_terhadap kekurangan-kekurangan yang dapat terjadi, walaupun _berdasarkan perhitungan mungkin tidak diperiukan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, apabila terjadi kegagalan bendungan, semua pihak yang terlibat dalam pembangunan dan pengelotaan bendungan yakni Konsultan Perencana, Supervisi, Kontraktor dan Pengelola | Pem bendungan, harus bertanggung jawab atas terjadinya kegagalan sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Validitas dan Keterbatasan a. Kriteria Umum hanya berisi patokan dasar dan umum desain bendungan urugan yang penggunaannya harus mengacu pula pada standar dan pedoman lain yang terkait dan berlaku, serta tetap diperlukan adanya keputusan-keputusan profesional dan Ahli Perencana Bendungan yang berpengalaman, untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi aktual. Khusus untuk bendungan penampung limbah tambang dan_ industri, pemakaian Kriteria Umum ini harus memperhatikan pula Pedoman Bendungan Limbah yang terkait. 16 . Kriteria Umum tidak dimaksudkan bagi bendungan-bendungan yang mempunyai kondisi khusus atau mempunyai ukuran yang sangat tinggi yang memerlukan pertimbangan-pertimbangan dan metoda-metoda pelaksanaan khusus. Dokumen-Dokumen yang harus disiapkan Dokumen yang harus disiapkan pada tahap desain, sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut Laporan Kaji Ulang atas dokumen-dokumen yang sudah ada sebelumnya Laporan Survei Topografi Laporan Investigasi Geologi dan Geoteknil Kriteria Desain Laporan Analisis Hidrologi Laporan Perencanaan Pendehuluan Laporan Pengujian Model Hidraulik Laporan Perhitungan Desain (design calculation) Laporan Pelaksanaan Desain / Nota Desain (design note) Gambar Des Panduan Operasi Pemeliharaan dan Pengamatan, untuk kondisi_ normal maupun darurat Spesifikasi Teknis Metoda Pelaksanaan Konstruksi dan Penggunaan Alat-Alat Berat Rencana Mutu Konstruksi (Contruction Quality Plan) Rencana Implementasi Proyek, termasuk dokumen tender sesuai pemaketan Rencana Pembebasan Tanah dan Rencana Pemindahan Penduduk Analisis Ekonomi dan Finansial Rinci Laporan Studi AMDAL vse spa9gD nepos3t 24 2.2 2. TIPE BENDUNGAN Umum Bendungan dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok tergantung pada tujuan pengelompokannya. Didalam Kriteria ini, bendungan dikelompokkan berdasarkan tiga hal berikut, yakni : fungsi, desain hidrolik dan material yang digunakan. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Fungsi Berdasarkan fungsinya, tipe bendungan dapat dibedakan menjadi bendungan : penampung air, pengalih aliran dan pengendali banjir, dan lebih jauh lagi dapat pula dibedakan berdasar fungsi khususnya. a Bendungan penampung air Dibangun untuk menampung air pada saat kelebihan dan digunakan pada saat kekurangan, Pada umumnya penampung dilakukan pada musi hujan kemudian digunakan pada musim kemarau. Lebih rinci lagi bendungan penampung air dapat dibedakan berdasarkan tujuan penampungan airnya yaitu untuk : air baku, pembangkit listrik, perikanan, rekreasi dan lain sebagainya. Tujuan atau tujuan khusus pembangunan bendungan, sering berpengaruh pula pada desain strukturnya dan mungkin perlu ditentukan kriteria besarnya fluktuasi muka air waduk dan besar debit rembesan yang diizinkan. Bendungan pengalih aliran (diversion dams) Dibangun untuk meninggikan muka air agar diperoleh tinggi jatuh yang cukup atau agar dapat dialihkan aliran sungainya masuk kesaluran atau sistem pembawa lainnya. Beberapa bendungan tipe ini digunakan untuk pengembangan irigasi, pengalihan aliran dari sungai ke waduk diluar sungai yang bersangkutan, untuk air baku dan industri, atau untuk kombinasi berbagai keperluan. Bendungan pengendali banjir Bendungan 'tipe ini disebut pula bendungan detensi atau retensi baniir, dibangun untuk memperlambat atau menyimpan sementara aliran banjir dan mengurangi terjadinya banjir besar. Bendungan pengendali banjir dapat dibedakan lagi menjadi dua macam tipe, yaitu : tipe yang umum adalah untuk menyimpan sementara dan melepas aliran banjir dengan debit yang tidak metampui kapasitas sungai dihili. Tipe yang lain adalah untuk menahan air selama mungkin agar air meresap ke tebing-ebing atau pondasi yang lulus air. Bendungan tipe ini kadang-kadang juga dibangun tntuk menangkap sedimen, sehingga kadang-kadang disebut pula sebagai bendungan penangkap sedimen (debris dams) Bendungan serbaguna Umumnya pembangunan bendungan tidak hanya bertujuan untuk memperoleh manfaat tunggal, tapi untuk lebih dari satu manfaat seperti : untuk penyedia air irigasi, tenaga listrik, air beku, pengendali banjir, 23 24 25 perikanan, rekreasi dan lain sebagainya, bendungan seperti ini lazim disebut bendungan serbaguna. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Aspek Hidraulik ‘Ada 2 tipe yaitu bendungan yang boleh dilimpasi air dan bendungan yang tidak boleh dilimpasi air. a. _ Bendungan yang boleh dilimpasi air (overflow dams) Adalah bendungan yang didesain boleh dilimpasi air di puncaknya. Bendungan seperti ini umumnya hanya memiliki tinggi beberapa meter, bendungan dibuat dari material yang tahan terhadap erosi, seperti beton, pasangan batu, baja, kayu dan lain-lain. b. Bendungan yang tidak boleh dilimpasi air (nonoverflow dams) Adalah bendungan yang didesain tidak boleh meluap. Tipe ini lazimnya dibuat dari material urugan tanah dan urugan batu, dan sering pula berupa bendungan beton yang dikombinasikan dengan pelimpah serta urugan tanah atau batu disisi-sisinya sehingga membentuk bangunan komposit. Pembagian Tipe Bendungan Berdasarkan Materialnya Pengelompokan bendungan yang paling lazim digunakan didalam diskusi desain adalah berdasarkan material pembentuk bendungan. Tipe bendungan berdasar material pembentuk bendungan ini, juga dikenal sebagai tipe dasar didalam pembuatan desain bendungan, seperti : bendungan beton gaya berat (concrete gravity dams) bendungan beton dengan penyangga (buttress dams), bendungan beton pelengkung (arch dams), bendungan urugan tanah dan urugan batu. Dalam Kriteria ini, selanjutnya hanya akan dibahas mengenai bendungan urugan tanah dan urugan batu. Bendungan Urugan Tanah Adalah bendungan yang paling lazim dibangun, karena konstruksinya menggunakan material galian setempat yang tersedia yang tidak periu banyak pemrosesan. Dibanding dengan tipe lain, tipe ini dapat dibangun hampir pada segala jenis tanah pondasi dan pada topografi yang kurang baik, dan umumnya lebih sering dibangun untuk tujuan penampung air. Pada gambar 1 diperiihatkan berbagai potongan tipe bendungan urugan yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yakni : © Bendungan urugan tanah homogen © Bendungan urugan tanah berzona (dengan inti tegak atau inti miring) Pembuatan zona-zona pada tubuh bendungan adalah bertujuan untuk meningkatkan keamanan bendungan, yaitu dalam rangka mendapatkan kekuatan (strength) yang cukup, serta pengendalian rembesan dan retakan. Untuk mendapatkan desain yang aman, dapat dibuat berbagai kemungkinan tipe zona; bila material yang digunakan memiliki tingkat lulus air yang rendah atau diperlukan adanya ketahanan terhadap retakan, dihilir bendungan perlu dipasang 2.6 27 294 lapisan drainasi horizontal yagn dikombinasikan dengan drainasi tegak atau mmiring. Bendungan urugan tanah harus dilengkapi dengan bangunan pelimpah dengan kapasitas yang memadai. Kelemahan utama bendungan tipe ini adalah rawan terhadap erosi yang dapat berakibat kerusakan atau keruntuhan bendungan. Bendungan Urugan Batu Adalah bendungan urugan yang sebagian besar material timbunannya berupa batu, yang berfungsi sebagai pendukung utama stabilitas bendungan. Agar bendungan kedap air, dipasang lapisan kedap air berupa membran kedap air dimuka lereng hulu (dikenal sebagai bendungan sekat atau facing dams) atau didalam tubuh bendungan berupa inti. Lapisan kedap air atau membran dapat berupa zona kedap air dari tanah, beton, paving beton aspal, geomembran, plat baja, atau didalam tubuh bendungan dapat berupa lapisan kedap air tipis dari tanah, beton, beton aspal, dan geomembran, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2. Bendungan urugan batu dengan zona kedap air dari tanah harus dilengkapi dengan filter dan atau transisi untuk mencegah perpindahan material dari zona berbutir halus ke zona bebutir lebih kasar. Secara garis besar bendungan urugan batu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu: © bendungan urugan batu dengan lapis kedap air dimuka (bendungan sekat / facing dams) © bendungan urugan batu berzona (dengan inti tegak atau inti miring) Seperti bendungan urugan tanah, bendungan urugan batu juga dapat rusak atau runtuh akibat meluapnya air waduk, oleh karenanya bendungan harus dilengkapi bangunan pelimpah dengan kapasitas yang cukup. Perkecualian berlaku bagi bendungan pengalih aliran, bendungan detensi banjir atau penangkap sedimen yang secara khusus didisain tahan terhadap meluapnya air waduk, dimana permukaan lerengnya dilengkapi dengan batu-batu besar yang didisain khusus tahan terhadap erosi dari luapan air. Bendungan urugan batu membutuhkan fondasi yang penurunannya (settlement) kecil agar tidak merusak membran. Jenis fondasi yang cocok adalah batuan atau pasir kerikil yang sangat kompak. Tipe urugan batu cocok untuk cipilin bila: persediaan material batu cukup banyak, fondasi batuan berada atau di dekat permukaan tanah, material tanah yang cocok untuk urugan tanah tidak tersedia, musim hujan yang panjang mengakibatkan_pelaksanaan konstruksi urugan tanah menjadi tidak praktis, atau bila pembangunan bendungan beton kurang ekonomis. Kriteria Dasar dan Umum Secara garis besar desain bendungan harus memenuhi kriteria dasar dan umum sebagai berikut : Kriteria Dasar a. aman terhadap kegagalans structural b. aman terhadap rembesan dan bocoran c. aman terhadap kegagalan hidraulik 272 28 2.8.1 Kriteria Umum a. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit tumpuan) dan tepi sekeliling waduk harus selalu stabil dalam keadaan apapun juga termasuk dalam keadaan gempa bumi selama operasi dan pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur bendungan. Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan, Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan diatas puncak bendungan, harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi penurunan akhir masin cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibat gelombang. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan debit banjir desain dengan aman sesuai SNI 03-3432-1994. Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan pelimpah tidak termasuk kapasitas bangunan pengelvaran lain. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada bendungan dan pondasi yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik dan arching. Lereng-lereng bendungan, bangunan pelimpah, bangunan pengeluaran, sekelling waduk, saluran, tebing sungai dan lain-lain yang terkait dengan bendungan, bila perlu diadakan perkuatan lereng dan tebing, agar selalu stabil dan tidak mudah longsor sehingga dapat dioperasikan dengan aman dan andal baik dalam keadaan normal maupun darurat. Pemilihan Lokasi dan Tipe Bendungan Umum Pada tahap planning dan disain, pemilihan lokasi dan tipe bendungan harus betul- betul dipertimbangkan secara hati-hati. Pada disain awal, perlu dibuat beberapa alternatif pilinan tipe bendungan dan bangunan pelengkapnya, yang sesuai dengan lokasi bendungan, baru kemudian ditetapkan satu alternatif yang paling cocok dan ekonomis. Pemilihan tipe bendungan peru dilakukan bersama-sama oleh para abli yang terdiri dari: ahli planning, geoteknik, hidraulik dan struktur, agar diperoleh hasil disain yang ekonomis dan cocok dengan faktor fisik seperti: topografi; kondisi fondasi, geologi dan kegempaan, ketersediaan material, serta hidrologl Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tie bendungan antara lain: Tujuan pembangunan bendungan Perlindungan terhadap aliran air dari pelimpah Keterbatasan bangunan pengeluaran Masalah yang dinadapi dalam pengalihan aliran selama_pelaksanaan konstruksi Kemudahan akses ke lokasi bendungan 2.8.2 Faktor-Faktor yang harus a. Ketersediaan tenaga kerja dan peralatan Faktor fisik lokasi bendungan Keamanan bendungan ertimbangkan Tujuan pembangunan Tujuan pembangunan bendungan biasanya akan berpengaruh pada operasi waduk yang kemudian akan berakibat pada fluktuasi muka air waduk. Untuk muka air waduk yang sangat fluktuatif dan dengan fluktuasi yang besar kurang cocok untuk bendungan urugan tanah. Topografi Topografi yang perlu dipertimbangkan, antara lain termasuk — bentuk permukaan lokasi bendungan dan daerah genangan, kemudahan akses ke lokasi dan akses material konstruksi. Kondisi pondasi dan geologi Pertimbangan geologi mencakup menilai kecocokan jenis tanah dan batuan sebagai fondasi dan kesesualannya dengan material tubun bendungan. Geologi fondasi lokasi bendungan sering menjadi penentu didalam menetapkan tipe bendungan yang cocok dengan lokasi tersebut. Kondisi fondasi dan geologi yang harus dipertimbangkan antara lain mencakup: kekuatan, ketebalan, arah dan kemiringan lapisan, tingkat lulus air/permeabiltas, kekar, retakan dan struktur sesar. Hidrologi Keadaan hidrologi akan berpengaruh pada operasi waduk yang kemudian berakibat pada fluktuasi air waduk yang perlu dipertimbangkan didalam pemilinan tipe bendungan seperti pada tujuan pembangunan butir a). Disamping itu ada hubungan erat antara factor ekonomi dengan hirologi yang perlu dipertimbangkan pula, karakteristik aliran dan curah hujan dapat berpengaruh besar pada biaya konstruksi, yaitu terkait dengan pekerjaan pengelakan sungai dan lamanya waktu pelaksanaan konstruksi bendungan, urugan tanah, Tersedianya bahan bangunan Bendungan harus menggunakan material yang yang mutunya memenuhi syarat dan secara ekonomis tersedia di atau dekat lokasi bendungan. Tipe bendungan yang paling ekonomis biasanya adalah bendungan yang menggunakan material yang tersedia dalam jumlah yang memadai dan jarak angkut yang layak. Jumlah material yang memadai berkisar antara dua sampal tiga kali volume yang dibutuhkan. Kegempaan Kondisi_ kegempaan dilokasi bendungan, akan berpengaruh pada pemilihan tipe bendungan. Bendungan tipe urugan batu lebih tahan terhadap gempa dibanding urugan tanah. Bagi bendungan yang terletak di daerah gempa, harus dibuat disain bendungan yang tahan terhadap tambahan beban gempa dan tegangan, Kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada waktu pengalihan aliran sungai. Ada tiga alternatif pilinan bagi saluran pengelak, yaitu: terowong, konduit dan saluran terbuka. Konduit dan saluran terbuka mempunyai kelemahan pada bidang kontak antara pasangan beton dengan urugan tanah, yaitu rawan terhadap terjadinya aliran buluh. Berdasar pertimbangan keamanan bendungan, terowong adalah pilihan yang terbaik Perlindungan terhadap aliran pelimpah Kecuali bendungan penangkap sedimen, agar dihindarkan pembangunan pelimpah diatas tubuh bendungan urugan. Sebaiknya pelimpah dibangun pada galian saluran dibukit tumpuan diluar atau didekat tubuh bendungan. Penempatan pelimpah diluar tubuh bendungan akan menghindarkan periunya konstruksi pelindung di kaki tubuh bendungan dari erosi dan turbulensi aliran pelimpah. a 32 3. SURVAI DAN INVESTIGAS! Umum Pada pembangunan bendungan, sut estigasi merupakan tahap yang penting dalam rangka mendapatkan data pendukung dalam menentukan tipe dan disain bendungan yang akan dibangun. Tidak memadainya survai dan investigas! akan menyebabkan tidak akuratnya desain bendungan, sehingga dapat berakibat fatal berupa keruntuhan bendungan. Sebelum melaksanakan survai dan investigasi lebih dulu harus dibuat rencana yang balk sesuai tahapan pembangunan bendungan, Secara garis besar survai investigasi dapat dikelompokkan sesuai tahap pembangunan bendungan, sebagai berikut : survai investigasi untuk perencanaan umum (overall planning), desain awal/ dasar, desain rinci, Konstruksi, serta operasi dan pemeliharaan. Disamping itu ada pula survai investigasi tambahan (supplement) untuk mengantisipasi permasalahan baru yang timbul, serta survai investigasi untuk keperluan khusus, seperti : untuk 56 mm. Kedalaman pemboran dilokasi bendungan pada prinsipnya harus sampai menembus batuan dasar lebin dari 5 meter, atau secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang pasti ditetapkan berdasarkan hasil uji seismik dan geologi setempat. Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antara lain : ‘© Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter atau setiap pergantian lapisan © Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5 ~ 3 meter. Metode Uji permeabilitas (uji packer bertekanan, atau open end test) disesuaikan dengan karakteristik formasi, Pada tahap desain awal : paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros bendungan masing-masing ditumpuan kanan dan kiri; 2 atau 3 lubang bor dipalung sungai kecuali bila terlihat adanya singkapan batuan segar jumlah lobang bor dapat dikurangi; 1 lobang bor dibawah merou pelimpah, dan ditempat-tempat lain yang memerlukan. Bila lembah sungai sempit dan diduga merupakan jaiur struktur sesar, perlu dilakukan pemboran miring pada sisi tebing sungal menembus formasi batuan dibawah sungai. Pada desain rinci : jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondi geologi setempat, dengan mempertimbangkan titik-titk pemboran yang telah dilaksanakan pada tahap desain awal. Secara umum lokasi pemboran sama dengan jalur pemboran pada desain awal, namun jarak titi pemboran perlu dirapatkan dengan jarak antara masing-masing titik pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. 13 Inti hasil pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun sesuai kemajuan pemboran. Diskripsi sample inti pemboran harus dicatat dalam kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat : nama pelaksana, tanggal, elevasi, diskripsi, satuan batuan, perolehan inti, ROD, koefisien permeabilitas, SPT, air pembilas, dan lai lain yang perlu. Data hasil pemboran bersama hasil kegiatan investigasi geologi yang lain, setelah diolah kemudian dibuat peta geologi teknik inci, termasuk peta peta Kontur batuan dasar, penampang atau profil geologi, serta peta lugeon untuk menentukan kedalaman dan kerapatan injeksi, Pada tahap konstruksi nanti, peta geologi rinci harus diperbaiki kembali_sesuai hasil investigasi pada galian pondasi dan investigasi tambahan. Profil geologi bendungan digambarkan dari arah hulu, dengan skala 1:500 ~ 1:1000, setidaknya mencakup sepanjang poros bendungan sampai batas galian pada bukit tumpuan, bangunan pelimpah, terowongan pengelak dan terowongan pengambilan. c. — Terowong uji Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar ting! diatas 30 meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui. Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan tergantung kondisi geologi setempat. 3.3.4 Ujilnsitu Geoteknik ‘Ada dua faktor kekuatan penting yang harus diketahui pada batuan pondasi, yaitu : kuat desak atau kuat tarik dan kuat geser. Uji kuat desak atau kuat tarik dapat dilakukan dilaboratorium terhadap sample inti pemboran dan galian uji, namun evaluasi terhadap fondasi tidak dapat hanya berdasar pada uji laboratorium karena pengaruh dari retakan dan kelembaban alamiah batuan tidak tercermin didalam hasil uji. Oleh karena itu disamping uji laboratorium juga pertu dilakukan ul insitu pada tanah batuan asli yang langsung dilakukan pada lobang bor seperti yang telah diuraikan diatas, dan atau pada galian uji. Jenis uji insitu yang dilakukan pada terowong atau sumuran uji antara lain : © Uji pembebanan / uji deformasi © Ujiinsitu geseran © Ujicepat rambat gelombang elastis, Disamping itu perlu dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk mengetahui stabilitasnya jangka panjang. Uji Laboratorium Uji laboratorium diperlukan untuk © Melakukan analisis sifat teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan. © Mengetahui sifat teknik batuan atau fragmen batuan sebagai bahan timbunan, agregat beton dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu bahan. 14 Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat dikelompokken menjadi dua macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah dan mekanika batuan seperti berikut Uji laboratorium mekanika tanah Sample tanah yang akan diuji unutk investigasi pondasi adalah tanah asli. Lingkup uji mefipu 1). Sifat fisik, antara lain : berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air (Wn), analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer. 2) Sifat’ mekanik / teknik antara lain : uji geser langsung (CD), konsolidasi (Cc, Cv, Es), uji triaksial : takterdrainase dan terkonsolidasi (consolidated undrained, CU), takterdrainase dan takterkonsolidasi (unconsolidated undrained, UU), (consolidated drained, CD). Uji permeabllitas, dan bila perlu uji Erouibility atau slake durability test. b. _Ujilaboratorium mekanika batuan 1) Sifat fisik : - selalu : berat spesifik, berat satuan, porositas, serap lembab, permeabilitas; = sering kali : modulus elastisitas dinamis, nilai poison dinamis; stabilitas terhadap pembasahan dan penyerapan air; besamya pengembangan (swelling) dan tekanan akibat peremdaman, dil 2) Sifat mekanik - selalu : kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus deformasi (elastis), nilai poison - sering kali : triaksial-Konstanta kekuatan batuan (c, @), modulus deformasi, nilai poison; geseran langsung kekuatan geser, konstanta batuan : tegangan tarik Brasilian - bila periu : tegangan tarik satu dimensi; bengkokan; daya dukung kekerasan (shore hardiness); Koefisien restitusi. Investigasi Material Investigas' ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan : Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyaratan desain dan konstruksi. Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat. © Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang mencakup jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dan lain-lain. Kegiatan investigasi yang perlu dilakukan : investigasi geologi permukaan, investigasi geologi bawah permukaan untuk mendapatkan data mengenai : kualitas, jumlah, penyebaran, ketebalan endapan, jenis sifat, derajat pelapukan, pola dan bidang diskontinyuitas. Cadangan material yang tersedia harus lebih besar 2 sampai 3 kali volume kebutuhan actual untuk konstruksi. Investigasi geologi permukaan, membutuhkan peta dasar skala 1:500 sampai 1:1.000. 15 3.4.1 3.42 3.4.3 Investigasi bawah permukaan, diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi dibawah permukaan. Metode yang. lazim : dengan pemboran inti dan surval seismik untuk lokasi material batu; pemboran auger mesin atau tangan serta paritan dan atau sumuran uji untuk lokasi material tanah. Penempatan titik pemboran sebaiknya dengan sistim grid, sedang lokasi dan jumiah paritan atau sumuran uji, ditetapkan berdasarkan persyaratan jumlah sample yang harus dipenuhi. Kebutuhan minimal mengenai jenis investigasi dan uji material sesuai jenis materialnya, diuraikan pada sub bab 3.4.1 dan pada tabel 3-1. Material Kedap Air / Tanah Lempungan a. Tahap pemiihan lokasi sumber galian - 1 sumuran uji setiap interval grid 150 ~ 200 m - _ Ujifisik : 1 sample setiap 25.000 m3 material = ujidinamik : 1 sample setiap 50.000 m3 material b. Tahap desain rinci = 1 sumuran uji atau pemboran auger setiap interval grid 50 ~ 100 = Ujifisik : 1 sample setiap 10.000 ~ 25.0000 m3 material = ujidinamik : 1 sample setiap 10.000 ~ 25.000 m3 material cc. _ Persiapan konstruksi = Ujifisik : (a) x (b) x (¢) x (@) Keterangan:, (a). Mesin pemadat 2 ~ 3 jenis (b). Metoda pemadatan 2 ~ 3 macam (©). Tebal penghamparan 2 ~ 3 macam (@). __ Jumlah sample 3 - uji dinamik : prinsipnya sama dengan uji_fisik hanya ditambah goncangan misalnya sebagai akibat gempa. Pengujian ini, terutama disarankan bagi bendungan tinggi dan sangat tinggi / ekstrim yang terletak didaerah yang memiliki Kondisi geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pada peta zona gempa. - — Ujipenimbunan : 1 uji Material Semi Kedap Air / Tanah Pasiran a. Tahap pemilihan lokasi sumber galian - — Ujifisik : 1 ~ 2 sample = ujidinamik : 1 ~ 2 sample b. Tahap desain rinci - — ujifisik : 1 ~ 2 sample, tergantung pada gradasi material c. Persiapan konstruksi = Ujipenimbunan : 4 uji Material Lulus Air / Batu a, Tahap pemilinan lokasi sumber galian mboran, dilakukan bila perlu j batuan (kecuali uji geser) 10 sample tiap jenis = Ujigradasi, untuk material endapan sungai b. Tahap desain rinci = pemboran untuk konfimasi kualitas dan kuantitas, 1 lobang setiap 200.000 m3 16 = ui batuan : 5 sample tiap jenis = ujigeser: 5 sample tiap jenis cc. Persiapan konstruksi - Uji peledakan - Ujifisik : 3 sample - — ujidinamik : 1 sample Tabel 3-1 Jenis Uji Material Bendungan Urugan ‘aera dan Tahap Sidi Wala Kedap Ar | Water Sent | Waal Lats A iesdep Ar Bese Ui Desain | Konstr | Desain | Konstr_| Desain | Konstr Barat apa ne ae ‘Kandungan air oO 0 oO oO oO oO ari 4,76 mm 1) Uji Analisis butiran_ oO oO 0 o s o Sat [Boles car oo so fT in "bn Fisik [ Batas plastis o o + * + vial nas VaraTecencerna eaten oe |S z rae ae Ujlapangen one ee eee Dipscsion a a yc ecnie eee de ne ee Yarg a pade ond ae iat Soper po rea uy Piatt Saas 7a Stet “| Permeabins oS o o 9 2 =| Seton haus rang at Dina- [Konsolidasi oO oO + + + + aa OSE nO: mis | Gosertriaksial o o o o o OE sere emacs ena Soe oe ee Taran ee ee Be een none Sisto ble Higa neato testoraneccuanes Wocdontr ol ea aie inl yg dian aes ees ui |asya evap ar ou | kev oan os ‘Stabilitas + = aca re fear RO = tot Wet BH ae erg Se ie : Catatar tahap konstruksi, a dilakukan bila perlu 3.5 Studi Gempa ‘Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu memberi perlindungan kepada masyarakat dan harta benda dari ancaman bahaya bendungan, Untuk memenuhi syarat pokok tersebut ada beberapa hal yang harus 7 3.5.1 dipertimbangkan dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, hal-hal sebagai berikut : Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) dilokasi bendungan Tingkat / kelas resiko setelah bendungan dan waduk selesai dibangun Tipe bendungan Kebutuhan atau persyaratan yang terkait dengan fungsi bendungan Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi Disamping itu unutk penetapan gempa desain, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan pada butir 3.6.1; 3.5.2 dan 3.5.3. Parameter gempa_ untuk desain bendungan dapat ditentukan dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi gempa tersendir Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan tinggi dan sangat tinggi yang terletak didaerah yang memiliki kondisi geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif, atau bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa desainnya harus ditetapkan dengan melakukan studi gempa sendiri. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan gempa desain Mencakup antara lain a. Geologi wilayah : studi geologi wilayah harus mencakup minimal radius 100 km, dan pada kondisi khusus perlu diperluas sampai 300 km agar mencakup daerah sesar utama atau yang memiliki karakteristik atenuasi khusus. Data geologi yang perlu dikaji antara lain, 1) Sejarah geologi daerah studi; 2) Identifikasi sifat-sifat fisiografi wilayah; 3) Deskripsi formasi geologi; 4) Lokasi struktur geologi wilayah utama, seperti lipatan, patahan, rekahan, dll 5) Perkiraan derajat aktivitas sesar dan aktivitas deformasi b. — Sejarah kejadian gempa Seri data kejadian gempa yang dikaji harus cukup panjang yang mencakup daerah dengan radius minimal 100 km, yang pada kasus khusus dapat diperluas sampai 500 km. Untuk mengkaji sejerah kejadian gempa, diperlukan Katalog gempa seperti yang dihasilkan oleh BMG, Direktorat Geologi, USGS (United States Geological Survey), BGS (British Geological Survey), NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration USA), dll, Data kejadian gempa yang diperiukan mencakup antara lain : 1s / magnitude pusat gempa 3) Tanggal dan waktu kejadian 4) — Mekanisme pusat gempa 5) _ Kedalaman pusat gempa 6) Daerah yang terpengaruh 7) _ Efek pada permukaan tanah 8) — Pengaruh intensitas di lokasi bendungan 18 3.5.2 3.5.3 3.6 Bila perlu, data seismologi, yang antara lain : aktivitas mikroseismik, kedalaman pusat gempa, mekanisme pusat gempa dan catatan / data goncangan kuat, seria interpretasi seismotektonik, yang antara lain : perkiraan tegangan wilayah pada periode geologi yang berbeda, Ppengukuran tegangan in-situ didalam daerah lapangan, _interpretasi mekanisme tektonik wilayah dan tipe-tipe sesar, lokasi dan deskripsi dari sesar yang berpotensi menimbulkan gempa, serta definisi daerah seismotektonik dan peta seismotektonik. Faktor Lokal a. pao Geologi lokal, antara lain : stratigrafi dan petrografi batuan dasar, tektonik lokal dan mikrotektonik (sesar, kekar), deposit lapisan atas’ (aluvial, endapan teras, moraine), peta kontur batuan dasar, peta deposit lapisan atas. Hidrogeologi, antara lain : perubahan periodik elevasi air statis, studi permeabilitas, dan komposisi kimiawi air. Studi geoteknik, antara lain : investigasi lapangan dan laboratorium. Data geoteknik, antara lain : batuan dasar dan deposit lapisan atas. Eksploitasi dari sumber daya alam disekitar proyek, antara lain : air tanah, minyak dan gas serta deposit mineral. Pemilihan Parameter Gempa Goncangan gempa memiliki beberapa macam parameter seperti : percepatan, kecepatan atau alihan, durasi, respon spectra dan sejarah waktu percepatan gempa (acceleration time history). Untuk evaluasi keamanan bendungan sering digunakan berbagai kombinasi parameter tersebut. Pemilihan parameter yang akan digunakan dalam evaluasi dan analisis, harus memperhatikan pengaruh kondisi lokal sebagai berikut : eccoe Klasifikasi lokasi (alluvial atau batuan) Sifat fisik (physical properties) dan ketebalan lapisan pondasi Kedekatan dengan lokasi sesar (near field effects) Jarak dengan daerah pelepasan energi Pemilihan magnitude untuk desain ‘Studi Sosial Ekonomi dan Lingkungan serta Pemindahan Penduduk’ Studi ini diperlukan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif, meningkatkan manfaat pembangunan bendungan, mencari masukan untuk penyusunan planning bendungan, membuat perencanaan pemindahan penduduk, menetapkan kelas bahaya bendungan yang definitif, penyusunan Rencana Tindak Darurat dan lain sebagainya, Studi ini harus mencakup daerah yang terkena proyek dan daerah yang mendapat dampak negatif adanya proyek. Setelah pembangunan bendungan selesai dan dioperasikan, hasil studi perlu dievaluasi ulang untuk menilai kembali dampak positif maupun negalif yang timbul. 19 44 42 43 44 4. HIDROLOGI Pengumpulan Data Hidrologi dan Meteorologi Jenis data yang harus dikumpulkan antara lain © Aliran air / debit sungal, mencakup debit minimum, rata-rata, dan maksimum. © Kualitas air, terkait dengan syarat / baku mutu untuk masing-masing pengguna, dan lain-lain. © Sedimentasi, terkait dengan umur layanan waduk. Curah hujan, periode jam-jaman, harian, bulanan dan tahunan. ¢ Kelembaban udara dan penguapan, terkait dengan perhitungan ketersediean air. ‘© Suhu / temperatur, terkait dengan perhitungan ketersediaan alr. Kecepatan angin, terkait dengan perhitungan ketersediaan air dan tinggi jagaan. Pemeriksaan Data Untuk analisis hidrologi syarat data yang digunakan harus : konsisten dan homogen, independent, representative, menerus (continue), serta panjang data yang cukup. Sebelum digunakan, data harus disaring atau diperiksa, secara manual dan secara statistik, untuk melinat pemenuhannya terhadap syarat diatas, Untuk menetapkan curah hujan maksimum boleh jadi (CMB atau PMP) dan banjir maksimum boleh jadi (BMB atau PMF), agar hasil analisisnya akurat diperlukan data pengamatan jangka panjang lebih dari 30 tahun. Analisis Probabilit s Banjir Desain Analisis probabilitas banjir desain bendungan, harus menggunakan data debit yang dapat dipercaya dari hasil pengamatan jangka panjang dilokasi atau didekat lokasi bendungan. Bila data debit yang tersedia tidak mencukupi, harus digunakan pula data curah hujan pengamatan jangka panjang dari daerah tangkapan yang bersangkutan. Dalam hal data hujan ini tidak tersedia, dapat digunakan data pengamatan hujan dari tetangga yang kondisi meteorologinya mirip dengan daerah tangkapan dilokasi studi. Perkiraan banjir desain dengan menggunakan rumus rasional, hanya disarankan untuk daerah tangkapan kecil. Penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah harus berpedoman pada SNI 03-3432-1994. Perkiraan Banjir Desain dari Data Hujan Banjir maksimum dapat diperkirakan dari intensitas curah hujan dan unit hidrograf yang disiapkan dari hasil pengamatan. Bila hidrograf pengamatan tidak tersedia dapat dilakukan analisis hubungan hujan dan limpasan (runoff) dengan unit hidrograf sintetis atau metode lain. Didalam proses perhitungan agar diusahakan unit hidrograf sintetis diuji kesesuaiannya dengan data pengamatan banjir dan data curah hujan, atau digunakan beberapa metode yang selanjutnya hasiinya diperbandingkan. 20 45 46 47 Penentuan curah hujan maksimum boleh jadi (PMP) dengan pendekatan stati ‘agar menggunakan seri data hujan harian maksimum tahunan dengan panjang data diatas 30 tahun. Kewajaran hasil hitungan agar diperiksa, antara lain dengan peta isohit PMP 24 jam (bila ada), curah hujan maksimum diwilayah sekitarnya baik dari data pengamatan maupun hasil hitungan dan lain sebagainya. Hidrograf banjir keluar waduk, dihitung dengan penelusuran banjir diwaduk (reservoir routing), berdasarkan masukan dari hidrograf banjir masuk yang diitung dari curah hujan desain (PMP). Curah hujan desain, sebelumnya perlu didistribusi dulu dalam satuan waktu jam-jaman atau dalam satuan waktu yang lebih pendek, dengan durasi hujan kritis (oritical duration storm). Ketersediaan Air Waduk Data yang diperlukan untuk analisis ketersediaan air adalah data debit hujan atau bulanan dengan periode pencatatan yang cukup panjang, minimal 10 tahun. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, sebaiknya dipakai seri data yang lebin panjang. Data yang dipakai harus merupakan hasil rekaman pos duga air dilokasi bendungan atau dekat disebelah hulu atau hilimya. Bila data terlalu pendek atau tidak tersedia, debit bulanan dapat disimulasi berdasarkan data hujan dan data evapotranspirasi potensial pada daerah studi dengan bantuan model matematik hubungan hujan — limpasan. Tingkat keandalan ketersediaan air waduk, ditetapkan sesuai persyaratan bagi masing-masing pemanfaat. Besar volume tampungan bersih waduk yang dibutuhkan dengan tingkat keandalan tertentu, ditentukan secara simulasi berdasarkan neraca air waduk sebagai fungsi inflow (dari hasil perhitungan ketersediaan air) dan outflow (kebutuhan air) serta tampungan diwaduk dalam interval waktu tertentu, misalnya tengah bulanan atau bulanan. Tinggi Jagaan Digunakan untuk mencegah bahaya peluapan lewat puncak bendungan, yang untuk bendungan urugan sama sekali tidak diperbolehkan. Perhitungan tinggi jagaan tersebut harus memperhatikan 5 faktor, yaitu : ‘a. Tinggi gelombang karena angin dengan memperhatikan jangkauan b. — Peningkatan tinggi muka air karena angin dengan memperhatikan jangkauan c. Tinggi rayapan gelombang d. Tinggi gelombang karena gempa Tinggi cadangan sebagai akibat ketidak pastian Apabila terjadinya peluapan sangat jarang, dapat digunakan parapet. ‘Sedimentasi Secara umum laju sedimentasi yang terjadi di dalam waduk, hampir selalu jauh lebih besar dari pada hasil hitungan, karena adanya asumsi parameter-parameter yang terlalu optimis. Perkiraan laju sedimentasi di dalam waduk dapat diperkirakan berdasarkan persamaan empiris atau dengan pengukuran muatan 24

You might also like