Professional Documents
Culture Documents
2 Juli 2014
Abstrak
Daerah operasional penambangan PT Freeport Indonesia ialah penambang bawah tanah dan open pit. Daerah
penambangan bawah tanah, meliputi area GBT (Gunung Bijih Timur) 1 dan 2, DOZ (deep ore zone), IOZ (intermediate ore
zone). Metoda tambang bawah tanah yang diaplikasikan adalah block caving.
Operasional block caving adalah melakukan undercutting pada level undercut yang bertujuan untuk membuat initial cave,
apabila terbentuk, maka akan diikuti oleh amblesan dari block bijih di level panel.
Amblesan dari cave disebabkan sistem penambangan PT Freeport Indonesia, sedangkan kondisi geologi di permukaan,
gaya tegasan dan pergesaran dari sesar, sehingga membentuk rekahan dan hanya memperlihatkan penyebaran batas cave.
I. Pendahuluan
PT Freeport Indonesia adalah perusahaan
tambang emas dan tembaga yang beroperasi
dengan menggunakan dua macam sistem
penambangan, yaitu sistem tambang terbuka
dengan metode open pit dan sistem tambang bawah
tanah dengan metode block caving.
Tambang terbuka PT Freeport Indonesia mulai
berproduksi pada tahun 1972 dengan menambang
cadangan bijih di Gunung Bijih (Ertsberg) yang
dilanjutkan dengan penambangan di Grasberg,
sedangkan tambang bawah tanah di PT. Freeport
Indonesia produksinya mulai pada tahun 1980,
ketika diketemukannya cadangan bijih tembaga di
sebelah timur Gunung Bijih atau dikenal dengan
GBT (Gunung Bijih Timur).
Saat ini, daerah PT. Freeport Indonesia sedang
melakukan penambangan bawah tanah dengan
menggunakan metode block caving, meliputi IOZ
(Intermediet Ore Zone), DOZ (Deep Ore Zone), DOM
(Deep Ore Zone).
Dengan adanya kegiatan penambangan bawah
tanah yang menggunakan metode block caving,
sangat memungkinkan terjadinya subsidence. Hal ini
disebabkan, karena dampak penambangan bawah
tanah ini dapat mengakibatkan hilangnya daya
dukung tanah dan batuan. Selain itu, subsidence atau
amblesan juga dapat terjadi akibat dari adanya
struktur geologi.
Daerah PT Freeport Indonesia terdapat area
subsidence atau amblesan berada di daerah Ertsberg
yang dioperasikan penambangan bawah tanah dan
menggunakan metode block caving, meliputi daerah
GBT area 1 dan 2, IOZ (Intermediet Ore zone), DOZ
(Deep Ore Zone), DOM (Deep ore Mineralization).
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui penyebab terjadinya subsidence; (2)
untuk mengetahui pengaruh metode penambangan
dengan sistem block caving terhadap subsidence; dan
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
14
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
16
17
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
18
19
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
Pustaka
Cara Analisis
Intepretasi dari analisis dari penambangan
bawah tanah terhadap subsidence adalah :
1. Observasi lapangan, memantau daerah
permukaan Ertsberg, level undercut dan level
extraction dengan struktur geologi secara
regional.
2. Intepretasi geomorfologi melalui foto udara 1 :
5000, peta level undercut 1 : 200, dan level
extraction 1 : 1200.
3. Pemetaan geologi
4. Pembuatan laporan
Hasil prediksi dalam analisis ini adalah
penyebaran subsidence akan semakin bertambah
akibat metoda blasting, sehingga rekahan karena
vibrasi akan runtuh, penyebarannya tidak
beraturan dan rekahan dari struktur geologi akan
runtuh searah dengan arah struktur sesar.
IV. Simpulan
1. Daerah subsidence di PT Freeport Indonesia
sangat dipengaruhi oleh sistem penambangan
bawah tanah dan kondisi geologi daerah
.
20
keterangan:
: Cave line on April
2003 (870.127 m3)
: Cave line on July
2003 (939.971 m3)
: Cave line on
September 2003
(997.048 m3)
: Cave line on
December 2003
(1.125.463 m3)
: Cave line on March
2004 (1.232.013
m3)
keterangan:
: Crack line on April
2003 (1.209.965
m3)
: Crack line on July
2003 (1.311.411
m3)
: Crack line on
September 2003
(1.364.430 m3)
: Crack line on
December 2003
(1.572.149 m3)
: Crack line on
March 2004
(1.864.676 m3)
21
Analisis Struktur Geologi dan Penambangan Bawah Tanah terhadap Propagasi Subsidence di daerah Ertsberg PT Freeport Indonesia, Papua
Ellisa Tirayoh dan Arista Muhartanto
Foto 3. Kondisi terakhir Daerah Subsidence pada Periode-I Bulan Maret 2004
22